KARAKTERISTIK GULA KASAR RAW SUGAR

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. KARAKTERISTIK GULA KASAR RAW SUGAR

Karakterisasi yang dilakukan terhadap raw sugar meliputi analisa kadar air, kadar abu, tingkat kemurnian polarisasi, warna larutan ICUMSA, asam akonitat, gula pereduksi dan kejernihan. Karakterisasi raw sugar pada larutan gula kasar 12 briks, bertujuan untuk mengetahui kondisi awal dari raw sugar . Hasil karakterisasi raw sugar dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Hasil karakterisasi raw sugar Karakteristik Satuan Hasil Pengujian Standar raw sugar Kadar air bb 0.03 0.1 - 0.35 Kadar abu bb 0.03 Maks.0.5 Tingkat kemurnian polarisasi ˚Z 96 Min.95 Warna larutan ICUMSA IU 1652 Min.600 Gula pereduksi bb 0.198 0.06-0.86 Asam akonitat ppm 53.447 - Kejernihan T 89.88 - Sumber : SNI 01-3140.1-2001 Sumber : P3GI 1999 Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa raw sugar yang digunakan memiliki kadar air yang lebih rendah dibandingkan dengan standar dari P3GI. Kadar air dalam raw sugar sangat mempengaruhi ketahanan dalam penyimpanan. Semakin tinggi kadar air raw sugar dapat menjadi sarana untuk pertumbuhan mikroorganisme sehingga kerusakan sukrosa dapat terjadi James dan Chung, 1993. Nilai kadar abu raw sugar pada Tabel 5 telah memenuhi Standar Nasional Indonesia. Kadar abu yang tinggi dalam raw sugar memiliki potensi membentuk kerak sehingga jumlah uap pemanas naik, selain itu juga akan menyebabkan penurunan rendemen James dan Chung, 1993. Tingkat kemurnian polarisasi raw sugar, berdasarkan Tabel 5 telah memenuhi Standar Nasional Indonesia. Tingkat kemurnian raw sugar dipengaruhi bahan pengotor termasuk juga asam akonitat yang masih terkandung di dalam kristal raw sugar. Semakin tinggi tingkat kemurnian raw sugar maka bahan pengotor yang terkandung semakin sedikit, sehingga dapat mempermudah dalam proses pengolahan selanjutnya. Hasil karakterisasi warna pada Tabel 5 menunjukkan bahwa nilai warna raw sugar yang digunakan lebih tinggi dibandingkan dengan SNI 01- 3140.1-2001. Tingginya tingkat warna raw sugar disebabkan karena masih adanya bahan pengotor yang dapat memberikan warna di dalam kristal raw sugar Baikow, 1982. Tingkat warna juga dapat dijadikan sebagai ukuran dari derajat kemurnian Moerdokusumo, 1993. Persentase nilai gula pereduksi pada raw sugar menunjukkan nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan standar P3GI, yang mengindikasikan bahwa di dalam raw sugar tersebut masih banyak mengandung gula pereduksi yang berarti belum dilakukan proses pemurnian. Tingginya nilai gula pereduksi akan menghambat proses pengolahan raw sugar selanjutnya. Hasil karakterisasi raw sugar , berdasarkan Tabel 5 menunjukkan bahwa di dalam raw sugar masih mengandung asam akonitat sebesar 53.447 ppm. Asam akonitat dapat menghasilkan kualitas kristal gula yang rendah, karena asam akonitat mengganggu selama proses pengolahan, baik pada saat kristalisasi yaitu dengan memasuki kompleks reaksi gula dan unsur organik lainnya, maupun memperkecil efisiensi pada waktu proses evaporasi. Oleh karena itu, penghilangan asam akonitat sangat penting dalam meningkatkan kualitas raw sugar dan meningkatkan tingkat kemurnian sukrosa. Berdasarkan Tabel 5, kejernihan raw sugar yang digunakan adalah 89.88T. Hal ini menunjukkan bahwa masih terdapatnya bahan pengotor di 21 dalam raw sugar. Tinggi rendahnya kejernihan raw sugar menunjukkan kandungan bahan pengotor yang terlarut dalam larutan gula.

B. PENGARUH FAKTOR REAKSI