Pendahuluan DIMENSI EKONOMI BAHASA AL-QUR'AN: Studi Teks dan Konteks Ayat-ayat Al-Qur'an Dalam Perspektif Balàgah dan Tektolinguistik

1 DIMENSI EKONOMI BAHASA AL-QURAN: Studi Teks dan Konteks Ayat-ayat Al-Quran Dalam Perspektif Balàgah dan Tektolinguistik Oleh Dr. Muhbib Abdul Wahab, MA.

A. Pendahuluan

Al- Qur‘an merupakan kitab suci penuh mukjizat, baik dari segi isi maupun redaksi bahasanya. Semua ayat Al- Qur‘an diyakini benar berasal dari Allah subëànahu wa ta „àlà, disampaikan kepada Nabi Muëammad êallallàhu „alaihi wa sallam melalui malaikat Jibril. Kemukjizatan Al- Qur‘an tidak hanya terjadi selama masa kenabian, melainkan terus berlangsung sepanjang masa. Kemukjizatan Al- Qur‘an dari segi bahasanya tidak hanya menginspirasi umat Islam untuk mengungkap keindahan dan kedalaman maknanya, melainkan juga meneliti redaksi, pilihan kata diksi, implikasi semantik, kesan dan pesan yang ditimbulkannya. Pemahaman dan penafsiran ayat-ayat Al- Qur‘an secara kontekstual dapat mengantarkan kita kepada pemaknaan ekonomi bahasa al-iqtiêàdul lugawì Al- Qur‘an. Berbasis teori-teori dalam ilmu balàgah dan tekstolinguistik, penulis mengajukan tesis bahwa bahasa Al- Qur‘an itu sangat ekonomis: efisien, singkat, padat, bernas, dan bermakna luas. Dimensi ekonomi bahasa Al- Qur‘an dapat dilihat dari segi konteks linguistiknya diksi, redaksi, keserasian, keseimbangan, dan intensi makna dan konteks sosio-kulturalnya asbàbun nuzùl, konteks sosio-historis dan sosio-kultural teks itu hadir. Dimensi tersebut berimplikasi kepada penafsiran secara lebih kontekstual dan membuat bahasa Al- Qur‘an menjadi universal. Selain berfungsi meringankan takhfìf dalam pembacaannya, dimensi delasi ëa žf dalam konteks ekonomi bahasa Al- Qur‘an, misalnya, juga menunjukkan keagungan dan kemukjizatan Al-Qur‘an. Keekonomian bahasa Al- Qur‘an, tidak hanya terlihat dari ta‟addud al-ma‟na li al- mabna al-wàëid multimakna dari sebuah konstruksi kata, misalnya kata برض dalam 2 berbagai konteksnya yang memiliki multimakna seperti: memukul sesuatu, membuat perumpamaan, mendirikan tenda, meniup terompet, menghalangi, pergi, menikah, cenderung, merusak, mencegah, mengalikan, mencetak koin dan sebagainya 1 , melainkan juga terungkap dari rahasia di balik ketepatan, keserasian, dan keseimbangan atau proporsionalitas ta‟àdul dalam pemilihan kosakata, irama, formula kata, hingga ta‟àdul ma‟nawi keseimbangan makna. 2 Tulisan ini merupakan hasil kajian tekstolinguistik 3 secara kritis terhadap sejumlah aspek atau dimensi ekonomi bahasa A- Qur‘an. Studi ekonomi bahasa al- iqtiêàdul lugawi sendiri merupakan salah satu jenis kajian baru dalam dunia linguistik yang, menurut penulis, sangat menarik, diaplikasikan dalam melihat dan memakai teks dan konteks redaksi ayat-ayat Al- Qur‘an. Dengan memahami berbagai dimensi ekonomi bahasa Al- Qur‘an, terutama dalam persepektif Balàgah 4 eloquence, 1 Mengenai contoh redaksi konteks penggunaan kata ََبَرَض lebih detil, lihat Aëmad Abù Sa‘d, Mu‟jam at-Taràkìb wa al-„Ibàràt al-Iêíilàëiyyah al-„Arabiyyah al-Qadìm minha wa al-Muwallad, Beirut: Dàrul ‗Ilmi lil Malàyín, 1987, Cet. I, h. 6. 2 Keseimbangan atau proporsionalitas penggunaan bahasa dalam Al- Qur‘an merupakan kajian baru yang sangat menarik, karena dapat mengungkap berbagai dimensi keseimbangan dan keserasian ungkapan maupun pesan ayat-ayat al- Qur‘an. Keseimbangan dimaksud, antara lain, meliputi: keseimbangan fonologis misalnya antara bunyi vokal dan konsonan, kesimbangan dalam delasi, keseimbangan morfologis, keseimbangan derivasi musytaqqàt, keseimbangan dalam kedudukan kata mawàqi‟ul i‟ràb, dan keseimbangan makna ta‟àdul ma‟nawi. Lebih lanjut, lihat Ibtisàm Šàbit Muëammad, at-Ta‟àdul fil „Arabiyyah: Diràsah Ëawtiyyah Ëarfiyyah Naëwiyyah, Bagdàd: Markaz al- Buëùš wad Diràsàtil Islàmiyyah, 2009. 3 Tekstolinguistik „Ilmul Lugatin Nashshí atau ‗Ilm Nashshil Lugah merupakan salah satu disiplin ilmu baru yang merupakan pengembangan dari tekstologi „Ilmun Nashsh atau aplikasi dari linguistik terhadap teks. Tekstolinguistik berkaitan erat dengan ilmu sastra, balaghah, syair puisi, gaya bahasa al-uslùb, psikologi, sosiologi, filsafat, dan sebagainya. Tekstologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari konstruksi teks lisan verbal maupun non-verbal tertulis. Ilmu juga diartikan sebagai kajian linguistik terhadap perangkat bahasa mengenai koherensi teks tamàsuk nashshì , baik dari segi bentuk dan semantiknya form and meaning. Kajian dalam tekstolinguistik menekankan pentingnya konteks siyàq dan adanya latar belakang bagi penerima pesan ketika melakukan analisis teks. Dengan kata lain, tekstolinguistik merupakan ilmu yang mengkaji teks sebagai unit kebahasaan terbesar, dengan memperhatikan berbagai aspeknya seperti koherensi, keterpaduan, referensi, konteks teks, peran pengirim dan penerima teks, baik lisan maupun tulis. Lihat Shubhi Ibrahim al-Faqi, „Ilmul Lugatin Naêêì Baina an-Naîariyyah wa at-Taíbìq: Diràsah Taìbíqiyyah „ala as-Suwar al-Makkiyah, Kairo: Dàr Qubà‘, 2000, Jilid I, h. 33-36. 4 Dalam „Ilmul Ma‟ànì misalnya terdapat topik kajian seputar al-ìjàz bracylogy, yaitu ekspresi tujuan, makna dan pesan dengan lafazh yang lebih sedikit ekonomis dari yang biasa berlaku, namun tetap memadai dan memenuhi maksudnya dengan tujuan tertentu. Lihat Aëmad Muêíafà al- Maràgì, „Ulùm al-Balàgah: al-Bayàn wal Ma‟àní wal Badí‟, Beirut: Dàrul Kutub al-‗Ilmiyyah, 2012, Cet. IV, h. 182. Dengan kata lain, al-ìjàz merupakan formulasi kalam pembicaraan yang 3 rhetoric dan Tekstolinguistik –salah satu ilmu baru yang merupakan pengembangan dari tekstologi ‟ilmun nashsh atau aplikasi linguistik terhadap pemaknaan teks, pembaca, pengkaji, dan penafsir mufassir Al- Qur‘an akan semakin yakin bahwa redaksi Al- Qur‘an itu merupakan integrasi teks dan konteks yang sangat ekonomis: diksi, intensi, dan aktualisasi yang efisien, efektif, sekaligus progresif. Pilihan kosakata ikhtiyàr mufradàt, ungkapan, ragam jumlah ismiyyah atau fi‟liyyah kalimat nomina dan verba, berikut gaya bahasa Al- Qur‘an al-uslùbul Qur‟aní dipastikan sarat makna, rahasia estetika, stilistika, dan nilai sastra yang tinggi, sehingga pesan dan makna selalu aktual dan kontekstual. Pembacaan dan pemaknaan teks dan konteks ayat-ayat Al- Qur‘an pada gilirannya dapat mengungkap secara lebih mendalam dan indak kandungan dan pesan Al- Qur‘an. Permasalahannya kemudian adalah bagaimana fenomena ekonomi bahasa Al- Qur‘an itu dipahami dalam persepektif ilmu balàgah dan tekstolinguistik? Jika diyakini bahwa tidak penggunaan bahasa Al- Qur‘an yang ―sia-sia, tanpa maksud dan tujuan‖, apa saja dimensi yang dapat diungkap dan dijelaskan dari fenomena iqtiêàd lugawì dalam Al- Qur‘an? Bagaimana formulasi konteks dan implikasi ekonomi bahasa Al- Qur‘an terhadap pemaknaan dan penafsirannya? Tulisan ini berupaya menjawab beberapa permasalahan tersebut dengan dilandasi tesis bahwa bahasa Arab Al- Qur‘an itu sarat dengan kemukjizatan linguistik i‟jàz lugawí, antara lain tercermin pada fenomena ekonomi bahasanya: singkat kata, tetapi padat makna; efisien ungkapan, tetapi kaya pesan; dan ringkas dalam pelafalan, tetapi bernas dalam memberi wawasan. menunjukkan makna yang beragam dengan menggunakan ungkapan yang sedikit, ringkas, tanpa merusak atau mengurangi maknanya. Ìjàz kemudian diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu ìjàzul qishar dan ìjàz al-ëa žf. Yang pertama merupakan formulasi ìjàz yang didasarkan pada penggunaan delasi ëa žf. Sedangkan yang kedua merupakan formulasi ìjàz disebabkan oleh penggunaan delasi beberapa ungkapan, berdasarkan penunjuk atau indikator qarà‟in terhadap ungkapan yang didelasikan. Lihat Abdurraëmàn Èasan Èabannakah al-Maidànì, al-Balàgah al- „Arabiyyah: Ususuhà, wa „Ulùmuhà, wa Funùnuhà, Damaskus: Dàrul Qalam, 1996, Juz II, Cet. I, h. 26-29. Balagah sendiri umumnya dipahami sebagai ilmu yang mempelajari kesesuaian kalàm perkataan, ungkapan, wacana yang fasih dengan konteks sosialnya muqtaýal ëàl. Lihat Majdì Wahbah dan Kàmil al-Muhandis, Mu‟jam al-Muêíalaëàt al-„Arabiyyah fil Lugah wal Adab, Beirùt: Maktabah Lubnàn, 1984, h. 79. 4

B. Teks dan Konteks