Alat-alat Pertanian Nilai Produksi • Jumlah total produksi
keuntungan yang didapatkan, usahatani padi sehat SRI lebih menguntungkan dibandingkan dengan usahatani padi konvensional. Hal tersebut terlihat dari nilai
RC rasio yang didapatkan baik keadaan status pemilik maupun sewa, usahatani padi sehat SRI memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan konvensional
sehingga penerimaan untuk setiap satu rupiah yang dikeluarkan akan lebih tinggi.
Keputusan Penentuan Pemilihan Kegiatan Usahatani Padi
Berdasarkan hasil perbandingan tingkat pendapatan antara kegiatan usahatani padi sehat metode SRI dengan usahatani padi konvensional dapat
diketahui bahwa pendapatan usahatani padi sehat metode SRI memiliki nilai yang lebih tinggi baik atas biaya tunai maupun atas biaya total dengan selisih masing-
masing sebesar Rp 9.820.255,45 dan Rp 9.216.635,24, artinya usahatani padi sehat metode SRI lebih menguntungkan. Selain itu, berdasarkan hasil analisis
efisiensi dengan menggunakan RC rasio, dapat diketahui bahwa usahatani padi sehat metode SRI memiliki nilai RC rasio yang lebih tinggi, yaitu 2,61
dibandingkan dengan usahatani padi konvensional yang sebesar 1,67, dimana artinya usahatani padi sehat metode SRI di Desa Kebonpedes efisien dan layak
untuk dijalankan. Oleh sebab itu, tentu kegiatan usahatani padi sehat metode SRI sangat dianjurkan guna meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan para petani di
Desa Kebonpedes. Namun, fakta dilapangan berbanding terbalik, dimana masih terdapat
petani konvensional yang tidak dan belum mau berpindah kepada kegiatan usahatani padi sehat SRI. Mereka lebih memilih untuk tetap melakukan kegiatan
usahatani padi secara konvensional seperti biasa yang mereka lakukan hingga saat ini. Oleh sebab itu, hal tersebut terkait kepada keputusan dalam pemilihan jenis
kegiatan usahatani padi di Desa Kebonpedes. Berdasarkan hasil analisis di lapangan, terdapat beberapa faktor yang menjadi pertimbangan petani dalam
menentukan pilihan kegiatan usahatani padi.
Habit Kebiasaan
SRI System of Rice Intencification merupakan teknologi budidaya padi yang terus berkembang dan banyak diterapkan di berbagai negara termasuk di
Indonesia. Dalam pelaksanaan di lapangan, banyak petani yang masih ragu dan
enggan untuk menerapkannya di areal persawahan mereka. Keraguan tersebut diyakini karena petani belum paham betul dengan teknologi budidaya SRI yang
sangat berbeda dengan kebiasaan budidaya padi sawah yang telah diterapkan selama kurun waktu kurang lebih 3 dasawarsa. Kebiasaan yang membekas dan
sulit untuk dirubah adalah kebiasaan menanam padi dengan banyak bibit dalam satu dapuran, yaitu minimal 3-5 anakan. Selain itu, sawah yang digenangi,
penggunaan pupuk kimia seperti urea, NPK, KCL, dan lainnya juga penggunaan pestisida berbahan kimia untuk mengatasi hama merupakan hal yang biasa petani
lakukan. Dimana, kebiasaan tersebut akan berkembang menjadi adat dan diturunkan secara turun temurun.
Kebiasaan yang berubah menjadi tradisi tersebutlah yang menjadikan para petani enggan untuk beralih kepada usahatani padi metode SRI,sehingga teknologi
SRI di Desa Kebonpedes sulit untuk berkembang. Dimana metode SRI berbanding terbalik dengan sistem konvensional, yaitu penggunaan air yang lebih
sedikit dibandingkan konvensional sehingga areal persawahan tidak dibuat tergenang, hanya macak-macak. Menghilangkan penggunaan pupuk kimia serta
pestisida yang terbuat dari bahan-bahan kimia beracun, dan penanaman bibit padi yang bersifat tunggal, yaitu satu anakan untuk satu dapuran.
Corak Usahatani
Berdasarkan pengamatan di lapangan, terdapat perbedaan corak usahatani yang jelas antara padi konvensional dengan padi sehat metode SRI di Desa
Kebonpedes. Pada usahatani padi konvensional cenderung bersifat subsistense, dimana para petani melakukan kegiatan usahatani tersebut guna memenuhi
kebutuhan hidup sendiri sehingga kurang dalam memperhatikan kualitas padi yang dihasilkan. Selama hasil pertaniannya dapat memenuhi kebutuhan hidup
keluarga mereka, para petani padi konvensional tetap akan melakukan kegiatan usahatani seperti biasa yang mereka lakukan. Selain itu, beberapa responden
petani padi konvensional mengatakan bahwa usahatani padi secara konvensional sangat mudah dilakukan karena mereka sudah terbiasa melakukannya semenjak
muda, bahkan terdapat beberapa petani yang mulai sejak kanak-kanak. Berbeda dengan usahatani padi konvensional, usahatani padi sehat dengan
metode SRI menunjukan bahwa corak kegiatan usahatani mereka sudah
komersial, dimana kegiatan usahatani sangat memperhatikan kuantitas dan juga kualitas padi yang dihasilkan. Hal tersebut disebabkan adanya kegiatan kemitraan
yang dilakukan oleh Gapoktan Mekartani di Desa Jambenenggang dengan sebuah perusahaan,yaitu PT MEDCO dimana perusahaan tersebut meminta pasokan beras
sehat yang dihasilkan para petani padi dengan harga yang bersaing yaitu berkisar Rp 8.800 - Rp 9.000kg kepada Gapoktan Mekartani. Karena adanya permintaan
beras sehat yang tinggi dari PT MEDCO, sedangkan Gapoktan Mekartani belum dapat memenuhi permintaan tersebut maka Gapoktan Mekartani bekerjasama
dengan Gapoktan lainnya melakukan usahatani padi sehat salah satunya adalah Gapoktan Sawargi Tani di Desa Kebonpedes. Gapoktan Mekartani menawarkan
harga yang bersaing untuk gabah yang dihasilkan dari para petani padi sehat, yaitu berkisar Rp 3.200 - Rp 3.600 per kilogram GKP. Dimana harga tersebut
tergantung pada kualitas gabah yang dihasilkan. Petani padi sehat yang tergabung haruslah memperhatikan kualitas dan kuantitas hasil usahatani padi.
Status Lahan
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis di lapangan, status kepemilikan lahan dapat mempengaruhi petani dalam mengambil keputusan untuk menerapkan
teknologi yang akan digunakan pada proses budidaya padi. Pada responden petani padi sehat SRI didominasi dengan status pemilik lahan. Sedangkan untuk petani
konvensional didominasi oleh status sewa lahan. Pada status sewa lahan, para petani tidak memiliki kebebasan penuh
dikarenakan status lahan berupa sewa dimana memiliki kemungkinan untuk musim tanam selanjut-selanjutnya ketika masa sewa habis, lahan tersebut tidak
lagi disewakan ataupun dapat dijual oleh pemilik lahan, sehingga merekacenderung untuk melakukan kegiatan usahatani padi pada umumnya.
Sedangkan pada status pemilik lahan, petani memiliki kebebasan secara penuh karena tidak terikat pada orang lain. Sehingga dalam penentuan keputusan
menerapkan teknologi budidaya padi, para petani dapat dengan bebas menentukan untuk mengambil teknologi tersebut atau tidak.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai usahatani padi sehat metode SRI dengan usahatani padi konvensional, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Sistem usahatani padi sehat SRI yang berkembang di Desa Kebonpedes,
Kecamatan Kebonpedes, Kabupaten Sukabumi secara umum kegiatannya hampir sama dengan kegiatan usahatani pada umumnya. Namun, terdapat
beberapa perbedaan seperti penggunaan bibit, pupuk, cara mengendalikan hama, dan pemeliharaan. Dalam pemenuhan kebutuhan input, baik
usahatani padi sehat SRI maupun konvensional telah memenuhi anjuran pemerintah. Pada usahatani padi sehat SRI membutuhkan HOK lebih
banyak dibandingkan dengan konvensional karena adanya kegiatan pemeliharaan yang lebih intens terutama pada penyemprotan dan
penyiangan. Hasil yang didapatkan usahatani padi sehat SRI pun lebih tinggi dibandingkan konvensional dengan selisih hasil sebesar 2.083 Kg
gabah kering panen. 2.
Pendapatan atas biaya tunai yang diperoleh petani padi sehat SRI memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan padi konvensional dengan selisih
sebesar Rp 9.820.255,45 sama halnya dengan pendapatan atas biaya total dimana usahatani padi sehat SRI memiliki nilai yang lebih besar
dibandingkan dengan usahatani padi konvensional dengan selisih Rp 9.216.635,24.
3. Berdasarkan hasil analisis perbandingan efisiensi menggunakan analisis
RC rasio, dapat diketahui bahwa usahatani padi sehat SRI maupun konvensional sudah efisien dan layak dijalankan. Namun, usahatani padi
sehat SRI memiliki nilai RC rasio atas biaya total, yaitu 2,60dan lebih tinggi dibandingkan dengan konvensional yang sebesar 1,67 sehingga
dapat dikatakan usahatani padi sehat SRI lebih efisien dibandingkan usahatani padi konvensional di Desa Kebonpedes.