Aneka Dimensi Ekonomi Bahasa Al-Qur’an

15 Dalam tiga ayat tersebut terdapat ism mawêùl, yaitu mà dan al-la ži. Biasanya setelah ism mawêùl terdapat êilah mawêùl yang dibarengi dengan ýamìr yang merujuk kepada mawêùl -nya sebelumnya. Pada ayat pertama dan kedua, setelah bimà terdapat fi‟il verba yang biasanya disertai ýamìr prenomina, sehingga redaksi yang biasanya digunakan orang Arab adalah bimà kànù yaksibùnahu. Demikian pula pada ayat ketiga, setelah al-la ži, orang Arab biasanya meenghubungkan shilah mawshùl-nya itu dengan ýamìr, sehingga redaksinya menjadi al-la ži „amilùhu. Namun demikian, peniadaan ýamìr tersebut, membuat lebih ringan akhaffu diucapkan, tidak membuat makna menjadi kabur, dan tetap kontekstual. Keempat, ekonomi bahasa Al- Qur‘an juga didesain untuk penyesuaian ritme al- íqà‟, rhytme redaksi dalam serangkaian ayat yang puitis dan menyentuh kalbu. Misalnya ayat berikut: َ ايِزَت َ َْنِِ َ ََقَلَخ َ ََضْرَْأٱ َ َِت َو َمسلٱَو َ ىَلُعْلٱ َ ط ٕٓ :َ ٗ . Secara gramatikal, sifat al- „ulà asalnya adalah al-„ulyà, bentuk muannaš dari al-a‟là yang sangat tinggi, namun untuk menyesuaikan dengan ritme dan irama musikalitas ayat, maka huruf yà‟ didelasi, sehingga menjadi al-„ulà. Ritme ayat yang dipadu dengan naîm versivication atau keteraturan dan keindahan struktur dan gaya bahasa, menjadikan delasi yà‟tersebut lebih mengena dan mempesona. Dalam aspek inilah terkandung salah satu bentuk kemukjizatan al- Qur‘an dari segi bahasanya. 32 Dalam konteks ini, musikalitas ayat-ayat Al- Qur‘an termasuk sangat unik dan tiada duanya di masa turunnya. Orang Arab mengakui dan mengagumi orisinalitas ritme dan keindahan lantunan ayat-ayat Al- Qur‘an. Ketika dibacakan, menurut Muêíafà Ëàdiq ar- Ràfi‘í, lagu dan ritme ayat itu serasa tidak dibacakan, melainkan mengalir bagaikan lantunan lagu yang merasuk dalam kalbu. Karena itu, kemukjizatan bahasa Al- Qur‘an al-i‟jàzul lugawí al-bayànì tidak hanya terletak pada akurasi diqqah pemilihan kata diksi, keserasian ungkapan dan kalimat, melainkan pada kesempurnaan bahasa al-kamàlul lugawì, pengulangan at-takràr, keelokan gaya bahasa, dan musikalitasnya yang berkualitas, merdu, dan puitis. 33

2. Aneka Dimensi Ekonomi Bahasa Al-Qur’an

32 Abdul ‗Aîím Ibràhím al-Maì‘aní, Khaêàiêut Ta‟bíril Qur‟àní waSimàtuhul Balàgiyyah, Kairo: Maktabtu Wahbah, 1992, Jilid I, Cet. I, h. 156. 33 Muêíafà Ëàdiq ar- Ràfi‘í, I‟jàzul Qur‟àn wal Balàgah an-Nabawiyyah, Kairo: Maìba‘atul Muqtaíaf, 1928, h.247. 16 Diakui bahwa bahasa Al- Qur‘an, mulai pemilihan kosakata diksi, ungkapan „ibàrah kalimat jumlah, akurasi penggunaan gaya bahasa uslùb dan ritme íqà‟ menunjukkan kebalagahan tingkat tinggi dan tidak mungkin dibuat atau ditirukan oleh siapapun. Ekonomi bahasa Al- Qur‘an, menurut penelusuran penulis, setidak-tidaknya hadir dalam enam dimensi. Dimensi lafaî dan anmàí struktur dan pola kalimat menjadi dimensi paling menonjol dalam ekonomi bahasa Al- Qur‘an. Pertama, dimensi delasi hadzf. Banyak redaksi ayat Al- Qur‘an yang berdiksi delasi, baik pada tataran huruf, kata, atau kalimat. Misalnya saja delasi pada tataran huruf seperti: ٤ َ رْمَأََِلُكَنِمَمَِِِرََِنْذِإِبَاَميِفََُحورلٱَوََُةَكِئ َلَمْلٱََُلزَلَلت atau َعِطْسَتَََْلَاَمََُليِوْأَتَََكِل ذ ٕٛ َ ا رْلبَصََِْيَلع . 34 Dari segi morfologi sharaf, verba لّز ت itu mengikuti wazan formula: لعفتت tatafa‟alu, terjadi delasi satu huruf. Sedangkan ayat berikut َْنِإَف َ َْمُتْفِخ َ ٖ َاوُلوُعَلتََاَأََ َنْدَأَََكِل َذََْمُكُ َْيَأََْتَكَلَمَاَمََْوَأََ ةَدِح َوَلفَاوُلِدْعَلتََاَأ mengandung delasi pada jawab syarath setelah fa‟. Jika dicermati terjemahan ayat ini Tetapi jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil, maka nikahilah seorang saja, atau hamba sahaya perempuan yang kamu miliki. Yang demikian itu lebih dekat agar kamu tidak berbuat zalim, maka setidak-tidak ada dua kata atau satu kalimat yang didelasi, yaitu : اوحكناف ةأرم sehingga menjadi lebih ekonomis: singkat, padat, dan bernas Kedua, dimensi majàz metofor, yaitu pengalihan atau mutasi makna naqlul ma‟na pada level leksikal dari makna hakiki kepada makna metafor karena adanya qarìnah indikator dan „alàqah fanniyah relasi artistik yang mengharuskan pengalihan makna kepada yang lebih rasional. Dimensi ekonomi bahasa Al- Qur‘an 34 Menurut ‗Alí as-Ëàbùnì, dalam ayat tersebut terdapat ìjàz bil ëa žf berupa delasi huruf tà‟ lam tasìi‟. Delasi dalam konteks ayat ini menunjukkan pendek atau sedikitnya kesabaran Mùsa „alaihissalàm dalam menerima pelajaran dari Nabi Khiýir alaihissalàm. Lihat Muëammad ‗Alí as- Ëàbùnì, Ëafwatut Tafàsir, Kairo: Dàrus Ëàbùnì, 1997, tafsir ayat 82 surat al-Kahfi. 17 dari segi majàz merupakan bagian dari kajian „ilmul bayàn. 35 Sebagai contoh adalah ayat berikut: َِلَ لْسَو َ ََةَيْرَقْلٱ َ َِتلٱ َ ا ُك َ اَميِف َ ََرِعْلٱَو َ َِتلٱ َ اَْلَلبْلقَأ َ اَميِف َ انِإَو َ ََنوُقِد َصَل َ سنوي ٔٓ َ: ٕٛ َ Dalam ayat tersebut terdapat delasi kata “ahl” sebelum al-qaryah, karena tidak mungkin dan tidak rasional ―al-qaryah‖ ditanyai. Yang ditanyakan pastilah penduduk kampungnegeri itu, sehingga wajar jika ayat tersebut diterjemahkan menjadi: ―Dan tanyalah penduduk negeri tem-pat kami berada, dan kafilah yang datang bersama kami. Dan kami adalah orang yang benar. QS. Yunus10: 82 Ketiga, ta‟addud al-ma‟na li al-mabna al-wàëid multimakna dari sebuah konstruksi kata. Hal ini, antara lain, seperti telah diuraikan sebelumnya, makna kata ýaraba yang beragam itu. Demikian pula makna adawàt partikel, misalnya min, yang bisa berarti: dari, sebagian, termasuk, sebab, berupa, di, dan sebagainya sesuainya dengan konteksnya. Multimakna dari sebuah kata ini menunjukkan bahwa bahasa Al- Qur‘an itu ekonomis, tidak boros. Keempat, an-naql pengalihan, mutasi makna. Dalam bahasa Arab, kalimat verba tidak selama menunjukkan pernyataan atau berita tertentu. Tidak sedikit, kalimat verba digunakan dalam konteks berdoa, sehingga terjadi pengalihan makna dari makna ikhbàri menjadi makna do ‘a. Misalnya: َعموَ،كيلعَكرابوَ،كلَهاَكراب امك يب َ .رخَ ي Ungkapan semacam ini tentu saja lebih ekonomis karena dapat ―menghemat‖ penyebutan: ا برَوأَّممللا . Ungkapan ekonomis semacam ini juga tidak jarang diposisikan sebagai jumlah mu‟tariýah kalimat sisipan yang mengandung arti 35 Menurut Tammàm Èassàn, „ilmul bayàn merupakan ilmu taktik leksikologis, dengan memperhatikan relasi sebab-akibat álàqah sababiyyah, kuantitatif „alàqah kammiyyah berupa relasi sebagian dan keseluruhan, kala „alàqah zamaniyyah berupa apa telah dan akan terjadi, tempat „alàqah makaniyyah berupa keadaan dan kedudukan, dan perumpamaan atau pengibaratan „alàqah tasybihiyyah dalam mengespresikan makna pembicaraan. Lihat Tammàm Èassàn, Maqàlàt fil Lugah wal Adab, Jilid II, Kairo: ‗Àlam al-Kutub, 2006, h. 296. 18 doa dan harapan baik, seperti: ملسوَ يلعَهاَىلص setelah penyebutan nama Nabi Muëammad. Kelima, peniadaan kata kerja bantu al- af‟alul musa‟idah atau auxiliary verb dalam mengekspresikan antara subjek mubtada‟ dan khabar prediket pada jumlah ismiyyah. Berbeda dengan bahasa Inggris yang dalam struktur kalimatnya memerlukan kata kerja bantu seperti: are, is, am, kalimat bahasa Arab, khususnya jumlah ismiyyah pada umumnya tidak memerlukannya, sehingga kalimatnya menjadi lebih ekonomis, seperti beberapa ayat berikut: ٔ - َُللٱ َ َُروُن َ َِت َو َمسلٱ َ َِضْرَْأٱَو َ ... َ رو لاُ ٕٗ َ: ٖ٘ َ ٕ - اَمِإ َ ََنوُِمْؤُمْلٱ َ َ ةَوْخِإ تارج اَُ... ٜٗ َ: ٔٓ َ ٖ - صاخإاَُُدَمصلاَُها ٕٔٔ َ: ٕ َ Keenam, diksi nomina invinitive ism maêdar 36 yang kuantitas hurufnya lebih sedikit, sehingga pelafalannya menjadi ringan dan mudah. Diksi ism maêdar dalam Al- Qur‘an juga memperlihatkan dimensi ekonomi bahasa Al-Qur‘an, seperti dalam beberapa ayat berikut yang mengandung kata ―syùrà”, lebih ringkas daripada musyàwarah atau wifàq, lebih singkat daripada muwàfaqah: ٔ . ََنيِذلٱَو َ اوُباَجَتْسٱ َ َْمَِِِرِل َ اوُماَقَأَو َ ََة وَلصلٱ َ َْمُُرْمَأَو َ َ ىَروُش َ َْمُمَلْليَلب َ ا َِِو َ َْمُم َْلقَزَر َ ََنوُقِفُي َ ىروشلا ٕٗ :َ ٖٛ Artinya: ―… dan bagi orang-orang yang menerima mematuhi seruan Tuhan dan melaksanakan salat, sedang urusan mereka diputuskan dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka…‖ QS. as-Syùrà42: 38 ٕ . َنِإ َ ََم َمَج َ َْتَناَك َ ا داَصْرِم َ ٕٔ َ ََنِغ طلِل َ ا باَ لَم َ ٕٕ َ ََنِثِب ل َ اَميِف َ ا باَقْحَأ َ ٕٖ َ َا َ ََنوُقوُذَي َ اَميِف َ ا دْرَلب َ ََاَو َ ا باَرَش َ ٕٗ َ َاِإ َ ا ميَِم َ ا قاسَغَو َ ٕ٘ َ َ ءاَزَج َ ا قاَفِو َ ٕٙ 36 Ismul maêdar adalah bentuk kata yang setara dengan maêdar dari segi maknanya, namun lebih sedikit jumlah hurufnya dari maêdar êarìë. Misalnya, kata jihàd adalah bentuk ismul maêdar dari verba jàhada-yujàhidu. Maêdar êarìë-nya sendiri adalah mujàhadah, lebih banyak kuantitas hurufnya. Lihat ‗Abdul Ganí Ad-Daqar, Mu‟jam al-Qawà‟idil „Arabiyyah, Damaskus: Dàrul Qalam, 2001, Cet. III, h. 50-51. 19 Artinya: ―Sungguh, neraka Jahanam itu sebagai tempat mengintai bagi penjaga yang mengawasi isi neraka, menjadi tempat kembali bagi orang-orang yang melampaui batas. Mereka tinggal di sana dalam masa yang lama, mereka tidak merasakan kesejukan di dalamnya dan tidak pula mendapat minuman, selain air yang mendidih dan nanah, sebagai pembalasan yang setimpal . ‖ QS. An-Naba‘78: 21-26

D. Implikasi Ekonomi Bahasa dalam Penafsiran Ayat