tekanan dapat meningkatkan penghilangan asam akonitat larutan raw sugar yang ditandai dengan menurunnya jumlah asam akonitat di dalam larutan raw
sugar setelah karbonatasi dengan RVB.
Pada Gambar 13 dapat diketahui bahwa jumlah asam akonitat meningkat pada saat tekanan rendah dan suhu meningkat. Hal ini diduga
karena pada saat suhu semakin meningkat, garam akonitat semakin sedikit yang larut sampai pada saat mencapai titik jenuh, sehingga adsorpsi terhadap
asam akonitat menjadi tidak efisien. Hasil analisis kanonik terhadap permukaan respon diketahui bahwa model permukaan respon berbentuk sadel
saddle point. Hal tersebut menyebabkan nilai optimum tidak dapat ditentukan dari model permukaan respon. Perkiraan nilai terbaik diperoleh
dari estimasi nilai minimum respon. Jumlah asam akonitat adalah sebesar 4.01 ppm dengan nilai faktor reaksi suhu 49°C, tekanan 0.26 kgcm
2
dan laju alir cairan 600 ljam.
D. VERIFIKASI ASAM AKONITAT PADA KONDISI TERBAIK
Verifikasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kesesuaian model permukaan respon terhadap eksperimen penghilangan asam akonitat
pada karbonatasi raw sugar menggunakan RVB. Hasil verifikasi larutan gula pada kondisi terbaik penghilangan asam akonitat, dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Hasil verifikasi larutan gula pada kondisi terbaik penghilangan asam akonitat
No. Parameter Satuan Karakteristik
awal raw sugar Hasil Pengujian
1. Asam akonitat
ppm 53.447
2.889 2. Tingkat
kemurnian Polarisasi
˚Z 96 99.2
3. Gula pereduksi
bb 0.198
Tidak terdeteksi 4.
Warna larutan ICUMSA
IU 1652 1150
Berdasarkan Tabel 8, asam akonitat pada karbonatasi raw sugar menggunakan RVB yaitu sebesar 2.889 ppm, sedangkan hasil pendugaan
29
penghilangan asam akonitat terbaik dengan meggunakan model yaitu sebesar 4.01 ppm. Perbedaan nilai tersebut menunjukkan terdapatnya kesalahan yang
terjadi pada pendugaan nilai terbaik jumlah asam akonitat pada model yang dibentuk dengan permukaan respon yaitu sebesar 27 persen. Asam akonitat
baik pada verifikasi maupun pada pendugaan model, jumlahnya lebih kecil dibandingkan dengan jumlah asam akonitat pada karakterisasi awal yaitu
53.447 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan Reaktor Venturi Bersirkulasi sangat efektif dan efisien dalam penghilangan asam akonitat pada
karbonatasi raw sugar yaitu sebesar 94.5 persen, yang mana pada pemurnian dengan double karbonatasi menggunakan karbonator lainnya hanya dapat
menghilangkan asam akonitat hanya sebesar 78.8 persen Hanine et al., 1992. Selain asam akonitat, dilakukan pula analisa terhadap parameter
kualitas larutan gula karbonatasi dengan RVB yang meliputi adalah tingkat kemurnian polarisasi, gula pereduksi, dan warna larutan ICUMSA.
Berdasarkan Tabel 8, dapat dilihat bahwa pada verifikasi kondisi penghilangan asam akonitat terbaik, tingkat kemurnian polarisasi larutan gula lebih tinggi
dibandingkan dengan tingkat kemurnian polarisasi sebelum karbonatasi dengan RVB. Hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan pengikatan dan
pengendapan bahan pengotor dalam larutan raw sugar pada karbonatasi dengan RVB.
Pada Tabel 8, dapat dilihat bahwa gula pereduksi pada verifikasi kondisi penghilangan asam akonitat terbaik adalah tidak terdeteksi. Hal ini
menunjukkan bahwa kadar gula pereduksi setelah karbonatasi sangat rendah. Penurunan kadar gula pereduksi ini dikarenakan dengan tingginya pH dan
penambahan susu kapur, maka gula pereduksi yang ada di dalam larutan gula terdekomposisi.
Warna larutan gula ICUMSA pada verifikasi kondisi penghilangan asam akonitat terbaik yaitu lebih rendah dibandingkan dengan sebelum
karbonatasi dengan RVB. Hal ini menunjukkan bahwa semakin kecilnya jumlah bahan pengotor yang menimbulkan warna di dalam larutan gula,
karena telah terikat dan terendapkan oleh senyawa kalsium karbonat.
30
V. KESIMPULAN DAN SARAN