Seminar Nasional Konservasi Biodiversitas di Sub-Regional Sumatera Bagian Selatan, Palembang 14-15 Januari 2015 | 60
Aksestabilitas data penelitian tersebut terbagi ke dalam dua bagian, yaitu data yang dapat diakses serta data yang tidak dapat diakses. Tetapi, pada umumnya terdapat harapan
para pihak bahwa setiap data sebaiknya dapat diakses secara terbuka.
6.1.4. Ancaman kelestarian spesies
Kelestarian keanekaragaman hayati spesies yang terdapat di lanskap Sumatera bagian Selatan juga menghadapi berbagai ancaman. Pada umumnya, ancaman terbesar yang
ditemukan di kawasan konservasi berupa ancaman antropogenik, seperti penebangan liar, pembukaan lahan, perambahan hutan, program konsesi ilegal, perubahan
penggunaan lahan hutan menjadi pemukiman, tambak dan lahan budidaya lainnya kebun dan sawah, perburuan, penggunaan racun dan arus listrik untuk menangkap ikan,
pemanfaatan berlebih dengan pola desktruktif dan indiskriminasi, degradasi habitat karena perubahan kualitas airpencemaran, dan kebakaran. Akibatnya, berbagai spesies
yang hidup dan berkembangbiak di lokasi tersebut tidak memiliki ruang hidup yang cukup, bahkan dampak terbesarnya dapat menyebabkan kepunahan spesies, misalnya yang
terjadi pada burung gading, cecak ruwomuray, harimau, trenggiling dan kayu meranti. Ancaman penting lainnya yang perlu diperhatikan adalah adanya perubahan iklim.
Fenomena ini dapat mempercepat hilangnya dan kepunahan spesies.
Untuk mengurangi ancaman tersebut di atas, berbagai kegiatan pun telah dilakukan. Tindakan mitigasi yang telah dilakukan meliputi advokasi, rehabilitasi dan restorasi
tambak aktif dan bekas tambak dengan tanaman mangrove, penyuluhan dan penanaman, sosialiasi, serta pelarangan penggunaan potas dan strum.
6.1.5. Peluang dan hambatan konservasi keanekaragaman hayati
Optimalisasi upaya konservasi keanekaragaman hayati dapat diperkuat melalui penelusuran peluang-peluang dan pengurangan hambatan. ProgramKegiatanKebijakan
yang dapat mewadahi upaya konservasi, antara lain integrasi program konservasi ke dalam daftar spesies prioritas PHKA, pelaksanaan monitoring yang reguler, program
pengelolaan spesies-spesies target dilindungi, terancam punah, penanaman hutan kembali, penanaman pohon langka atau yang dilindungi, pelestarian atau penangkaran
hewan dan tumbuhan, sosialisasi dan peningkatan kapasitas pengetahuan masyarakat, pembinaan masyarakat secara berkala, implementasi undang-undang terkait konservasi
keanekaragaman hayati, peningkatan upaya penegakkan hukum, penyuluhan dan pendidikan konservasi, pengelolaan kawasan konservasi, dan termasuk pelepasliaran
berbagai jenis satwaliar hasil penyelamatanpenangkaran. Pendekatan kolaborasi multipihak yang peduli konservasi keanekaragaman hayati, integrasi konservasi
Seminar Nasional Konservasi Biodiversitas di Sub-Regional Sumatera Bagian Selatan, Palembang 14-15 Januari 2015 | 61
keanekaragaman hayati ke dalam kurikulum sekolah SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi, maupun kebijakan pembinaan penyuluhan terhadap masyarakat di sekitar
kawasan merupakan pendekatan-pendekatan yang perlu diprioritaskan.
Adanya peluang, juga tidak terlepas dari kemungkinan hambatan yang menghadang upaya konservasi keanekaragaman hayati. Kemungkinan hambatan yang dimaksud
dapat berupa kekurangan dana, peralatan, sinergitas, sumber daya manusia, kesadaran dan pengetahuan masyarakat terkait keanekargaman hayati, efektifitas program, pasokan
bibit, pengelolaan lahan, keterbatasan luasan lahan, dukungan para pihaklemahnya koordinasi para pihak pemerhati konservasi, faktor antropogenik perambahan,
pembalakan liar dan perburuan satwa, biaya yang besar, pertambahan jumlah penduduk yang pesat, dan daya dukung kawasan yang rendah, terutama kawasan bekas HPH.
6.1.6. Pelibatan para pihak