Estimasi VECM dilakukan untuk melihat analisis jangka panjang dan jangka pendek pengaruh variabel-variabel perkembangan pasar modal terhadap
tingkat pertumbuhan ekonomi dapat dilihat pada tabel 4.5.
Tabel 4.5. Hasil Estimasi VECM Persamaan Investasi Riil
Variabel Koefisien
T-statistik Jangka Pendek
DLN_INVR-1
1.504248 22.0315
DLN_INVR-2
-0.816812 -10.4349
DLN_GDPR-1
0.142242 1.47560
DLN_GDPR-2
0.091813 0.94927
DLN_KAP-1
-0.042981 -2.56228
DLN_KAP-2
0.029408 1.91186
DLN_IHSG-1
0.000540 0.05672
DLN_IHSG-2
-0.000864 -0.09143
DLN_NSP-1
0.000100 0.09941
DLN_NSP-2
-0.000352 -0.36553
DLN_RER-1
-0.022203 -1.32765
DLN_RER-2
0.005149 0.31241
C
0.000912 1.32327
CointEq1
-0.007301 -0.76684
Jangka Panjang
LN_GDPR-1
-1.214709 -3.75713
LN_KAP-1
-0.711030 -5.91840
LN_IHSG-1
0.625667 4.90333
LN_NSP-1
-0.059638 -5.82332
LN_RER-1
0.318556 3.08077
TREND99:01
0.016934 7.27354
C
-29.00068
-
Sumber : Lampiran 9 Keterangan : , Signifikan pada taraf 10
4.2.1. Hubungan Indikator Pasar Modal terhadap Investasi Riil pada Jangka Pendek
Pada analisis jangka pendek untuk investasi riil INVR, terdapat dugaan parameter koreksi kesalahan persamaan kointegrasi pertama sebesar -0.007301
persen yang signifikan secara statistik. Investasi riil pada lag pertama secara positif mempengaruhi investasi riil secara signifikan pada taraf 10 persen yaitu
sebesar 1.504248, yang artinya apabila terjadi kenaikan investasi riil pada lag
pertama sebesar 1 persen maka investasi riil akan meningkat sebesar 1.504248 persen. Hal ini sesuai dengan fakta yang terjadi bahwa investasi riil periode
sebelumnya menentukan optimisme pada investasi riil pada periode yang berjalan. Selanjutnya, investasi riil pada lag kedua memiliki hubungan negatif terhadap
investasi riil pada periode berjalan yang secara statistik signifikan pada taraf nyata 10 persen sebesar -0.816812 yang berarti bahwa apabila terjadi kenaikan
pertumbuhan investasi riil pada lag kedua sebesar 1 persen maka investasi riil pada periode yang berjalan akan mengalami penurunan sebesar 0.816812 persen.
Produk domestik bruto riil GDPR pada lag pertama memiliki hubungan positif dengan investasi riil INVR yang tidak signifikan secara statistik pada
taraf nyata 10 persen yaitu sebesar 0.142242, yang artinya saat terjadi kenaikan produk domestik bruto riil pada lag pertama sebesar 1 persen maka investasi riil
akan meningkat sebesar 0.142242 persen. Selanjutnya produk domestik bruto GDPR pada lag kedua memiliki hubungan positif yang secara statistik juga tidak
signifikan pada taraf nyata 10 persen yaitu sebesar 0.091813, yang artinya saat terjadi kenaikan PDB riil pada lag kedua sebesar 1 persen maka investasi riil akan
mengalami peningkatan sebesar 0.091813. Hal ini mengisyaratkan bahwa peningkatan pertumbuhan ekonomi tidak serta merta membawa pada perbaikan
investasi di sektor riil. Banyak faktor yang menjadi pertimbangan dalam melakukan investasi di sektor riil Indonesia seperti, tingkat suku bunga, kondisi
keamanan, undang-undang perburuhan, ketidakpastian, dan juga keruwetan birokrasi yang menjadi penghambat utama. Selain itu struktur perekonomian
Indonesia yang masih lebih didominasi oleh sektor konsumsi menjadikan
pertambahan pendapatan nasional tidak serta merta membawa dampak yang besar bagi perkembangan investasi.
Dari hasil estimasi jangka pendek VECM diketahui bahwa variabel kapitalisasi pasar saham pada lag pertama memiliki hubungan negatif terhadap
investasi riil yang signifikan secara statistik pada taraf nyata 10 persen yaitu sebesar -0.042981, yang artinya kenaikan kapitalisasi pasar saham pada lag
pertama sebesar 1 persen akan menyebabkan penurunan investasi riil sebesar 0.042981 persen. Hal ini terjadi karena dana segar yang meningkat pada
perusahaan belum bisa dimanfaatkan secara optimal oleh perusahaan untuk sektor-sektor produktif. Hubungan yang negatif antara kapitalisasi pasar saham
terhadap investasi riil dapat disebabkan oleh pilihan investasi para pemilik dana. Meningkatnya return pada pasar modal akan menyebabkan investor lebih memilih
menginvestasikan dananya pada pasar modal dibandingkan berinvestasi pada sektor riil. Selain itu kualitas kapitalisasi pasar lebih didominasi oleh kenaikan
harga saham, dengan kata lain bukan karena penerbitan saham baru, yang memang tidak berkaitan dengan kegiatan reinvestasi dan pendanaan ekspansi
korporasi. Kapitalisasi pasar saham merupakan nilai saham pada harga
penutupannya, sehingga perubahan kapitalisasi pasar saham dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu perubahan jumlah saham yang ditawarkan, perubahan
jumlah emiten dan perubahan harga saham itu sendiri. Dominasi perubahan harga saham terhadap kapitalisasi terlihat dari perubahan jumlah emiten, jumlah saham
yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta yang lebih rendah dibandingkan perubahan harga saham, yang berarti booming-nya pasar modal lebih banyak didorong
meningkatnya harga-harga saham. Perubahan jumlah emiten, lembar saham yang ditawarkan, dan perubahan harga dapat dilihat pada Gambar 4.1.
-60 -40
-20 20
40 60
80
2000 2001
2002 2003
2004 2005
2006 2007
periode perubahan
Jumlah Emiten Jumlah Saham
IHSG
Sumber : Bursa Efek Jakarta
Gambar 4.1. Perubahan Jumlah Emiten, Jumlah saham yang ditawarkan, dan Perubahan Harga Saham 1999-2006 dalam persentase
Sedangkan kapitalisasi pasar saham pada lag kedua mempunyai hubungan positif terhadap investasi riil yang secara statistik signifikan pada taraf nyata 10
persen yaitu sebesar 0.029408, yang artinya kenaikan kapitalisasi pasar saham pada lag kedua sebesar 1 persen akan menyebabkan peningkatan investasi riil
sebesar 0.029408 persen. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak perusahaan yang go public dan menerbitkan saham baik IPO Initial Public Offering maupun
melalui penjualan saham kedua right issue maka semakin besar dan segar yang diperoleh perusahaan-perusahaan yang menerbitkan saham, sehingga semakin
besar pula kemampuan mereka dalam melakukan investasi pada sektor riil. Variabel indeks harga saham gabungan IHSG pada lag pertama memiliki
hubungan positif dan pada lag kedua memiliki hubungan negatif terhadap investasi riil INVR pada jangka pendek namun tidak signifikan secara statistik
pada taraf nyata 10 persen yaitu sebesar 0.000540 dan -0.000864, yang artinya
apabila terjadi kenaikan indeks harga saham pada lag pertama sebesar 1 persen maka investasi riil akan meningkat 0.000540 persen dan pada saat terjadi
kenaikan indeks harga saham pada lag kedua sebesar 1 persen maka investasi riil akan menurun sebesar 0.000864. Indeks harga saham yang tidak signifikan
terhadap investasi riil di Indonesia disebabkan oleh peran pasar modal dan pasar saham pada khususnya yang masih tergolong sangat kecil dalam sistem keuangan
Indonesia. Hampir sembilan puluh persen sistem keuangan didominasi oleh sektor perbankan sehingga pengaruh indeks harga saham masih tergolong kecil apabila
dibandingkan pengaruh indikator-indikator perbankan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Pada jangka pendek, nilai saham yang diperdagangkan NSP pada lag pertama memiliki hubungan positif tehadap investasi riil yang tidak signifikan
secara statistik pada taraf nyata 10 persen yaitu sebesar 0.000100, yang artinya kenaikan nilai saham yang diperdagangkan pada lag pertama sebesar 1 persen
akan mengakibatkan investasi riil mengalami peningkatan sebesar 0.000100 persen. Selain itu, nilai saham yang diperdagangkan pada lag kedua juga memiliki
hubungan negatif terhadap investasi riil yang tidak signifikan secara statistik pada taraf nyata 10 persen yaitu sebesar -0.000352, yang artinya apabila terjadi
kenaikan nilai saham yang diperdagangkan pada lag kedua sebesar 1 persen maka investasi riil akan mengalami penurunan sebesar 0.000352 persen. Hubungan
yang tidak signifikan antara nilai saham yang diperdagangkan dengan investasi riil Indonesia disebabkan oleh karena aktivitas perdagangan pada pasar sekunder
tidak berpengaruh pada peningkatan dana investasi pada perusahaan seperti yang terjadi pasar primer saham. Hal ini juga memperlihatkan bahwa likuiditas pasar
saham yang diindikasikan oleh aktivitas perdagangan saham pada pasar sekunder tidak serta merta mendorong perusahaan-perusahaan untuk go-public, hal ini
dikarenakan biaya yang masih tinggi untuk ber-IPO, selain itu kemampuan manajemen perusahaan untuk melakukan transparansi keuangan yang masih
tergolong rendah. Pada jangka pendek, nilai tukar riil RER pada lag pertama memiliki
hubungan negatif terhadap investasi riil yang secara statistik tidak signifikan pada taraf nyata 10 persen yaitu sebesar -0.022203, yang artinya ketika terjadi
peningkatan depresiasi nilai tukar riil pada lag pertama sebesar 1 persen maka investasi riil akan mengalami penurunan sebesar 0.022203 persen. Depresiasi nilai
tukar riil mengindikasikan biaya yang lebih besar bagi perusahaan untuk memenuhi kebutuhan alat-alat modal yang sebagian besar berasal dari luar negeri
sehingga investasi riil akan mengalami penurunan. Sedangkan nilai tukar riil pada lag
kedua memiliki hubungan positif terhadap investasi riil yang tidak signifikan secara statistik pada taraf nyata 10 persen yaitu sebesar 0.005149, yang artinya
peningkatan nilai tukar riil pada lag kedua sebesar 1 persen akan mengakibatkan investasi riil mengalami peningkatan sebesar 0.021091 persen. Hal ini disebabkan
oleh daya saing yang meningkat karena terdepresiasinya nilai tukar akan berimbas pada penerimaan ekspor perusahaan, sehingga peningkatan penerimaan tersebut
akan dimanfaatkan perusahaan untuk berinvestasi.
4.2.2. Hubungan Indikator Pasar Modal terhadap Investasi Riil pada