Dampak Kebijakan Fiskal terhadap Keseimbangan Pemintaan

yang ada, berapapun jumlah barang yang diminta. Gagasan yang mendasari kurva penawaran agregat Keynesian ini adalah karena terdapat pengangguran, perusahaan dapat memperoleh tenaga kerja sebanyak yang mereka perlukan dengan upah yang berlaku sekarang. Karena itu, peningkatan biaya produksi rata- rata mereka tidak berubah meskipun tingkat outputnya berubah.

2.1.3. Dampak Kebijakan Fiskal terhadap Keseimbangan Pemintaan

Agregat dan Penawaran Agregat Kasus klasik terjadi untuk perilaku perekonomian dalam jangka panjang. Kasus Keynesian terjadi untuk perilaku perekonomian dalam jangka pendek, karena dalam jangka pendek harga-harga bersifat kaku. Apabila terjadi ekspansi fiskal dalam jangka pendek, misalnya pemerintah meningkatkan pengeluarannya atau pemerintah memotong pajak maka dalam jangka pendek akan menggeser kurva permintaan agregat ke kanan dari AD 1 menjadi AD 2 , sehingga akan meningkatkan output dari Y 1 ke Y 2 . Apabila terjadi kontraksi fiskal, misalnya pemerintah mengurangi pengeluarannya atau pemerintah meningkatkan pajak maka dalam jangka pendek akan menggeser kurva permintaan agregat ke kiri dari AD 1 menjadi AD seperti pada Gambar 2. Sumber: Mankiw 2002 Gambar 2. Dampak Kebijakan Pemerintah dalam Jangka Pendek Sumber: Mankiw 2002 Gambar 3. Dampak Kebijakan Pemerintah dalam Jangka Panjang Dalam jangka panjang, kebijakan ekspansi ataupun kontraksi fiskal akan mempengaruhi harga jangka panjang tetapi tidak akan mempengaruhi output Y jangka panjang. Misalkan perekonomian dimulai dalam ekuilibrium jangka panjang pada titik A, kebijakan ekspansi pemerintah menyebabakan kurva permintaan agregat bergeser ke atas dari AD 1 menjadi AD 2 , dimana perekonomian bergeser dari titik A ke titik D output berada di atas tingkat alamiah. Ketika harga naik, output secara berangsur-angsur kembali ketingkat alamiah, dan perekonomian bergerak dari titik B ke E. Sedangkan kebijakan kontraksi pemerintah menyebabkan kurva permintaan agregat bergeser ke bawah dari AD 1 menjadi AD , dimana perekonomian bergeser dari titik A ke titik B output berada di bawah tingkat alamiah. Ketika harga turun, perekonomian secara perlahan-lahan pulih dari resesi, yang bergerak dari titik B ke C seperti pada Gambar 3. Sumber: Mankiw 2002 Gambar 3. Dampak Kebijakan Pemerintah dalam Jangka Panjang Dalam jangka panjang, kebijakan ekspansi ataupun kontraksi fiskal akan mempengaruhi harga jangka panjang tetapi tidak akan mempengaruhi output Y jangka panjang. Misalkan perekonomian dimulai dalam ekuilibrium jangka panjang pada titik A, kebijakan ekspansi pemerintah menyebabakan kurva permintaan agregat bergeser ke atas dari AD 1 menjadi AD 2 , dimana perekonomian bergeser dari titik A ke titik D output berada di atas tingkat alamiah. Ketika harga naik, output secara berangsur-angsur kembali ketingkat alamiah, dan perekonomian bergerak dari titik B ke E. Sedangkan kebijakan kontraksi pemerintah menyebabkan kurva permintaan agregat bergeser ke bawah dari AD 1 menjadi AD , dimana perekonomian bergeser dari titik A ke titik B output berada di bawah tingkat alamiah. Ketika harga turun, perekonomian secara perlahan-lahan pulih dari resesi, yang bergerak dari titik B ke C seperti pada Gambar 3.

2.2. Tinjauan Pustaka 2..2.1. Desentralisasi Fiskal