Deskripsi Kuantitatif Penentuan Linear Retention Indices LRI

tinggi dibandingkan semua perlakuan, akan tetapi intensitas aroma spicy lebih rendah dari semua perlakuan. Tabel 18 Deskripsi kuantitatif aroma minyak pala Perlakuan Intensitas aroma spicy warmly camphoraceous sweet pungent Biji Pala P0 72.87 24.62. 0 39.45 60.30 P1 13.79 74.97 17.92 68.70 69.29 P2 62.00 64.59 16.81 63.45 65.14 P3 57.39 68.59 41.52 46.75 P4 22.26 54.79 16.12 62.08 64.70 Fuli Pala P0 75.98 21.65 42.21 61.54 P1 14.97 75.87 21.32 65.58 69.29 P2 64.32 65.87 23.85 62.14 63.25 P3 57.65 67.25 43.21 45.28 P4 21.36 52.39 20.39 61.39 65.89 Keterangan : Nilai rata-rata 3 kali ulangan dari 15 panelis yang sudah divalidasi. Skala 0 terendah sampai 100 tertinggi 0 = tidak terdeteksi r penyulingan P2 : Penyulingan dengan tekanan awal 0 atm selama 4 jam, ditingkatkan 0,5 atm dan 1,5 atm sampai akhir penyulingan P3 : Penyulingan dengan tekanan awal 0,5 atm sampai akhir penyulingan organik, gula, pahit atau astrigent, dan komponen volatil. Komponen kimia utama yang menghasilkan gan ester atau alkohol alifatik, dan asam lemak r P0:Penyulingan pada tekanan 0 atm selama 10 jam kontrol. P1 :Penyulingan dengan tekanan awal 0 atm selama 4 jam, ditingkatkan 0,5 atm dan 1 atm sampai akhi P4 : Penyulingan dengan tekanan awal 0 atm selama 4 jam, ditingkatkan 1 atm sampai akhir penyulingan Minyak pala pada perlakuan P2, dideskripsikan dengan aroma spicy, warmly, camphoraceous, sweet dan pungent. Intensitas dari kelima atribut aroma relatif tinggi. Sedangkan minyak pala pada perlakuan P3, dideskripsikan dengan aroma spicy, warmly, sweet dan pungent. Dimana intensitas aroma warmly relatif tinggi, akan tetapi masih dibawah intensitas aroma warmly pada minyak pala pada perlakuan P1. Deskripsi minyak pala pada perlakuan P4, dideskripsikan dengan aroma spicy, warmly, camphoraceous, sweet dan pungent. Intensitas aroma sweet relatif tinggi, akan tetapi masih lebih rendah dibandingkan minyak pala pada perlakuan P1 dan P2. Menurut Fourie 1996 ada 4 bagian utama pada buah-buahan yang berkontribusi pada karakteristik flavor, yaitu asam aroma pada buah-buahan adalah golon antai pendek. 20 40 60 80 spicy warmly pungent camphoraceous sweet P0 = T ;0 atm P1 = T;0 atm T1 ;0.5 dan 1 atm P2 = T;0 atm T1:0.5 dan 1.5 atm P3 = T;0.5 atm P4 = T;0 atm T1;1 atm Gambar 12 Spider web aroma minyak dari biji pala hasil QDA Quantitative Descriptive Analysis 80 spicy 60 20 warmly pungent 40 camphoraceous sweet P0 = T; 0 atm P1 = T;0 atm T1; 0.5 dan 1 atm P2= T1; 0.5 dan 1.5 atm P3= T; 0.5 atm P4= T; 0 atm T1; 1 atm Gambar 13 Spider web aroma minyak dari fuli pala hasil QDA Quantitative Descriptive Analysis Minyak pala pada perlakuan P1 mempunyai intensitas aroma warmly, sweet dan pungent yang lebih tinggi dari semua perlakuan, sedangkan perlakuan P2 memiliki intensitas aroma camphoraceous yang lebih tinggi dan aroma sweet walaupun relatif lebih rendah dari perlakuan P1. Jika dikaitkan antara komponen aroma pada minyak pala dan deskripsi sensori kualitatif maka akan terlihat komponen aroma yang berperan pada setiap aroma yang berhasil dideskrip komponen utama ka minyak biji pala perlakuan sikan. Aroma warmly, sweet dan pungent merupakan aroma yang berasal dari senyawa monoterpene hidrocarbon yaitu Myrcene, α –phelandrene, dan germacrene dan golongan aromatik seperti myristicin, safrole, eugenol, isoeugenol dan elimicin. Sedangkan aroma camphoraceous merupakan aroma yang berasal dari golongan aromatik yaitu safrole, dan senyawa terpen-o golongan monoterpen alkohol dan golongan ester. Principal Component Analysis PCA Pengolahan data menggunakan PCA menghasilkan evaluasi karakteristik aroma minyak pala menggunakan komponen utama Principal Component, PC. Hasil analisis PCA yang diperoleh menerangkan bahwa ada empat komponen utama yang dapat digunakan dalam menerangkan keragaman karakter aroma sampel minyak pala. Dari empat komponen utama yang disarankan, jumlah komponen utama Principal Component, PC yang diambil hanya dua rena telah dapat menerangkan 91 dari total keragaman aroma sampel minyak pala. Hasil plot gabungan scores dan x-loading biplot PC1 dan PC2 aroma diterangkan oleh 91 total keragaman data Gambar 14. Dari gambar plot gabungan PC1 dan PC2 tersebut, komponen utama pertama PC1 yang searah sumbu X, mengelompokkan sampel minyak pala berdasarkan atribut sweet, camphoraceous, warmly dan pungent kiri dan mengelompokkan sampel minyak pala berdasarkan atribut spicy kanan. Plot gabungan tersebut menunjukkan terdapat empat kelompok sampel minyak dari biji pala yang dapat dibedakan berdasarkan atribut aromanya. Kelompok tersebut adalah P0, perlakuan P1, perlakuan P2, perlakauan P3 dan perlakuan P4. PC1 P C 2 2 1 -1 -2 1,5 1,0 0,5 0,0 -0,5 -1,0 P4 P2 P1 P0 pungent sweet camphoraceous spicy P0:Penyulingan pada tekanan 0 atm selama 10 jam kontrol. P1 :Penyulingan dengan tekanan awal 0 atm selama 4 jam, ditingkatkan 0,5 atm dan 1 atm sampai akhir penyulingan P2 : Penyulingan dengan tekanan awal 0 atm selama 4 jam, ditingkatkan 0,5 atm dan 1,5 atm sampai akhir penyulingan P3 : Penyulingan dengan tekanan awal 0,5 atm sampai akhir penyulingan P4 : Penyulingan dengan tekanan awal 0 atm selama 4 jam, ditingkatkan 1 atm sampai akhir penyulingan Gambar 14 Grafik bi-plot perlakuan penyulingan dan atribut aroma minyak biji pala terhadap komponen utama PC1 dan PC2 Be P4 Gamb kelompok ya t dapat dibedakan dari yang lain berdasarkan aroma sweet, eperti α-pinene, limonene, senyawa aromatik seperti eugenol dan iso-eugenol, senyaw arsial, α-pinene memiliki karaterist P3 warmly Scatterplot rdasarkan plot gabungan minyak biji pala pada perlakuan P2 dan ar 14 dicirikan dengan aroma yang sama karena berada dalam ng sama kuadran ketiga. Kedua sampel minyak pala tersebu sampel minyak pala camphoraceous, dan pungent. Aroma tersebut diduga berasal dari senyawa terpen s a ester seperti geraniol acetate. Secara p ik sensori ringan light dan kayu pinus pine, sedangkan limonene memberikan karateristik sensori lemah weak, light dan manis sweet. Terdapatnya eugenol dan iso-eugenol pada produk akan memberikan karakter menyengat Pungent Reineccius, 1994 dan Wright 1995. Geraniol acetate memberikan karakter sensori manis sweet, fruity, aroma tanaman floral Wright, 1995. Hal ini juga ditunjukkan oleh hasil analisis kualitatif QDA. Intensitas ketiga atribut aroma tersebut lebih tinggi pada perlakuan P2 dan perlakuan in dari senyawa terpen, atribut aroma spicy berasal dari senyawa aromatik seperti eu pala pada perlakuan P2 dan perlakuan P4 dicirikan icy. Eugenol acetate selain memberikan karakter warmly P4 Tabel 18. Minyak biji pala pada perlakuan P1 berada dalam kuadran keempat yang dicirikan dengan atribut aroma warmly. Aroma tersebut diduga berasal dari senyawa terpen seperti sabinene, α-pinene, myrcene, α-phellandrene, germacrene, senyawa aromatik seperti safrol, myristicin, eugenol, isoeugenol dan elimicin dan senyawa terpen-o golongan monoterpen alkohol dan golongan ester. Sedangkan minyak biji pala pada perlakuan P0 berada pada kuadran kedua yang dicirikan dengan atribut aroma spicy, Aroma tersebut diduga berasal dari senyawa terpen yaitu sabinene termasuk monoterpen bisiklis yang intensitasnya relatif tinggi. Sela genol acetate. Karakter hangat warmly dan pedas spicy dikontribusi oleh komponen eugenol acetate Wright, 1995. Hal ini juga ditunjukkan oleh hasil analisis kuantitatif QDA. Intensitas atribut aroma spicy lebih tinggi dibandingkan perlakuan yang lain. Sedangkan minyak pala perlakuan P3 kuadran pertama tidak dicirikan dengan aroma tertentu Tabel 18. Hasil plot gabungan scores dan x-loading biplot Gambar 15 mengelompokkan sampel minyak dari fuli pala berdasarkan atribut sweet, pungent, camphoraceous dan warmly kiri dan mengelompokkan sampel minyak dari fuli pala berdasarkan atribut spicy kanan. Berdasarkan plot gabungan tersebut, sampel minyak dari fuli dengan aroma yang sama yaitu sweet, camphoraceous dan pungent karena berada dalam kelompokkuadran yang sama kuadran keempat. Aroma tersebut kemungkinan berasal dari senyawa terpen seperti limonene, terpinolene, α-pinene, -pinene, myrcene, α-phellandrene, germacrene, senyawa aromatik seperti myristicin, dan senyawa terpen-o seperti 4-terpeniol. Sampel minyak dari fuli pala pada perlakuan P1 berada dalam kuadran ketiga yang dicirikan dengan atribut aroma warmly. Karakter hangat warmly pada suatu produk dikontribusi oleh komponen eugenol acetate. Sedangkan pada perlakuan P0 berada dalam kuadran pertama yang dicirikan dengan atribut aroma sp pada produk juga memberi karakter pedas spicy Wright, 1995. Perlakuan P3 berada dalam kuadran kedua yang tidak dicirikan dengan atribut aroma tertentu. PC1 P C 2 2 P4 P3 P2 P1 sweet camphoraceous warmly spicy P0 Scatterplot 1,0 0,5 0,0 -0,5 -1,0 -1,5 1 -1 -2 pungent Id 20, sedan P0:Penyulingan pada tekanan 0 atm selama 10 jam kontrol. P1 :Penyulingan dengan tekanan awal 0 atm selama 4 jam, ditingkatkan 0,5 atm dan 1 atm sampai akhir penyulingan P2 : Penyulingan dengan tekanan awal 0 atm selama 4 jam, ditingkatkan 0,5 atm dan 1,5 atm sampai akhir penyulingan P3 : Penyulingan dengan tekanan awal 0,5 atm sampai akhir penyulingan P4 : Penyulingan dengan tekanan awal 0 atm selama 4 jam, ditingkatkan 1 atm sampai akhir penyulingan Gambar 15 Grafik bi-plot PC1 dan PC2 hasil analisis komponen utama aroma minyak fuli pala entifikasi Komponen Aroma Minyak Pala Identifikasi komponen aroma minyak pala dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Gas Chromatography-Mass Spectrometry GC- MS dengan kolom DB-5. Kromatogram hasil GC-MS dari seluruh sampel minyak pala dari biji dan fuli pala dapat dilihat pada Gambar 16, 17, 18, 19, dan gkan dari fuli pala dapat dilihat pada Gambar 21. Hasil identifikasi terhadap komponen aroma dan LRI minyak pala dapat dilihat pada Lampiran 46, 47, 48, 49, 50 dan 51. Hasil identifikasi GC-MS terhadap minyak atsiri dari biji pala berbagai perlakuan dapat dilihat pada profil GC-MS. Penyulingan pada tekanan 0 atm selama 10 jam kontrol PO, komponen minyak atsiri biji pala yang terdeteksi sebanyak 39 komponen, akan tetapi hanya 35 komponen yang teridentifikasi secara pasti yang dapat dilihat pada Gambar 20. Komponen terbesar yang teridentifikasi monoterpene hydrocarbon sebesar 70.84 13 komponen. Kompon ditingkat 8 komponen, monoterp 44 komponen yang teridentifikasi yang dapat dilihat pada Gambar 22. Kom en lain yang teridentifikasi yaitu sesquiterpene hydrocarbon 0.84 4 komponen, aromatic 18.53 8 komponen, monoterpenene alcohol 9.71 9 komponen, ester 0.83 4 komponen dan phenol 0.11 1 komponen Tabel 19 Pada perlakuan penyulingan dengan tekanan awal 0 atm selama 4 jam, kan 0.5 atm dan 1 atm sampai akhir penyulingan P1, komponen minyak atsiri biji pala yang terdeteksi sebanyak 43 komponen, akan tetapi hanya 39 komponen yang teridentifikasi yang dapat dilihat pada Gambar 21. Komponen aroma terbesar yang teridentifikasi monoterpene hydrocarbon sebesar 66.25 14 komponen. Komponen lain yang teridentifikasi yaitu sesquiterpene hydrocarbon 0.62 4 komponen,aromatic 21.18 enene alcohol 9.21 9 komponen, sesquiterpen alcohol 0.13 1 komponen, ester 0.71 4 komponen, acid 2.23 2 komponen dan phenol 0.61 1 komponen Tabel 19 Sedangkan pada perlakuan penyulingan dengan tekanan awal 0 atm selama 4 jam, ditingkatkan 0,5 atm dan 1,5 atm sampai akhir penyulingan P2, komponen minyak atsiri biji pala yang terdeteksi sebanyak 51 komponen, akan tetapi hanya ponen aroma terbesar yang teridentifikasi monoterpene hydrocarbon sebesar 64.63 15 komponen. Komponen lain yang teridentifikasi yaitu sesquiterpene hydrocarbon 1.86 9 komponen, aromatic 22.3 8 komponen, monoterpenene alcohol 9.53 10 komponen, aldehyde 0.15 1 komponen, ester 1.54 6 komponen, acid 0.08 1 komponen dan phenol 0.1 1 komponen Tabel 19. Pada perlakuan penyulingan dengan tekanan awal 0,5 atm sampai akhir penyulingan P3, komponen minyak atsiri biji pala yang terdeteksi sebanyak 43 komponen, akan tetapi hanya 36 komponen yang teridentifikasi yang dapat dilihat pada Gambar 23, Komponen aroma terbesar yang teridentifikasi lain yang teridentifikasi yaitu sesquiterpene hydrocarbon 1.19 5 komponen, aromatic ponen, mono enen lcoh ter Tabel Sedangkan penyulingan dengan tekanan awal 0 atm se a 4 tkan 1 atm selama 8 m P4, kom nen yak iri pala ng ksi sebanyak 45 komponen, akan teta ny yan ride kas ng a Gambar 24 Kom nen ma terbesar yang teridentifikasi e hydrocarbon sebesar 68.86 14 kom n. Komponen lain yang ikasi yaitu sesquiterpene hydrocarbon 0.997 komponen, aromatic 8 komponen, monoterpenene alcohol 9.48 10 komponen, er komponen, dan phenol 0.14 1 komponen Tabel 19 perlakuan peny ingan engan ekan wal tm a tkan 0,5 atm dan 1,5 atm sampai akhir penyulingan P2, komponen ri fuli pala yang te eteksi ponen, akan tetapi hanya yang teridentifika ang at dilihat pada Ga ar 25. Kom en terbesar yang teridentifikasi adalah ote e droc n. en lain yang teriden asi se terp hyd arb aromatic, , aldehyde, ester acid phenol Tabel 19. Hampir semua perl an ndung komponen yang sama seperti nen yang terdeteksi d n G S. an t i ad ber per an ak mengandung kom nen-komponen yang terdeteksi dengan GC-MS. onen yang t ter ksi tersebut adalah komponen-komponen empunyai berat molekul tinggi, seper una nz n a pal t. onen aroma ak d dibanding de m k ya digu an ra ial pada industri fla terl per aan uk erap om aroma yak ala fu ala ih yak ng tidak terda pad nya la d biji da nyak pala e monoterpene hydrocarbon sebesar 66.94 14 komponen. Komponen terp e a ol 9.8 13 komponen, dan es 21.12 6 kom 0.88 6 komponen 19. lam jam, ditingka ja po min ats biji ya terdete pi ha a 39 g te ntifi i ya dapat dilihat pad . po aro monoterpen pone teridentif est 19.69 1.04 5 Pada ul d t an a 0 a selam 4 jam, ditingka minyak atsi rd sebanyak 88 kom komponen si y dap mb pon mon rpen hy arbo aroma yaitu squi ene roc on, Kompon tifik monoterpenene alcohol , dan aku menga kompo enga C-M Ak etap a be apa laku yang tid po Komponen-komp idak dete yang m ti tur n Be en da sam mita Komp miny pala ari biji dan fuli pala dari berbagai perlakuan apabila kan ngan inya pala ng nak seca komers vor ihat bed unt beb a k ponen, terutama komponen min p dari li p leb ban ya teridentifikasi dan pat a mi k pa ari pala n mi yang digunakan secara kom rsial pada industri flavor. Hasil penelitian Nurasyik 2005, bahwa komponen yang teridentifika da yak a ya igu an flavor PT. Firm ch I esi an i tri ort nyak pala esia juga rident kasi a m Terjadinya variasi persentase kandungan volatil pada minyak atsiri pala bkan karena adanya v iasi buah pala yang digunakan dan kondisi nenan Sanford dan Heinz, 1970 serta ditambahkan th dan Reineccius 198 a on p la me ti k isi ringan bahan dan kondisi se u ilasi yaitu suhu dan tekanan destilasi. jutnya ditegaskan S nen volatil dalam sa m m as n v si apabila diambil yang berbeda. Oleh ka a wa un h p diam l pad tu mungkin saj an rjadi variasi buah yang sangat besar. sa berasal dari perbedaa poh n, te at am an, k disi sur , kondisi lingkungan dan k an tan n. ius 199 wa nyak atsiri yang memb an rikultural seperti lingkungan, iklim, kondisis tanah, waktu dalam α-pinen, -pinen, limonen, 4-terpineol, safrole dan myris onoterpen yang jumlahnya antara 61-88, idrokarbon teroksigenated 5-15 dan eter aromatis 2-18, sedangkan senyawa innya terdapat dalam jumlah yang sangat kecil. Konstituen terbesar dari olongan hidrokarbon monoterpen adalah α-pinene, -pinene, serta sabinene, ementara myristicin merupakan komponen utama dalam fraksi eter aromatis, sam miristat juga ditemukan dalam jumlah kecil. Aroma dari minyak pala rutama disebabkan oleh adanya eter aromatis, myristicin, safrole, dan elimicin ang memberikan bau dan pengaruh. Walaupun myristicin berkonstribusi paling anyak dalam hal jumlah, tapi myristicin bukan merupakan komponen tunggal alam pembentuk aroma pala. si pa min pal ng d nak oleh industri eni ndon a d ndus e p ks ir mi PT.Scent Indon te ifi pad inyak pala dari berbagai perlakuan dapat diseba ar penyimpanan setelah pema oleh Hea 6 y itu k disi engo han, lipu ond penge wakt dist Selan oleh anford dan Heinz 1970, bahwa variasi isolasi kompo tu su ber engh ilka aria dari daerah ren i tu, l p au a bu ala bi a sa sumber yang sama, a ak te Variasi bi n o mp peng bil on un hara tanah per emb gan ama Menurut Reinec 4 bah mi erik aroma spesifik pada tanaman terdiri dari campuran komponen oerganik yang terbentuk secara alami dengan jumlah yang relatif dan juga tergantung dari species dan faktor ag pemanenan, dan penanganan pasca panen. Komponen aroma utama yang terdapat minyak pala adalah ticin. Purseglove et al. 1981 melaporkan bahwa komposisi kimia minyak pala terdiri dari hidrokarbon m h la g s a te y b d Tabel 19 Komposisi komponen aroma minyak dari biji pala pada berbagai perlakuan ama Komponen aroma Luas Area Relatif N minyak pala minyak pala P0 P1 P2 P3 P4 Jumlah Komponen 39 44 39 43 51 43 45

1. Senyawa terpen 68.69

65.31 71.68

66.87 66.5

68.1 69.9

a. Monoterpene Hydrocarbon 67.89

64.68 70.84

66.25 64.6

66.9 68.9

α-thujene 1.81 1.96 1.98 1.62 1.93 1.76 1.75 α-pinene 17.67 15.14 17.57 15.49 13.6 15.9 16.7 Camphene 0.4 0.32 0.4 0.38 0.31 0.33 0.36 Sabinene 15.83 12.43 16.29 12.98 16.6 18.5 17.8 -pinene 13.93 12.74 13.55 12.69 11.3 12.6 12.7 Myrcene 2 2.08 2.24 1.89 2.45 1.87 2.17 p-mentha-1 7, 8-diene x 0.04 x x 0.05 x x α-phellandrene 0.62 0.9 0.84 1.04 0.73 0.45 0.71 ∆-3-carene 0.98 1.47 0.99 1.42 0.73 0.93 0.98 α-terpinene 2.09 2.98 2.68 3.53 2.78 1.38 2.49 p-cymene 2.29 2.07 1.87 1.6 1.64 4.12 1.96 Limonene 5.66 6.08 6.26 6.27 6.38 5.78 6.01 -terpinene 3.35 4.56 4.19 5.17 4.48 2.27 3.78 Terpinolene 1.26 1.84 1.54 2.14 1.55 0.89 1.48 α-p-dimethylstyrene x x x 0.05 0.07 0.08 0.08

b. Sesquiterpene

hydrocarbon 0.8 0.63 0.84 0.62 1.86 1.19 0.99 α-copaene 0.45 0.33 0.47 0.31 0.79 0.53 0.41 trans-caryophyllene x 0.08 x x 0.08 0.11 0.09 1-pentadecyene x x x x 0.12 x 0.08 α-bergamotene 0.12 0.06 0.13 0.07 0.2 0.18 0.14 Germacrene-D x x x x 0.09 x x α-farnesene x x x 0.09 0.09 x 0.05 -bisabolene 0.08 0.04 0.08 x 0.14 0.18 0.08 -cadinene 0.15 0.12 0.16 0.15 0.27 0.19 0.14 ∆-cadinene x x x x 0.08 x x

2. Aromatic

20.08 21.87 18.53 21.18 22.3 21.1 19.7

Safrole 2.5 2.6 2.39 1.98 2.98 1.98 2.29 p-pentylanisole x 0.07 0.17 0.07 0.36 x 0.23 Eugenol 0.35 0.32 0.36 0.39 0.46 0.21 0.34 methyl eugenol 0.93 1.9 0.83 0.69 1.4 1.54 0.76 Isoeugenol x 0.54 0.32 0.82 0.31 x 0.47 trans-methyl isoeugenol 0.23 0.38 0.15 0.18 0.35 0.63 0.25 Myristicin 15.51 15.16 13.79 16.37 15.8 15.7 14.7 Elemicin 0.56 0.9 0.52 0.68 0.69 1.08 0.66 cis-isoeugenol x 12.83 x x x x x

3. Senyawa terpen-o 9.97

12.83 10.65

12.89 11.4

10.7 10.7

a. Monoterpene alcohol 9.97

11.77 9.71

9.21 9.53

9.8 9.48

Cis-sabinene hydrate 0.44 0.36 0.44 0.19 0.26 0.46 0.46 Linalool 0.61 0.54 0.6 0.38 0.51 0.58 0.51 d-fenchyl alcohol x 0.03 x x x x x Cis-p-mentha-17,8-diene-2-ol 0.22 0.3 0.24 0.26 0.07 0.26 0.25 isopinocarveoi x x x x x 0.08 x Trans-p-menth-2-en-1-ol 0.26 0.27 0.21 0.22 0.23 0.21 0.18 terpinene-4-ol 6.98 8.74 6.85 6.37 7.21 6.19 6.57 p-cyme-8-ol 0.16 0.13 0.12 0.13 0.09 0.29 0.14 α-terpineol 1.11 1.21 1.07 1.19 0.99 1.05 1.17 trans-piperitol 0.08 0.11 0.09 0.13 0.11 0.08 0.07 1-hydroxylinalool x 0.08 x 0.34 x 0.29 x 3-decyn-2-ol x x 0.09 x 0.06 x 0.05 Tabel 19 lanjutan 17,8-diene-2- Cis-p-mentha- ol 0.11 x x x x 0.14 0.08 2 2 -methyl-5-M cyclo 3.1.0. Hexan- -ol x x x x x 0.17 X ethylethyl-by

b. sesquiterpen alcohol 0,00

0,00 0,00

0.13 0,00

0,00 0,00 patchouli alkohol x x x 0.13 x x x

c. diterpene alcohol 0.15

0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 3,7,11,15-tetramethyl-2-hexadecen-1-ol 0.15 x x x x x x

d. aldehyde

0,00 0,00 0,00 0,00 0.15 0,00 0,00 Undecanal x x x x 0.15 x x

e. ester

1.13 0.86 0.83 0.71 1.54 0.88 1.04

bornyl acetate 0.18 0.17 0.19 0.17 0.22 0.24 0.18 4-terpinenyl acetate 0.23 0.18 x x 0.12 x 0.24 l-p-menthen-8-yl-acetate 0.3 0.29 0.29 0.21 0.53 0.33 0.28 citronellyl acetate 0.11 0.08 0.11 0.11 0.19 0.11 0.1 geranyl acetate 0.24 0.14 0.24 0.22 0.43 0.2 0.24 neryl acetate x x x x 0.05 x x ethyl methylphenyl glycidate 0.07 x x x x x x

f. acid

0,00 0,00 0,00 2.23 0.08 0,00 0,00 Myristic acid x x x 0.16 0.08 x x Palmitic acid x x x 2.07 x x x

g. phenol

0,00 0.2 0.11 0.61 0.1 0,00 0.14 2,6-dimethoxy-4-2-propenyl phenol x 0.2 0.11 0.61 0.1 x 0.14 K eterangan : = Komponen aroma minyak pala yang diperoleh dari industri flavor Hasil penelitian Nurasyik 2005 = Komponen aroama minyak pala yang diperoleh dari eksportir Hasil Penelitian Nurasyik 2005 = Tidak teridentifikasi P0:Penyulingan pada tekanan 0 atm selama 10 jam kontrol. P1:Penyulingan dengan tekanan awal 0 atm selama 4 jam, ditingkatkan 0,5 atm dan 1 atm sampai akhir penyulingan P2: Penyulingan dengan tekanan awal 0 atm selama 4 jam, ditingkatkan 0,5 atm dan 1,5 atm sampai akhir penyulingan P3 : Penyulingan dengan tekanan awal 0,5 atm sampai akhir penyulingan P4 : Penyulingan dengan tekanan awal 0 atm selama 4 jam, ditingkatkan 1 atm sampai akhir penyulingan X