Vegetasi Penutup Tanah Aspek Erosi Lahan

c. Topografi

Kemiringan dan panjang lereng merupakan faktor penting terjadinya erosi karena faktor tersebut menentukan besarnya kecepatan dan volume air permukaan surface run off. Kemiringan lereng yang tidak terputus dan panjang serta terkonsentrasi pada saluran sempit berpotensi besar untuk terjadi erosi. Kedudukan lereng juga menentukan besar-kecilnya erosi. Lereng bagian bawah lebih mudah tererosi daripada lereng bagian atas karena momentum air permukaan lebih besar dan kecepatannya lebih terkonsentrasi ketika mencapai lereng bagian bawah.

d. Vegetasi Penutup Tanah

Vegetasi yang menutupi permukaan tanah berfungsi untuk :  Melindungi permukaan tanah dari tumbukan air hujan menurunkan kecepatan dan memperkecil diameter air hujan.  Menurunkan kecepatan dan volume air larian.  Menahan partikel tanah pada tempatnya melalui sistem perakaran dan seresah yang dihasilkan.  Mempertahankan kemantapan kapasitas tanah dalam penyerapan air. Gambar. Pemantauan SPL Erosi BKPH Cijulang Tumbuhan bawah mempunyai peranan besar dalam menurunkan besarnya laju erosi karena merupakan stratum vegetasi terakhir yang akan menentukan besar-kecilnya erosi percikan. Pemantauan erosi yang dilakukan di KPH Ciamis dilakukan untuk mengetahui laju erosi yang terjadi. Dari pemantauan tersebut bisa menjadi rekomendasi untuk bentuk pengelolaan berikutnya. Lokasi Stasiun Pemantauan Lingkungan erosi di KPH Ciamis tersebar di 17 lokasi yang mewakili kondisi kawasan hutan berupa stasiun pengamatan lingkungan permanen. Hal ini dimaksudkan untuk pemantauan pada lokasi tersebut yang nantinya bisa menjadi gambaran erosi yang terjadi dari yang semula lahan terbuka, bertegakan muda, tegakan tua sampai dengan lahan terbuka kembali. Pada pemantauan erosi tahun 2016 diketahui erosi aktual yang terjadi masih dalam kondisi baik. Peraturan Direktur Jenderal RLPS No : P.04V.SET2009, Nilai indeks erosi IE yang masuk kategori baik adalah ≤ 1, dan kriteria Jelek 1. Lokasi SPL berada dalam petak pengelolaan KPH Ciamis. Dari 17 SPL yang ada di wilayah KPH Ciamis semuanya masuk kriteria baik. Gambar. Pengambilan sampel erosi Tabel. Laju Erosi Beberapa SPL KPH Ciamis Tahun 2016 Sumber data : Laporan Tahunan Bidang Lingkungan Tahun 2016 Pada tahun 2016 Perum Perhutani KPH Ciamis telah membuat SPL Erosi sebanyak 2 Buah yaitu SPL 18 di BKPH Pangandaran dan SPL 19 di BKPH Cijulang sehingga menjadi 19 Sembilan belas SPL Erosi. Dari 19 Sembilan belas SPL Erosi yang ada di KPH Ciamis hanya 7 tujuh SPL yang terpantau pada tahun 2016, karena 12 SPL lainya penutupan lahan dan tumbuhan bawah sudah rapat. Hasil di atas menunjukkan bahwa kondisi SPL erosi yang terjadi masih menunjukkan performa yang baik. Dari sisi pengelolaan hutan menunjukkan masih memberikan pengaruh yang maksimal untuk mengurangi tingkat laju erosi. Indek Erosi masih menunjukan nilai baik. Adapun gambaran indek erosi secara umum untuk seluruh kawasan hutan KPH Ciamis disajikan dalam grafik berikut ini. Lokasi BKPH Indek Erosi IE Skor SPL 01 Banjar Utara Nihil Baik SPL 02 Banjar Selatan Nihil Baik SPL 03 Pangandaran Nihil Baik SPL 04 Pangandaran Nihil Baik SPL 05 Cijulang Nihil Baik SPL 06 Ciamis Nihil Baik SPL 07 Banjar Selatan Nihil Baik SPL 08 Banjar Selatan Nihil Baik SPL 09 Cijulang Nihil Baik SPL 10 Cijulang Nihil Baik SPL 11 Banjar Utara 0,028 Baik SPL 12 Banjar Selatan Nihil Baik SPL 13 Pangandaran Nihil Baik SPL 14 Pangandaran 0,016 Baik SPL 15 Cijulang 0,020 Baik SPL 16 Banjar Utara 0,469 Baik SPL 17 Banjar Selatan 0,119 Baik SPL 18 Pangandaran 0,242 Baik SPL 19 Cijulang 0,210 Baik Grafik. Indek erosi KPH Ciamis Tahun 2016 Secara umum erosi yang terjadi di seluruh kawasan hutan KPH Ciamis bersifat fluktuatif. Kejadian erosi yang terpantau terjadi hanya pada musim penghujan. Pada grafik yang berlangsung pada tahun 2016. Laju erosi tertinggi pada SPL 16 BKPH Banjar Utara dan SPL 18 BKPH Pangandaran. Hal ini karena dipengaruhi oleh intensitas hujan yang tinggi, dan merupakan lokasi bekas tebangan serta ada penggarapan lahan secara intensif oleh masyarakat tanaman tumpangsari. Aktivitas pengolahan tanah yang intensif mengakibatkan tanah menjadi gembur dan pada saat hujan massa tanah ini akan mudah terbawa oleh aliran permukaan menuju tempat yang lebih rendah lagi, sehingga mengakibatkan kehilangan banyak lapisan atas tanahnya. Ditambah lagi dengan kondisi lapangan yang agak curam semakin mempercepat laju pengangkutannya. Berbeda dengan tanah-tanah yang tidak dilakukan pengolahan secara intensif, pada lokasi seperti ini maka agregat tanahnya kuat sehingga tidak mudah lepas oleh adanya tumbukan air hujan dan aliran permukaan.

3. Aspek Kimia