GEDUNG DPRD KABUPATEN HALMAHERA SELATAN MALUKU UTARA.

(1)

TUGAS AKHIR

GEDUNG DPRD

KABUPATEN HALMAHERA SELATAN

MALUKU UTARA

Untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Gelar Sarjana Teknik (S-1)

PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR

Diajukan oleh :

UMAR DJAFAR ALBAAR 0851010076

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

2014


(2)

ii

TUGAS AKHIR

GEDUNG DPRD KABUPATEN HALMAHERA SELATAN

MALUKU UTARA

Dipersiapkan dan disusun oleh : UMAR DJAFAR ALBAAR

0851010076

Telah dipertahankan didepan Tim Penguji Pada tanggal 07 Mei 2014

Tugas Akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana (S1)

Tanggal : 07 Mei 2014 Pembimbing Utama

Ir. Niniek Anggriani, MT. NIP. 19580124 198703 2 00 1

Pembimbing Pendamping

Ami Arfianti, ST., MT. NPT. 3 6911 97 0158 1

Penguji I

Dr. Ir. Pancawati Dewi, MT. NPT. 3 6705 94 0033 1

Penguji II

M. Pranoto, ST., MT. NPT. 3 7312 06 0215 1

Penguji III

Ir. Sri Suryani Y. W., MT. NIP. 19670722 199303 2 00 2

Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

Ir. Naniek Ratni Juliardi AR., M.Kes. NIP. 19590729 198603 2 00 1


(3)

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur ditujukan kehadirat ALLAH S.W.T, yang mana atas rahmat dan ridho-Nya, sehingga penyusunan Proposal Tugas Akhir yang berjudul

”GEDUNG DPRD KABUPATEN HALMAHERA SELATAN” ini dapat

terselesaikan dengan baik, untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memenuhi Gelar Sarjana Teknik (S-1) Progdi Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur di Surabaya.

Bersama ini penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Terima Kasih Atas Rahmat ALLAH S.W.T. karena hanya dengan ijin-Nya saya

bisa menyelesaikan tugas akhir ini dengan sabar, tabah, dan tegar dan juga telah memberikan yang terbaik buat saya.

2. Keluarga besar tercinta di Ternate, Aba Muhammad Albaar, Umi Gamar Albaar, kedua adik saya Huzaimah Albaar dan Nazlah Albaar, serta keluarga besar tercinta di Surabaya, Hababa Ipa Albaar, Ami Anis Albar, Ibu Ragwan Albaar, dan keluarga lainnya yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

3. Ir. Naniek Ratni Juliardi AR., M. Kes. Selaku Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.

4. Dr. Ir. Pancawati Dewi, MT. Selaku Ketua Progdi Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.

5. Ir. Eva Elviana, MT. dan Dyan Agustin, ST., MT. selaku Ketua Lab. Studio

Tugas Akhir.

6. Ir. Erwin Djuni, MT. selaku dosen wali saya, terimah kasih banyak atas semua bimbingan dan masukannya selama ini.

7. Ir. Niniek Anggriani, MT. selaku dosen pembimbing utama (I), terimah kasih banyak atas semua bimbingannya selama ini.


(4)

iv

8. Ami Arfianti, ST., MT. selaku dosen pembimbing pendamping (II), terimah kasih banyak atas semua bimbingannya selama ini.

9. Dr. Ir. Pancawati Dewi, MT., Muhammad Pranoto, ST., MT., dan Ir. Sri Suryani Y. W., MT. selaku dosen penguji. Terima kasih atas semua kritik dan sarannya. 10.Dan segenap Dosen Progdi Teknik Arsitektur FTSP UPN “Veteran” Jatim atas

segala bimbingan ilmu dan bantuannya selama proses perkuliahan dan juga proses tugas akhir.

11.Terimah kasih yang sangat special kepada :

• C’SEN, C’GE, DUL, QUR, SRAGEN, SAUGI, TAMA, dan RAPLEZ “ayo

ndang dimari’no, metu kudu gowo ilmu ambe ijaza”.

• EKAK, INDAH, RIRIN, TIARA, KIKI, BILA, ACI, dan seluruh kawan

angkatan 2008 Arsitektur yang telah lulus, makasih atas semua bantuannya.

• C’SEN, C’TUL, C’ICUN, C’ALAN, C’GROW, C’GE, DUL, QUR,

SRAGEN, SAUGI, TAMA, RAPLEZ, AGUNG, P’D, LUPER, PENCENG, YOGI, BONDET, CEMPE, SETO, dll yang telah membantu saya dalam menyelesaikan tugas akhir saya yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu.

• Cacak” angkatan 2005-2007 dan adik” angkatan 2009-2013 yang telah

menemani saya membimbing, menemani, dan membantu saya mulai awal kuliah sampai saya bisa lulus seperti sekang ini.

12.Terimah kasih banyak kepada seluruh perangkat kampus, terutama papi joen dan juga rosi.

13.Dan semua pihak yang telah membantu saya dalam pengerjaan Proposal Tugas Akhir ini.

Surabaya, 21 Mei 2014


(5)

v

ABSTRAK

Umar Djafar Albaar : 0851010076

Rancangan Arsitektur

Gedung DPRD Kabupaten Halmahera Selatan

Gedung DPRD kabupaten Halmahera Selatan (Maluku Utara) merupakan sebuah proyek pemerintah yang menampung kerja para anggota dewan yang dibantu oleh sekretariat dewan dikabupaten Halmahera Selatan.

Di sini Gedung DPRD Kabupaten Halmahera Selatan memiliki pengertian suatu wadah yang menampung beberapa orang anggota yang dipilih untuk mewakili rakyat pemilih yang tugasnya menyusun undang-undang bersama-sama dengan Bupati, memutuskan suatu hal dengan jalan berunding dan turut memperhatikan pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan, dalam hal ini adalah lingkup pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan.

Lokasi yang ditetapkan untuk Gedung DPRD Kabupaten Halmahera Selatan merupakan lokasi dengan kawasan pemerintahan sebelah timur dan merupakan ketetapan atau bagian dari rencana dasar tata ruang kabupaten Halmahera Selatan yang masih dalam tahap sayembara yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten Halmahera Selatan.

Yang menjadi fokus utama dari Gedung DPRD Kabupaten Halmahera Selatan ada bagian atap Gedung, atap gedung menggunakan atap bangunan adat Maluku utara yaitu “SASADU” yang dimodifikasi atau di sesuaikan dengan kondisi arsitektur yang berkembang pada saat ini.

Kata kunci :

Bangunan Pemeintahan, Arsitektur Tradisional Maluku Utara, Wadah Penyalur Aspirasi Rakyat Halmahera Selatan.


(6)

vi

DAFTAR ISI

Halaman Judul ……….. i

Lembar Pengesahan ……….. ii

Kata Pengantar ……….. iii

Abstraksi ……….. v

Daftar Isi ……….. vi

Daftar Tabel ……….. xi

Daftar Gambar ……….. xii

Daftar Lampiran ……….…………. xviii

BAB I. PENDAHULUAN ……….. 1

1.1. Latar Belakang ……….. 1

1.2. Tujuan dan Sasaran ……….. 4

1.3. Batasan dan Asumsi ……….. 5

1.4. Tahapan Perancangan ……….. 5

1.5. Sistematika Perancangan ……….. 7

BAB II. TINJAUAN OBYEK PERANCANGAN ……….. 10

2.1. Tinjauan Umum Perancangan ……….. 10

2.1.1. Pengertian Judul ……….. 10

2.1.2. Studi Literatur ……….. 12

2.1.2.1 Data Arsitektu edisi 33 jilid 2, Ernst Neufert …… 12


(7)

vii

2.1.2.3 Penentuan Lokasi Gedung DPRD

Kabupaten Halmahera Selatan ... 21

2.1.2.4 Bentuk Ruang Pada Gedung DPRD Kabupaten Halmahera Selatan ... 22

2.1.2.5 Pengamanan ... 22

2.1.2.6 Struktur Organisasi Gedung DPRD Kabupaten Halmahera Selatan ... 23

2.1.2.7 Inventarisasi Arsitektur dan Bangunan Gedung di Maluku Utara ………. 23

2.1.3. Studi Kasus ……….. 24

2.1.3.1 Gedung DPRD Kabupaten Sidoarjo ... 24

a. Data Obyek Studi ... 24

b. Fasititas yang Dipunyai dan Ruang Luar ... 25

c. Struktur Organisasi ... 34

d. Pola Sirkulasi Gedung DPRD Kabupater Sidoarjo ... 35

e. Tampilan Bangunan ... 39

f. Struktur Gedung ... 41

2.1.3.2 Gedung DPRD Kabupaten Halmahera utara ... 42

a. Data Obyek Studi ... 42

b. Fasititas yang Dipunyai dan Ruang Luar ... 43

c. Struktur Organisasi ... 51

d. Pola Sirkulasi Horisontal Gedung DPRD Kabupaten Halmahera utara ... 52

e. Tampilan Bangunan ... 53

f. Struktur Gedung ... 54

2.1.4. Analisa Hasil Studi ……….. 55


(8)

viii

2.1.4.2Pemakai Bangunan ... 56

2.1.4.3Kesimpulan ... 56

2.2. Tinjauan Khusus Perancangan……….. 58

2.2.1. Penekanan Perancangan ………. 58

2.2.2. Lingkup Pelayanan ………. 58

2.2.3. Aktifitas dan Kebutuhan Ruang ………. 59

2.2.3.1 Aktifitas ... 59

2.2.3.2 Aktifitas dan Kebutuhan Ruang ... 60

2.2.4. Perhitungan Luasan Ruang ………. 68

2.2.5. Program Ruang ………. 71

BAB III. TINJAUAN LOKASI PERANCANGAN ………. 73

3.1. Latar Belakang Pemilihan Lokasi ………. 73

3.2. Penetapan Lokasi ……… 75

3.3. Kondisi Fisik Lokasi ……… 78

3.3.1. Existing Site ……… 79

3.3.2. Aksesibilitas ……… 80

3.3.3. Potensi Lingkungan ……… 81

3.3.4. Infrakstruktur Kota ……… 82

3.3.5. Peraturan Bangunan Setempat ……… 84

BAB IV. ANALISA PERANCANGAN ……… 88

4.1. Analisa Site ……… 88

4.1.1. Analisa Aksesibilitas ……… 88

4.1.2. Analisa Iklim ……… 90

4.1.3. Analisa Lingkungan Sekitar ……… 92

4.1.4. Analisa Zoning ……… 94

4.2. Analisa Ruang ……… 96


(9)

ix

4.2.2. Hubungan Ruang dan Sirkulasi ……… 97

4.2.3. Diagram Abstrak ……….…… 100

4.3. Analisa Bentuk dan Tampilan ……… 102

4.3.1. Analisa Bentuk Massa Bangunan ……… 102

4.3.2. Analisa Tampilan ……….…… 104

BAB V. KONSEP PERANCANGAN ……….. 106

5.1Tema Rancangan ……….. 106

5.1.1. Penentuan Tema Rancangan ……….. 106

5.1.2. Pendekatan Rancangan ………... 106

5.1.3. Metode Perancangan ……….….. 107

5.2Konsep Rancangan ……….….. 112

5.2.1. Konsep Bentuk Massa Bangunan ……….….. 112

5.2.2. Konsep Tampilan ………...………..….. 115

5.2.3. Konsep Ruang Dalam ………...………..….. 116

5.2.4. Konsep Ruang Luar ………...……….... 117

5.2.5. Konsep Struktur dan Material ……...………..….. 120

5.2.6. Konsep Utilitas ………...………...……….. 120

5.2.6.1 Konsep Mekanikal Elektrikal ……….. 120

5.2.6.2 Konsep Sistem Transportasi Vertikal ……...………….. 124

5.3Hasil Konsep ……...…………... 125

5.3.1. Zonning Gedung ……...…………... 125

5.3.2. Block Plan ……...…………... 126

BAB VI. APLIKASI RANCANGAN ……….….. 127

6.1Aplikasi Tapak ……….….. 127

6.1.1. Aplikasi Zoning ………..……….. 127

6.1.2. Aplikasi Bentukan Massa ……….….. 128

6.1.3. Aplikasi Orientasi Massa Bangunan ……….. 129


(10)

x

6.2Aplikasi Tampilan Bangunan ……….….. 131

6.2.1. Aplikasi Bentuk ……….….. 131

6.2.2. Aplikasi Fasade ……….……….. 132

6.3Aplikasi Ruang Dalam ……...…... 133

6.3.1. Sistem Pencahayaan ……...…………... 134

6.4Aplikasi Ruang Luar ……...………... 134


(11)

xi

DAFTAR TABEL

Table 1.1 Jumlah Anggota DPRD Kabupaten Halmahera Selatan …... 3

Tabel 1.2 Asumsi Jumlah Anggota DPRD Kabupaten Halmahera Selatan dalam 5 periode kedepan ……….. 3

Tabel 2.1 Data tinggi dan luas kenyamanan kaki pada kursi dan meja kerja ... 15

Tabel 2.2 Analisa Hasil Studi ... 55

Tabel 2.3 Aktifitas dan kebutuhan ruang ... 60

Tabel 2.4 Perhitungan Luas Ruang ... 68

Tabel 2.5 Program Ruang ... 71

Tabel 3.1 Aspek-aspek kondisi eksisting ... 77


(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 BangunanSekolah ……….. 2

Gambar 1.2 Diagram TahapanPerancangan ……….. 7

Gambar 2.1 Penyelesaian 1:1976, gedung Administrasi VI di Gutersloh ... ... 13

Gambar 2.2 Pengubahan ruang yang lebih lengkap : 1985 ... 13

Gambar 2.3 Jenis dan ukuran penataan meja kerja yang akan digunakan ... 14

Gambar 2.4 Jenis meja kerja dan ukuranya dengan komputer ... 15

Gambar 2.5 Jenis kursi dan ukuran geraknya ... 16

Gambar 2.6 Jenis lemari arsip dan ukuranya ... 16

Gambar 2.7 Jenis tempat parkir tegak lurus 90° ... 17

Gambar 2.8 Mobil pribadi dengan radius putarnya ... 17

Gambar 2.9 Officelight ... 19

Gambar 2.10 Bangunan adat Sasadu ... 23

Gambar 2.11 Atap bangunan adat Sasadu ... 24

Gambar 2.12 Gedung DPRD kab. Sidoarjo ... 24

Gambar 2.13 Lay out gedung DPRD kab. Sidoarjo ... 25

Gambar 2.14 Lantai 1 gedung utama DPRD kab. Sidoarjo ... 26

Gambar 2.15 Reseptionis Gedung utama ... 26

Gambar 2.16 Ruang tunggu/tamu Gedung utama ... 27

Gambar 2.17 Ruang foto copyGedung utama ... 27

Gambar 2.18 Ruang staf dan ruang komputer Gedung utama ... 28

Gambar 2.19 Ruang kabag & kasubag Gedung utama ... 28


(13)

xiii

Gambar 2.21 Ruang kerja ketua DPRD berserta stafnya ... 29

Gambar 2.22 Ruang rapat Gedung utama ... 30

Gambar 2.23 Ruang sidang paripurna ... 30

Gambar 2.24 Ruang komisi ... 31

Gambar 2.25 Ruang rapat komisi ... 32

Gambar 2.26 Ruang fraksi ... 32

Gambar 2.27 Gedung EX-LABORATURIUM ... 33

Gambar 2.28 Gudang ... 33

Gambar 2.29 Ruang fraksi tambahan ... 34

Gambar 2.30 Ruang fraksi Demokrat ... 34

Gambar 2.31 Struktur Kepengurusan Sekwan kab. Sidoarjo ... 35

Gambar 2.32 Pola sirkulasi horisontal gedung utama ... 36

Gambar 2.33 Pola sirkulasi horisontal gedung komisi ... 37

Gambar 2.34 Pola sirkulasi horisontal gedung fraksi ... 38

Gambar 2.35 Pola sirkulasi horisontal Gedung EX-LABORATURIUM ... 39

Gambar 2.36 Tampak utara gedung utama ... 39

Gambar 2.37 Tampak utara gedung komisi ... 40

Gambar 2.38 Tampak selatan gedung fraksi ... 40

Gambar 2.39 Tampak utara gedung EX-LABORATORIUM ... 41

Gambar 2.40 Gedung DPRD Kabupaten Halmahera utara ... 42

Gambar 2.41 Lay Out Gedung DPRD Kabupaten Halmahera Utara ... 43

Gambar 2.42 Bagian Gedung DPRD Kabupaten Halmahera Utara ... 44

Gambar 2.43 Resepsionis Gedung DPRD Kabupaten Halmahera Utara ... 44

Gambar 2.44 Ruang tunggu/tamu ... 45

Gambar 2.45 Ruang Ketua Dewan ... 45


(14)

xiv

Gambar 2.47 Ruang fraksi ... 46

Gambar 2.48 Ruang bagian dan sub bagian ... 47

Gambar 2.49 Ruang sidang paripurna ... 47

Gambar 2.50 Ruang komisi ... 48

Gambar 2.51 Ruang sekertaris dewan ... 48

Gambar 2.52 Ruang rapat ... ... 48

Gambar 2.53 Ruang arpirasi ... ... 49

Gambar 2.54 Ruang pers/wartawan ... 49

Gambar 2.55 Ruang foto copy ... 50

Gambar 5.56 Klinik ... ... 50

Gambar 2.57 Gudang ... ... 50

Gambar 2.58 Kamar mandi/WC ... 51

Gambar 2.59 Pantry ... ... 51

Gambar 2.60 Struktur organisasi ... 52

Gambar 2.61 Pola sirkulasi horisontal Gedung DPRD kota Surabaya ... 53

Gambar 2.62 Tampilan bangunan ... 53

Gambar 2.63 Pola sirkulasi anggota dewan & sekwan ... 60

Gambar 3.1 Peta Kabupaten Halmahera Selatan ... 73

Gambar 3.2 Kawasan Pemerintahan Kabupaten Halmahera Selatan ... 75

Gambar 3.3 Lokasi Site Gedung DPRD Kabupaten Halmahera Selatan ... 76

Gambar 3.4 Peta lokasi site arah sirkulasi jalan ... 79

Gambar 3.5 Peta Aksebilitas Fasilitas umum disekitar kawasan pemerintahan ... 81

Gambar 3.6 Peta Potensi Lingkungan disekitar kawasan pemerintahan ... 82 Gambar 3.7 Kondisi Jalan di sekitar


(15)

xv

& dalam kawasan pemerintahan ... 82

Gambar 3.8 Kondisi Sempadan Bangunan ... 87

Gambar 4.1 Peta lokasi site arah sirkulasi jalan ... 88

Gambar 4.2 Peta lokasi site ME ... 89

Gambar 4.3 Orientasi matahari ... 90

Gambar 4.4 Orientasi terhadap angin ... 91

Gambar 4.5 Analisa kebisingan ... 92

Gambar 4.6 Lingkungan sekitar ... 93

Gambar 4.7 Analisa View ... 93

Gambar 4.8 Penzoningan ... 94

Gambar 4.9 Organisasi ruang ... 96

Gambar 4.10 Hubungan Ruang ... 97

Gambar 4.11 Sirkulasi antar ruang lantai 1 ... 98

Gambar 4.12 Sirkulasi antar ruang lantai 2 ... 99

Gambar 4.13 Diagram abstrak lantai 1 ... 100

Gambar 4.14 Diagram abstrak lantai 2 ... 101

Gambar 4.15 Gedung pemerintahan dikawasan pemerintahan Halsel ... 102

Gambar 4.16 Tipologi Bentuk ... 103

Gambar 4.17 Atap Bentuk dasar bangunan ... 103

Gambar 4.18 Atap bangunan adat Sasadu ... 104

Gambar 4.19 Gedung pemerintah yang menggunakan unsur-unsur tradisional ………. 105

Gambar 5.1 Penyambutan tamu adat dan acara pernikahan yang dilakukan pada bangunan Sasadu ………….……….. 107

Gambar 5.2 Penggantian penutup atap Sasadu ……...…….. 107

Gambar 5.3 Bangunan Sasadu ... 108

Gambar 5.4 Tipologi bangunan Sasadu ... 109 Gambar 5.5 Penataan tempat duduk pada


(16)

xvi

bangunan Sasadu ... 110

Gambar 5.6 Penataan pintu masuk pada bangunan Sasadu ... 110

Gambar 5.7 Tampilan bangunan Sasadu & Kayu Sagu, Bambu, dan Daun Sagu menjadi material utama yang ada pada bangunan Sasadu ... 111

Gambar 5.8 Konsep Bentuk Massa Bangunan ... 112

Gambar 5.9 Atap Bangunan Sasadu ... 113

Gambar 5.10 Konsep Atap Bangunan ... 113

Gambar 5.11 Penjabaran Konsep Atap Bangunan ... 114

Gambar 5.12 Proporsi Bangunan Sasadu ... 115

Gambar 5.13 Proporsi Gedung DPRD Kabupaten Halmahera Selatan ... 115

Gambar 5.14 Sirkulasi Ruang ... 116

Gambar 5.15 Interior Ruang Sidang Paripurna ... 116

Gambar 5.16 Penempatan massa utama ... 117

Gambar 5.17 Penempatan enterece site & out site ... 117

Gambar 5.18 Penempatan RTU & RTH ... 118

Gambar 5.19 Zoning Site ... 118

Gambar 5.20 Area Resapan ... 119

Gambar 5.21 Penggunaan paving stone pada area pedestrian atau area pejalan kaki, upacara, dan parkir ... 119

Gambar 5.22 Konsep struktur pada Gedung DPRD Kabupaten Halmahera Selatan ... 120

Gambar 5.23 Bukaan-bukaan yang berada pada sisi barat dan timur gedung ... 121

Gambar 5.24 Penggunaan AC (Air Conditioner) jenis split pada ruang sidang paripurna ... 121

Gambar 5.25 Bukaan-bukaan yang berada pada sisi barat dan timur gedung ... 122


(17)

xvii

Gambar 5.26 Penggunaan down light system pada ruang ... 122

Gambar 5.27 Pencegahan bahaya kebakaran menggunakan Fire Hydrant Center ... 123

Gambar 5.28 Pecegahan bahaya kebakaran pada tiap ruang menggunakantabung hydrant ... 123

Gambar 5.29 Pecegahan bahaya kebakaran menggunakan Fire Hydrant ... 123

Gambar 5.30 Terdapat ruang mekanikal elektrikal sebagai ruang kelistrikan ... 124

Gambar 5.31 Zoning Ruang Tangga... 124

Gambar 5.32 Zonning Gedung ... 125

Gambar 5.33 Block Plan ... 126

Gambar 6.1 Aplikasi Zoning ... 127

Gambar 6.2 Transformasi Bentukan Massa ... 128

Gambar 6.3 Penataan layout ... 128

Gambar 6.4 Aplikasi Orientasi bangunan di Site Terpilih... 129

Gambar 6.5 Aplikasi Perletakan Entrance ... 130

Gambar 6.6 Aplikasi Desain Siteplan Bangunan final ... 131

Gambar 6.7 Aplikasi Fasade ... 132

Gambar 6.8 Interior Ruang Sidang Paripurna ... 133

Gambar 6.9 Material kaca ... 134


(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jumlah Partai Politik di Halmahera Selatan ……….. 1

Lampiran 2 UU Nomor 1 Tahun 2003 ……….. 1

Lampiran 3 Jumlah Kecamatan

di Kabupaten Halmahera Selatan ……… 2

Lampiran 4 Jumlah Penduduk Pada Tahun 2004, 2009, 2013

di Kabupaten Halmahera Selatan ……… 2

Lampiran 5 Keputusan Komisi Pemilihan Umum

No : 08/Kpts/KPU/TAHUN 2013 ……… 3

Lampiran 6 Syarat Bangunan Pemerintahan ……… 12

Lampiran 7 SNI-2396 tentang Penerangan Alami Siang hari untuk Rumah

dan Gedung ……….. 18

Lampiran 8 Perhitungan Luas Ruang ……….. 68

Lampiran 9 Insulation Glass ………... 132


(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejalan dengan perkembangan situasi dan politik nasional yang telah berubah secara drastis, yaitu dengan berkembangnya demokrasi. Diiringi munculnya parpol-parpol dengan jumlah puluhan parpol-parpol (terlampir 1), maka penataan perwakilan suara rakyat berupa kelembagaan DPRD juga mengalami perubahan, baik kwalitas maupun kwantitas. Dalam skala lingkup regional, hal ini tercermin melalui tampilan gedung DPRD yang ada di Indonesia.

Dengan makin berkembangnya kehidupan bernegara dan pemikiran masyarakat yang semakin maju dan kritis di Kabupaten Halmahera Selatan serta makin pesatnya pertambahan jumlah penduduk di Kabupaten ini sehingga timbul banyak masalah yang terjadi dalam masyarakat, baik dalam hubungannya dengan masyarakat itu sendiri maupun pemerintah, apalagi jika ketidak adilan kurang mendapat perhatian dari pemerintah. Untuk itu dituntut adanya suatu wadah yang dapat menyampaikan aspirasi rakyat kabupaten Halmahera Selatan.

Di kabupaten Halmahera Selatan, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Halmahera Selatan merupakan suatu badan yang anggotanya dipilih oleh rakyat untuk mewakili dan menyalurkan aspirasi mereka pada pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan dimana mereka berada. Rakyat memilih para penyalur aspirasi mereka kepada orang-orang yang mereka percaya dan mereka anggap dapat menyampaikan keinginan mereka kepada pemerintah kabupaten Halmahera Selatan.

Kabupaten Halmahera Selatan terbentuk pada tanggal 25 Februari 2003 berdasarkan UU Nomor 1 Tahun 2003 (terlampir 2). Pada awal berdirinya, Kabupaten Halmahera Selatan terdiri dari Sembilan kecamatan yaitu Kecamatan Bacan, Kecamatan Bacan Timur, Kecamatan Bacan Barat, Kecamatan Pulau Makian, Kecamatan Kayoa, Kecamatan Obi, Kecamatan Obi Selatan, Kecamatan Gane Barat,


(20)

2

Kecamatan Gane Timur dengan jumlah penduduk 180.878 jiwa dengan Ibu kota terletak di Labuha, kecamatan Bacan.Pada tahun 2007 dengan terbitnya Perda No. 8 Tahun 2007 kecamatan-kecamatan induk tersebut dimekarkan menjadi 30 kecamatan (terlampir 3) dengan jumlah penduduk pada tahun 2003 berjumlah 170.127 orang, jumlah penduduk pada tahun 2009 bertambah menjadi 200.911 orang, dan jumlah penduduk pada tahun 2013 bertambah menjadi 252.261 orang (terlampir 4).

Pada saat ini Gedung DPRD Kabupaten Halmahera Selatan masih menggunakan bangunan sekolah yang dialih fungsikan menjadi Gedung DPRD Kabupaten Halmahera, dikarenakan DPRD Kabupaten Halmahera belum memiliki gedungnya sendiri, seperti terlihat pada gambar 1.1. di bawah ini.

Dengan kondisi bangunan yang seperti ini, gedung DPRD Kabupaten Halmahera Selatan dianggap kurang memadai sebagai sebuah gedung wakil rakyat yang diharapkan dapat mendukung perkembangan dan pembangunan Kabupaten Halmahera Selatan dikarenakan sarana dan prasarana yang kurang mendukung jalannya kegiatan dan aktifitas yang dilakukan oleh anggota dewan yang seharusnya memiliki ruang-ruang pribadi untuk menjalankan aktifitasnya, ruang tiap komisi, ruang tiap badan-badan didalam DPRD, dan juga ruang siding paripurna.

Secara fisik gagasan mendisain Gedung DPRD Kabupaten Halmahera Selatan ini dimunculkan sebagai tuntutan atas wadah untuk menampung kegiatan wakil-wakil rakyat yang akan bertambah banyak, sejalan dengan pertumbuhan penduduk yang

Gambar 1.1. Gambar bangunan sekolah Sumber: Dokumentasi pribadi, 2012


(21)

3

prosentase per-5 tahun ± 3% - 5%. Sesuai dengan berapa jumlah kursi yang diatur berdasarkan jumlah penduduk pada suatu daerah yang telah diatur oleh komisi pemilihan umum (terlampir 5). Selain itu juga ada permasalahan lain, seperti dari segi kapasitas ruang (ruang-ruang kurang), kondisi ruang yang ada, dan jumlah anggota DPRD Kabupaten Halmahera Selatan yang berubah, seperti terlihat pada tabel 1.1. di bawah ini.

No. Periode Jabatan Jumlah Anggota

1. 2004-2009 25

2. 2009-2014 30

Tabel 1.1. Jumlah Anggota DPRD Kabupaten Halmahera Selatan dalam 2 periode. Sumber: Halmahera selatan dalam angka, 2011

Pada periode tahun 2004-2009 berjumlah 25 orang sedangkan jumlah anggota DPRD Kabupaten Halmahera Selatan periode tahun 2009-2014 menjadi 30 orang. Di lihat dari bertambahnya jumlah anggota dewan dalam 2 periode ini, maka dapat diasumsikan jumlah anggota dewan dalam 5 periode mendatang, seperti terlihat pada tabel 1.2. di bawah ini.

No. Periode Jabatan Asumsi Jumlah Anggota

1. 2009-2014 30

2. 2014-2019 30

3. 2019-2024 35

4. 2024-2029 35

5. 2029-2034 40

Tabel 1.2. Asumsi Jumlah Anggota DPRD Kabupaten Halmahera Selatan dalam 5 periode kedepan. Sumber: Data pribadi seminar


(22)

4

Di lihat dari prosentase kenaikan jumlah penduduk setiap 5 tahun pada tahun 2003 170.127 orang kemudian laju penduduk pada tahun 2004 adalah 0.44% yaitu 170.876 orang dan pada tahun 2009 sejumlah 200.911 orang, jadi kenaikan jumlah penduduk dari tahun 2004-2009 adalah ±3%, dan pada tahun 2013 sejumlah 252.261 orang jadi kenaikan jumlah penduduk dari tahun 2009-2013 adalah ±5%.

Melihat kondisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa gagasan mendisain gedung DPRD kabupaten Halmahera Selatan layak untuk menunjang segala aktifitas para wakil rakyat dengan sarana dan prasarana yang memadai dan juga mengembalikan fungsi awal bangunan sekolah yang telah dialih fungsi menjadi bangunan DPRD kabupaten Halmahera Selatan.

1.2 Tujuan dan Sasaran

Tujuan dibangunnya Gedung DPRD Kabupaten Halmahera Selatan adalah untuk :

v Sebagai wadah penyalur aspirasi rakyat kabupaten Halmahera Selatan secara benar, terbuka, sehat, dan bertanggung jawab.

v Sebagai wadah anggota dewan untuk menjalankan seluruh tugas, fungsi, dan tanggung jawabnya sebagai penyalur aspirasi rakyat kabupaten Halmahera Selatan.

Sedangkan Sasaran yang ingin dicapai dengan dibangunnya Gedung DPRD Kabupaten Halmahera Selatan adalah untuk :

v Merencanakan gedung dengan fungsi, sarana dan prasarana yang dapat

memudahkan kinerja anggota dewan sebagai wakil rakyat kabupaten Halmahera Selatan.

v Merencanakan gedung sebagai wadah yang mencerminkan sifat anggota

dewan sebagai wakil rakyat kabupaten Halmahera Selatan yang transparan, terbuka, ramah, dan juga nyaman.


(23)

5

v Merancang gedung yang akan menjadi “Landmark” dari kabupaten

Halmahera Selatan dengan memasukan unsure-unsur budaya kabupaten Halmahera Selatan.

v Mengangkat kembali nilai-nilai budaya yang ada di kabupaten Halmahera Selatan.

1.3 Batasan dan Asumsi

Agar pembahasan tidak meluas dan lebih terarah pada sasaran perancangan, maka ditetapkan suatu batasan dan anggapan sebagai berikut :

v Kondisi lahan dalam keadaan siap pakai.

v Hanya anggota DPRD dan juga pegawai sekretariat DPRD kabupaten

Halmahera Selatan yang dapat masuk (selain anggota DPRD dan juga pegawai sekretariat DPRD kabupaten Halmahera Selatan harus dengan ijin sekretariat DPRD kabupaten Halmahera).

Sedangkan asumsi dapat meliputi :

v Kepemilikan dan juga pengelolaan diatur dan dijalankan oleh pemerintah.

v Obyek direncanakan agar menampung jumlah anggota dewan beserta stafnya smpai dengan lima periode kedepan (25 tahun).

v Rancangan bangunan ini menitik beratkan pada rancangan massa tunggal atau single building.

1.4 Tahapan Perancangan

Dalam penyusunan laporan ini dimulai dari pengumpulan data, identifikasi masalah, penentuan lokasi, penentuan konsep dasar sehingga hasil akhir yang berupa gambar rancangan beserta laporan dan maket sebagai perwujudan tiga dimensi.

Dalam mengumpulkan data–data dan masukan yang berguna bagi proses perencanaan dan perancangan proyek ini, maka cara–cara yang digunakan adalah sebagai berikut :


(24)

6

v Studi Lapangan : Studi ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh

gambaran obyektif terhadap arah perancangan yang berhubungan dengan proyek yang akan direncanakan, dilakukan melalui survey lapangan di Halmahera Selatan, seperti :

• Studi Site yang akan dirancang.

• Data anggota DPRD kabupaten Halmahera Selatan.

• Data anggota Sekretariat DPRD kabupaten Halmahera Selatan, dll.

v Studi Literatur : Selain bertujuan untuk mendapatkan bahan perbandingan juga untuk mengenal masalah–masalah yang berhubungan dengan proyek ini serta untuk melengkapi data masukan dalam proses perencanaan dan perancangan. Bahan dari studi literatur ini diperoleh dari buku–buku referensi dan juga apa-apa yang dapat melengkapi data, seperti :

• Peraturan Daerah Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

• Halmahera Selatan Dlam Angka 2011.

• Persyaratan Teknis Bangunan Gedung.

• Arsitektur Tradisional Daerah Maluku dan Maluku Utara.

• Beberapa artikel-artikel mengenai UU, KEPRES, KEPDEPDAGRI,

dan juga PERDA melalui media Internet, dll.

v Studi Kasus : Dengan pengamatan terhadap proyek yang serupa, dalam arti perbandingan setiap program ruang, bangunan dan tipologi arsitektur dengan beberapa gedung DPRD yang ada dibeberapa Kabupaten di Jawa Timur.

• Studi Fasad (Eksterior) Gedung.

• Studi Kebutuhan Ruang.

• Studi Interior Gedung. • Studi Ruang Luar, dll.

v Penggolahan dan penyusunan data : Data–data yang ada kemudian disusun, dievaluasi untuk kemudian hasilnya dijadikan pedoman dalam perencanaan


(25)

7

dan perancangan Gedung DPRD Kabupaten Halmahera Selatan, seperti

terlihat pada gambar 1.2. dibawah ini.

gambar 1.2. Diagram tahapan perancangan. Sumber: data pribadi seminar 2012

1.5 Sistematika Laporan

Dalam penyusunan proyek Gedung DPRD Kabupaten Halmahera Selatan ini, menggunakan sitematika pembahasan yang dibagi menjadi beberapa Bab atau Sub pokok, diantaranya ialah :

Studi Literatur Interpretasi Judul

Latar Belakang

Pengumpulan Data

Kajian Teori, Azas Serta Prinsip Perancangan

Tema/Konsep Perancangan

Gagasan Pra Desain

Pengemabangan

Studi Lapangan

Studi Kasus Pengolahan & penyusunan data


(26)

8

BAB I :

Pendahuluan, yang menjabarkan mengenai latar belakang proyek, tujuan dan sasaran perancangan, sasaran proyek, tahapan perancangan, serta sistematika laporan dari proyek Gedung DPRD Kabupaten Halmahera Selatan.

v Latar belakang

Mendisain gedung DPRD kabupaten Halmahera Selatan di karenakan gedung DPRD kabupaten Halmahera Selatan sampai skarang ini masih menggunakan bangunan sekolah yang di alih fungsikan.

v Tujuan dan Sasaran

Menjadikan gedung DPRD kabupaten Halmahera Selatan menjadi Landmark dari kabupaten Halmahera Selatan dengan memasukan unsur-unsur budaya kabupaten Halmahera Selatan ke dalam rancangan.

v Batasan dan Asumsi

Kondisi lahan dalam keadaan siap pakai dengan kepemilikan dan juga pengelolaan diatur dan dijalankan oleh pemerintah.

v Tahapan Perancangan

Cara-cara pengumpulan data–data dan masukan yang berguna bagi proses perencanaan dan perancangan proyek, seperti studi lapangan, studi literatur, studi kasus, dan juga pengolahan dan penyusunan data.

v Sistematika Laporan


(27)

9

BAB II :

Tinjauan proyek perancangan dijabarkan menjadi tinjauan umum yang menjelaskan tentang pengertian judul proyek diperkuat dengan studi literatur serta studi kasus, persyaratan pokok proyek, kepemilikan proyek. Sedangkan pada tinjauan khusus, menjelaskan tentang penekanan perancangan, lingkup pelayanan, aktifitas dan kebutuhan ruang, perhitungan luasan ruang, dan prodram ruang.

BAB III :

Tinjauan lokasi perancangan yang membahas secara rinci tentang persyaratan–persyaratan pemilihan lokasi site yang akan digunakan dalam merencanakan proyek Gedung DPRD Kabupaten Halmahera Selatan.

BAB IV :

Pendekatan perancangan, berisikan hal–hal yang berkaitan dengan penenkanan penyelesaian, mulai dari hal yang paling umum sampai dengan hal–hal yang sifatnya spesifik.

BAB V :

Analisa dan konsep, menjelaskan peninjauan tentang kondisi existing site yang meliputi analisa site, aksesibilitas, zoning dan tingkat kebisingan. Pada bab ini diuraikan pula konsep–konsep yang diterapkan dalam perancangan.


(28)

10

BAB II

TINJAUAN OBYEK PERANCANGAN

2.1 Tinjauan Umum Perancangan

Kabupaten Halmahera Selatan terbentuk menurut undang-undang no. 1 tahun 2003. Dengan terbentuknya kabupaten Halmahera Selatan maka kabupaten halamahera Selatan harus memili perwakilan untuk menyampaikan dan juga membangun daearahnya dengan duduknya perwakilan rakyat kabupaten Halmahera Selatan di DPRD kabupaten.

2.1.1 Pengertian Judul

Judul ”Gedung DPRD Kabupaten Halmahera Selatan di Maluku Utara”

v Gedung menurut

1. Kamus Arsitektur dan Konstruksi.

Bangunan adalah tempat permanen terlingkup untuk perumahan, publik, dan industri. Bangunan dibedakan dari tempat semi permanen yang tidak dimaksudkan untuk dihuni.

2. Peraturan mentri pekerjaan umum.

Bangunan gedung negara adalah bangunan gedung untuk menjadi atau akan menjadi kekayaan milik negara dan dibangun dengan sumber pembiayaan yang berasal dari dana APBN, dan atau sumber pembiayaan lainnya.

3. Persyaratan teknis bangunan gedung.

Bangunan gedung adalah bangunan yang didirikan dan atau diletakkan dalam suatu lingkungan sebagian atau seluruhnya pada, diatas, atau didalam tanah dan atau perairan secara tetap yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatan.


(29)

11

v Pengertian DPRD Kabupaten.

”DPRD Kabupaten adalah mitra pemerintah Kabupaten yang susunannya mencerminkan perwakilan seluruh rakyat Kabupaten, bersama Bupati menjalankan tugas dan wewenang pemerintah daerah Kabupaten”.

Sedangkan ”Kamus Umum Bahasa Indonesia” yang disusun oleh WJS Poerwadarminta, mengartikan DPRD Kabupaten sebagai berikut :

v Dewan adalah

Majelis/badan yang terdiri dari beberapa orang yang pekerjaannya memberi nasihat, memutuskan sesuatu hal tersebut dengan jalan beruding.

v Perwakilan Rakyat adalah

Dewan yang anggotanya wakil rakyat, bertugas turut memperhatikan pemerintah daerah.

v DPRD Kabupaten adalah

Badan yang terdiri dari beberapa orang anggota yang dipilih untuk mewakili rakyat pemilih, yang tugasnya menyusun undang-undang bersama-sama dengan Bupati, memutuskan suatu hal dengan jalan berunding, dan turut memperhatikan pemerintah kabupaten tersebut.

Pengertian Pemerintah Kabupaten

v Pemerintah Kabupaten ialah pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan.

v Dewan Perwakilan Rakyat ialah dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten

Halmahera Selatan yang kemudian disingkat DPRD Kabupaten Halmahera Selatan.

v Kepala Daerah ialah Bupati

Kesimpulan Pengertia Gedung DPRD Kabupaten Halmahera Selatan adalah suatu wadah yang menampung beberapa orang anggota yang dipilih untuk mewakili rakyat pemilih yang tugasnya menyusun undang-undang bersama-sama dengan Bupati, memutuskan suatu hal dengan jalan berunding dan turut memperhatikan pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan, dalam hal ini adalah lingkup pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan.


(30)

12 2.1.2 Studi Literatur

Bangunan gedung DPRD kabupaten memiliki beberapa persyaratan (terlampir 5) yang telah ditetapkan oleh Mentri Pekerjaan Umum Republik Indonesia yang merupakan satu kesatuan pengaturan dalam keputusan yang telah dikeluarkan oleh Mentri Pekerjaan Umum Republik Indonesia. Selain itu untuk literatur- literatur lain untuk mendukung penyelesaian proyek ini antara lain Data Arsitek edisi 33 jilid 2, Dimensi manusia dan ruang interior, Inventarisasi arsitektur di Maluku Utara, dan literatur-literatur lainnya.

2.1.2.1Data Arsitektu edisi 33 jilid 2, Ernst Neufert

Pada literatur pertama dalam buku ini, ada beberapa pembahasan mengenai bangunan gedung pada umumnya yang dapat digunakan untuk menyelesaikan proyek ini.

v Gedung atau ruangan kantor pemerintahan

Kemajuan mekanisme dan otomatisasi telah mengubah tuntutan persyaratan terhadap ruangan perkantoran dan menghasilkan tuntutan baru dari para karyawan, yang menghendaki rehabilitasi dari gedung perkantoran yang ada.

Gedung atau ruangan kantor pemerinahan dibuat saling berhubungan atau memiliki keterkaitan antara 1 ruangan dengan ruangan yang lainnya, maksudnya agar memudahkan para pengguna bengunan yang berada didalamnya dengan tuntutan pekerjaan yang membutuhkan kecepatan dan juga ketelitian.

Seperti perubahan tata ruang gedung Administrasi VI di Gutersloh oleh pemerintah setempat. Perubahan yang dilakukan antara lain, membuat tempat kerja yang kualitasnya setara atau memasukkan sistem tata letak interior perkantoran, Instalasi gedung seperti mekanikal elektrikal dsb, dan juga fungsi organisasi ruang. Beberapa contoh rehabilitasi adalah restrukturisasi dari gedung Administrasi VI di Gutersloh, seperti terlihat pada gambar 2.1. dibawah ini.


(31)

13

Gambar 2.1. Penyelesaian 1 : 1976, gedung Administrasi VI di Gutersloh Sumber: Data Arsitek Jilid II, 2002

Bangunan gedung dan kantor pusat yang baru untuk gedung Administrasi VI di Gutersloh, disebabkan karena ketidakpuasan dan ketidaknyamanan karyawan di dalam gedung walaupun gedung ini sangatlah besar dan juga sangat luas. Berikut ini adalah perubahan berkelanjutannya pada tahun 1985, seperti terlihat pada gambar 2.2. dibawah ini.

Gambar 2.2. Pengubahan ruang yang lebih lengkap : 1985 Sumber: Data Arsitek Jilid II, 2002

Pada pengubahan ruang pada tahun 1985 ini lebih lengkap dari pada tahun 1976 dengan restrukturisasi dari ruangan kecil dan ruangan kelompok dan perbaikan dari kualitas tempat kerja untuk menyusul ketinggalannya atas fleksibilitas teknik perkantoran pada masanya, pembaharuan pengelompokannya, pengelolaan area ruang kerja, dan penekanan biaya oprasionalnya.


(32)

14

v Jenis meja kerja yang digunakan

a. Penataan meja kerja sejajar b. Penataan meja kerja berbentuk huruf L

a. Penataan meja kerja tunggal

Gambar 2.3. Jenis dan ukuran penataan meja kerja yang akan digunakan Sumber: Data Arsitek Jilid 2, 2002

Seperti terlihat pada gambar 2.3. diatas, penataan meja kerja secara sejajar seperti terlihat pada gambar (a) dengan ukuran meja kerja 1,56x0,8 m² memakai tempat penyimpanan berkas membuat para pegawai kurang leluasa dalam bergerak sehingga membuat pekerja menjadi tidak nyaman dalam ruang kerjanya.

Meja kerja dengan bentuk huruf L (b), memiliki 2 buah meja yang ditata menyerupai huruf L dengan ukuran 1,56x0,8 m². Meja kerja dengan bentuk huruf L ini dianggap lebih nyaman karena memiliki tempat kerja sendiripada meja pertama dan juga penyimpanan berkas dan menerima tamu pada meja kerja kedua.

Meja kerja tunggal (c), biasanya meja dengan jenis dan penataan seperti ini sering digunakan pada kantor-kantor ataupun instansi-instansi, karena sangatlah simpel dan juga memberikan space yang sangat banyak untuk sirkulasi ruangannya. Ukuran meja kerja ini sama dengan ukuran meja pada (a) dan (b) yaitu1,56x0,8 m².

Ada pula meja kerja lengkap dengan perangkat komputernya, seperti terlihat pada gambar 2.4 dibawah ini.


(33)

15

Gambar 2.4. Jenis meja kerja dan ukuranya dengan komputer Sumber: Data Arsitek Jilid 2, 2002

Sikap bekerja yang benar adalah lengan bagian atas dan siku tegak lurus sebesar ±90°, untuk dapat memberi kemungkinan sikap badan yang benar bagi orang-orang dengan ukuran badan yang berbeda-beda, maka ukuran meja dan kursi harus dapat diubah-ubah. Tiga kemungkinan penerapan pekerjaan pada manusia yang sama nilainya dapat dilihat pada tabel 2.1 dibawah ini.

No. Tipe Tinggi meja kerja Tinggi kursi

Luas kenyamanan kaki

1. Tempat kerja 1 60-78 cm 42-54 cm 56-70 cm

2. Tempat kerja 2 72 cm 42-50 cm 56-70 cm

3. Tempat kerja 3 72 cm 42-50 cm 56-70 cm

Tabel 2.1. Data tinggi dan luas kenyamanan kaki pada kursi dan meja kerja Sumber: Data Arsitek Jilid 2 , 2002

Ada 2 kemungkinan penerapan pekerjaan pada manusia yaitu pada tinggi kursi dan juga meja kerjanya, kursi dengan tinggi 42-54 cm dengan tinggi meja kerjanya adalah 60-78 cm sedangkan kursi dengan tinggi 42-50 cm dengan tinggi meja kerjanya adalah 72 cm.


(34)

16

v Pengaturan kebutuhan kursi pada ruangan dan jenisnya.

a. Kursi putar b. Kursi putar beroda c. Kursi ayun berputar Gambar 2.5. Jenis kursi dan ukuran geraknya

Sumber: Data Arsitek Jilid 2, 2002

Seperti terlihat pada gambar 2.5. diatas, kursi putar (a) memiliki panjang 40 cm dan memiliki ruang gerak sebesar 60 cm.

Kursi putar beroda (b) memiliki panjang 40 cm dan memiliki ruang gerak sebesar 65 cm (kursi ini dapat bergerak lebih leluasa karena memiliki 4 roda pada kakinya).

Kursi ayun berputar (c) memiliki panjang 42 cm dan memiliki ruang gerak sebesar 52 cm (kursi ini tidak dapat bergerak namun dapat berputar 360°).

v Pengaturan kebutuhan lemari penyimpanan arsip pada ruangan dan jenisnya.

a. Lemari arsip b. Lemari arsip dengan koridor Gambar 2.6. Jenis lemari arsip dan ukuranya

Sumber: Data Arsitek Jilid 2, 2002

Seperti terlihat pada gambar 2.6. diatas, lemari arsip (a) memiliki lebar lemari sebesar 62 cm, luas lemari (tiap laci) untuk menyimpan arsip sebesar 1,30 m², dan tingginya sebesar 1,65 m, jarak bukaan laci lemari dengan lemari satunya sebesar 80 cm, dan jarak antar lemari sebesar 1,40 m dan lemari arsip dengan koridor (b)


(35)

17

memiliki lebar, luas lemari (tiap laci), dan tinggi lemari sama dengan lemari arsip (a) tetapi jarak bukaan laci lemari dengan lemari satunya sebesar 1,15 m dan jarak antar lemari sebesar 1,75 m.

v Tempat parkir

a b

Gambar 2.7. Jenis tempat parkir tegak lurus 90° Sumber: Data Arsitek Jilid 2, 2002

Seperti terlihat pada gambar 2.7. diatas, tempat parkir dengan arak tegak lurus 90° dengan jalan dengan 2 arah keluar masuk kendaraan dengan ukuran tempat parkir yang berbeda. Pada gambar a dengan lebar tempat parkirnya 2,5 m, panjangnya 5 m, dan lebar jalannya 5,50 m dengan 2 arah masuk keluar dan total lebar tempat parkir a adalah 15,50 m, sedangkan pada gambar b lebar tempat parkirnya 2,30 m, panjangnya 5 m, dan lebar jalannya 6,50 m dengan 2 arah masuk keluar dan total lebar tempat parkir a adalah 16,50 m.

v Jenis kendaraan dan radius putarannya

Gambar 2.8. Mobil pribadi dengan radius putarnya Sumber: Data Arsitek Jilid 2, 2002

Seperti terlihat pada gambar 2.8. diatas, ada beberapa jenis kendaran dan salah satu diantaranya adalah kendaraan pribadi. Kendaraan pribadi ada bermacam-macam ukuran, dari panjang 4,50 m dan lebarnya 1,80 m sampai dengan panjang 5 m sampai dengan 1.90 m.


(36)

18

Pada literatur berikutnya dalam buku Persyaratan Teknis Bangunan Gedung yang dikeluarkan oleh Menteri Pekerjaan Umum tahun 1998 yang membahas tentang syarat-syarat bangunan gedung pemerintahan yang berkaitan dengan bangunan mulai dari pembahasan tentang pencahayaan, penghawaan sampai dengan struktur bangunan.

2.1.2.2Persyaratan Teknis Bangunan Gedung

v Tata cahaya

• Pencahayaan alami

1. Pemanfaatan pencahayaan alami yang optimal pada bangunan karena merupakan cara yang sangat penting untuk mengurangi beban energi bangunan.

2. Perencanaan pencahayaan alami

Pertimbangan perencanaan pencahayaan alami pada bangunan,

a. Kaca mengurangi kemampuan tahan panas dari dinding. Jika perlu kemampuan tahan panas dari kaca ditingkatkan dengan penggunaan tirai matahari dan atau kaca ganda.

b. Penggunaan sakelar otomatis atau sistem pengendali lainnya agar tingkat pencahayaan buatan dalam bangunan dapat diatur.

c. Pengendalian silau pada bangunan, baik dari sumber sinar

matahari langsung, langit yang cerah, obyek luar, maupun dari pantulan kaca dan sebagainya.

3. Penentuan besarnya iluminasi mengikuti ketentuan teknis SNI-2396 tentang Penerangan Alami Siang hari untuk Rumah dan Gedung (lampiran 6).

• Pencahayaan buatan

Pencahayaan buatan yaitu dengan penggunaan lampu sesuai kebutuhan dan mempertimbangkan upaya konservasi energi pada bangunan gedung. Ada beberapa pencahayaan dengan menggunakan lampu pada gedung. serbagai pilihan


(37)

19 a. Fluorescent Lamp

Sangat efektif digunakan untuk penerangan ruang yang membutuhkan penerangan merata seperti: ruang kantor, ruang konferensi, dan ruang perpustakaan. Dapat juga digunakan untuk penerangan area koridor, area gudang, untuk pencahayaan indirect (covelighting), pencahayaan ruang basement (area parkir bawah tanah), serta untuk pencahayaan belakang bidang (backlight).

b. Tube Fluorescent / Downlight

Ruang Kerja merupakan tempat yang membutuhkan tingkat konsentrasi yang tinggi, sehingga area ini memerlukan tingkat penerangan yang cukup. Agar orang lebih nyaman dan dapat bekerja lebih baik.

Jenis lampu yang digunakan pada ruang kerja adalah yang dapat mengoptimalkan sumber cahaya Aplikasi pencahayaannya dapat dengan konsep general lighting, yaitu penerangan yang merata, merupakan perpaduan yang ideal lampu tipe office lighting dengan beberapa lampu jenis downlight Namun, dapat juga dengan menambahkan konsep effect lighting, yaitu dengan menggunakan lampu indirect pada langit-langit yang akan menyempurnakan ambience sebuah ruang kerja, Seperti terlihat pada gambar 2.9. dibawah.

a. Fluorescent Lamp b. Tube Fluorescent / Downlight Gambar 2.9. Officelight


(38)

20

v Tata udara

• Penerapan ventilasi alami.

1. Ventilasi alami harus terdiri dari bukaan permanen, jendela, pintu atau sarana lain yang dapat dibuka.

2. Dengan jumlah bukaan berukuran tidak kurang dari 5% dari luas lantai ruangan yang dibutuhkan untuk di ventilasi.

3. Ke arah halaman berdinding dengan ukuran yang sesuai, atau daerah yang terbuka ke atas, teras terbuka, pelataran parkir, dan yang sejenis. • Ventilasi Dari Ruangan Yang Bersebelahan

Ventilasi alami pada suatu ruangan dapat berasal dari jendela, bukaan pintu ventilasi, atau sarana lainnya dari ruangan yang bersebelahan (termasuk teras tertutup) jika kedua ruangan tersebut berada dalam satuan hunian yang sama atau mempunyai teras tertutup yang menjadi satu.

• Ventilasi buatan

1. Penempatan fan harus memungkinkan pelepasan udara secara

maksimal dan juga memungkinkan masuknya udara segar, atau sebaliknya.

2. Sistem Ventilasi buatan harus diberikan jika ventilasi alami yang memenuhi syarat tidak memadai.

3. Bilamana digunakan ventilasi buatan, sistem tersebut harus bekerja terus menerus selama ruang tersebut dihuni.

Bangunan harus dilengkapi sistem ventilasi buatan untuk membuang udara kotor dari dalam, dan minimal 2/3 volume udara ruang harus terdapat pada ketinggian maksimal 0,60 meter diatas lantai.

v Kebisingan

a. Baku Tingkat Kebisingan

1. Salah satu dampak dari usaha atau kegiatan yang dapat mengganggu kesehatan manusia, makhluk lain dan lingkungan adalah akibat tingkat kebisingan yang dihasilkan.


(39)

21

2. Baku tingkat kebisingan untuk kenyamanan dan kesehatan harus

mengikuti ketentuan dalam standar teknis yang berlaku.

b. Dampak Lingkungan

Bagi usaha atau kegiatan yang mensyaratkan baku tingkat kebisingan lebih ketat dari ketentuan, maka untuk usaha atau kegiatan tersebut berlaku baku tingkat kebisingan sebagaimana disyaratkan oleh analisis mengenai dampak lingkungan atau ditetapkan oleh ahli yang memiliki sertifikasi sesuai.

v Getaran

c. Baku Tingkat Getaran

1. Salah satu dampak dan usaha atau kegiatan yang dapat mengganggu kesehatan manusia, makhluk lain dan lingkungan adalah akibat tingkat getaran yang dihasilkan.

2. Baku tingkat getaran untuk kenyamanan dan kesehatan harus mengikuti standar teknis yang berlaku.

d. Dampak Lingkungan

Bagi usaha atau kegiatan yang mensyaratkan baku tingkat getaran lebih ketat dari ketentuan, maka untuk usaha atau kegiatan tersebut, berlaku baku tingkat getaran sebagaimana disyaratkan oleh analisis mengenai dampak lingkungan atau ditetapkan oleh ahli yang memiliki sertifikasi sesuai.

2.1.2.3Penentuan lokasi gedung DPRD Kabupaten Halmahera Selatan

Penentuan lokasi gedung DPRD Kabupaten Halmahera Selatan agar dapat maksimal maka pemanfaatannya harus dapat memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut:

• Berada di kawasan pemerintahan yang lokasinya telah ditentukan oleh

pemda setempat (pemerintah daerah Kabupaten Halmahera Selatan). • Merupakan satu gedung yang utuh atau single building.

• Akses mudah dicapai oleh pengguna gedung, dan

• Berada di lokasi yang sangat tenang, keamanannya terjamin dan memiliki akses ke lokasi yang lebih dari satu.


(40)

22

2.1.2.4Bentuk ruang pada gedung DPRD Kabupaten Halmahera Selatan

Bentuk ruang yang paling efektif pada gedung DPRD Kabupaten Halmahera Selatan adalah bentuk bujur sangkar karena paling mudah dan fleksibel dalam pengaturan perabot apabila perabot yang dimiliki sangat banyak. Bentuk ini juga paling mudah dalam pengaturan pencahayaan dan juga penghawaan.

2.1.2.5Pengamanan

Untuk menjaga keamanan gedung DPRD Kabupaten Halmahera Selatan perlu antisipasi apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti kebakaran, bencana alam, pencurian, dan hewan liar.

• Kebakaran

Penempatan jalan darurat kearah luar pada tempat-tempat yang aman yang mudah dicapai, pemilihan bahan bangunan yang tidak mudah terbakar, penyediaan alat-alat pemadam kebakaran, dan juga pemasangan alat pendeteksi panas atau api (alarm system).

• Bencana alam

Bencana alam seperti gempa bumi yang tidak dapat diperkirakan waktunya dapat menggunakan panduan yang telah diatur dalam panduan pembangunan gedung dengan struktur tahan gempa yang ada pada SNI 03-1726-1989 yang mengatur tentang standar perencanaan ketahanan gempa untuk struktur pembangunan gedung.

• Drainasi

Sistem drainasi yang direncanakan secara matang dan juga ketinggian permukaan lantai dasar lebih tinggi dari pada permukaan tanah yang ada disekitar bangunan dapat membuat bangunan lebih aman dari genangan pada halaman gedung ketika hujan dan juga banjir yang tidak dapat diprediksi dan juga memasang sistem penangkal petir yang dipasang pada bangunan tertinggi membuat gedung lebih aman ketika terjadi hujan.

• Pencurian atau tindak kejahatan

Pemasangan sistem CCTV yang dipasang pada setiap sudut ruangan yang langsung terhubung langsung keruangan keamanan dan juga penjagaan pada sitiap pintu masuk yang ada di gedung DPRD Kabupaten Halmahera Selatan.

• Hewan liar dan hama atau serangga

Pemilihan bahan dan material bangunan yang tahan terhadap hewan liar dan hama dan mengurangi atau menghindari celah-celah kecil yang dapat dijadikan sarang atau tempat tinggal oleh hewan liar dan juga hama.


(41)

23

2.1.2.6Struktur organisasi gedung DPRD Kabupaten Halmahera Selatan

Struktur organisasi gedung DPRD Kabupaten Halmahera Selatan mencakup hal-hal sebagai berikut:

• Sekretaris dewan adalah pegawai negeri sipil yang diangkat melalui

keputusan bupati atas persetujuan pimpinan DPRD yang bertugas bertanggung jawab atas semua aspek administrasi perkantoran, perencanaan program dan penganggaran, penatausahaan anggaran serta penyusunan laporan kerja dan akuntansi keuangan DPRD.

• Kabag umum adalah pegawai negri sipil yang bertugas untuk perencanaan pengadaan dan pengelolaan perlengkapan.

• Kabag keuangan adalah pegawai negri sipil yang bertugas untuk

melaksanakan pengelolaan administrasi keuangan DPRD dan sekretariatan DPRD Kabupaten Halmahera Selatan.

• Kabag pesidangan dan perundang-undangan adalah pegawai negri sipil

yang bertugas untuk memfasilitasi penyelenggaraan kegiatan persidangan dan menyusun risalah serta perundang-undangan.

2.1.2.7Inventarisasi Arsitektur dan Bangunan Gedung di Maluku Utara

v Bangunan Sasadu

Gambar 2.10. Bangunan adat Sasadu

Sumber: Inventarisasi arsitektur di Maluku Utara, 2003

Seperti terlihat pada gambar 2.10 dibawah ini, bangunan Sasadu adalah satu-satu rumah adat yang masih ada di maluku utara yang terletak di kabupaten Halmahera Utara tepatnya di kecamatan sahu yang merupakan tempat adat suku sahu untuk melaksanakan upacara adat dan juga penyambutan tamu adat. Untuk


(42)

24

memunculkan ciri khas dari bangunan dan budaya Maluku Utara pada proyek ini dengan menggunakan bentuk atap yang ada pada bangunan adat Sasadu ke dalam proyek ini, seperti terlihat pada gambar 2.11 dibawah ini.

Gambar 2.11. Atap bangunan adat Sasadu Sumber: Inventarisasi arsitektur di Maluku Utara, 2003

Atap bangunan adat Sasadu ini berbentuk persegi delapan dengan jenis atap yang paling tinggi adalah atap pelana yang sekaligus mengindikasikan penutup ruang utama dibawahnya. Bahan-bahan kayu, bambu, dan daun-daunan dari lingkungan setempat yang digunakan sebagai bahan-bahan pokok dari atap bangunan Sasadu ini.

2.1.3 Studi Kasus

2.1.3.1Gedung DPRD kabupaten Sidoarjo A. Data obyek studi

Gambar 2.12. Gedung DPRD kab. Sidoarjo Sumber: Gambar Kerja Arsitek

Gedung DPRD kabupaten Sidoarjo terletak di jalan Sultan Agung nomor 39 Sidoarja merupakan gedung perwakilan masyarakat kabupaten Sidoarjo untuk menyampaikan aspirasi mereka. Gedung DPRD kabupaten Sidoarjo terletak diatas


(43)

25

lahan seluas 7.956 m² dan luas lantai satu seluas 904,8 m² dan luas lantai dua seluas 774,6 m² yang berada dibawah tanggung jawab pemerintah daerah melalui badan Sekretariatan Dewan (Sekwan).

Keanggotaan DPRD kabupaten Sidoarjo masa jabatan 2009-2014 berjumlah 50 anggota yang telah terpilih untuk mewakili aspirasi rakyat kabupaten Sidoarjo yang akan dibantu dengan sekwan yang akan membantu tugas anggota DPRD kabupaten Sidoarjo.

Sekwan memiliki tugas menyelenggarakan administrasi kesekretariatan, administrasi keuangan, mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD, dan menyediakan serta mengkoordinasikan tenaga ahli yang diperlukan oleh DPRD sesuai dengan kemampuan keuangan daerah. Sekwan dibagi menjadi 3 bagian, yaitu bagian umum, tata usaha, dan juga rumah tangga (lampiran 8). Ketiga bagian tersubut memiliki tugas dan fungsinya masing-masing dalam DPRD.

B. Fasititas yang dipunyai dan ruang luar

Gedung DPRD kabuoaten Sidoarjo memiliki 4 massa yang memiliki fungsi dan fasilitasnya masing-masing. Ruang luar gedung DPRD kabuoaten Sidoarjo sangatlah tertata dengan baik dan saling berhubungan antara satu bangunan dengan bagunan yang lainnya. Unsur-unsur pendukung ruang luar, seperti taman yang ada disekeliling bangunan, tempat parkir yang dipusatkan ditengah-tengah side, dan juga pedestrian yang ada disekeliling bangunan, seperti terlihat pada gambar 2.13 dibawah ini.

Gambar 2.13. Lay out gedung DPRD kab. Sidoarjo Sumber: Gambar kerja arsitek


(44)

26

Gedung C adalah gedung utama yang memiliki fungsi sebagai gedung sekwan, ruang ketua dewan, dan ruang sidang paripurna, gedung A adalah gedung komisi untuk komisi-komisi yang ada di DPRD kabupaten Sidoarjo, gedung B adalah gedung EX-LABORATURIUM merupakan gedung baru yang berfungsi sebagai penambaha-penambahan ruang yang kurang di DPRD kabupaten Sidoarjo, dan gedung D adalah gedung fraksi untuk fraksi-fraksi yang ada di DPRD kabupaten Sidoarjo.

1. Gedung utama

Gedung utama lantai 1, seperti terlihat pada gambar 2.14 dibawah ini.

Gambar 2.14. Lantai 1 gedung utama DPRD kab. Sidoarjo Sumber: Gambar kerja arsitek

• Reseptionis

Gambar 2.15. Reseptionis Gedung utama Sumber: Gambar kerja arsitek


(45)

27

Seperti terlihat pada gambar 2.15 diatas, reseptionis berada didalam gedung lantai 1 berfungsi sebagai informasi dan juga untuk mengutahui keluar masuknya tamu kedalam gedung DPRD, luasnya ±4 M2.

• Ruang tunggu/tamu

Gambar 2.16. Ruang tunggu/tamu Gedung utama Sumber: Gambar kerja arsitek

Seperti terlihat pada gambar 2.16 diatas, ruang tunggu/tamu merupakan ruang tunggu saat kita mempunyai keperluan atau janji dengan anggota dewan atau pegawai yang bekerja di gedung DPRD kabupaten Sidoarjo, luasnya ±30 M2.

• Ruang foto copy

Gambar 2.17. Ruang foto copy Gedung utama Sumber: Gambar kerja arsitek

Seperti terlihat pada gambar 2.17 diatas, ruang foto copy berada disebelah selatan perpustakaan yang di isi oleh 1-2 pegawai bagian tata usaha. Fasilitas ini sangatlah diperlukan untuk kelancaran kinerja dari sekwan untuk membantu tugas wakil rakyat, luasnya ±20 M2.


(46)

28

• Ruang staf dan ruang komputer

Gambar 2.18. Ruang staf dan ruang komputer Gedung utama Sumber: Gambar kerja arsitek

Seperti terlihat pada gambar 2.18 diatas, ruang staf dan komputer merupakan ruangan yang digunakan oleh staf ahli, luasnya ±25 M2.

• Ruang kepala bagian dan kepala sub bagian

Gambar 2.19. Ruang kabag & kasubag Gedung utama Sumber: Gambar kerja arsitek

Seperti terlihat pada gambar 2.19 diatas, Ruang kepala bagian yang luasnya ±20-40 M2 dan kepala sub bagian yang luasnya ±20-25 M2 adalah ruangan dari tiap-tiap kepala bagian beserta jajarannya/anggotanya untuk melaksanakan tugas dan juga fungsinya sebagai sekwan untuk membantu tugas/segala kebutuhan anggota dewan.


(47)

29

• Kamar mandi/WC

Gambar 2.20. Kamar mandi/WC Gedung utama Sumber: Gambar kerja arsitek

Seperti terlihat pada gambar 2.20 diatas, kamar mandi/WC pada gedung ini dibagi menjadi dua, yaitu kamar mandi/WC untuk Pegawai dengan luasannya ±3

M² dan kamar mandi/WC untuk umum dengan luasannya ±16 M2 yang letaknya

bersebelahan dan berada dibagian luar gedung tetapi tetap dalam 1 gedung. Gedung utama lantai 2 :

• Ruang kerja ketua DPRD kabupaten Sidoarjo berserta stafnya

Gambar 2.21. Ruang kerja ketua DPRD berserta stafnya Sumber: Gambar kerja arsitek

Seperti terlihat pada gambar 2.21 diatas, ruang kerja ketua DPRD yang luasnya ±45 M2 adalah ruang khusus untuk ketua DPRD kabupaten Sidoarjo. Ketua


(48)

30

DPRD memiliki staf khusus atau staf pendamping dalam melaksanakan tugas-tugasnya dan juga dalam memenuhi kebutuhannya didalam gedung DPRD yang luas

ruangannya ±45 M2. Ketua DPRD memiliki ruangan dengan kamar mandi/WC

didalam ruangan dengan luas ±3,5 M2 dan juga ruang istirahat yang luasnya ±10 M2, jadi total luas ruangannya adalah 58,5 M²

• Ruang rapat

Gambar 2.22. Ruang rapat Gedung utama Sumber: Gambar kerja arsitek

Seperti terlihat pada gambar 2.22 diatas, ruang rapat yang terdapat pada lantai dua gedung utama ini adalah ruang rapat yang digunakan baik oleh anggota dewan juga digunakan untuk sekwan untuk berkoordinasi dengan anggota dewan yang sekarang ini telah beralih fungsi menjadi ruang tunggu VIP untuk undangan sidang paripurna dan memiliki luas ruanganya ±34-40 M2

• Ruang sidang paripurna

Gambar 2.23. Ruang sidang paripurna Sumber: Gambar kerja arsitek

Seperti terlihat pada gambar 2.23 diatas, ruang sidang paripurna adalah ruang sidang yang digunakan untuk melakukan pembahasan dalam sidang umum, sidang pleno, dan sidang paripurna yang dilakukan setiap ada pembahasan dan


(49)

31

kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Ruang sidang paripurna memiliki ruang staf dan juga ruang komputer untuk menunjang kelancaran persidangan dan memiliki luas ruangan ±90-95 M2.

Sidang paripurna adalah sidang rutin yang dilakukan oleh anggota dewan dengan pemerintah daerah dan juga kunjungan pemerintah pusat ataupun presiden, sidang paripurna sendiri terbagi menjadi dua, yaitu sidang paripurna biasa dan istimewa.

Sidang paripurna biasa adalah sidang paripurna yang membahas tentang raperda (rapat peraturan daerah) dengan melibatkan anggota dewan dengan pemerintah daerah atau instansi-instansi daerah terkait lainnya. Sedangkan sidang paripurna istimewa adalah sidang paripurna yang diadakan apabila ada pidato resmi yang dilakukan oleh presiden atau wakil presiden ataupun perwakilannya, pelantikan anggota dewan periode baru, dan juga pelantikan kepala daerah.

2. Gedung komisi

Gedung komisi Lantai 1, seperti terlihat pada gambar 2.24 dibawah ini.

Gambar 2.24. Ruang komisi Sumber: Gambar kerja arsitek

Anggota DPRD kabupaten Sidoarjo terbagi atas 4 komisi yang memiliki fungsi dan tugasnya masing-masing. Tiap komisi memiliki luas ruangan tiap komisinya ±36-40 M² dan masing-masing ruang komisi memiliki fasilitas didalamnya untuk melaksanakan tugas tiap komisi.


(50)

32

Gedung komisi lantai 2, seperti terlihat pada gambar 2.25 dibawah ini.

Gambar 2.25. Ruang rapat komisi Sumber: Gambar kerja arsitek

Ruang rapat komisi memiliki luas ruangannya ±170 M² digunakan oleh tiap-tiap komisi ataupun semua komisi untuk melakukan koordinasi pada komisi tersebut dan juga antar komisi untuk melaksanakan tugas-tugas mereka.

3. Gedung fraksi

Gedung fraksi berada disebelah utara gedung utama atau berada di depan

gedung komisi dan memilki luas ±150 M², seperti terlihat pada gambar 2.26

dibawah ini.

Gambar 2.26. Ruang fraksi Sumber: Gambar kerja arsitek

DPRD kabupaten Sidorjo memiliki 6 fraksi yang terdiri dari fraksi gabungan PAN-PKS, fraksi PDIP, fraksi PKB, fraksi gabungan GOLKAR-PKNU, fraksi


(51)

33

gabungan GERINDRA-HANURA (GERAKAN HANURA) dan fraksi DEMOKRAT yang memiiliki fungsi dan tugasnya masing-masing. Ruang fraksi digunakan untuk rapat koordinasi tiap anggota partai politik dengan anggotanya yang ada di DPRD kabupaten Sidoarjo dan luas ruangan tiap fraksinya adalah ±25-30 M².

4. Gedung EX-LABORATURIUM atau Gedung Serbaguna

Gedung EX-LABORATURIUM adalah gedung serba guna dengan luas ±380

M² yang digunakan untuk ruang tambahan seperti ruang fraksi, ruang rapat, gudang arsip. Seperti terlihat pada gambar 2.27 dibawah ini.

Gambar 2.27. Gedung EX-LABORATURIUM Sumber: Gambar kerja arsitek

a. Gudang

Gambar 2.28. Gudang Sumber: Gambar kerja arsitek

Seperti terlihat pada gambar 2.28 diatas, gudang ini memiliki luar ruangnya ±6-7,5 M². Gudang ini digunakan untuk menyimpan keperluan-keperluan


(52)

34

yang dibutuhkan dan juga yang sudah tidak digunakan oleh gedung-gedung yang ada di DPRD kabupaten Sidoarjo.

b. Ruang fraksi tambahan

Gambar 2.29. Ruang fraksi tambahan Sumber: Gambar kerja arsitek

Seperti terlihat pada gambar 2.29 diatas, ruangan ini digunankan apabila ada penambahan fraksi yang tidak dapat ditampung didalam gedung fraksi, tetapi ruang ini sekarang telah beralih fungsi menjadi ruang arsip subag persidangan. Ruangan ini memiliki luas ±13-14 M².

c. Ruang fraksi demokrat

Gambar 2.30. Ruang f. Demokrat Sumber: Gambar kerja arsitek

Seperti terlihat pada gambar 2.30 diatas, dikarenakan gedung fraksi hanya dapat menampung 5 fraksi, maka ruang fraksi partai demokrat berada pada gedung EX-LABORATURIUM. Ruangan ini memiliki luas sebesar ±25-30 M².

C. Struktur organisasi

Pada kepengurusan gedung DPRD kabupaten Sidoarjo, sekwan memiliki bagian-bagiannya dan sub bagian yang tersusun dalam struktur kepengurusannya


(53)

35

sendiri yang diatur dalam peraturan daerah kabupaten Sidoarjo nomor 21 tahun 2008, seperti terlihat pada gambar 2.31 dibawah ini.

Gambar 2.31. Struktur Kepengurusan Sekwan Sumber: Peraturan daerah kabupaten Sidoarjo

D. Pola sirkulasi gedung DPRD kabupater Sidoarjo a. Pola sirkulasi horisontal gedung utama

Sirkulasi horisontal gedung komisi menggunakan pola sirkulasi linier dengan tatanan ruangan sejajar antara satu ruangan dengan ruangan yang lain yang dipisahkan oleh koridor yang ada di gedung komisi, seperti terlihat pada gambar 2.32 dibawah.

SEKRETARIS DPRD

KABAG UM UM KABAG KEUANGAN

KABAG PERSIDANGAN & PER UU AN

SUBBAG TATA USAHA SUBBAG PERSIDANGAN SUBBAG ANGGARAN

SUBBAG RT & PROTOKOL SUBBAG PERUNDANG-UNDANGAN

SUBBAG PEM BUKUAN

SUBBAG PERENCANAAN SUBBAG DOKUM ENTASI & KEHUM ASAN

ANGGOTA DPRD

KEPALA PEMERINTAH


(54)

36

Gambar 2.32. Pola sirkulasi horisontal gedung utama kab. Sidoarjo Sumber: Studi pribadi seminar

b. Pola sirkulasi horisontal gedung komisi

Sirkulasi horisontal gedung komisi menggunakan pola sirkulasi linier dengan tatanan ruangan sejajar antara satu ruangan dengan ruangan yang lain yang

K O R I D O R

KORIDOR

M

E M E K O R I D O R

AREA PUBLIK

M E S E K W A N

AREA PUBLIK

S E K W A N S E K W A N S E K W A N M E


(55)

37

dipisahkan oleh koridor yang ada di gedung komisi, seperti terlihat pada gambar 2.33 dibawah.

Gambar 2.33. Pola sirkulasi horisontal gedung komisi Sumber: Studi pribadi seminar

HALL

K O R I D O R K O R I D O R HALL M E M E R K O M I S I M E R K O M I S I R K O M I S I HALL R K O M I S I HALL HALL


(56)

38

c. Pola sirkulasi horisontal gedung fraksi

Sirkulasi horisontal gedung fraksi menggunakan pola sirkulasi linier dengan tatanan ruangan sejajar antara satu ruangan dengan ruangan yang lain, seperti terlihat pada gambar 2.34 dibawah.

Gambar 2.34. Pola sirkulasi horisontal gedung fraksi Sumber: Studi pribadi

d. Pola sirkulasi horisontal gedung EX-LABORATORIUM

Sirkulasi horisontal gedung EX-LABORATORIUM menggunakan pola sirkulasi yang sama dengan pola sirkulasi dari tiga gedung yang ada pada DPRD kabupaten Sidoarjo dengan tatanan ruangan yang saling berhadap-hadapan antara satu ruangan dengan ruangan yang lain tapi gedung EX-LABORATORIUM hanya memiliki ME, seperti terlihat pada gambar 2.35 dibawah.

T

E

R

A

S

R

U

A

N

G

F

R

A

K

S


(57)

39

Gambar 2.35. Pola sirkulasi horisontal Gedung EX-LABORATURIUM Sumber: Studi pribadi

E. Tampilan bangunan

Gedung DPRD kabupaten Sidoarjo memiliki tampilan bangunan antara satu bangunan dengan bangunan yang lainnya saling berkaitan atau memiliki hubungan.

1. Tampilan gedung utama

Gambar 2.36. Tampak utara gedung utama Sumber: Gambar kerja arsitek

Seperti terlihat pada gambar 2.36 diatas, tampilan gedung utama DPRD kabupaten terlihat minimalis modern dengan atap datar dengan material penutupnya seng dan permainan kaca yang memperkuat unsur tersebut. Tampilan yang terdapat pada gedung utama ini sangat bertolak belakang dengan gedung lainnya yang ada pada DPRD kabupaten Sidoarjo.

HALL

R. ARSIP GUDANG

M E

R. F. DEMOKRA

R. ARSIP


(58)

40 2. Tampilan gedung komisi

Gambar 2.37. Tampak utara gedung komisi Sumber: Gambar kerja arsitek

Seperti terlihat pada gambar 2.37 diatas, pada tampilan gedung gedung komisi terlihat agak berbeda dengan gedung utama. Pada tampilan gedung komisi unsur yang paling mencolok adalah pada bentukan atap joglo dengan bahan materialnya genting pada bangunan dan juga pada lobby. Gedung ini memiliki akses lansung dengan gedung utama yang berada tepat disebelah utaranya dengan menambahkan jembatan penghubung antara gedung utama dengan gedung komisi yang berada padalantai dua sebelah utara.

3. Tampilan gedung fraksi

Gambar 2.38. Tampak selatan gedung fraksi Sumber: Gambar kerja arsitek

Seperti terlihat pada gambar 2.38 diatas, tampilan yang sangat sederhana ditampilkan oleh gedung fraksi yang ada pada gedung DPRD kabupaten Sidoarjo


(59)

41

dengan menonjolkan unsur sederhana pada bangunan dan atapnya dengan kebutuhan ruang yang tidak terlalu banyak.

4. Tampilan gedung EX-LABORATORIUM

Gambar 2.39. Tampak utara gedung EX-LABORATORIUM Sumber: Gambar kerja arsitek

Seperti terlihat pada gambar 2.39 diatas, berbeda dengan gedung yang lainnya pada gedung EX-LABORATORIUM terlihat sangat minimalis dengan menggunakan atap pelana dan juga permainan pada pintu, jendela, dan ornamen yang ada pada bangunan ini.

F. Struktur gedung

Gedung DPRD kabupaten Sidoarjo dibangun sekitar tahun 1975 dengan secara bertahap pembangunannya. Pada tahap pertama pembangunan gedung DPRD kabupaten Sidoarjo adalah gedung utama dan gedung fraksi DPRD kabupaten Sidoarjo dilanjutkan dengan pembangunan gedung EX-LABORATORIUM, dan yang terakhir adalah pembangunan gedung komisi.

Struktu bangunan yang digunakan pada gedung DPRD kabupaten Sidoarjo menggunakan struktur gedung yang sama baik yang digunakan pada gedung utama, gedung komisi, gedung fraksi, dan gedung EX-LABORATORIUM, seperti pondasi yang digunakan pada gedung utama dan gedung komisi adalah pondasi plat mener berbeda dengan gedung fraksi dan gedung EX-LABORATORIUM yang menggunakan pondasi batu kali. Apaila penggunaan pondasi antara gedung utama,


(60)

42

gedung komisi dan gedung fraksi, gedung EX-LABORATORIUM maka penggunaan stuktur atasnya seperti kolom, bentang, sampai dengan atapun berbeda.

2.1.3.2Gedung DPRD Kabupaten Halmahera Utara A. Data obyek studi

Gambar 2.40. Gedung DPRD Kabupaten Halmahera Utara Sumber: Gambar kerja arsitek

Dalam kesempatan kali ini, saya mengambil studi kasus gedung DPRD Kabupaten Halmahera Utara. Gedung DPRD Kabupaten Halmahera Utara ini dibangun di atas tanah milik pemerintah Kabupaten Halmahera Utara denagn luas site ± 2 hektar. Gagasan berdirinya gedung DPRD Kabupaten Halmahera Utara ini dimotifasi oleh kondisi politik masyarakat Halmahera Utara yang perlu adanya sarana untuk mengemukakan aspirasi mereka kepada pemerintah melalui wakil-wakilnya yang duduk di dewan legislatif.

Dengan adanya gedung wakil rakyat ini harapannya akan muncul sikap mental yang terhormat dari para wakil rakya, oleh karena itu diwujudkan dalam rancangan yang agung (megah). Pendekatan psikososial terhadap proyek ini menjadi tema utama dalam rancangan, lewat sajian detail dan materi bahan bangunan yang kelas satu pada masanya. Gedung DPRD Kabupaten Halmahera Utara memiliki satu massa dengan jumlah lantai 2 lantai.


(61)

43 B. Fasititas yang dipunyai dan ruang luar

Pada umumnya gedung DPRD memiliki fasilitas yang sama antara satu dengan yang lain. Seperti pada studi kasus yang pertama, gedung DPRD Kabupaten Halmahera Utara juga memiliki fasilitas yang sama dengan gedung DPRD Kabupaten Sidoarjo tapi yang membedakan hanya pada massa bangunan dan ruang luarnya. Ruang luar yang ada pada gedung DPRD Kabupaten Halmahera Utara lebih simpel dari pada gedung DPRD Kabupaten Sidoarjo karena Gedung Kabupaten Halmahera Utara hanya memiliki satu massa saja.

Elemen pendukung ruang luar pada gedung DPRD Kabupaten Halmahera Utara tertata dengan sangat rapi dan saling berhubungan, seperti penataan area hijau yang berada pada sekeliling gedung yang di utamakan peletakan, parkir kendaraan roda 4 berada di sebelah barat dan selatan gedung dan parkir kendaraan roda 2 berada pada sebelah barat gedung, seperti terlihat pada gambar 2.41 di bawah.

Gambar 2.41. Lay Out Gedung DPRD Kabupaten Halmahera Utara Sumber: Gambar kerja arsitek

Gedung DPRD Kabupaten Halmahera Utara terbagi menjadi 4 bagian yaitu bagian selatan atau kiri bangunan, bagian tengah bangunan, bagian utara atau kanan bangunan, dan bagian barat atau belakang bangunan, seperti terlihat pada gambar 2.42 di bawah.


(62)

44

Gambar 2.42. Bagian GedungDPRD Kabupaten Halmahera Utara Sumber: Gambar kerja arsitek

Fasilitas yang dimiliki gedung DPRD Kabupaten Halmahera Utara antara lain:

1. Resepsionis

Gambar 2.43. Resepsionis Sumber: Gambar kerja arsitek

Seperti terlihat pada gambar 2.43 diatas, reseptionis berada dibagian tengah gedung setelah pintu masuk gedung DPRD Kabupaten Halmahera Utara dan di isi oleh 3-4 staf khusus dengan luas ruangannya ± 6 M².

Bagian utara/kiri gedung

Bagian selatan/kanan

gedung Bagian

tengah gedung

Bagian barat/belakang gedung


(63)

45 2. Ruang tunggu/tamu

Gambar 2.44. Ruang tunggu/tamu Sumber: Gambar kerja arsitek

Seperti terlihat pada gambar 2.44 diatas, ruang tunggu/tamu berada dibagian utara/kanan gedung DPRD Kabupaten Halmahera Utara dan luas ruangannya ± 28 M².

3. Ruang Ketua Dewan

Gambar 2.45. Ruang ketua dewan Sumber: Gambar kerja arsitek

Seperti terlihat pada gambar 2.45 diatas, ruang ketua DPRD Kabupaten Halmahera Utara memiliki luas ruangannya ± 231 M² yang di dalamnya terdapat fasilitas seperti ruang kerja ketua dewan ± 148 M², ruang istirahat ± 27 M², kamar mandi ± 6,5 M², ruang sekertarus ± 27 M², dan ruang tamu ± 23 M².


(64)

46

4. Ruang Wakil Ketua Dewan

Gambar 2.46. Ruang wakil ketua dewan Sumber: Gambar kerja arsitek

Seperti terlihat pada gambar 2.46 diatas, DPRD Kabupaten Halmahera Utara memiliki 3 ruang wakil ketua yang memiliki ukuran yang sama yaitu ± 126 M² dan masing-masing ruangan memiliki 1 buah kamar mandi dengan luas ± 4 M².

5. Ruang fraksi

Gambar 2.47. Ruang Fraksi Sumber: Gambar kerja arsitek

Seperti terlihat pada gambar 2.47 diatas, ruang fraksi berada dibagian selatan/kiri gedung DPRD Kabupaten Halmahera Utara dan saling berhadapan. Gedung DPRD Kabupaten Halmahera Utara memiliki 5 ruang fraksi itu sesuai dengan jumlah fraksi yang ada di gedung DPRD Kabupaten Halmahera Utara dan luas masing-masing ruang adalah ± 67.5-70 M².


(65)

47 6. Ruang bagian dan sub bagian

Gambar 2.48. Ruang bagian dan sub bagian Sumber: Gambar kerja arsitek

Seperti terlihat pada gambar 2.48 diatas, Ruang bagian dan sub bag berada dibagian utara/kanan gedung DPRD Kabupaten Halmahera Utara yang memiliki keterkaitan antara satu bagian atau subag dengan yang lain. Luas ruang bagian adalah ± 100 M² dan luas ruang sub bagian adalah ± 40 M².

7. Ruang sidang paripurna

Gambar 2.49. Ruang Sidang Paripurna Sumber: Gambar kerja arsitek

Seperti terlihat pada gambar 2.49 diatas, ruang sidang paripurna berada di bagian tengah gedung DPRD Kabupaten Halmahera Utara pada lantai 1 dan berada paling depan setelah pintu masuk gedung dan luas ruang sidang paripurna adalah ± 1428 M².


(66)

48 8. Ruang komisi

Gambar 2.50. Ruang Komisi Sumber: Gambar kerja arsitek

Seperti terlihat pada gambar 2.50 diatas, ruang komisi berada dibagian selatan/kiri gedung DPRD Kabupaten Halmahera Utara dan saling berhadapan. Gedung DPRD Kabupaten Halmahera Utara memiliki 5 ruang komisi dan luas masing-masing ruang adalah ± 70-78 M².

9. Ruang sekertaris dewan

Gambar 2.51. Ruang sekertaris dewan Sumber: Gambar kerja arsitek

Seperti terlihat pada gambar 2.51 diatas, ruang sekertaris dewan (sekwan) pada gedung DPRD Kabupaten Halmahera Utara memiliki luas ruangan ± 54M².

10.Ruang rapat

Gambar 2.52. Ruang rapat Sumber: Gambar kerja arsitek


(67)

49

Seperti terlihat pada gambar 2.52 diatas, gedung DPRD Kabupaten Halmahera Utara memiliki 5 ruang rapat seperti ruang rapat koordinasi, ruang rapat komisi, ruang rapat fraksi, ruang rapat sekwan, dan ruang rapat umum. Luas masing-masing ruang rapat adalah± 67.5-70 M².

11.Ruang arpirasi

Gambar 2.53. Ruang aspirasi Sumber: Gambar kerja arsitek

Seperti terlihat pada gambar 2.53 diatas, ruang aspirasi adalah ruang yang digunakan untuk melakukan jajak pendapat dengan masyarakat, ruang aspirasi pada gedung DPRD Kabupaten Halmahera Utara memiliki luas ruangan ± 127,35 M².

12.Ruang pers/wartawan

Gambar 2.54. Ruang pers/wartawan Sumber: Gambar kerja arsitek

Seperti terlihat pada gambar 2.54 diatas, ruang pers/wartawan pada gedung DPRD Kabupaten Halmahera Utara memiliki luas ruangan ± 65-70 M².


(68)

50 13.Ruang foto copy

Gambar 2.55. Ruang pers/wartawan Sumber: Gambar kerja arsitek

Seperti terlihat pada gambar 2.55 diatas, terdapat 2 buah ruang foto copy pada gedung DPRD Kabupaten Halmahera Utara memiliki luas ruangan ± 7,5 M² yang terdapat pada bagian tengah gedung lantai 1 dan luas ruangan ± 14 M² yang terdapat pada bagian tengah gedung lantai 2.

14.Klinik

Gambar 2.56. Ruang pers/wartawan Sumber: Gambar kerja arsitek

Seperti terlihat pada gambar 2.56 diatas, klinik pada gedung DPRD Kabupaten Halmahera Utara memiliki luas ruangan ± 14 M².

15.Gudang

Gambar 2.57. Gudang Sumber: Gambar kerja arsitek


(69)

51

Seperti terlihat pada gambar 2.57 diatas, gedung DPRD Kabupaten Halmahera Utara memiliki 4 gudang seperti 2 buah gudang perlengkapan, 1 buah gudang penyimpanan arsip, dan 1 buah gudang ruang sidang paripurna. Luas masing-masing gudang perlengkapan dan penyimpanan arsip adalah ± 28 M² sedangkan gudang ruang sidang paripurna adalah ± 7 M².

16.Kamar mandi/WC

Gambar 2.58. Gudang Sumber: Gambar kerja arsitek

Seperti terlihat pada gambar 2.58 diatas, kamar mandi/WC berada disetiap lantai dan terbagi menjadi dua, yaitu kamar mandi/WC untuk anggota dewan/pegawai dan umum/tamu. Luas kamar mandi/WC untuk anggota dewan/pegawai adalah ± 3,75-4 M² dan luas kamar mandi/WC untuk umum/tamu adalah ± 2,5-3 M².

17.Pantry

Gambar 2.59. Gudang Sumber: Gambar kerja arsitek

Seperti terlihat pada gambar 2.59 diatas, gedung DPRD Kabupaten Halmahera Utara memiliki 3 pantry dengan luas ruang yang sama yaitu ± 10-25 M².

C. Struktur organisasi

Pada kepengurusan Gedung DPRD Kabupaten Halmahera Utara, sekwan memiliki bagian-bagiannya dan sub bagian yang tersusun dalam struktur


(70)

52

kepengurusannya sendiri yang diatur dalam peraturan daerah Kabupaten Halmahera Utara, seperti terlihat pada gambar 2.60 dibawah ini.

Gambar 2.60. Struktur Kepengurusan Sekwan kota Surabaya Sumber: Peraturan daerah kota Surabaya

D. Pola sirkulasi horisontal gedung DPRD Kabupaten Halmahera Utara

Sirkulasi horisontal gedung DPRD Kabupaten Halmahera Utara menggunakan pola sirkulasi linier dengan tatanan ruangan sejajar antara satu ruangan dengan ruangan yang lain yang dipisahkan oleh koridor yang ada di gedung komisi, seperti terlihat pada gambar 2.61 dibawah.

SEKRETARIS DPRD

KABAG UM UM KABAG KEUANGAN

KABAG PERSIDANGAN & PER UU AN

SUBBAG TATA USAHA SUBBAG PERSIDANGAN SUBBAG ANGGARAN

SUBBAG RT & PROTOKOL SUBBAG PERUNDANG-UNDANGAN

SUBBAG PEM BUKUAN

SUBBAG PERENCANAAN SUBBAG DOKUM ENTASI & KEHUM ASAN

ANGGOTA DPRD

KEPALA PEMERINTAH


(71)

53

Gambar 2.61. Pola sirkulasi horisontal gedung DPRD Kabupaten Halmahera Utara Sumber: Studi pribadi

E. Tampilan bangunan

a. Tampak Depan / Timur

b. Tampak belakang / Barat

KORIDOR

AREA PUBLIK

M E

RUANG WARTAWAN

RUANG KABAG/SUBAG

AREA PUBLIK

RUANG FRAKSI RUANG FRAKSI

KORIDOR

KORIDOR

RUANG FRAKSI

M E

R U A N G K A

WC K O R I D O R


(72)

54 c. Tampak kiri / Selatan

d. Tampak kanan / Utara Gambar 2.62. Tampilan bangunan

Sumber: Gambar kerja arsitek

Gedung DPRD Kabupaten Halmahera Utara memiliki tampilan gedung yang sangat megah yang dapat dilihat dari pemberian batu alam yang dipasang pada sekeliling dinding dan juga kolom beton yang ada pada entrence yang dipadukan dengan warna halus atau soft yaitu warna krem.

Atap bangunan yang menggunakan atap dari bangunan adat Maluku Utara yaitu atap ”sasadu” dimodifikasi atau diolah dengan cara ditumpuk-tumpuk sehingga terlihat sangat unik.

F. Struktur gedung

Sama halnya dengan struktur gedung pada gedung DPRD Kabupaten Sidoarjo, Gedung DPRD Kabupaten Halmahera Utara menggunakan pola struktur dengan menggunakan modul 4,5 M dan juga menggunakan pondasi batu kali pada entrencenya dan penggunaan pondasi poor pada gedungnya. Kolom yang dibuat berbentuk persegi delapan selain bertujuan untuk kekeuatan kolom juga memnonjolkan kemegahan gedung.


(1)

131 6.2. Aplikasi Tampilan Bangunan

6.2.1. Aplikasi Bentuk

Konsep tampilan bentuk Gedung DPRD Kabupaten Halmahera Selatan ini ialah bentuk dari bentuk atap bangunan Sasadu yang dimodifikasi dan disesuaikan kebutuhan ruang yang dibutuhkan oleh gedung, seperti terlihat pada gambar 6.6. dibawah ini.

Denah Bangunan Sasadu

Bentuk Massa Gedung DPRD Ket :

: Bentuk Dasar Gedung

: Taman sekitar massa

Ket :

: Denah Bangunan : Atap Bangunan

Gambar 6.6. Aplikasi Desain Siteplan Bangunan final


(2)

132

6.2.2. Aplikasi Fasade

Tampilan Gedung DPRD Kabupaten Halmahera Selatan ini lebih memperlihatkan tonjolan struktur dari gedung dan juga permainan material alam yang terdapat di daerah setempat, sehingga terlihat kontras dengan bangunan sekitar. Tema bangunan ini ialah “TRANSPARENT ASPIRATION”, dimana tampilan pada Gedung DPRD Kabupaten Halmahera Selatan lebih mengekspose atap bangunan dan juga memasukan ornamen-ornamen dari bangunan Sasadu kedalam permainan atap. Selain itu, penggunaan material kaca dan juga kayu pada jendela, pintu, dan juga atap memperkuat tema dan juga pendekatan yang digunakan pada bangunan ini dan kolom-kolom yang ditonjolkan pada bangunan ini member kesan bahwa bangunan ini melayang atau panggung dan juga menonjolkan kekokohan bangunan ini.

Adapun pengaplikasian “TRANSPARENT ASPIRATION” terhadap bangunan,

seperti terlihat pada gambar 6.7. dibawah ini.

Gambar 6.7. Aplikasi Fasade Ornamen dari bangunan

Sasadu

Penggunaan unsur kaca & kayu pada jendela,

pint u, & at ap.

M engekspos st rukt ur


(3)

133

6.3. Aplikasi Ruang Dalam

Untuk interior bangunan, lebih ditonjolkan pada penerapan warna alami dan

unfinished namun mewah, yaitu penggunaan marmer, kayu, karpet, dan juga tonjolan kolom. Penggunaan material kaca pada dinding bangunan di sisi barat dan timur, hal ini dimaksudkan agar bukaan kaca tersebut dapat menjadi view pencermin situasi kehidupan bangunan sekitar dengan frame di bukaan jendela tersebut. Sehingga, apabila dilihat dari interior bangunan dapat melihat view lingkungan sekitar (penggambaran nyata kehidupan yang terdapat pada bangunan Sasadu). Seperti terlihat pada gambar 6.8. dibawah ini.

Dengan menggunakan Rolling Windows pada ruang siding paripurna agar masyarakat juga menyaksikan langsung walaupun hanya dari luar ruangan. Pengaplikasian ruang siding paripurna ini mengadopsi dari fungsi bangunan sasadu yaitu runag pertemuan (balei).


(4)

134

6.3.1. Aplikasi Sistem Pencahayaan

Sistem pencahayaan pada Gedung DPRD Kabupaten Halmahera Selatan lebih memaksimalkan pencahawaan alami pada interior bangunan terutama pada ruang-ruang dan meminimalisir pencahayaan buatan. Memaksimalkan penghawaan buatan ini dengan cara memaksimalkan bukaan-bukaan pada jendela dengan menggunakan material kaca jenis Insulating Glass, seperti terlihat pada gambar 6.9. dibawah ini.

Jendela dengan material insulation glass memiliki kelebihan antara lain, peredam hawa panas, peredam akustik, dan pencegah embun (lampiran 9). Sedangkan penghawaan buatan lebih diprioritaskan pada ruang utama yaitu ruang siding paripurna.

6.4. Aplikasi Ruang Luar

Ruang luar pada Gedung DPRD Kabupaten Halmahera Selatan dapat dinikmati oleh para pengguna gedung juga dinikmati oleh masyakat umum yaitu lapangan olah raga tenis yang berada di belakan gedung. Untuk menuju ke lapangan tenis yang ada di belakan gedung, bisa melewati selasar-selasar yang ada di dekat lapangan tenis. Seperti terlihat pada gambar 6.10. dibawah ini.

Insulation Glass


(5)

135

Lapangan upacara yang berada di depan bangunan memiliki beberapa fungsi. Selain berfungsi sebagai lapangan upacara, juga bisa difungsikan sebagai tempat parkir dan juga tempat berkumpul dengan masyarakat (ketika ada unjuk rasa). ketika gedung ini melaksanakan siding paripurna lapangan upacara ini bisa berfungsi sebagai tempat parker dan ketika ada unjuk rasa, ini bisa difungsikan sebagai tempat untuk bertemu dengan masyarakat.

Lapangan Tenis

Selasar

Lapangan upacara, Parkiran, & tempat bertemu dengan masyarakat umum Gambar 6.10. Ruang Luar


(6)

136

DAFTAR PUSTAKA

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Pemerintah Propinsi Maluku Utara.

Rencana Detail Tata Ruang Kota Sofifi, Maluku Utara. 2002.

Badan Pusat Statistik Kabupaten. Halmahera Selatan Dalam Angka, Halmahera Selatan. 2011.

Elviana, Eva. Panduan Peenulisan Proposal Tugas Akhir, Surabaya 2011.

Keputusan DPRD Kabupaten Halsel. Peraturan Tata Tertib DPRD Kabupaten Halsel, DPRD Kabupaten Halmahera Selatan. 2010.

Keputusan Mentri Dalam Negri. Inventarisasi Arsitektur dan Bangunan Gedung Di Maluku Utara. Maluku Utara. 2003,

Keputusan Mentri Dalam Negri. Persyaratan Teknis Bangunan Gedung. Jakarta Selatan.1998.

Keputusan Presiden. Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 2003.

Jakarta. 2003.

Neufert, Ernst. Data Arsitektur, Jilid 2. Jakarta: Erlangga. 2002.

Panero, Julius. Dimensi manusia & Ruang Interior. Jakarta: Erlangga. 2002.

W.J.S Poerwadarminto,. kamus Umum Bahasa Indonesia, PN. Balai Pustaka, Jakarta 1976.

www.kpu.go.id/