Landasan Filosofis LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS

37

BAB IV LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS

A. Landasan Filosofis

Pancasila sebagai sandaran filsafati negara menempatkan kelima silanya sebagai sumber cita hukum. Sebagaimana tercermin dalam pembukaan UUD 1945, bahwa keadilan sosial sebagai salah satu tujuan negara menghendaki adanya penyelesaian hukum secara adil, tidak memihak, independen dan menghormati prinsip-prinsip hak asasi manusia. Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan bahwa Negara I do esia adalah Negara Huku . Arti ya, ah a Negara Kesatua ‘epu lik Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum rechtstaat, tidak berdasar atas kekuasaan machtstaat. Dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945 memuat rumusan tujuan negara dan dasar negara yang merupakan dasar untuk mewujudkan cita hukum rechtsides yang menguasai hukum dasar negara baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Cita hukum mengandung arti bahwa hakikatnya hukum sebagai aturan tingkah laku masyarakat berakar pada gagasan, rasa, karsa, cipta dan dari masyarakat itu sendiri berkenaan dengan hukum atau persepsi tentang makna hukum yang didalamnya terdapat tiga unsur inti yakni keadilan, kehasilgunaan doelmaatigheid, dan kepastian hukum. 41 Cita hukum Pancasila berintikan tujuh hal yakni: a Ketuhanan Yang Maha Esa; b Penghormatan atas martabat manusia; c Wawasan kebangsaan dan wawasan nusantara; d Persamaan dan kelayakan; e Keadilan sosial; f Moral dan budi pekerti yang luhur; dan g Partisipasi dan transparansi dalam proses pengambilan putusan publik. 42 Tujuan hukum berdasarkan cita hukum Pancasila adalah untuk memberikan pengayoman kepada manusia yaitu melindungi manusia secara pasif negatif dengan mencegah tindakan sewenang-wenang dan secara aktif positif menciptakan kondisi kemasyarakatan yang manusiawi yang memungkinkan proses kemasyarakatan berlangsung secara wajar sehingga adil bagi tiap manusia untuk memperoleh kesempatan yang luas untuk mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya secara utuh. 43 Dasar moral maksud dan tujuan yang hendak ditegakkan dan dilindungi, dalam proses Praperadilan yakni tegaknya hukum dan perlindungan hak asasi tersangka dalam tingkat pemeriksaan penyidikan dan penuntutan. Lebih spesifik, keberadaan Praperadilan bertujuan untuk kepentingan pengawasan terhadap perlindungan hak-hak tersangka dalam pemeriksaan pendahuluan. Kontrol tersebut dilakukan dengan cara-cara: i Kontrol vertikal yaitu kontrol dari atas ke bawah; dan ii Kontrol horisontal, yaitu kontrol ke samping, antara penyidik, penuntut umum timbal balik dan tersangka, keluarganya atau pihak lain. 41 Lihat Bernard Arief Sidharta, Refleksi tentang Struktur Ilmu Hukum, Bandung: Mandar Maju, 1999, hal. 181. 42 Ibid. Hal 185. Disimpulkan dari Soediman Kartohadiprojo, Kumpulan Karangan- 1965, N Driyakara, pancasila dan religi- 1965, dan Soepomo Hubungan Individu dan Masyarakat dalam Hukum Adat-1963. 43 Ibid , hal 190, Uraian Mochtar Kususmaatmadja, Fungsi dan perkembangan Hukum dalam Pembangunan Nasional, 1973. 38 Atas dasar konteks moral tersebut pembentukan Peraturan Mahkamah Agung tentang Hukum Acara Praperadilan ini sangat penting keberadaannya untuk menjaga dan menegakan tujuan hukum dalam proses peradilan pidana. Hal ini sejalan dengan asas hukum yang tercantum di dalam konstitusi yang menempatkan setiap warga negara sama kedudukannya di hadapan hukum equality before the law, guna memberikan jaminan perlindungan dan kepastian hukum, serta adanya proses peradilan pidana yang baik due prosess of law dan menciptakan peradilan yang fair dan bersih yang menumbuhkan rasa keadilan di masyarakat.

B. Landasan Sosiologis