persen; 2 peningkatan pengeluaran rutin sebesar 7.16 persen, peningkatan pengeluaran sektor pertanian sebesar 77.36 persen, dan peningkatan pengeluaran
sektor luar pertanian sebesar 10 persen; dan 3 peningkatan pengeluaran rutin sebesar 7.16 persen, peningkatan pengeluaran sektor luar pertanian sebesar 11.84
persen, dan peningkatan pengeluaran sektor pertanian sebesar 64.41 persen.
6.2. Simulasi Kebijakan Perubahan Komponen Penerimaan Daerah Terhadap
Kinerja Perekonomian
Tabel 21 dan Tabel 22 menggambarkan dampak perubahan komponen penerimaan daerah terhadap kinerja perekonomian. Instrumen simulasi pertama
S1 adalah peningkatan dana alokasi umum sebesar 10 persen. Peningkatan dana alokasi umum tersebut menyebabkan dana transfer meningkat sebesar 7.48 persen.
Dana alokasi umum adalah dana transfer yang memberikan kontribusi besar terhadap pembentukan penerimaan daerah oleh karena itu peningkatan 10 persen
dana alokasi umum berdampak cukup besar terhadap penerimaan daerah yaitu sebesar 6.32 persen.
Peningkatan penerimaan daerah tersebut kemudian direspon pemerintah daerah dengan meningkatkan total pengeluaran sebesar 5.7 persen. Peningkatan
pengeluaran daerah dialokasikan untuk pengeluaran rutin sebesar 4.93 persen sedangkan untuk pengeluaran pembangunan sebesar 6.44 persen. Peningkatan
total pengeluaran berdampak pada bergeraknya roda perekonomian sehingga PDRBmeningkat sebesar 2.83 persen, penyerapan tenaga kerja meningkat
sebesar 2.46 persen, pajak daerah meningkat sebesar 1.24 persen dan bagi hasil pajak meningkat sebesar 0.41 persen.
Simulasi ke dua S2 adalah peningkatan pajak daerah sebesar 16 persen. Peningkatan pajak daerah tersebut menyebabkan pendapatan asli daerah
meningkat sebesar 2.25 persen. Sebelum desentralisasi fiskal, pajak daerah memberikan kontribusi yang besar terhadap pendapatan asli daerah. Setelah
desentalisasi fiskal, kontribusi pajak daerah mengalami penurunan. Oleh karena itu peningkatan pajak daerah sebesar 16 persen tidak signifikan meningkatkan
pendapatan asli daerah, yaitu hanya naik sebesar 2.25 persen.
Tabel 21. Hasil Simulasi Berbagai Alternatif Perubahan Komponen Penerimaan
Daerah
Nilai Nilai Simulasi
Nama Peubah Endogen
Dasar 1 2 3 4
PAJAK 679.00 687.40
- 681.70
679.40 Bagi Hasil Pajak
10691.50 10735.00
10692.40 -
10693.30 PAD 4815.60
4824.00 4923.80
4818.20 5036.40
Transfer 73726.20
79244.60 73727.10
75436.40 73728.00
Bagi Hasil 14493.00
14536.50 14493.90
16203.20 14494.80
Total Penerimaan 87507.60
93034.40 87616.60
89220.40 87730.00
Pengeluaran Pembangunan 32557.60
34652.80 32598.90
33206.90 32641.90
Pengeluaran Rutin 44112.00
46288.30 44155.00
44786.50 44199.60
Total Pengeluaran 76669.60
80941.20 76753.90
77993.40 76841.50
PDRB 939203.00 965771.00
939728.00 947437.00
940273.00 Total Tenaga Kerja
129337.00 132523.00
129400.00 130325.00 129465.00
Berkurangnya kemampuan pajak daerah dalam pembentukan pendapatan asli daerah berdampak pada tidak signifikannya peningkatan total penerimaan.
Peningkatan pajak daerah tersebut hanya mampu meningkatkan total penerimaan sebesar 0.12 persen. Peningkatan yang cukup kecil terhadap total penerimaan
daerah menyebabkan kemampuan daerah untuk membiayai pengeluarannya menjadi kecil, pemerintah daerah hanya mampu meningkatkan total
pengeluarannya sebesar 0.11 persen. Peningkatan total pengeluaran tersebut
masing-masing dialokasikan untuk pengeluaran pembangunan sebesar 0.13 persen dan pengeluaran rutin sebesar 0.10 persen.
Tabel 22. Perubahan Nilai Simulasi Terhadap Nilai Dasar dari Berbagai Alternatif Perubahan Penerimaan Daerah
Perubahan Nama Peubah Endogen
1 2 3 4 PAJAK
1.24 16.00
0.40 0.06
Bagi Hasil Pajak 0.41
0.01 16.00
0.02 PAD
0.17 2.25
0.05 4.59
Transfer 7.48
0.00 2.32
0.00 Bagi Hasil
0.30 0.01
11.80 0.01
Total Penerimaan 6.32
0.12 1.96
0.25 Pengeluaran Pembangunan
6.44 0.13
1.99 0.26
Pengeluaran Rutin 4.93
0.10 1.53
0.20 Total Pengeluaran
5.57 0.11
1.73 0.22
PDRB 2.83
0.06 0.88
0.11 Total Tenaga Kerja
2.46 0.05
0.76 0.10
Peningkatan pengeluaran tentu akan mempengaruhi kinerja perekonomian. Hanya saja pengaruh peningkatan pengeluaran yang berasal pajak masih sangat
kecil terhadap perekonomian. Hal ini disebabkan karena masih kecilnya kontribusi pajak daerah dalam pembentukan penerimaan. Dampak dari
peningkatan pengeluaran terhadap perekonomian akibat peningkatan pajak daerah sebesar 16 persen hanya mampu meningkatkan PDRB sebesar 0.06 persen,
meningkatkan penyerapan tenaga kerja sebesar 0.05 persen, dan meningkatkan bagi hasil pajak sebesar 0.01 persen.
Simulasi ke tiga S3 adalah peningkatan bagi hasil pajak sebesar 16 persen. Peningkatan bagi hasil pajak tersebut menyebabkan dana transfer meningkat
sebesar 2.32 persen. Setelah desentralisasi fiskal, kontribusi bagi hasil pajak terhadap dana transfer mengalami penurunan. Penurunan kontribusi ini
disebabkan karena pertumbuhan bagi hasil pajak tidak mampu mengimbangi
VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN DESENTRALISASI FISKAL TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN
DAERAH
6.1. Hasil Validasi Model