2.3 Nisbah Kelamin Ikan Pelangi
Nisbah kelamin merupakan perbandingan antara ikan jantan dan ikan betina di dalam suatu populasi dengan perbandingan ideal adalah 1 : 1 yaitu 50 ikan jantan dan 50
ikan betina Ball dan Rao, 1984. Tetapi seringkali terjadi penyimpangan dari perbandingan 1 : 1 yang disebabkan mortalitas karena penangkapan Offem et al., 2008;
Arslan dan Aras, 2007, ruaya pemijahan Hashem, 1981 dalam Ilhan dan Togulga, 2007, pemangsaan Alp dan Kara, 2007 dan faktor lainnya seperti suhu, cahaya, salinitas dan
lingkungan sosial kehidupan ikan itu sendiri Jobling, 1995. Masa menjelang dan selama ruaya untuk pemijahan, nisbah kelamin dapat berubah secara teratur. Pada awalnya ikan
jantan mendominasi kemudian nisbah kelamin berubah menjadi 1 : 1 selanjutnya diikuti dengan dominasi ikan betina Nikolsky, 1969. Ikan pelangi sulawesi Telmatherina
ladigesi di Sungai Maros, Sulawesi Selatan memperlihatkan nisbah kelamin yang tidak
seimbang 1 : 1,47 dengan jumlah ikan betina yang lebih banyak Andriani, 2000. Selanjutnya dikatakan bahwa ketidakseimbangan ini terjadi karena mortalitas akibat
penangkapan. Ikan pelangi arfak Melanotaenia arfakensis di Manokwari memperlihatkan perbandingan yang seimbang 1 : 1 dengan kecenderungan ikan betina lebih banyak
Manangkalangi dan Pattiasina, 2005. Penelitian mengenai reproduksi ikan Melanotaenia splendida fluviatilis
di bagian tenggara Queensland, Australia yang dilakukan selama tahun 1981-1982 didapati pola nisbah kelamin yang tidak seimbang. Ikan betina mendominasi
pada tahun 1981 dan pada tahun berikutnya didominasi oleh ikan jantan. Kondisi tersebut diduga sebagai bentuk strategi pemijahan ikan pelangi tersebut Milton dan Arthington,
1984.
2.4 Kematangan Gonad Ikan Pelangi
Menurut Lagler et al. 1977 ada dua faktor yang memengaruhi kematangan gonad yaitu faktor dalam dan luar. Faktor dalam meliputi perbedaan spesies, umur, ukuran serta
sifat fisiologi ikan itu sedangkan faktor luar adalah makanan, suhu dan arus. Hasil penelitian Andriani 2000 mengenai ikan pelangi sulawesi Telmatherina ladigesi di
Sulawesi Selatan menunjukkan bahwa kematangan gonad dipengaruhi oleh arus, suhu dan tesedianya makanan di habitat. Ikan pelangi Melanotaenia eachamensis, M. splendida
splendida dan Cairnsichthys rhombosomoides di bagian utara Queensland, Australia lebih
banyak mencapai TKG IV dan V saat musim kemarau yang ditandai dengan meningkatnya suhu, arus relatif stabil dan tersedianya makanan yang cukup di alam Pusey et al., 2001
Selama perkembangan gonad, sebagian besar hasil metabolisme ditujukan untuk perkembangan gonad. Hal ini menyebabkan terjadi perubahan-perubahan dalam gonad.
Umumnya pertambahan berat gonad pada ikan betina sebesar 10-25 dari berat tubuh dan 5-10 pada ikan jantan. Pengetahuan tentang tahap kematangan gonad diperlukan untuk
mengetahui waktu pemijahan, ukuran pertama kali matang gonad, hubungannya dengan pertumbuhan ikan dan faktor lingkungan yang mempengaruhinya Effendie, 1997. Ikan
pelangi dari bagian barat Australia tergolong ikan yang matang gonad sepanjang tahun Pusey et al., 2001.
Perubahan dalam gonad dapat dinyatakan secara kuantitatif dengan menggunakan Indeks Kematangan Gonad IKG. Indeks ini adalah suatu nilai dalam persen sebagai hasil
dari perbandingan berat gonad dengan berat tubuh ikan termasuk gonad dikalikan 100. Nilai IKG ikan pelangi tergolong bervariasi bergantung pada lokasi dan musim Milton
dan Arthington, 1984; Pusey et al., 2001; Nasution, 2005; Nasution et al., 2006 dan strategi pemijahan Harris dan Gehrke, 1994; Humphries et al., 1999.
2.5 Fekunditas