Beberapa Jenis Bahan Sarang dan Perilaku Bersarang Burung Seriti (Collocalia esculenta) di Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara

(1)

BEBERAPA JENIS BAHAN SARANG DAN PERILAKU BERSARANG BURUNG SERITI (Collocalia esculenta)

DI KABUPATEN HALMAHERA SELATAN PROVINSI MALUKU UTARA

WIRDA AZ UMAGAP

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2 0 0 7


(2)

ABSTRAK

WIRDA AZ UMAGAP. Beberapa Jenis Bahan Sarang dan Perilaku Bersarang Burung Seriti (Collocalia esculenta) di Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara. Dibimbing oleh HERU SETIJANTO DAN SAVITRI NOVELINA.

Salah satu jenis burung yang sudah dikenal oleh masyarakat di Maluku Utara adalah jenis burung seriti (Collocalia esculenta). Burung ini dikenal karena menghasilkan sarang yang berkhasiat bagi kesehatan manusia dan mempunyai nilai ekonomis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui beberapa bentuk dan jenis bahan sarang burung seriti, serta perilaku bersarang burung seriti di jembatan dan gua di Kabupaten Halmahera Selatan.

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Halmahera Selatan selama 5 bulan menggunakan metode survey. Lokasi pengamatan adalah di 2 jembatan dan 2 gua. Pengamatan meliputi pola peletakan sarang, jumlah sarang, struktur sarang, jenis bahan penyusun sarang dan perilaku bersarang burung seriti. Jumlah petak pengamatan di bawah jembatan (3 petak) dan di dalam gua (5 petak). Pengambilan sampel di setiap petak sebanyak 10 sarang dan jenis bahan sarang di identifikasi. Pengamatan perilaku bersarang burung seriti memerlukan waktu 288 jam. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan statistik non-parametrik khi-kuadrat.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa di lokasi jembatan burung seriti meletakkan sarang pada sirip-sirip kayu sedangkan pada lokasi gua sarang diletakkan pada dinding gua. Jumlah sarang seriti pada jembatan I (121 sarang), jembatan II (130 sarang), gua I (212 sarang) dan gua II (206 sarang). Struktur fisik sarang burung seriti pada lokasi jembatan dan gua terdiri atas sarang mangkok dan sarang pojok dengan ukuran yang berbeda. Jenis bahan sarang yang terdapat di jembatan dan gua lebih banyak tersusun atas lumut, serta lumut dan rumput yang direkatkan dengan air liur. Jenis bahan sarang yang teridentifikasi terdapat pada lumut dengan jumlah spesies lebih banyak dibandingkan dengan bahan sarang lainnya. Aktivitas perilaku bersarang burung seriti adalah keluar dan masuk sarang, menyambut dan mengoper bahan sarang, menyusun bahan sarang, merekatkan bahan sarang dengan air liur. Terdapat perbedaan jumlah sarang, ukuran dan bentuk sarang, serta jenis bahan sarang diantara lokasi jembatan dan gua di Kabupaten Halmahera Selatan adalah jumlah sarang di J II lebih banyak dibandingkan di lokasi J I, sedangkan G I lebih banyak dibandingkan G II, ukuran dan bentuk sarang seriti pada lokasi gua sarang mangkok berukuran besar, sedangkan di jembatan sarang seriti sarang mangkok dan sarang pojok berbentuk segitiga yang berukuran kecil, jenis bahan sarang di 4 lokasi dapat dibedakan atas beberapa jenis bahan (lumut, rumput, dan serpihan daun).


(3)

ABSTRACT

WIRDA AZ UMAGAP. Type of White-Bellied Swiftlets Nest Materials (Collocalia esculenta) and Nested Behavior in South Halmahera Region, North Maluku. Under Direction of HERU SETIJANTO and SAVITRI NOVELINA.

White-bellied swiflets (Collocalia esculenta) is one of well known bird spesies, especially in North Maluku. The bird is famous due to economic valuable, it can produce the nest which benefit especially for human healthy. The objective of the research are to several the shape and type of the nest material, and white-bellied swiftlet nested behavior at the bridge and the cave in South Halmahera Region. This research has been done within 5 months by survey method. The observation was taken place at two location, 2 at the bridges and 2 at the caves. The observation consisted of the pattern of nest setting and the nest of number, the nest of structure, type of nest materials and the nested behavior of white-bellied swiftlets. The plot number of the observation under the bridges (3 plots) and the caves (5 plots). The sampling was done in the each of the plots are 10 nest and the types of the nest material were identified. The observation of the nested behavior were spent 288 hours. The data obtained were analyzed descriptively using statistic non-parametric (Chi-quadratic). The result of the research showed that white-bellied swiftlet set their nest at the wood slices of the under a bridge mean while at the caves location the swiftlets set their nest on the cave wall. The nest number of the swiftlets to the bridge I (121 nest), the bridge II (130 nest), the cave I (212 nest), and the cave II (206 nest) respectively. Physically structure of the white-bellied swiftlet nest at the bridges and the caves was consisted of cup nest and corner nest with the different size. Most of the nest material type of swiftlet which found at the bridges and the caves consisted of moss, or moss and grass which bounded by saliva. The types of nest material of the swiftlet which identified was consisted of moss with the more spesies than other nest of materials. The activity of the nested behavior of white-bellied swiftlet that could be observed were go and come to the nest, to gets and over the nest materials, arrange the nest, bound the nest materials with saliva. There are any different of the number, size, form and type of the nest materials of swiftlet, between the bridges location and the caves which are the number of the nest at the bridge II is more than the bridge I, mean while the cave I is more than the cave II. The size and form of the nest at the caves is like the cup nest of the bigger. At the bridge, the nest like the small cup nest and corner nest to the triangle. The type of swiftlet the nest materials at 4 site study can be distinguished within plants as the nest materials (moss, grass, and leaves of chip).


(4)

BEBERAPA JENIS BAHAN SARANG DAN PERILAKU BERSARANG BURUNG SERITI (Collocalia esculenta)

DI KABUPATEN HALMAHERA SELATAN PROVINSI MALUKU UTARA

WIRDA AZ UMAGAP

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh gelar Magister Sains Pada

Departemen Biologi

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2 0 0 7


(5)

Judul Penelitian : Beberapa Jenis Bahan Sarang dan Perilaku Bersarang Burung Seriti (Collocalia esculenta) di Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara.

Nama Mahasiswa : Wirda Az Umagap NRP : G351040051

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Drh. Heru Setijanto Drh. Savitri Novelina, M.Si Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Biologi Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Dedy Duryadi, DEA Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, M.S


(6)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Beberapa Jenis Bahan Sarang dan Perilaku Bersarang Burung Seriti (Collocalia Esculenta) di Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara adalah hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber data dan informasi yang berasal dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Juli 2007

Wirda Az Umagap NRP : G351040051


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ternate pada tanggal 9 Nopember 1978 sebagai anak kedua dari lima bersaudara pasangan Azuan Drakel, SH dan Nuria Tukuboya. Pendidikan sarjana ditempuh di Program studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Khairun Ternate, lulus pada tahun 2002. Tahun 2004 penulis diterima di Program Studi Biologi, pada Program Pascasarjana IPB melalui beasiswa DIKTI untuk staf pengajar di Universitas Muhammadiyah Ternate Provinsi Maluku Utara.


(8)

P R A K A T A

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas hidayah dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis dalam rangka memperoleh gelar Magister Sains.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Dr. Drh. Heru Detijanto dan Drh. Savitri Novelina M.Si, selaku komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan dan dukungan yang tiada henti selama proses pembuatan dan penulisan tesis.

2. Dr. Ir. R. R. Dyah Perwitasari, Msc, selaku dosen penguji atas kritik dan saran yang berguna bagi penyelesaian akhir tesis ini.

3. Departemen Pendidikan Nasional DIKTI dan Universitas Muhammadiyah Ternate atas kesempatan yang diberikan sehingga penulis dapat memperluas wawasan untuk studi di IPB.

4. Sekolah Pascasarjana IPB atas kesempatan belajar yang diberikan sehingga penulis dapat diterima pada Program Studi Biologi.

5. Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam Bacan Halmahera Selatan atas ijin penelitian yang diberikan.

6. Pemerintahan Daerah Maluku Utara di Ternate atas bantuan dana penelitian yang diberikan.

7. Walikota Propinsi Maluku Utara atas bantuan dana penelitian. 8. Bupati Halmahera Selatan di Bacan atas bantuan dana penelitian. 9. Bupati Halmahera Utara di Jailolo atas bantuan dana penelitian. 10.Bupati Sula Kepulauan di Sanana atas bantuan dana penelitian.

11.Seluruh staf Departemen Biologi dan Pascasarjana IPB atas pelayanan Akademik yang diberikan selama penulis menjalani studi.

12.Staf pengajar Labolatorium Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan atas kesempatan yang diberikan dan bantuan menyelesaikan penyusunan tesis. 13.Mama, Papa, Isman, Betty, M. Guntur dan keluarga besar di Ternate atas

segala doa, dukungan dan kasih sayang.

14.Masyarakat Bacan dan Pulau Ruta atas bantuan dan kerjasama selama penelitian.


(9)

15.Pak Bahim, Pak Ade dan Pak Hasan sekeluarga atas bantuan dan kerjasama dan keramahan selama penelitian.

16.Adik-adik mahasiswa Unkhair dan Muhammadiyah atas bantuan dan kerjasama selama penelitian.

17.Pak Maikel, Bu Trias, Pak Yan, Kuncup dan mbak Rahmi atas bantuan dan dukungan sangat berarti selama masa penulisan tesis.

18.Rekan-rekan dan saudara-saudara yang namanya tidak bisa disebutkan satu persatu atas dukungannya selama ini.

Akhir kata segala kerendahan hati penulis berharap agar tesis ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Amin, Insyaallah

.

Bogor, Juli 2007

Wirda Az Umagap


(10)

© Hak Cipta milik IPB, Tahun 2007 Hak Cipta dilindungi undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjaun suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.


(11)

BEBERAPA JENIS BAHAN SARANG DAN PERILAKU BERSARANG BURUNG SERITI (Collocalia esculenta)

DI KABUPATEN HALMAHERA SELATAN PROVINSI MALUKU UTARA

WIRDA AZ UMAGAP

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2 0 0 7


(12)

ABSTRAK

WIRDA AZ UMAGAP. Beberapa Jenis Bahan Sarang dan Perilaku Bersarang Burung Seriti (Collocalia esculenta) di Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara. Dibimbing oleh HERU SETIJANTO DAN SAVITRI NOVELINA.

Salah satu jenis burung yang sudah dikenal oleh masyarakat di Maluku Utara adalah jenis burung seriti (Collocalia esculenta). Burung ini dikenal karena menghasilkan sarang yang berkhasiat bagi kesehatan manusia dan mempunyai nilai ekonomis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui beberapa bentuk dan jenis bahan sarang burung seriti, serta perilaku bersarang burung seriti di jembatan dan gua di Kabupaten Halmahera Selatan.

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Halmahera Selatan selama 5 bulan menggunakan metode survey. Lokasi pengamatan adalah di 2 jembatan dan 2 gua. Pengamatan meliputi pola peletakan sarang, jumlah sarang, struktur sarang, jenis bahan penyusun sarang dan perilaku bersarang burung seriti. Jumlah petak pengamatan di bawah jembatan (3 petak) dan di dalam gua (5 petak). Pengambilan sampel di setiap petak sebanyak 10 sarang dan jenis bahan sarang di identifikasi. Pengamatan perilaku bersarang burung seriti memerlukan waktu 288 jam. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan statistik non-parametrik khi-kuadrat.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa di lokasi jembatan burung seriti meletakkan sarang pada sirip-sirip kayu sedangkan pada lokasi gua sarang diletakkan pada dinding gua. Jumlah sarang seriti pada jembatan I (121 sarang), jembatan II (130 sarang), gua I (212 sarang) dan gua II (206 sarang). Struktur fisik sarang burung seriti pada lokasi jembatan dan gua terdiri atas sarang mangkok dan sarang pojok dengan ukuran yang berbeda. Jenis bahan sarang yang terdapat di jembatan dan gua lebih banyak tersusun atas lumut, serta lumut dan rumput yang direkatkan dengan air liur. Jenis bahan sarang yang teridentifikasi terdapat pada lumut dengan jumlah spesies lebih banyak dibandingkan dengan bahan sarang lainnya. Aktivitas perilaku bersarang burung seriti adalah keluar dan masuk sarang, menyambut dan mengoper bahan sarang, menyusun bahan sarang, merekatkan bahan sarang dengan air liur. Terdapat perbedaan jumlah sarang, ukuran dan bentuk sarang, serta jenis bahan sarang diantara lokasi jembatan dan gua di Kabupaten Halmahera Selatan adalah jumlah sarang di J II lebih banyak dibandingkan di lokasi J I, sedangkan G I lebih banyak dibandingkan G II, ukuran dan bentuk sarang seriti pada lokasi gua sarang mangkok berukuran besar, sedangkan di jembatan sarang seriti sarang mangkok dan sarang pojok berbentuk segitiga yang berukuran kecil, jenis bahan sarang di 4 lokasi dapat dibedakan atas beberapa jenis bahan (lumut, rumput, dan serpihan daun).


(13)

ABSTRACT

WIRDA AZ UMAGAP. Type of White-Bellied Swiftlets Nest Materials (Collocalia esculenta) and Nested Behavior in South Halmahera Region, North Maluku. Under Direction of HERU SETIJANTO and SAVITRI NOVELINA.

White-bellied swiflets (Collocalia esculenta) is one of well known bird spesies, especially in North Maluku. The bird is famous due to economic valuable, it can produce the nest which benefit especially for human healthy. The objective of the research are to several the shape and type of the nest material, and white-bellied swiftlet nested behavior at the bridge and the cave in South Halmahera Region. This research has been done within 5 months by survey method. The observation was taken place at two location, 2 at the bridges and 2 at the caves. The observation consisted of the pattern of nest setting and the nest of number, the nest of structure, type of nest materials and the nested behavior of white-bellied swiftlets. The plot number of the observation under the bridges (3 plots) and the caves (5 plots). The sampling was done in the each of the plots are 10 nest and the types of the nest material were identified. The observation of the nested behavior were spent 288 hours. The data obtained were analyzed descriptively using statistic non-parametric (Chi-quadratic). The result of the research showed that white-bellied swiftlet set their nest at the wood slices of the under a bridge mean while at the caves location the swiftlets set their nest on the cave wall. The nest number of the swiftlets to the bridge I (121 nest), the bridge II (130 nest), the cave I (212 nest), and the cave II (206 nest) respectively. Physically structure of the white-bellied swiftlet nest at the bridges and the caves was consisted of cup nest and corner nest with the different size. Most of the nest material type of swiftlet which found at the bridges and the caves consisted of moss, or moss and grass which bounded by saliva. The types of nest material of the swiftlet which identified was consisted of moss with the more spesies than other nest of materials. The activity of the nested behavior of white-bellied swiftlet that could be observed were go and come to the nest, to gets and over the nest materials, arrange the nest, bound the nest materials with saliva. There are any different of the number, size, form and type of the nest materials of swiftlet, between the bridges location and the caves which are the number of the nest at the bridge II is more than the bridge I, mean while the cave I is more than the cave II. The size and form of the nest at the caves is like the cup nest of the bigger. At the bridge, the nest like the small cup nest and corner nest to the triangle. The type of swiftlet the nest materials at 4 site study can be distinguished within plants as the nest materials (moss, grass, and leaves of chip).


(14)

BEBERAPA JENIS BAHAN SARANG DAN PERILAKU BERSARANG BURUNG SERITI (Collocalia esculenta)

DI KABUPATEN HALMAHERA SELATAN PROVINSI MALUKU UTARA

WIRDA AZ UMAGAP

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh gelar Magister Sains Pada

Departemen Biologi

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2 0 0 7


(15)

Judul Penelitian : Beberapa Jenis Bahan Sarang dan Perilaku Bersarang Burung Seriti (Collocalia esculenta) di Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara.

Nama Mahasiswa : Wirda Az Umagap NRP : G351040051

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Drh. Heru Setijanto Drh. Savitri Novelina, M.Si Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Biologi Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Dedy Duryadi, DEA Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, M.S


(16)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Beberapa Jenis Bahan Sarang dan Perilaku Bersarang Burung Seriti (Collocalia Esculenta) di Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara adalah hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber data dan informasi yang berasal dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Juli 2007

Wirda Az Umagap NRP : G351040051


(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ternate pada tanggal 9 Nopember 1978 sebagai anak kedua dari lima bersaudara pasangan Azuan Drakel, SH dan Nuria Tukuboya. Pendidikan sarjana ditempuh di Program studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Khairun Ternate, lulus pada tahun 2002. Tahun 2004 penulis diterima di Program Studi Biologi, pada Program Pascasarjana IPB melalui beasiswa DIKTI untuk staf pengajar di Universitas Muhammadiyah Ternate Provinsi Maluku Utara.


(18)

P R A K A T A

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas hidayah dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis dalam rangka memperoleh gelar Magister Sains.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Dr. Drh. Heru Detijanto dan Drh. Savitri Novelina M.Si, selaku komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan dan dukungan yang tiada henti selama proses pembuatan dan penulisan tesis.

2. Dr. Ir. R. R. Dyah Perwitasari, Msc, selaku dosen penguji atas kritik dan saran yang berguna bagi penyelesaian akhir tesis ini.

3. Departemen Pendidikan Nasional DIKTI dan Universitas Muhammadiyah Ternate atas kesempatan yang diberikan sehingga penulis dapat memperluas wawasan untuk studi di IPB.

4. Sekolah Pascasarjana IPB atas kesempatan belajar yang diberikan sehingga penulis dapat diterima pada Program Studi Biologi.

5. Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam Bacan Halmahera Selatan atas ijin penelitian yang diberikan.

6. Pemerintahan Daerah Maluku Utara di Ternate atas bantuan dana penelitian yang diberikan.

7. Walikota Propinsi Maluku Utara atas bantuan dana penelitian. 8. Bupati Halmahera Selatan di Bacan atas bantuan dana penelitian. 9. Bupati Halmahera Utara di Jailolo atas bantuan dana penelitian. 10.Bupati Sula Kepulauan di Sanana atas bantuan dana penelitian.

11.Seluruh staf Departemen Biologi dan Pascasarjana IPB atas pelayanan Akademik yang diberikan selama penulis menjalani studi.

12.Staf pengajar Labolatorium Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan atas kesempatan yang diberikan dan bantuan menyelesaikan penyusunan tesis. 13.Mama, Papa, Isman, Betty, M. Guntur dan keluarga besar di Ternate atas

segala doa, dukungan dan kasih sayang.

14.Masyarakat Bacan dan Pulau Ruta atas bantuan dan kerjasama selama penelitian.


(19)

15.Pak Bahim, Pak Ade dan Pak Hasan sekeluarga atas bantuan dan kerjasama dan keramahan selama penelitian.

16.Adik-adik mahasiswa Unkhair dan Muhammadiyah atas bantuan dan kerjasama selama penelitian.

17.Pak Maikel, Bu Trias, Pak Yan, Kuncup dan mbak Rahmi atas bantuan dan dukungan sangat berarti selama masa penulisan tesis.

18.Rekan-rekan dan saudara-saudara yang namanya tidak bisa disebutkan satu persatu atas dukungannya selama ini.

Akhir kata segala kerendahan hati penulis berharap agar tesis ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Amin, Insyaallah

.

Bogor, Juli 2007

Wirda Az Umagap


(20)

© Hak Cipta milik IPB, Tahun 2007 Hak Cipta dilindungi undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjaun suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.


(21)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Rumusan masalah ... 2

Tujuan Penelitian ... 3

Manfaat Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA ... 4

Bioekologi Burung Seriti (Collocalia esculenta) ... 4

Perilaku ... 8

Sarang Burung Seriti (Collocalia esculenta) ... 8

Pemanfaatan Sarang Burung Seriti ... 11

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN ... 12

Letak Geografis dan Fisik Wilayah ... 12

METODE PENELITIAN ... 15

Lokasi dan Waktu Penelitian ... 15

Alat dan Bahan Penelitian ... 15

Tahapan Penelitian ... 15

Studi Pustaka ... 15

Survey (menjajaki lapangan) ... 15

Pengumpulan Data ... 16

Sarang burung seriti (Collocalia esculenta) ... 16

Perilaku ... 18

Analisis Data ... 18

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21

Hasil ... 21

Sarang Burung Seriti (Collocalia esculenta) ....………. 21

Peletakkan dan Jumlah Sarang Seriti ... 21

Struktur dan Bentuk Sarang Seriti ... 23

Jenis Bahan Penyusun Sarang Seriti ... 25

Perilaku Bersarang Burung seriti (Collocalia esculenta) ... 28

Pembahasan .………... 32

Sarang Burung Seriti (Collocalia esculenta) .………. 32

Peletakkan dan Jumlah Sarang Seriti .……… 32

Struktur dan Bentuk Sarang Seriti …………... 35

Jenis Bahan Penyusun Sarang Burung Seriti ... 36

Perilaku Bersarang Burung Seriti (Collocalia esculenta) ... 37

SIMPULAN DAN SARAN ... 39

Kesimpulan ... 39

Saran ... 39

DAFTAR PUSTAKA ... 40


(22)

x

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Jumlah sarang di lokasi jembatan dan gua di Pulau Bacan ... 21 2. Ukuran fisik sarang mangkok di lokasi jembatan dan gua di

Kabupaten Halmahera Selatan ... 23 3. Ukuran fisik sarang pojok di lokasi jembatan di Pulau Bacan ... 23 4. Jenis bahan penyusun sarang seriti di jembatan I dan jembatan II di

Pulau Bacan ... 25 5. Jenis bahan penyusun sarang seriti di gua I dan gua II di

Pulau Kasiruta (Ruta) ... 26 6. Jenis bahan penyusun sarang seriti di lokasi jembatan dan gua di

Kabupaten Halmahera Selatan ... 27 7. Aktivitas burung seriti bersarang pagi hari di jembatan

Pulau Bacan ... 30 8. Aktivitas burung seriti bersarang siang hari di jembatan

Pulau Bacan ... 30 9. Aktivitas burung seriti bersarang sore hari di jembatan

Pulau Bacan ... 30 10. Aktivitas burung seriti bersarang pagi hari di gua Pulau

Kasiruta (Ruta) ... 31 11. Aktivitas burung seriti bersarang siang hari di gua Pulau

Kasiruta (Ruta) ... 31 12. Aktivitas burung seriti bersarang sore hari di gua Pulau


(23)

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Burung seriti (Collocalia esculenta) ... 5 2. Sarang burung seriti (Collocalia esculenta) ... 9 3. Peta Provinsi Maluku Utara ... 14 4. Peta Pulau Bacan Kabupaten Halmahera Selatan ... 14 5. Pemetakkan di lokasi jembatan dan gua ... 16 6. Pengukuran sarang seriti ... 17 7. Bentuk sarang seriti ... 17 8. Sarang mangkok di lokasi jembatan dan gua ... 24 9. Sarang pojok di lokasi jembatan I dan jembatan II ... 25 10. Jenis bahan penyusun sarang dan air liur seriti ... 28


(24)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Perhitungan penyebaran sarang di lokasi jembatan I Pulau Bacan ... 43 2. Perhitungan penyebaran sarang di lokasi jembatan II Pulau Bacan ... 45 3. Perhitungan penyebaran sarang di lokasi gua I Pulau Kasiruta

(Ruta) ... 47 4. Perhitungan penyebaran sarang di lokasi gua II Pulau Kasiruta

(Ruta) ... 50 5. Ukuran fisik sarang mangkok di lokasi jembatan I Pulau Bacan ... 53 6. Ukuran fisik sarang mangkok di lokasi jembatan II Pulau Bacan ... 54 7. Ukuran fisik sarang pojok di lokasi jembatan I Pulau Bacan ... 55 8. Ukuran fisik sarang pojok di lokasi jembatan II Pulau Bacan ... 56 9. Ukuran fisik sarang mangkok di lokasi gua I Pulau Kasiruta (Ruta) ... 57 10. Ukuran fisik sarang mangkok di lokasi gua II Pulau Kasiruta (Ruta)... 59 11. Ukuran fisik sarang di lokasi jembatan I Pulau Bacan ... 61 12. Ukuran fisik sarang di lokasi jembatan II Pulau Bacan ... 62 13. Ukuran fisik sarang di lokasi gua I Pulau Kasiruta (Ruta) ... 63 14. Ukuran fisik sarang di lokasi gua II Pulau Kasiruta (Ruta) ... 65 15. Jenis-jenis bahan penyusun sarang seriti di lokasi jembatan dan gua

Kabupaten Halmahera selatan ... 67 16. Kunci identifikasi kelompok jenis bahan penyusun sarang sebagai

kelompok tumbuhan (lumut, rumput dan serpihan daun) ... 68

17. Ukuran fisik lokasi sarang, suhu dan kelembaban di jembatan dan gua di Kabupaten Halmahera Selatan ... 69 18. Pengukuran fisik lokasi sarang burung seriti di jembatan I dan

Jembatan II di Pulau Bacan ... 69 19. Pengukuran fisik lokasi sarang burung seriti di gua I dan gua II di

Pulau Kasiruta (Ruta) ... 70 20. Perilaku bersarang burung seriti di lokasi jembatan Pulau Bacan ... 71 21. Perilaku bersarang burung seriti di lokasi gua Pulau Kasiruta (Ruta) .... 71 22. Gambar lokasi penelitian di jembatan I, jembatan II, gua I dan gua II

di Kabupaten Halmahera Selatan ……… 72


(25)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki kekayaan alam hayati berupa flora dan fauna yang melimpah. Kekayaan alam tersebut sepantasnya mendapatkan perhatian sebagai bahan kajian ilmu pengetahuan dan untuk usaha pelestarian.

Salah satu jenis burung yang sudah dikenal oleh masyarakat di Kabupaten Halmahera Selatan adalah jenis burung seriti (Collocalia esculenta). Burung ini dikenal karena menghasilkan sarang yang berkhasiat bagi kesehatan manusia dan mempunyai nilai ekonomis. Pada umumnya sarang burung seriti terbuat dari bahan-bahan berupa tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam seperti rumput-rumputan, lumut, ijuk, daun cemara, daun pinus dan bahan-bahan lainnya yang direkatkan dengan air liur (saliva). Kandungan air liur pada sarang seriti sekitar (5-10%), tetapi sangat berharga dan mudah diperoleh.

Harga jual sarang burung seriti yang relatif tinggi mendorong minat masyarakat untuk memanfaatkannya. Pemanenan dan pascapanen sarang burung seriti di Kabupaten Halmahera Selatan masih bersifat tradisional dengan memanfaatkan tempat bangunan atau rumah sebagai tempat budidaya sarang seriti. Sarang seriti dapat dikonsumsi oleh masyarakat dan dipercaya berkhasiat bagi kesehatan.

Burung seriti memiliki perilaku yang sangat khas dan unik sebagai aktivitas di dalam kehidupanya sehari-hari. Bersarang merupakan salah satu perilaku burung seriti dalam membuat sarang sebagai tempat untuk beristirahat, berkembangbiak, dan merawat anak-anaknya.

Habitat hidup burung seriti adalah di gua-gua di daerah pantai karang dan beberapa daerah pegunungan kapur. Ada juga ditemukan di bawah jembatan dan bangunan rumah penduduk. Tempat yang disukai seriti adalah tempat yang tenang, belum tercemar polusi udara dengan suhu 24ºC - 30ºC dan kelembaban 60% - 80%.


(26)

Sebagai salah satu kekayaan fauna Indonesia dan sumber komoditi potensial, burung seriti dirasakan masih sangat kurang diminati dan dimanfaatkan sebagai bahan kajian ilmiah oleh kalangan ilmuwan atau peneliti terutama pada pengolahan sarang burung seriti baik itu secara tradisional maupun moderen. Pemanfaatan dan pengembangan lokasi untuk tempat bersarang burung seriti di Kabupaten Halmahera Selatan belum pernah dilaporkan.

Kebupaten Halmahera Selatan merupakan daerah pemekaran Provinsi Maluku Utara yang terdiri atas beberapa pulau diantaranya adalah Pulau Bacan, Kecamatan Bacan Timur, Pulau Kasiruta (Ruta), Pulau Obi, Pulau Makian, Pulau Kayoa, Pulau Mandioli, Kecamatan Gane Timur, dan Kecamatan Gane Barat (BAPPEDA KABHALSEL 2007). Pulau Bacan dan Pulau Kasiruta (Ruta) mempunyai lereng gunung dengan hamparan hutan-hutan luas berfungsi sebagai daerah tangkapan air (sungai-sungai) yang besar sangat penting bagi masyarakat di Kabupaten Halmahera Selatan (FAO 1982h dalam Sujatnika et al., 1995). Pada daerah ini terdapat bermacam-macam jenis burung diantaranya jenis burung seriti (Collocalia esculenta) yang dijadikan sebagai objek penelitian. Burung seriti ini umumnya membuat sarang dan berkembangbiak pada tempat-tempat di Kabupaten Halmahera Selatan.

B. Rumusan Masalah

Data mengenai kondisi tempat bersarang, jenis bahan sarang dan pemanfaatan tempat bersarang burung seriti sebagai tempat yang baik untuk burung seriti membuat sarang di Kabupaten Halmahera Selatan belum banyak diketahui. Pengetahuan masyarakat mengenai pengolahan tempat bersarang burung seriti sebagai tempat budidaya di Kabupaten Halmahera Selatan masih kurang. Pada umumnya sebagian masyarakat di Kabupaten Halmahera Selatan menjual sarang burung seriti untuk menunjang kebutuhan ekonomi mereka, dimana proses pemanenan dan pascapanen sarang burung seriti masih dilakukan secara tradisional.

Keterkaitan antara sarang burung seriti dengan tempat beristirahat, membuat sarang dan berkembangbiak sangat mempengaruhi hasil sarang


(27)

3 burung seriti untuk pembudidayaan secara optimal. Demikian itu masih banyak diperlukan penelitian-penelitian dasar yang dapat memberikan data ekologis. Selain itu hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi data dasar bagi peneliti untuk melanjutkannya.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

1. Beberapa bentuk dan jenis bahan sarang burung seriti di lokasi jembatan

dan gua di Kabupaten Halmahera Selatan.

2. Perilaku bersarang burung seriti di lokasi jembatan dan gua di Kabupaten

Halmahera Selatan.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai perbedaan jenis bahan dan bentuk sarang burung seriti sebagai akibat adanya perbedaan lokasi dan dapat mengelola kawasan tersebut agar kelestarian sarang burung seriti tetap terjaga, serta perkembangan populasi burung seriti pun tetap dipertahankan. Terutama mengenai pemanfaatan tempat sarang burung seriti sebagai tempat budidaya bagi masyarakat di Kabupaten Halmahera Selatan.


(28)

(29)

5 II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Bioekologi Burung Seriti. 1. Klasifikasi dan Morfologi.

Menurut Peterson (2005) klasifikasi burung Seriti dapat diklasifikasikan dalam Taksonomi adalah:

Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Subpylum : Vertebrata Class : Aves

Orde : Apodiformes Family : Apodidae Subfamily : Apodinae Genus : Collocalia

Spesies : Collocalia esculenta

Burung seriti (Collocalia esculenta) termasuk famili Apodidae (Yunani : a = tidak ; podos – kaki), dan sering disebut juga white – bellied swiftlet

(burung seriti berdada/perut putih) (Lack 1956 ; Bryant dan Hails 1983). Menurut tim penulis Penerbit Swadaya (1992) genus Collocalia sp terdiri atas 6 spesies yaitu Collocalia gigas (walet besar), Collocalia maxima (walet sarang hitam), Collocalia fuciphaga (walet putih), Collocalia brevirostris

(walet gunung), Collocalia vanikorensis (walet sarang lumut), dan Collocalia esculenta (walet sapi/seriti). Burung ini membuat sarang dari bahan tumbuh-tumbuhan seperti rumput-rumputan, lumut, ijuk dan bahan-bahan lainnya yang direkatkan dengan saliva (air liur) (Tompkins dan Clayton 1999).

Burung seriti tidak menggunakan sistem ekholokasi karena burung seriti dapat menemukan sarang dengan penglihatannya yang tajam (Adiwibawa 2000). Sistem ekholokasi adalah suatu sistem yang digunakan oleh burung untuk mengenal keadaan lingkungan suatu tempat (terutama dalam keadaan gelap), dengan mengeluarkan suara putus-putus berfrekuensi tertentu dan kemudian menangkap kembali pantulan suara itu dengan telinganya, untuk


(30)

menentukan jarak dan arah dari benda yang memantulkan (Adiwibawa 2000; Price et al., 2004)

Menurut Whendrato et al., (1989) burung seriti merupakan jenis burung pemakan serangga terbang, biasanya burung ini menangkap serangga sebagai makanannya sambil berterbangan diatas rerumputan, pepohonan, atau diatas perairan dan cara menangkapnya sambil terbang. Serangga yang bermanfaat bagi burung seriti sebagai pakan adalah jenis serangga terbang, berukuran tubuh kecil, dan berkulit lunak.

Burung seriti mempunyai warna bulu bagian atas berwarna gelap atau hitam kehijau-hijauan atau kebiru-biruan dan bagian perut berwarna putih, bentuk ekor sedikit bercelah tidak dalam dan pendek, terbangnya cepat hingga mencapai 150 km/jam dengan ukuran tubuh sedang/kecil sekitar 9-15 cm sedangkan ukuran dewasa hanya berkisar 10-16 cm dan ukuran paruh kecil agak melengkung berwarna gelap, serta sayap berbentuk sabit yang sempit dan

runcing sangat kuat (Coates dan Bishop 2000; Mackinnon et al., 1993).

Menurut Holmes dan Phillips (1999) bentuk mata seriti bulat dan cekung pita-tunggir lebih pucat tidak jelas dan warnanya abu-abu agak gelap. Burung ini memiliki kaki yang kecil dan lemah, serta berkuku kecil dan runcing digunakan untuk hinggap pada waktu burung seriti istirahat dalam posisi menggantung di sarang (BPRSB 1979). Seriti memiliki 2 butir telur berwarna putih dan bulat pendek agak lonjong (Abeng 2004).

Gambar 1. Burung Seriti (Collocalia esculenta)


(31)

7 2. Penyebaran

Burung seriti (Collocalia esculenta) tersebar di beberapa daerah diantaranya wilayah Peninsular, Malaysia, Thailand, Archiplago, Andaman, Pulau Nicobar, Philipina, Irlandia baru, Roma, di Indonesia : Sumatra, Pulau Nias, Pulau Batu dan Pulau Mentawai, Sumbawa, Flores, Sumba, Damar, Wetar, dan Alor, Sulawesi Selatan, Banggai, Sulawesi utara, Sangihe, Papua Nugini, Maluku Selatan, Kai, Ambon, Pulau Roti, dan juga burung seriti ini tersebar di Maluku Utara: Ternate, Tidore, Obi, Pulau Sula, Halmahera, Kasiruta dan Bacan. (Chantler 2000 ; Coates dan Bishop 2000 ; Palliser 2001).

3. Habitat

Menurut Soetjipta (1993) habitat merupakan tempat dengan setiap unit kehidupan yang berada didalamnya mampu melakukan aktivitas hidup dan mengalami interaksi dengan lingkungannya. Hal ini disebabkan karena hewan mempunyai kemampuan hidup, tumbuh dan berkembang pada kondisi lingkungan yang sesuai. Berdasarkan fungsinya, habitat burung seriti terbagi atas habitat untuk mencari makan (feeding habitat), habitat untuk beristirahat (rosting habitat) dan habitat untuk berbiak (nesting habitat) (Marzuki et al. 2002). Habitat burung seriti untuk beristirahat dan berbiak yaitu di dalam gua, di pemukiman penduduk dan di bawah jembatan, sedangkan habitat burung seriti untuk mencari makan yaitu padang rumput, persawahan, perladangan, perkebunan, hutan, dan daerah perairan (Djana 2004).

Setiap mahluk hidup membutuhkan tempat untuk kelangsungan hidupnya dalam mencari makan, bercengkerama, berlindung dan berkembangbiak (Yunanto 2004a). Pada umumnya mencari daerah yang potensial diperlukan pengetahuan tentang lingkungan ideal untuk seriti. Berikut ini dua faktor lingkungan yaitu: habitat makro (kondisi di luar tempat bersarang) faktor yang mempengaruhinya adalah faktor makanan, hunian, air, ketinggian tempat, keamanan dan musim, sedangkan habitat mikro (kondisi di dalam tempat bersarang) faktor yang mempengaruhinya adalah kelembaban, suhu, aroma,

cahaya, juga sangat mempengaruhi perkembangbiakan seriti (Whendrato et


(32)

Burung seriti menyukai daerah lembab dan basah, dan tersedia pakan yang berlimpah sehingga memberikan perkembangan populasi seriti lebih banyak, serta kurang menyukai daerah yang terlalu dingin karena dapat memperlambat perkembangan populasi seriti (Yamin dan Sukma 2002). Burung ini lebih banyak memilih hidup pada daerah yang bersuhu 24-30ºC dan kelembaban ideal 60-80 %, serta cahaya yang dibutuhkan tidak terlalu terang atau gelap disebut habitat mikro (Yamin dan Hartono 2002). Kelembaban dan suhu juga sangat berpengaruh pada perilaku kawin, produksi sarang, kwalitas sarang, penetasan telur dan perkembangan kesehatan seriti itu sendiri (Yunanto 2004b).

Menurut Whendrato et al., (1989) kawasan dimana seriti berkeliaran berburu mangsa atau serangga sebagai makanannya disebut habitat makro. Kawasan yang dipilih sebagai habitat makro adalah padang rumput, persawahan, perladangan, perkebunan, hutan dan daerah perairan yang selalu terdapat serangga terbang, baik yang terdapat di dataran rendah dengan ketinggian sekitar 500 m dpl - 1000 m dpl maupun diatas 500 m dpl - 1000 m dpl. Habitat mikro burung seriti adalah rumah penduduk, di bawah jembatan, dan gua-gua.

Gua merupakan tempat hidup burung seriti yang mencakup ruangan-ruangan kecil misalnya rekah-rekahan dan celah-celah yang biasa terdapat dalam batu gamping. Seriti membuat sarang di dinding gua yang kering dan menjorok kedalam berbentuk lubang, selain untuk menyembunyikan diri, hal tersebut juga merupakan suatu usaha untuk menghindarkan diri dari terjangan air yang terkadang meluap sampai keatap gua (Ko 1986). Pada dinding gua yang basah, sarang yang terbentuk kurang kuat, lembek dan lekas berubah warna dari putih menjadi kecoklatan (BPRSB 1979).

Di bawah jembatan tempat hidup burung seriti memiliki suhu rendah (sekitar 23°C) atau pada suhu tinggi (sekitar 26°C) yang stabil dan tidak memerlukan kelembaban yang sangat tinggi. Di bawah jembatan juga terdapat sungai kecil yang mengalir keluar. Terdapat ruangan yang terbuat dari kayu merupakan sirip tempat burung seriti meletakkan sarang dan sirip-sirip tersebut tidak terlalu kering dan basah sekali (Adiwibawa 2000).


(33)

9 B. Perilaku.

Menurut Soetjipta (1993) perilaku hewan sebagai usaha adaptasi hewan terhadap perubahan lingkungan sehingga hewan tersebut dapat tetap hidup dan berkembangbiak. Perilaku merupakan kegiatan teramati pada suatu mahluk hidup dalam menjalani hidupnya yang seringkali beradaptasi terhadap lingkungan.

Pasangan seriti jantan dan betina akan saling bergantian mengoles air liurnya sedikit demi sedikit ke sarang yang berada di dinding tempat meletakkan sarang (Budiman 2002a). Seriti dapat membuat sarang sepanjang tahun tanpa berhenti. Namun sarang yang dibuat di luar musim berbiak berukuran lebih kecil dibandingkan sarang yang dibuat pada musim berbiak. Pada saat musim berbiak waktu yang dibutuhkan untuk membuat sarang adalah 40 hari, sedangkan di luar musim berbiak lamanya pembuatan sarang adalah 80 hari karena produksi air liur seriti sedikit (BPRSB 1979).

Musim berbiak seriti banyak ditandai dengan adanya sekawanan seriti yang saling berkejaran, secara alami seriti akan memilih musim kawin dan berbiak menjelang musim hujan, hal ini berkaitan dengan melimpahnya

makanan (Marzuki et al., 2002). Selang waktu 5-8 hari seriti betina mulai

bertelur, sampai telur berjumlah 2 butir, selanjutnya pasangan seriti akan saling bergantian untuk mengerami telur-telur tersebut selama 21-24 hari, setelah itu anak seriti yang baru menetas akan disuapi oleh induknya selama 45 hari, kemudian anak-anak seriti ini dapat terbang dan mencari makan sendiri (BPRSB 1979).

C. Sarang Burung Seriti (Collocalia esculenta) 1. Kriteria Sarang

Kriteria sarang seriti menurut Djana (2004) adalah : a. Sarang dibuat oleh pasangan seriti (jantan dan betina) b. Sarang seriti direkatkan dengan air liur (saliva)

c. Sarang seriti menempel pada bidang vertikal dan horisontal.

d. Sarang seriti terbuat dari beberapa jenis tumbuhan seperti lumut, rumput, ijuk, daun cemara, pinus, dan jenis tumbuhan lainnya.


(34)

Gambar 2. Sarang Seriti (Collocalia esculenta) Keterangan : Bar = 2 cm

2. Peletakkan sarang

Pada umumnya sarang seriti menempel pada suatu bidang vertikal, misalnya pada sirip kayu dan menempel di celah-celah batu pada dinding gua. Tempat membuat sarang dapat ditentukan oleh jantan, betina ataupun keduanya dan sarang seriti dibuat oleh pasangan seriti (Taslim 2002).

Menurut Whendrato et al., (1989) tempat yang dipilih seriti untuk menempelkan sarang yaitu tidak terkena air hujan, dan tempat yang suhu dan kelembabannya stabil, tidak licin dan mengkilap, berwarna kotor dan agak lembab, dinding kasar atau guratan-guratan pada dinding, terlindungi dari hembusan angin kencang. Tempat peletakkan dan meletakkan sarang seriti mempunyai ciri-ciri diantaranya adalah seriti berjejeran di dekat sarang yang sudah ada, membentuk kumpulan sarang baik ke kiri-kanan, kadang ke atas dan ke bawah mengelompok pada koloninya, pada tonjolan dan lubang dinding yang terdapat tumpuan mendatar sehingga sarang dapat dengan

mudah diletakkan tergantung pada ujung atau bendolan (Whendrato et al.,

1989).

3. Pembuatan dan bentuk Sarang.

Sarang seriti dibuat dari air liurnya (saliva) yang kemudian menjadi keras. Perubahan warna sarang yang terbuat dari air liur adalah akibat pengaruh makanan, pengaruh tempat tempelan sarang serta pengaruh zat-zat lain yang


(35)

11 mencemarinya (Adiwibawa 2000). Keadaan iklim dapat mempengaruhi awal pembuatan sarang. Burung seriti memilih tempat untuk membuat sarang pada tempat yang suhu dan kelembabannya stabil dan tempat yang mudah menempeli sarang.

Dalam bersarang, burung seriti membutuhkan waktu lebih lama karena mencari bahan rumput-rumputan kering. Hal ini membutuhkan waktu kira-kira 60-70 hari tergantung musim kemarau atau penghujan.

Bentuk sarang seriti yaitu ada yang berbentuk mangkok dan pojok tergantung dari tempat seriti melekatkan sarang (Whendrato et al., 1989). Sarang seriti ada yang berbentuk seperti mangkok dibelah dua apabila melekat pada tengah-tengah sirip dan ada yang dibelah empat atau tiga apabila melekat di sudut sirip.

4. Bahan Penyusun Sarang

Sarang seriti terbuat dari bahan dasar berupa serabut memanjang yang diambil dari alam. Bahan dasar tersebut berupa tumbuh-tumbuhan, misalnya rumput, bunga rumput, daun pohon cemara (Casuarina equisetifolia), tangkai daun berjari, serat kelapa, ijuk, bunga tebu, lumut, mahkota bunga, tulang

daun dari pohon flamboyan (Delonix regia) dan daun pinus (Soehartono dan

Mardiastuti 2003). Bahan dasar sarang burung seriti bisa juga dari hewan atau bahan buatan manusia, misalnya bulu seriti atau tali rafia yang direkatkan dengan air liur. Bahan-bahan tersebut diambil sambil terbang saat bahan tersebut melayang tertiup angin atau masih melekat pada sesuatu (ranting pohon atau yang lainnya) yang mudah diambil (Adiwibawa 2000).

Menurut Nugroho (1996) sarang burung seriti terdiri dari bahan rumput kering yang dilumuri oleh air liur kira-kira sebesar 15% dan kadang-kadang sedikit bulu. Menurut Alikodra (1989) lumut, lumut kerak, dan ranting-ranting direkatkan dengan air liur sebagai perekat bahan-bahan pembentuk sarang seriti.

Persentase berat liur kering sarang burung seriti tergantung pada jenis serat yang dipakai dan susunan bahan dasar sarang seriti. Berat liur kering dapat mencapai sekitar 60 % dari berat total sarang (Djana 2004).


(36)

D. Pemanfaatan Sarang Burung Seriti.

Data mengenai produksi sarang seriti (Collocalia esculenta) hingga kini belum tersedia. Perlu di ingat bahwa tidak semua sarang seriti tersebut memiliki nilai komersial karena tergantung bahan sarang yang di pakai, saat ini hanya sarang dari jenis bahan pinus Pinus merkusii yang bernilai karena adanya kesulitan dalam proses pemisahan material tumbuhan dari air liur seriti (Soehartono dan Mardiastuti 2003). Sarang seriti yang sudah di panen dapat dikelola dengan baik karena adanya temuan teknologi yang mudah memisahkan air liur dari bahan sarang dan hingga kini hanya sedikit perusahan pembersih sarang di Indonesia yang mampu memproses sarang seriti (Soehartono dan Mardiastuti 2003).

Burung seriti sangat mudah beradaptasi dan toleran terhadap lingkungan manusia, sehingga mudah ditemukan. Bila dibandingkan dengan sarang walet, sarang seriti mempunyai nilai jual lebih rendah yaitu Rp 250.000 sampai Rp 300.000/kilogram. Harga sarang seriti di daerah Kabupaten Halmahera Selatan merupakan nilai yang sangat komersial untuk di jual keluar kota dan mudah terjual ke daerah yang dapat mengelola sarang burung seriti.

Pada umumnya sebagian masyarakat banyak yang menginginkan sarang seriti untuk kebutuhan ekonomi mereka. Sarang seriti yang di jual sangat bermanfaat, serta dapat dikonsumsi oleh masyarakat dan dipercaya berkhasiat bagi kesehatan diantaranya berupa obat-obatan seperti obat sakit pernapasan, obat awet muda, meningkatkan vitalitas dan obat kecantikan, serta menghambat pertumbuhan sel-sel kanker (Widyawati 1998).


(37)

13 III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Letak Geografis dan Fisik Wilayah

Kabupaten Halmahera Selatan terletak pada 126º 45’ dan 129º 30’ Bujur Timur, 0º 30’ Lintang Utara dan 2º 00’ Lintang Utara. Wilayah Kabupaten Halmahera Selatan dengan ibu kota Bacan (Labuha), secara administratif merupakan bagian dari wilayah Provinsi Maluku Utara dengan luas sekitar 40.236,72 Km² yang terdiri atas luas daratan 8.779,32 Km² dan lautan seluas 31.484,40 Km². Kabupaten Halmahera Selatan terletak di kawasan timur Indonesia, tepatnya berbatasan dengan :

- Sebelah Utara dibatasi oleh Kota Tidore Kepulauan dan Kota Ternate.

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Seram.

- Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Halmahera.

- Sebelah Barat berbatasan dengan Laut Maluku.

Kabupaten Halmahera Selatan adalah salah satu daerah hasil pemekaran dari Provinsi Maluku Utara termasuk didalamnya gugusan pulau-pulau yang wilayahnya sebagian besar dikelilingi oleh lautan, tujuh diantaranya Pulau Obi, Pulau Bacan, Pulau Makian, Pulau Kayoa, Pulau Kasiruta (Ruta), Pulau Mandioli dan sebagian Pulau Halmahera di bagian selatan. Dari ketujuh Pulau tersebut yang paling besar adalah Pulau Obi dengan luas wilayah ± 3.111 Km² (PEMDA KABHALSEL 2006).

Dilihat dari topografi wilayah maka kondisi Kabupaten Halmahera Selatan tidak jauh berbeda dengan daerah-daerah lain yang ada di Provinsi Maluku Utara yang sebagian besar merupakan perbukitan dan pegunungan dengan kemiringan rata-rata 15-40 % dan bukit tertinggi adalah gunung sibela yang berada di Pulau Bacan dengan elevasi 2.111 m dpl.

Faktor iklim (curah hujan dan suhu) memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap pembentukan jenis tanah di daerah ini, sehingga menyebabkan tanah yang berada di Kabupaten Halmahera Selatan mempunyai sifat yang berbeda. Kondisi iklim di wilayah Kabupaten Halmahera Selatan secara umum beriklim tropis dan iklim musim. Keadaan iklim di daerah Kabupaten Halmahera Selatan dipengaruhi oleh besar kecil tekanan angin yang berasal


(38)

dari laut Seram dan laut Maluku. Musim angin yang terjadi adalah pada musim barat atau utara dan musim selatan atau timur tenggara yang diselingi dengan 2 musim pancaroba akibat dari transisi kedua musim tersebut. Pada musim barat atau utara berlangsung pada bulan Desember sampai dengan bulan Maret dan bulan April adalah masa transisi ke musim tenggara dan pada saat itu biasanya diikuti dengan musim kemarau. Sedangkan musim selatan atau timur tenggara umumnya berlangsung selama 6 bulan, yang berawal dari bulan November dan biasanya terjadi hujan (PEMDA KABHALSEL 2006). Pada masa transisi antara bulan April dan bulan Nopember kecepatan

angin yang terjadi rata-rata 10,2 km/jam dengan kecepatan terbesar 14,3 Km/jam sedangkan curah hujan yang terjadi rata-rata 1500-2500 mm/tahun dengan jumlah hari hujan 80-150 Hari. Besarnya curah hujan tersebut menurut klasifikasi Schmidt F.H dan J.H.A Ferguson yang menunjukan bahwa Daerah Halmahera Selatan tergolong dalam klasifikasi tipe iklim A dan B kecuali daerah Saketa yang beriklim C dan daerah Laiwui yang bertipe Am (Klasifikasi Koppen). Salah satu daerah Halmahera Selatan yang berada pada garis katulistiwa yaitu gugusan Pulau Guraici yang berakibat suhu udara di daerah tersebut bersuhu 27 - 30ºC.

Gambar 3. Peta Provinsi Maluku Utara

Keterangan : Tanda panah merupakan arah lokasi penelitian

Sumber: Gemilang Utama Surabaya [GUS] 2005. Atlas Indonesia dan Dunia. Surabaya: Gemilang Utama Surabaya.


(39)

15

Gambar 4. Peta Kabupaten Halmahera Selatan

Keterangan : (J 1) jembatan I dan (J II) Jambatan II di Pulau Bacan (Labuha), (G I) Gua I dan (G II) Gua II di Pulau Kasiruta (Ruta) sebagai lokasi pengamatan.


(40)

IV. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di lokasi jembatan dan gua di Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara selama 5 bulan (Maret hingga Agustus 2006).

B. Alat dan bahan Penelitian.

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Alat bantu untuk mengukur fisik sarang dan pengukuran petak, serta

mengambil sarang yaitu : Meteran/pitaukur, tali, tangga, pisau dan keranjang, serta alat bantu untuk mengukur suhu dan kelembaban yaitu : Termometer dan Higrometer.

2. Alat bantu untuk identifikasi jenis bahan sarang yaitu : Miskroskop, loupe, kaca pembesar, cawan, pinset, dan pisau kecil/silet.

3. Alat bantu untuk pengamatan perilaku yaitu : Monokuler, Binokuler,

lampu/senter dan kompas. Perlengkapan fotografi sebagai alat dokumentasi obyek kegiatan penelitian, serta alat tulis dan lembar data.

C. Tahapan Penelitian. 1. Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan untuk mempersiapkan penelitian melalui pengumpulan informasi mengenai tempat-tempat sarang burung seriti, perilaku bersarang burung seriti, jenis-jenis bahan penyusun sarang seriti, dan kondisi lokasi sarang.

2. Survey (Menjajaki lapangan)

Pengamatan langsung di lapangan yang dilakukan untuk menjajaki dan mengenali keadaan lapangan, menentukan lokasi sarang burung seriti, mengukur fisik sarang, suhu dan kelembaban, serta mengukur fisik lokasi sarang burung seriti, mengamati dan mengidentifikasi jenis bahan penyusun sarang seriti dan perilaku bersarang burung seriti.


(41)

17 Berdasarkan pengamatan ini yang dilakukan pada bulan Maret 2006 dapat diketahui bahwa tempat-tempat burung seriti di Kabupaten Halmahera Selatan yang ditemukan adalah di jembatan yang berdekatan dengan hutan tanaman/kebun dan di gua berdekatan dengan pantai karang. Selanjutnya, lokasi tersebut dijadikan sebagai unit contoh pegamatan sarang burung seriti dan perilaku bersarang burung seriti.

3. Pengumpulan Data.

3.1. Sarang Burung Seriti (Collocalia esculenta). a. Peletakkan dan jumlah sarang Seriti.

Dalam pengamatan peletakkan dan jumlah sarang seriti dilakukan di dua

lokasi diantaranya di bawah jembatan dan di dalam gua yang terdiri atas jembatan I (J I), jembatan II (J II), gua I (G I) dan gua II (G II). Pemetakkan di lokasi jembatan terdiri atas 3 petak berupa sirip-sirip kayu sebagai tempat burung seriti meletakkan sarang, dan di lokasi gua terdiri atas 5 petak berupa celah-celah batu di dinding gua yang merupakan tempat burung seriti meletakkan sarang. Setelah itu, sarang seriti yang terdapat di masing-masing petak dihitung untuk mengetahui jumlah sarang.

(A) (B)

Gambar 5. A. (a) petak 1, (b) petak 2, dan (c) petak 3 merupakan letak sarang pada lokasi di bawah jembatan.

B. (a) petak 1, (b) petak 2, (c) petak 3, (d) petak 4, dan (e) petak 5 merupakan letak sarang pada lokasi di dalam gua.

Dalam pengukuran suhu dan kelembaban dilakukan di lokasi jembatan dan gua di Kabupaten Halmahera Selatan selama sehari (1 hari) dalam 3 kali pengukuran yaitu pagi, siang, dan sore hari.


(42)

Pengamatan sarang yang dilakukan adalah sarang seriti diambil di lokasi

jembatan (3 petak) dan gua (5 petak) di masing-masing petak sebanyak 10 sarang. Untuk pengukuran fisik sarang baik itu sarang mangkok dan sarang pojok dipergunakan beberapa variabel diantaranya adalah :

1. Panjang sarang (cm), yaitu bagian sarang terpanjang. 2. Lebar sarang (cm), yaitu bagian sarang terlebar.

3. Tinggi total sarang (cm), yaitu jarak dari sarang bagian bawah ke bagian

tertinggi sarang.

4. Kadalaman sarang (cm), yaitu jarak tegak lurus dari dasar bagian dalam

sarang ke bagian permukaan sarang.

5. Bibir sarang (cm), yaitu jarak bagian dalam sarang yang merupakan tepi

sarang ke bagian terluar.

Gambar 6. Pengukuran sarang

Keterangan : 1 : Panjang sarang 3 : Tinggi sarang 5 : Bibir sarang 2 : Lebar sarang 4 : Kedalaman sarang

Gambar 7. Bentuk sarang seriti, (a) sarang mangkok dan (b) sarang pojok. c. Jenis bahan penyusun sarang burung seriti.

Sarang seriti di lokasi jembatan dan gua di Kabupaten Halmahera Selatan diambil dan dipisahkan dari air liur dengan bahan-bahan penyusun sarang, untuk diidentifikasi sebanyak 10 sarang pada masing-masing petak. Pengamatan identifikasi menggunakan metode pengenalan dan koleksi


(43)

19 spesimen jenis-jenis tumbuhan dari jenis bahan penyusun sarang seriti, serta kunci identifikasi kelompok jenis bahan sarang seriti dari kelompok tumbuhan lumut, rumput dan serpihan daun menurut Steenis 1987 ; Hasan dan Ariyati 2004 (Lampiran 20).

Identifikasi bahan-bahan penyusun sarang dilakukan dengan cara merendam sarang dengan Aquades selama beberapa menit (satu per satu sarang seriti direndam) dalam sebuah ember kecil, kemudian pemisahan air liur dari bahan-bahan penyusun sarang dengan menggunakan pinset. Proses identifikasi bahan-bahan sarang tersebut dilakukan dengan cara bahan-bahan sarang yang telah dipisahkan tersebut diletakkan dalam ember kecil kering, dilakukan pemotongan spesimen bahan sarang secukupnya, kemudian potongan tersebut direndam dengan air, setelah itu bahan sarang tersebut dibuat preparat basah diletakkan diatas gelas preparat dan ditutup dengan gelas preparat agar bisa diamati di bawah mikroskop.

3.2. Perilaku

Pengamatan perilaku dilakukan di lokasi jembatan di Pulau Bacan dan gua di Pulau Kasiruta (Ruta) Kabupaten Halmahera Selatan dengan menggunakan metode one zero. Perilaku burung seriti yang diamati adalah perilaku bersarang. Pengamatan perilaku burung seriti dilakukan saat burung seriti melakukan aktivitas bersarang di dalam lokasi jembatan dan gua, waktu pengamatan mulai dari jam 06.00 hingga 18.00 WIB (pagi, siang sampai sore hari).

4. Analisis Data

4.1. Sarang Burung Seriti (Collocalia esculenta). a. Peletakkan dan Jumlah Sarang Seriti.

Data mengenai pola peletakkan dan jumlah sarang dianalisis secara deskriptif kemudian dipetakkan. Untuk mengetahui penyebaran sarang pada setiap petak digunakan perhitungan statistik non-parametrik khi-kuadrat dengan rumus :


(44)

X² = ∑ ( σ – E ) ² E Dimana :

σ : Jumlah sarang yang ada pada setiap petak dari hasil sensus E : Nilai harapan (rata-rata jumlah sarang yang ada pada tiap petak) α : Taraf kepercayaan (0,05)

Hipotesa :

Ho : Sarang menyebar merata Hi : Sarang tidak menyebar merata Kriteria :

X² hitung ≤ X² tabel, maka terima Ho X² hitung > X² tabel, maka tolak Ho

X² tabel = X² α ; df ; α = 0,05 , df = n - 1

Untuk mengetahui penyebaran sarang mangkok dan sarang pojok digunakan statistik non-parametrik khi-kuadrat pada taraf kepercayaan 0.05 dengan rumus :

X² = ∑ ( σi – Ei ) ² Ei

Dimana :

σ : Jumlah sarang pojok atau mangkok

E : Nilai harapan (rata-rata jumlah sarang yang dapat menempati petak tersebut berdasarkan kerapatan sarang per luasan yang dibutuhkan untuk bersarang)

α : Taraf kepercayaan (0,05) Hipotesa :

Ho : Preferensi sarang pojok dan sarang mangkok sama Hi : Preferensi sarang pojok dan sarang mangkok tidak sama Kriteria :

X² hitung ≤ X² tabel, maka terima Ho X² hitung > X² tabel, maka tolak Ho


(45)

21

b. Jenis Bahan Sarang, Struktur dan Bentuk Sarang Burung Seriti.

Data hasil pengukuran fisik sarang dan pengamatan jenis bahan penyusun sarang dianalisis secara deskriptif. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel.

4.2. Perilaku


(46)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Sarang Burung Seriti (Collocalia esculenta). a. Peletakkan dan Jumlah Sarang Seriti.

Dari hasil perhitungan jumlah sarang seriti yang ada di bawah jembatan dan di dalam gua diperoleh bahwa jumlah sarang di J I sebanyak 121 sarang dan di J II berjumlah 130 sarang tersebar di sirip-sirip kayu. Jumlah sarang seriti di G I sebanyak 212 sarang dan di G II berjumlah 206 sarang menyebar pada dinding gua. Jumlah sarang seriti dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah sarang di lokasi jembatan dan gua di Kabupaten Halmahera Selatan. (Periode pengamatan Maret – Agustus 2006)

Lokasi sarang

J I J II G I G II

Petak Jumlah Petak Jumlah Petak Jumlah Petak Jumlah

a 41 a 46 a 42 a 41 b 40 b 43 b 42 b 40 c 40 c 41 c 40 c 40

d 41 d 42

e 48 e 45

Jumlah 121 130 212 206

(J I) jembatan I, (J II) jembatan II, (G I) gua I, dan (G II) gua II.

Penyebaran sarang seriti di lokasi jembatan I di Pulau Bacan dapat

diketahui dengan menggunakan statistik non-parametrik khi-kuadrat, dengan tarif kepercayaan 0.05. Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui bahwa sarang seriti di J I yang terletak pada sirip-sirip kayu di setiap petak penyebarannya merata (X² = 0.016; db = 5; P > 0.05). Perhitungan penyebaran sarang seriti dengan khi-kuadrat (Lampiran 1).

Sebagian besar sarang seriti di jembatan I terletak di pojok petak (sarang pojok). Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa penyebaran sarang mangkok dan sarang pojok tidak merata (X² = 15.02; db = 1; P < 0.05). Perhitungan penyebaran sarang mangkok dan sarang pojok dengan khi-kuadrat (Lampiran 1).

Penyebaran sarang seriti di lokasi jembatan II di Pulau Bacan dapat diketahui dengan menggunakan statistik non-parametrik khi-kuadrat, dengan


(47)

23 tarif kepercayaan 0.05. Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui bahwa sarang seriti di J II yang terletak pada sirip-sirip kayu di setiap petak penyebarannya tidak merata (X² = 0.2922; db = 5; P > 0.05). Perhitungan penyebaran sarang seriti dengan khi-kuadrat (Lampiran 2).

Sebagian besar sarang seriti di jembatan II terletak di pojok petak (sarang pojok). Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa penyebaran sarang mangkok dan sarang pojok tidak merata (X² = 15.02; db = 1; P < 0.05). Perhitungan penyebaran sarang mangkok dan sarang pojok dengan khi-kuadrat (Lampiran 2).

Penyebaran sarang seriti di lokasi gua I di Pulau Kasiruta (Ruta) dapat diketahui dengan menggunakan statistik non-parametrik khi-kuadrat, dengan taraf kepercayaan 0.05. Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui bahwa sarang seriti di G I yang terletak pada sirip-sirip kayu di setiap petak penyebarannya tidak merata (X² = 676.974; db = 5; P < 0.05). Perhitungan penyebaran sarang seriti dengan khi-kuadrat (Lampiran 3). Dalam gua I terdapat sarang mangkok yang terletak di dinding gua. Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa penyebaran sarang mangkok merata (X² = 0.0020; db = 1;P > 0.05). Perhitungan penyebaran sarang mangkok dengan khi-kuadrat (Lampiran 3).

Penyebaran sarang seriti di lokasi gua II di Pulau Kasiruta (Ruta) dapat diketahui dengan menggunakan statistik non-parametrik khi-kuadrat dengan taraf kepercayaan 0.05. Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui bahwa sarang seriti di G II yang terletak pada sirip-sirip kayu di setiap petak penyebarannya tidak merata (X² = 390.006; db = 5; P < 0.05). Perhitungan penyebaran sarang seriti dengan khi-kuadrat (Lampiran 4). Dalam gua II terdapat sarang mangkok yang terletak di dinding gua. Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa penyebaran sarang mangkok merata (X² = 0.00011; db = 1;P > 0.05). Perhitungan penyebaran sarang mangkok dengan khi-kuadrat (Lampiran 4).

Berdasarkan hasil pengukuran suhu dan kelembaban di lokasi jembatan dan gua yang diukur pada waktu pagi, siang dan sore hari diperoleh antara lain adalah suhu di lokasi jembatan I antara 23.6ºC - 26.6ºC, sedangkan


(48)

kelembaban antara 62.0% - 85.0%. Suhu di lokasi jembatan II antara 23.8ºC - 26.7ºC, sedangkan kelembaban antara 63.0% - 86.0%. Suhu di lokasi gua I antara 25.0ºC-27.0ºC, sedangkan kelembaban antara 91.8% - 92.0%. Suhu di lokasi gua II antara 24.0ºC - 26.9ºC, sedangkan kelembaban antara 90.5% - 92.0% (Lampiran 17).

b. Struktur dan Bentuk Sarang Seriti.

Dari hasil pengukuran fisik sarang mangkok di lokasi jembatan dan gua diperoleh bahwa sarang mangkok di J I berukuran kecil dan sarang mangkok di J II berukuran besar, sedangkan sarang mangkok yang terdapat di G I berukuran besar dan sarang mangkok di G II berukuran kecil. Hasil pengukuran fisik sarang mangkok di jembatan dan gua (Tabel 2).

Tabel 2. Ukuran fisik (rata-rata total ± SD) sarang mangkok di lokasi Jembatan dan gua di Kabupaten Halmahera Selatan (Periode pengamatan Maret – Agustus 2006).

Lokasi sarang

Variabel J I

(n=10) J II (n=10) G I (n=10) G II (n=10)

Panjang sarang (cm) 7,3 ± 0,2 7,8 ± 0,4 6,9 ± 0,4 7,2 ± 0,4

Lebar sarang (cm) 4,5 ± 0,3 4,8 ± 0,5 4,7 ± 0,5 4,7 ± 0,6

Tinggi sarang (cm) 4,1 ± 0,3 4,6 ± 0,2 3,6 ± 0,4 3,1 ± 0,4

Kedalaman sarang (cm) 3,8 ± 0,3 4,1 ± 0,2 3,5 ± 0,5 2,9 ± 0,4

Bibir sarang (cm) 0,5 ± 0,0 0,5 ± 0,1 0,5 ± 0,1 0,5 ± 0,0

(J I) jembatan I, (J II) jembatan II, (G I) gua I, dan (G II) gua II.

Dari hasil pengukuran fisik sarang pojok di lokasi jembatan I berukuran kecil, sedangkan sarang pojok di jembatan II berukuran besar. Hasil pengukuran fisik sarang pojok di lokasi jembatan I dan jembatan II (Tabel 3). Tabel 3. Ukuran fisik (rata-rata total ± SD) sarang pojok di lokasi jembatan

di Pulau Bacan. (Periode pengamatan Maret – Agustus 2006). Lokasi sarang

Variabel

J I J II

Panjang sarang (cm) 6,5 ± 0,4 6,6 ± 0,7

Lebar sarang (cm) 4,1 ± 0,4 4,0 ± 0,2

Tinggi sarang (cm) 3,5 ± 0,7 * 3,5 ± 1,2

Kedalaman sarang (cm) 3,3 ± 0,5 3,1 ± 0,9

Bibir sarang (cm) * 0,4 ± 6,8 0,4 ± 0,1


(49)

25

Ukuran fisik sarang seriti dari tinggi sarang (0,4 ± 6,8) dan bibir sarang

(3,5 ± 1,2) berbeda, sedangkan panjang, lebar, dan kedalaman sarang seriti tidak terdapat perbedaan.

Hasil pengamatan dari kondisi fisik sarang mangkok diperoleh bahwa sarang mangkok yang terdapat di jembatan I dan jembatan II berukuran kecil, kering, dan kurang tebal. Sedangkan sarang mangkok yang terdapat di gua I dan gua II berukuran besar, basah, sedikit kering, dan agak tebal (Gambar 8).

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 8. Sarang mangkok (a) Jembatan I, (b) Jembatan II, (c) Gua I, dan (d) Gua II di Kabupaten Halmahera Selatan (Periode pengamatan Maret – Agustus 2006).

Keterangan : Bar = 2 cm.

Sarang pojok di jembatan I berukuran sedikit besar, dibandingkan jembatan II yang berukuran agak kecil. Bentuk sarang pojok di jembatan I dan jembatan II adalah berbentuk segitiga (Gambar 9).


(50)

(a) (b)

Gambar 9. (a) sarang pojok jembatan I dan (b) sarang pojok jembatan II di Pulau Bacan Kabupaten Halmahera Selatan (Periode pengamatan Maret-Agustus 2006).

Keterangan : Bar = 2 cm

c. Jenis Bahan Penyusun Sarang Seriti.

Jenis bahan penyusun sarang seriti dari 10 sarang yang diamati pada lokasi J I dan J II diperoleh hasil bahwa jenis bahan penyusun sarang seriti dari bahan lumut yang memiliki jumlah lebih banyak dibandingkan dari jenis bahan penyusun sarang seriti lainnya dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Jenis bahan penyusun sarang seriti di jembatan I dan jembatan II di Pulau Bacan (Periode pengamatan Maret – Agustus 2006).

Lokasi sarang

J I (n=10) J II (n=10)

Jenis bahan sarang

a b c a b c

Lumut 7 6 7 6 6 5

Rumput 2 1 - 1 1 -

Lumut & ijuk - 1 - - - 1

Lumut & rumput 1 2 3 3 3 4

- : sampel bahan sarang tidak di peroleh. (a) petak 1, (b) petak 2, dan (c) petak 3. (J I) jembatan I, (J II) jembatan II.

Jenis bahan penyusun sarang seriti dari 10 sarang yang diamati pada lokasi G I dan G II diperoleh hasil bahwa jenis bahan penyusun sarang seriti dari bahan lumut, serta lumut dan rumput yang memiliki jumlah lebih banyak dapat dilihat pada Tabel 5.


(51)

27 Tabel 5. Jenis bahan penyusun sarang di gua I (G I) dan gua II (G II) di

Pulau Kasiruta (Ruta) (Periode pengamatan Maret – Agustus 2006) Lokasi srang

G I (n=10) G II (n=10)

Jenis bahan sarang

a b c d e a b c d e

Lumut 1 3 3 1 2 3 4 5 4 3

Rumput 1 1 1 1 1 2 3 2 2 2

Lumut & ijuk - 1 - - 1 - - -

Lumut & rumput 5 2 4 4 2 3 2 3 3 3

Rumput & ijuk - 1 - 1 1 - - -

Lumut, ijuk, rumput 2 2 2 2 2 2 1 - 1 2

Lumut, serpihan daun, bulu burung 1 - - -

Serpihan daun, bulu burung, ijuk - - - 1 - - - -

Rumput, ijuk, serpihan daun - - - - 1 - - -

- : sampel bahan sarang tidak di peroleh. (a) petak 1, (b) petak 2, dan (c) petak 3.

Dari hasil pengamatan diperoleh bahwa jenis bahan sarang seriti yang di jumpai pada lokasi jembatan dan gua di Kabupaten Halmahera Selatan diantaranya terdiri atas lumut, rumput, ijuk, serpihan daun, dan bulu burung. Jenis bahan penyusun sarang seriti yang terdapat di lokasi jembatan dan gua yang jumlahnya paling banyak adalah jenis bahan sarang dari lumut tanpa campuran bahan tumbuhan lainnya, serta bahan sarang campuran dari lumut dan rumput.

Hasil identifikasi jenis bahan sarang burung seriti diantara lokasi jembatan dan gua diperoleh bahwa jenis lumut di jembatan I berjumlah 6 spesies dan jembatan II sebanyak 9 spesies, serta gua I sebanyak 12 spesies dan gua II sebanyak 10 spesies. Jenis rumput di jembatan I berjumlah 3 spesies dan jembatan II sebanyak 3 spesies, sedangkan gua I berjumlah 4 spesies dan gua II sebanyak 4 spesies. Jenis serpihan daun di lokasi gua I sebanyak 2 spesies dan gua II berjumlah 1 spesies. Sedangkan bahan sarang lainnya adalah ijuk terdapat di lokasi jembatan dan gua, sedangkan bulu burung hanya dijumpai di lokasi gua (Tabel 6).


(52)

Tabel 6. Jenis bahan penyusun sarang seriti di lokasi jembatan dan gua di Kabupaten Halmahera Selatan yang teridentifikasi.

Jenis bahan sarang Lokasi Sarang

Nama Lokal Nama Latin J I J II G I G II

Lumut gantung Meterium sp - - √ -

Lumut rambut Pogonatium sp - √ √ √

Lumut paku hijau

keabu-abuan Thuidium glaucinoides √ √ √ √

Lejenea Plychanthus striatus √ √ √ √

- Schiffneriolejeunea tumida - - √ √

Lejenea Spruceanthus polymorphus √ √ √ √

Lumut tapak Calyptothecium wrightii √ √ √ √

Lumut tanduk Herpetineuron toccoae √ √ √ √

Lumut tapak Homalia trichomanoides - √ - -

Lumut berbulu lembut Oedicladium fragile - - √ √

Lumut tumpul

Homaliodendron

microdendron - √ √ √

Lumut hati berjari Kurzia gonyotricha √ √ √ √

Lumut payung leher

angsa Campylopus umbellatus - - √ -

Rumput rawa Leersia hesandra √ √ √ √

Rumput menahun Oplismenus burmanni - - √ √

Rumput geganjuran Paspalum commersonii √ √ √ √

Rumput bermuda Cynodon dactylon √ √ √ √

Jenis paku-pakuan Lindsaea doryphora - - √ -

Daun dan dahan pisang Musa paradisiaca L - - √ √

Ijuk - √ √ √ √

Bulu burung - - - √ √

√ = teridentifikasi, - tidak teridentifikasi.

Hasil identifikasi diperoleh bahwa sarang seriti dari bahan penyusun lumut

terdapat 13 spesies sedangkan rumput 4 spesies dan serpihan daun 2 spesies, serta bahan-bahan sarang lainnya sebagai bahan tambahan. Jenis bahan sarang seriti di gua memiliki jumlah lebih banyak dibandingkan di lokasi jembatan. Jenis bahan sarang seriti yang teramati adalah lumut, rumput, serpihan

daun, ijuk dan bulu burung (Gambar 10a). Bahan-bahan penyusun sarang seriti direkatkan dengan air liur yang diproduksi sendiri oleh burung seriti. Sarang seriti yang terdapat di gua mempunyai air liur berwarna kecoklat-coklatan sedangkan sarang seriti yang terdapat di jembatan memiliki air liur berwarna sedikit coklat keputih-putihan. Hasil pengamatan diperoleh bahwa air liur sebelum direndam dan sesudah direndam memiliki warna yang tidak berubah (Gambar 10b).


(53)

29

(a) (b)

Gambar 10. Jenis bahan penyusun sarang burung seriti di Kabupaten Halmahera Selatan, (a) bahan sarang tumbuh-tumbuhan dan (b) air liur seriti

Keterangan : Bar = 1 cm

B. Perilaku Bersarang Burung Seriti (Collocalia esculenta).

Perilaku bersarang burung seriti diamati selama 24 hari (288 jam). Pengamatan perilaku dilakukan pada lokasi jembatan I Pulau Bacan dan gua I di Pulau Kasiruta (Ruta) Kabupaten Halmahera Selatan.

1. Bersarang.

Pasangan burung seriti membutuhkan sarang untuk meletakkan telurnya. Kedua pasangan seriti terbang bersama, hinggap berjejeran pada suatu tempat dimana sarang akan di bangun, aktivitas seriti bersarang biasanya dilakukan adalah :

- Keluar masuk sarang

Seriti terbang keluar masuk sarang dan mulai membawa rerumputan atau bahan sarang lainnya. Terbang keluar sarang, biasanya dilakukan seriti makin sering pada hari terang dan kembali masuk ke sarang sambil membawa beberapa bahan penyusun sarang untuk membangun sarang dan makanan untuk anak-anaknya. Dalam satu hari pasangan seriti bisa pulang pergi dalam beberapa kali.

- Penyambutan

Burung seriti biasanya memiliki panggilan khusus sehingga keduanya dapat saling mengenali pasangannya. Jika salah satu pasangan seriti


(54)

meninggalkan sarang, maka saat kembali ke sarang pasangan seriti mengeluarkan suara (berirama mencicit) yang kemudian di jawab oleh pasangan seriti yang berada di sarang. Pada umumnya pasangan seriti (betina) yang berada di sarang mengeluarkan suara saat menyambut pasangan seriti (jantan) ketika kembali ke sarang.

- Pengoperan bahan sarang

Pasangan seriti akan mengoper bahan sarang pada pasangannya di dalam sarang melalui paruh ke paruh, setelah itu pasangan seriti akan pergi lagi, kemudian setelah pasangan seriti kembali lagi ke sarang disambut oleh pasangan seriti di dalam sarang, setelah itu bahan sarang mulai dioper lagi ke pasangannya. Pada umumnya pasangan seriti dalam sehari dapat pulang-pergi beberapa kali, lalu bahan sarang dioper dan seterusnya.

- Menyusun/merapikan sarang

Bahan sarang seriti yang telah diambil oleh pasangan seriti dikumpul, barulah seriti akan menyusun atau merapikan bahan sarang tersebut dengan pasangannya secara bersama-sama.

- Merekatkan air liur (saliva)

Dalam mengoleskan air liur dilakukan oleh kedua pasangan seriti secara bergantian. Seriti membangun sarang secara bersama-sama, tetapi seriti secara bergantian mengoleskan paruhnya ke kiri dan ke kanan dengan mengeluarkan air liurnya sebagai bahan pokok untuk membuat sarang.

2. Aktivitas Bersarang Burung Seriti.

Hasil dari pengamatan total dalam sehari dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu pagi (06.00-10.00), siang (10.00-14.00), dan sore (14.00-18.00) di lakukan di lokasi jembatan di Pulau Bacan dan gua di Pulau Kasiruta (Ruta) Kabupaten Halmahera Selatan. Dari aktivitas burung seriti bersarang yang teramati adalah saat seriti terbang keluar masuk sarang, penyambutan, operan bahan sarang, menyusun atau merapikan sarang, melumuri atau merekatkan air liur dilakukan lebih banyak pada waktu pagi, siang, dan sore hari, sedangkan waktu istirahat lebih banyak pada sore hari. Aktivitas yang diamati saat seriti mulai membuat sarang. Aktivitas burung seriti bersarang di lokasi jembatan Pulau Bacan (Tabel 7-9).


(55)

31 Tabel 7. Aktivitas burung seriti bersarang pagi hari di lokasi jembatan Pulau

Bacan, Maret – Agustus 2006.

Waktu Pengamatan

Aktivitas

06.00-07.00 07.00-08.00 08.00-09.00 09.00-10.00

Keluar-masuk sarang 1 1 1 1

Penyambutan 1 1 1 1

Oper bahan sarang 1 1 1 1

Menyusun/merapikan sarang 1 1 1 1

Melumuri air liur 1 1 1 1

Istirahat 0 0 0 0

1 = ada aktivitas dan 0 = tidak ada aktivitas

Tabel 8. Aktivitas burung seriti bersarang siang hari di lokasi jembatan Pulau Bacan, Maret – Agustus 2006.

Waktu pengamatan

Aktivitas

10.00-11.00 11.00-12.00 12.00-13.00 13.00-14.00

Keluar-masuk sarang 1 1 1 1

Penyambutan 1 1 1 1

Oper bahan sarang 1 1 1 1

Menyusun/merapikan sarang 1 1 1 1

Melumuri air liur 1 1 1 1

Istirahat 0 0 0 1

1 = ada aktivitas dan 0 = tidak ada aktivitas

Tabel 9. Aktivitas burung seriti bersarang sore hari di lokasi jembatan Pulau Bacan, Maret – Agustus 2006.

Waktu pengamatan

Aktivitas

14.00-15.00 15.00-16.00 16.00-17.00 17.00-18.00

Keluar-masuk sarang 1 1 1 1

Penyambutan 1 1 1 1

Oper bahan sarang 1 1 1 1

Menyusun/merapikan sarang 1 1 1 1

Melumuri air liur 1 1 1 1

Istirahat 0 0 1 1

1 = ada aktivitas dan 0 = tidak ada aktivitas

Burung seriti memerlukan tempat untuk bersarang yang cukup tenang tanpa gangguan dan kondisi tempat yang sangat lembab, untuk beristirahat mengerami telur atau berkembangbiak. Aktivitas burung seriti bersarang di lokasi gua (Tabel 10 – 12).


(56)

Tabel 10. Aktivitas burung seriti bersarang pagi hari di lokasi gua Pulau Kasiruta (Ruta), Maret – Agustus 2006.

Waktu pengamatan

Aktivitas

06.00-07.00 07.00-08.00 08.00-09.00 09.00-10.00

Keluar-masuk sarang 1 1 1 1

Penyambutan 1 1 1 1

Oper bahan sarang 1 1 1 1

Menyusun/merapikan sarang 1 1 1 1

Melumuri air liur 1 1 1 1

Istirahat 0 0 0 0

1 = ada aktivitas dan 0 = tidak ada aktivitas

Tabel 11. Aktivitas burung seriti bersarang siang hari di lokasi gua Pulau Kasiruta (Ruta), Maret – Agustus 2006.

Waktu pengamatan

Aktivitas

10.00-11.00 11.00-12.00 12.00-13.00 13.00-14.00

Keluar-masuk sarang 1 1 1 1

Penyambutan 1 1 1 1

Oper bahan sarang 1 1 1 1

Menyusun/merapikan sarang 1 1 1 1

Melumuri air liur 1 1 1 1

Istirahat 0 1 0 1

1 = ada aktivitas dan 0 = tidak ada aktivitas

Tabel 12. Aktivitas burung seriti bersarang sore hari di lokasi gua Pulau Kasiruta (Ruta), Maret – Agustus 2006.

Waktu pengamatan

Aktivitas

14.00-15.00 15.00-16.00 16.00-17.00 17.00-18.00

Keluar-masuk sarang 1 1 1 1

Penyambutan 1 1 1 1

Oper bahan sarang 1 1 1 1

Menyusun/merapikan sarang 1 1 1 1

Melumuri air liur 1 1 1 1

Istirahat 0 1 1 1


(57)

33 B. Pembahasan

1. Sarang Burung Seriti (Collocalia esculenta). a. Peletakan dan Jumlah Sarang Seriti.

Burung seriti dapat terbang pada waktu terang, karena mengandalkan penglihatanya saja sehingga dalam meletakkan sarang pun burung seriti lebih memilih tempat terang. Sarang seriti dibuat sangat berdekatan sehingga jarak antara sarang yang satu dengan sarang lainnya saling berdempetan (Whendrato et al., 1989).

Berdasarkan hasil pengamatan pola peletakkan sarang seriti diperoleh bahwa di bawah jembatan burung seriti meletakkan sarang pada sirip-sirip kayu, baik itu di bagian tengah maupun di bagian pojok sirip. Di dalam gua burung seriti meletakkan sarang pada celah-celah batu di dinding gua. Diasumsikan bahwa seriti cenderung menyukai sudut sirip di jembatan dan celah-celah batu di dinding gua sebagai tempat untuk meletakkan sarang. Penyebaran sarang di masing-masing petak pada lokasi jembatan I merata

karena sarang seriti banyak dibuat di petak 1, sedangkan petak 2 dan petak 3 sarangnya terlihat sedikit. Karena pada petak 2 dan petak 3 kurang gelap dan lembab atau banyak terdapat cahaya matahari yang masuk menerangi sirip-sirip di petak tersebut (petak 2 dan 3).

Perbandingan jumlah sarang mangkok dan sarang pojok di jembatan I dari 10 sarang terambil sangat besar yaitu 16 untuk sarang pojok dan 14 untuk sarang mangkok. Jika dibandingkan dengan area yang digunakan seriti untuk menempelkan sarang dimana area yang tersedia untuk sarang pojok 0.48 m dan untuk sarang mangkok 0,42 m. Dari hasil perhitungan statistik diketahui bahwa penyebaran sarang pojok dan sarang mangkok tidak merata. Secara deskriptif dapat diketahui bahwa sarang pojok lebih disukai oleh seriti. Hal ini diduga karena bagian pojok sirip kondisi udaranya lebih stabil disebabkan pengaruh angin yang masuk lebih sedikit jika dibandingkan dengan bagian tengah sirip (Whendrato et al., 1989).

Penyebaran sarang di masing-masing petak pada lokasi jembatan II tidak merata karena sarang seriti banyak dibuat di petak 1 dan petak 2 serta jumlah sarang seriti lebih banyak (petak 1 dan petak 2), sedangkan petak 3 jumlah


(58)

sarang terlihat sedikit. Karena pada petak 3 kurang gelap dan lembab atau banyak terdapat cahaya matahari yang masuk menerangi sirip-sirip di petak 3. Perbandingan jumlah sarang mangkok dan sarang pojok di jembatan II

dari 10 sarang terambil sangat besar yaitu 14 untuk sarang pojok dan 16 untuk sarang mangkok. Jika dibandingkan dengan area yang digunakan seriti untuk menempelkan sarang dimana area yang tersedia untuk sarang pojok 0.42 m dan untuk sarang mangkok 0,48 m. Dari hasil perhitungan statistik diketahui bahwa penyebaran sarang pojok dan sarang mangkok tidak merata. Secara deskriptif dapat diketahui bahwa sarang pojok lebih disukai oleh seriti. Hal ini diduga karena bagian pojok sirip kondisi udaranya lebih stabil disebabkan pengaruh angin yang masuk lebih sedikit jika dibandingkan dengan bagian tengah sirip (Whendrato et al., 1989).

Penyebaran sarang di masing-masing petak pada lokasi gua I tidak merata karena sarang seriti banyak dibuat di petak 1, petak 2 dan petak 5, serta jumlah sarang lebih banyak (petak 5, petak 1 dan petak 2), sedangkan petak 3 dan petak 4 jumlah sarang sedikit. Karena pada petak 3 kurang gelap dan lembab, sedangkan petak 4 sangat gelap dan dinding gua terlihat sangat basah. Jumlah sarang mangkok di gua I dari 10 sarang terambil sangat besar yaitu 40 sarang. Jika dibandingkan dengan area yang digunakan seriti untuk menempelkan sarang dimana area yang tersedia untuk sarang mangkok 0,45 m. Dari hasil perhitungan statistik diketahui bahwa penyebaran sarang mangkok merata. Secara deskriptif dapat diketahui bahwa sarang mangkok lebih disukai oleh seriti. Hal ini diduga karena bagian dinding gua I kondisi udaranya lebih stabil disebabkan pengaruh angin yang masuk lebih sedikit (Suyanto 1983).

Penyebaran sarang di masing-masing petak pada lokasi gua II tidak merata karena sarang seriti banyak dibuat di petak 1, petak 4 dan petak 5, serta jumlah sarang lebih banyak (petak 5, petak 1 dan petak 4), sedangkan petak 2 dan petak 3 jumlah sarang sedikit. Karena pada petak 2 dan petak 3 kurang gelap atau kurang lembab dan dinding gua terlihat sangat basah. Jumlah sarang mangkok di gua II dari 10 sarang terambil sangat besar yaitu 35 sarang. Jika dibandingkan dengan area yang digunakan seriti untuk menempelkan sarang dimana area yang tersedia untuk sarang mangkok 0,38 m. Dari hasil


(1)

0 5 10 15 20 25 30

06.00-07.00 07.00-08.00 08.00-09.00 09.00-10.00 10.00-11.00 11.00-12.00 12.00-13.00 13.00-14.00 14.00-15.00 15.00-16.00 16.00-17.00 17.00-18.00

Waktu pengamatan

Pr

e

se

n

tase

pe

r

il

aku bu

r

ung

se

r

it

i

Keluar-masuk sarang Penyambutan Oper bahan sarang Menyusun/merapikan sarang Melumuri air liur Istirahat


(2)

0 5 10 15 20 25 30

Keluar-masuk sarang Penyambutan Oper bahan sarang Menyusun/merapikan sarang

Melumuri air liur Istirahat

Perilaku burung seriti

P

resen

ta

se p

erila

k

u

b

u

ru

n

g

se

riti


(3)

Lampiran 18. Grafik perilaku burung seriti (perjam) pada lokasi didalam gua, Pulau Bacan. Maret – Agustus 2006

0 5 10 15 20 25 30

06.00-07.00 07.00-08.00 08.00-09.00 09.00-10.00 10.00-11.00 11.00-12.00 12.00-13.00 13.00-14.00 14.00-15.00 15.00-16.00 16.00-17.00 17.00-18.00

Waktu pengamatan

Pr

es

en

ta

se

p

er

ilaku bur

un

g

se

ri

ti


(4)

(5)

0 5 10 15 20 25 30

Keluar-masuk sarang Penyambutan Oper bahan sarang Menyusun/merapikan sarang

Melumuri air liur Istirahat

Perilaku burung seriti

Pr

e

se

n

ta

se

bur

ung

s

er

it

i


(6)

40 VI. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Bentuk sarang seriti pada lokasi jembatan dan gua berbeda. Sarang seriti di jembatan dijumpai sarang mangkok berukuran besar, serta sarang pojok yang berukuran kecil dan berbentuk segitiga. Sedangkan sarang seriti di gua hanya terdapat sarang mangkok berukuran besar.

2. Jenis bahan sarang seriti di lokasi jembatan dan gua umumnya adalah lumut tanpa campuran bahan tumbuhan lain dan bahan sarang campuran dari lumut dan rumput. Jumlah jenis bahan penyusun sarang di lokasi jembatan dan gua yang teridentifikasi adalah lumut terdapat 13 spesies, rumput terdapat 4 spesies, serpihan daun terdapat 2 spesies dan bahan sarang lainnya (ijuk dan bulu burung). Jenis bahan penyusun sarang seriti di lokasi jembatan dan gua setelah diidentifikasi yaitu lumut, rumput, dan serpihan daun.

3. Perilaku membuat sarang pada lokasi di bawah jembatan dan di dalam gua yang lebih nampak adalah ketika seriti terbang keluar dan masuk sarang, penyambutan, menyusun dan merapikan sarang, melumuri air liur dan beristirahat. Hal ini ditunjukkan dari kecenderungan dalam preferensi waktu terjadinya perilaku (pagi, siang, dan sore hari) sehubungan dengan tingkat aktivitas.

B. Saran

Perlu adanya penelitian lanjut dan terperinci mengenai aspek bioekologi dan persarangan burung seriti dengan menggunakan beberapa tehnik khusus seperti morfologi burung seriti, habitat mikro dan makro, populasi burung seriti, laju pembuatan sarang seriti sampai sarang berisi satu butir telur, dan menganalisis air liur seriti, sehingga data yang telah ada menjadi lebih lengkap dan lebih optimal dalam pengamatan burung seriti (Collocalia esculenta).