Fekunditas Biologi reproduksi ikan pelangi merah (Glossolepis incisus Weber, 1907) di Danau Sentani

splendida dan Cairnsichthys rhombosomoides di bagian utara Queensland, Australia lebih banyak mencapai TKG IV dan V saat musim kemarau yang ditandai dengan meningkatnya suhu, arus relatif stabil dan tersedianya makanan yang cukup di alam Pusey et al., 2001 Selama perkembangan gonad, sebagian besar hasil metabolisme ditujukan untuk perkembangan gonad. Hal ini menyebabkan terjadi perubahan-perubahan dalam gonad. Umumnya pertambahan berat gonad pada ikan betina sebesar 10-25 dari berat tubuh dan 5-10 pada ikan jantan. Pengetahuan tentang tahap kematangan gonad diperlukan untuk mengetahui waktu pemijahan, ukuran pertama kali matang gonad, hubungannya dengan pertumbuhan ikan dan faktor lingkungan yang mempengaruhinya Effendie, 1997. Ikan pelangi dari bagian barat Australia tergolong ikan yang matang gonad sepanjang tahun Pusey et al., 2001. Perubahan dalam gonad dapat dinyatakan secara kuantitatif dengan menggunakan Indeks Kematangan Gonad IKG. Indeks ini adalah suatu nilai dalam persen sebagai hasil dari perbandingan berat gonad dengan berat tubuh ikan termasuk gonad dikalikan 100. Nilai IKG ikan pelangi tergolong bervariasi bergantung pada lokasi dan musim Milton dan Arthington, 1984; Pusey et al., 2001; Nasution, 2005; Nasution et al., 2006 dan strategi pemijahan Harris dan Gehrke, 1994; Humphries et al., 1999.

2.5 Fekunditas

Fekunditas dapat beragam diantara spesies sebagai hasil adaptasi terhadap lingkungan habitat Witthames et al., 1995 dalam Murua et al., 2003, umur ikan, ukuran telur, makanan, dan musim Nikolsky, 1963. Fekunditas relatif pada ikan Brycinus nurse di Waduk Asa, Nigeria lebih rendah dibanding spesies yang sama di Ivory Coast. Namun rata-rata fekunditas mutlak lebih tinggi pada populasi B. nurse di Nigeria dibandingkan di Ivory Coast. Variasi dari hal tersebut disebabkan oleh perbedaan lokasi geografis dari populasi, sehingga memengaruhi perbedaan habitat hidup Saliu dan Fagade, 2003. Bahkan dalam stok populasi, fekunditas bervariasi tahunan, menghadapi perubahan- perubahan dalam waktu yang panjang memperlihatkan hasil yang proporsional pada ukuran dan kondisi ikan. Ikan yang berukuran besar menghasilkan fekunditas yang tinggi baik absolut maupun relatif berkaitan dengan berat tubuh. Ikan betina pada kondisi yang lebih baik menghasilkan fekunditas yang tinggi Kjesbu et al., 1991 dalam Murua dan Sabarido-Rey, 2003. Ukuran dan kondisi ikan adalah parameter kunci untuk mengkaji fekunditas pada level populasi. Fekunditas pada ikan Melanotaenia splendida splendida berkaitan erat dengan ukuran ikan. Ikan dengan panjang 40 mm menghasilkan sekitar 370 telur. Demikian juga pada ukuran 70 mm menghasilkan sekitar 1655 telur Pusey et al., 2001. Perubahan dalam faktor lingkungan seperti suhu dan ketersediaan makanan berpengaruh pada tingkah laku dan metabolisme ikan. Menurunnya kondisi dapat mengakibatkan penurunan fekunditas yang direfleksikan dalam rendahnya jumlah oosit yang berkembang atau terjadi atresia. Pada kasus yang ekstrim, kondisi yang menurun dapat memicu kegagalan reproduksi yang mengakibatkan musim pemijahan terlewati Bell et al ., 1992; Livingston et al., 1997 dalam Murua et al., 2003. Menurut Paugy 2002 terdapat hubungan yang berlawanan antara ukuran telur dan fekunditas. Fekunditas ikan Melanotaenia eachemensis berkisar antara 206-2126 butir dan kisaran diameter telur ikan M. eachemensis antara 1,207 mm – 1,324 mm Pusey et al ., 2001. Glossolepis multisquamatus pada rawa banjiran Sungai Sepik, Papua New Guinea memperlihatkan ukuran telur yang lebih besar. Diameter telur terbesar adalah 2 mm sedangkan ikan pelangi lainnya di wilayah tersebut adalah 1 mm. Hal ini diasumsikan sebagai bentuk adaptasi terhadap kondisi rawa banjiran dengan meningkatkan ukuran telur tetapi menurunkan fekunditas Allen dan Cross, 1982; Milton dan Arthington, 1984; Merrick dan Schmida, 1984 dalam Coates, 1990. 3 METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian