Seminar Nasional Konservasi Biodiversitas di Sub-Regional Sumatera Bagian Selatan, Palembang 14-15 Januari 2015 | 64
6.2.5. Monitoring respon
Keberadaan kebijakan pemerintah dan swasta yang mendukung upaya konservasi keanekaragaman hayati dalam mitigasi dan adaptasi terhadap penyebab dan tekanan
merupakan hal yang fundamental. Namun, pelaksanaan monitoringnya masih belum dilakukan di Provinsi Lampung, Jambi dan Bengkulu. Implementasi monitoring respon
telah dilakukan oleh pemerintah Provinsi Sumatera Selatan, tetapi belum maksimal dilakukan. Kegiatan yang telah dilakukan berupa pencarian informasi dari pihak terkait,
seperti Balai TNKS dan Dinas Kehutanan. Metode yang digunakan juga beranekaragam, diantaranya melalui seminar dan pelatihan, koordinasi dengan pihak terkait pemerintah
dalam hal penerapan dan revisi undang-undang terkait dengan topik konservasi keanekaragaman hayati, komunikasi langsung dengan pihak terkait dan wawancara
dengan para pihak terkait masyarakat, BKSDA, TN Sembilang, PT.REKI. Kegiatan monitoring ini dapat dilakukan minimal setiap bulan maupun setahun sekali. Saat ini, di
beberapa instansi juga telah dilakukan integrasi program monitoring respon ke dalam perencanaan program kerja instansi. Kendala dalam pelaksanaan program monitoring
respon juga ditemukan, yaitu dukungan pendanaan kegiatan yang masih sangat minim.
6.3.
Pengarusutamaan keanekaragaman hayati di Provinsi Sumatera Selatan, Bengkulu, Jambi,
dan Lampung
Pengarusutamaan mainstreaming yang dilakukan di Provinsi Sumatera Selatan, diantaranya berupa sosialisasi kebijakanregulasi diskusi hukum lingkungan, program
aksi, penelitian dan pemantauan serta pendampingan masyarakat. Kendala yang dihadapi adalah sumberdaya SDM perlengkaan dan dana yang terbatas untuk
pelaksanaan program, pemeliharaan tanaman, pengadaan bibit dan penyuluhan. Upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut adalah kerjasama dengan instutsi
lain, peningkatan anggaran dan penyuluhansosialisasi.
Untuk Provinsi Jambi, Lampung dan Bengkulu, kegiatan pengarusutamaan yang telah dilakukan adalah penyusunan dan sosialisasi kebijakanregulasi berupa peraturan desa
Perdes, Roundtable Sustainable Palm Oil RSPO, tata ruang, kelompok kerja pokja, pengelolaan hutan berbasis masyarakat PHBM dan sertifikasi Pengelolaan HUtan
Produksi Lestari PHPL. Kegiatan lain adalah penelitian dan pemantauan patrol, dan pemantauan satwa, dan penetapan Nilai Konservasi TinggiHigh Conservation
ValueHCV. Tindakan aksi lapangan yang dilakukan adalah restorasi kawasan,
Seminar Nasional Konservasi Biodiversitas di Sub-Regional Sumatera Bagian Selatan, Palembang 14-15 Januari 2015 | 65
pendampingan masyarakat Community Forestry Based ManagementCFBM, peningkatan kapasitas SDM melalui pelatihan, mitigasi konflik, translokasi dan
pelepasliaran. Adapun kendala yang dihadapi adalah kapasitas SDM pemerintah daerah yang kurang memadai, sistem birokrasi yang rumit, kurang dukungan dari otoritas, data
yang tidak terintegrasi dan keberlajutan program. Usaha untuk mengatasi kendala tersebut diantranya adalah kerjasama multipihak, dialogadvokasi kebijakan dan kordinasi
para pihak, serta pelatihan SDM. Untuk penelitian mengenai status dan kegiatan monitoring, telah dilakukan penelitian yang bersifat insidentil bila ada dana tentang
distribusi dan status spesies tumbuhan dan hewanfauna yang dilakukan dengan menggunakan camera trap.
Berdasarkan hasil kuisioner, pengarusutamaan nilai konservasi keanekaragaman hayati dapat diuraikan dalam empat target prioritas, yaitu: 1 kesadaran masyarakat, 2
perencanaan daerah berbasis konservasi keanekaragaman hayati, 3 insentif dan hukuman reward punishment, dan 4 pemanfaatan spesies.
6.3.1. Kesadaran masyarakat