Monitoring populasispesies Monitoring genetik Monitoring penyebab dan ancaman driver pressure

Seminar Nasional Konservasi Biodiversitas di Sub-Regional Sumatera Bagian Selatan, Palembang 14-15 Januari 2015 | 63

6.2.2. Monitoring populasispesies

Monitoring populasispesies dilakukan untuk mendapatkan kondisi terkini populasispesies tersebut. Teknik yang dapat digunakan untuk monitoring populasispesies antara lain metode camera trap, metode line transect, identifikasi sarang, survei jejak atau tanda bekas, maupun perjumpaan langsung dengan satwaliar. Sedangkan pendekatan tak langsung dapat dilakukan dengan penggalian informasi dari masyarakat yang tinggal di sekitar hutan, pengumpulan data sekunder dari instansi terkait misalnya BKSDA, TN Sembilang, PT. REKI, dll., menghadiri seminar dan pertemuan terkait isu populasispesies. Indikator yang digunakan untuk mengukur perubahan populasi juga sangat bervariasi. Indikator tersebut meliputi luasan tutupan hutan, penilaian keadaan hutan, kicauan burung, jejak telapak kaki, informasi keberadaan pemburu, dinamika populasi populasi bertambah, berkurang, tetapstabil, tingkat perjumpaan satwa, hasil foto dari camera trap, jenis pakan, dan adanya perubahan peningkatan kembalinya habitathutan seperti kondisi semula. Monitoring populasi dapat dilakukan secara reguler dan berkala. Selang periode monitoring antara lain minimal 3 bulan sekali, 4 bulan sekali, 6 bulan sekali, dan tiap tahun sekali. Variasi selang pengamatan ini juga bergantung pada sumber pendanaan.

6.2.3. Monitoring genetik

Monitoring genetik merupakan salah satu hal yang penting dalam mendukung upaya konservasi keanekaragaman hayati. Namun, pelaksanaannya masih sangat terbatas. Monitoring genetik belum dilakukan di wilayah Sumatera bagian Selatan.

6.2.4. Monitoring penyebab dan ancaman driver pressure

Monitoring penyebab kerusakan keanekaragaman hayati, terutama pada aspek sosial dan ekonomi juga perlu mendapatkan perhatian secara khusus. Tetapi, monitoring kedua aspek ini masih belum banyak dilakukan. Beberapa pihak yang telah melakukan kajian ini menemukan bahwa kerusakan keanekaragaman hayati dapat disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan masyarakat akan nilai konservasi keanekaragaman hayati dan tekanan faktor ekonomi yang tinggi. Monitoring dilakukan terhadap kegiatan pembukaan lahan, pembalakan liar, melalui metode survei, pengumpulan data primer sekunder, termasuk data monitoring hutankawasan, dan anjangsanatemu wicara dengan masyarakat. Selang waktu monitoring beranekaragam, antara lain 3 bulan sekali, 6 bulan sekali dan sekali setahun. Seminar Nasional Konservasi Biodiversitas di Sub-Regional Sumatera Bagian Selatan, Palembang 14-15 Januari 2015 | 64

6.2.5. Monitoring respon