total berat nitrogen tepung keong. Faktor yang diberikan adalah dengan taraf 0,2 , 0,4 , dan 0,6, penentuan kondisi ini berdasarkan hasil penelitian Fachraniah
2002 yang menggunakan papain untuk membuat pepton dari bungkil kedelai dan pepton dari limbah bir dengan kondisi terbaik konsentrasi papain adalah 0,2 dan
0,4. Jenis faktor kedua yang diberikan adalah faktor pH, yaitu pH 4,5 ; 5 ; 5,5 ; 6 ; 6,6 dan 7. Jenis faktor berikutnya yang diberikan adalah faktor suhu, yang tujuannya
untuk mendapatkan suhu terbaik, taraf faktor suhu yang diberikan yaitu suhu 60
o
C, 65
o
C, 70
o
C dan 75
o
C, dan dasar dari penggunaan faktor suhu ini adalah dari kondisi optimum suhu papain bekerja, yaitu antara 60
o
C hingga 75
o
C. Yang diamati dari jenis ketiga faktor tersebut adalah kadar nitrogen.
4. Pembuatan Pepton Keong
Prosedur pembuatan pepton keong dalam penelitian ini adalah hasil modifikasi pembuatan pepton dari limbah ikan tuna hasil penelitian Siswanto 2000. Perbedaan
dalam penelitian ini yaitu tidak digunakan pengering tipe semprot yang bertujuan menekan biaya penggunaan alat, sebagai gantinya digunakan oven.
Prosedur yang digunakan dalam pembuatan pepton keong mas, yaitu tepung keong dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer sebanyak 20 gram dan ditambahkan
akuades sebanyak 180 ml, selanjutnya disterilkan dalam autoklaf selama 20 menit pada suhu 121°C dengan tujuan mensterilkan bahan dan menguraikan protein dalam
tepung keong. Setelah didinginkan selama 2 jam, papain dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer untuk kemudian diinkubasi selama 12 jam dengan waktu pengambilan
sampel setiap 2 jam. Analisa yang dilakukan terhadap sampel hidrolisat tepung keong adalah derajat hidrolisis protein Rehm dan Reed, 1995.
Tahap selanjutnya setelah hidrolisis meliputi tahap inaktivasi enzim papain dengan cara memanaskan hidrolisat pada suhu 100ºC selama 10 menit di dalam air
mendidih. Selanjutnya disaring dengan kertas saring. Tahap berikutnya adalah mensentrifugasi filtrat hasil penyaringan selama 10 menit pada kecepatan 13000 rpm
untuk diambil supernatannya. Selanjutnya dikeringkan menggunakan oven pada suhu 65
o
C selama 48 jam. Hasil pengeringan ini selanjutnya dianalisa kandungan nitrogennya dengan menggunakan uji Kjeldahl Lampiran 2 dan analisa HPLC untuk
asam amino Lampiran 4. Tepung pepton keong selanjutnya diuji secara mikrobiologis sebagai media
tumbuh mikroba Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Saccharomyces cerevisiae dan Aspergillus niger masing-masing 2 ulangan duplo, dan sebagai pembanding
media digunakan pepton dari Oxoid dan Difco. Kriteria yang diamati pada perbandingan tersebut adalah pertambahan biomassa dan pemakaian nitrogen oleh
mikroorganisme. Diagram alir pembuatan pepton keong hasil modifikasi dari penelitian Siswanto
2000 dari limbah ikan tuna dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Diagram alir pembuatan pepton keong dari tepung keong modifikasi dari
penelitian Siswanto, 2000
Prosedur Analisis 1.
Analisis Proksimat
Prosedur analisis proksimat yang dilakukan terhadap keong mas dapat dilihat pada Lampiran 2. Analisis tersebut dilakukan memperoleh data pembuatan
neraca massa yang berguna untuk mengetahui mengetahui adanya sejumlah kehilangan bahan dalam meningkatkan effisiensi penggunaan bahan baku.
2. Analisa Hasil Pengambilan Sampel pada Tahap Hidrolisis Tepung Keong Analisa sampel hidrolisis tepung keong mas dilakukan setiap 2 jam sekali
dan prosedur analisisnya dapat dilihat pada Lampiran 3. Tujuan analisis tersebut adalah mengetahui kondisi hidrolisis yang sedang berlangsung, yaitu banyaknya
nitrogen yang terasimilasi oleh papain dan kemungkinan adanya perubahan pH
yang mungkin dapat mengganggu tahapan hidrolisis. 3.
Analisa Mikrobiologi
Analisa mikrobiologi yang digunakan adalah dengan membandingkan kemampuan tumbuh mikroba di media dengan menggunakan sumber nitrogen
pepton keong dengan kemampuan tumbuh mikroba di media pepton dari Difco dan Merck dalam hal laju pertumbuhan, total pertumbuhan dan produksi massa
sel mikroorganisme. a. Sumber Mikroorganisme
Pengujian kemampuan pepton sebagai sumber nitrogen dalam media pertumbuhan mikrobiologi dilakukan dengan menggunakan berbagai jenis
mikroorganisme dengan kondisi pertumbuhan yang beragam. Mikroorganisme
yang digunakan berasal dari isolat murni, yaitu Escherichia coli, Staphylococcus aureus
, Saccharomyces cerevisiae dan Aspergillus niger. b. Persiapan Media Tumbuh
Media tumbuh dibuat sesederhana mungkin dengan asumsi apabila pepton berhasil mendukung pertumbuhan mikroorganisme dengan komposisi
medium yang sederhana, maka pepton akan lebih baik digunakan dalam medium yang diperkaya. Medium pertumbuhan dibuat dengan melarutkan
bubuk pepton uji maupun pepton komersial sebanyak 0,5vb ke dalam wadah 1000 ml yang berisi akuades dengan asumsi kandungan protein pada
masing-masing pepton adalah sama. Masing-masing media pepton ditambah dengan glukosa sebesar 0,1 untuk media bakteri dan 1 untuk media
kapang dan khamir Tabel 2. Sebelum sterilisasi, pH media diatur dengan menggunakan HCl 0,1 N atau NaOH 0,1 N, pH bakteri yang digunakana
adalah 7,00 ± 0,01 dan untuk pH kapang dan khamir adalah 5,50 ± 0,01. Tabel 2. Komposisi media tumbuh mikroorganisme berdasarkan jenis pepton yang
digunakan E. coli
dan S. aureus S. cerevisiae
dan A. niger Pepton Keong
Pepton Difco Pepton Oxoid
Volume 1 liter Komposisi :
1 liter akuades 0,5 gram vb pepton
0,1 gram glukosa pH = 7,00 ± 0,01
Volume 1 liter Komposisi :
1 liter akuades 0,5 gram vb pepton
1 gram glukosa pH = 5,50 ± 0,01
c. Persiapan Kultur Mikroorganisme c.1. Kultur Bakteri
Kultur murni bakteri E. coli dan S. aureus disuspensikan ke dalam 100 ml nutrient broth kemudian diinkubasikan selama 24 jam pada
suhu 37ºC. Selanjutnya kultur diinokulasikan pada tingkat pengenceran 10
-2
ke dalam media pertumbuhan yang berisi pepton yang diuji. c.2. Kultur Khamir Saccharomyces cerevisiae
Kultur murni Saccharomyces cerevisiae disuspensikan di Potato Dextrose Agar PDA selama 48 jam lalu dipropagasi di Potato Dextrose
Broth PDB selama 24 jam. Selanjutnya diambil 2,5 ml dan dimasukkan ke dalam 50 ml media pertumbuhan berpepton, dan kemudian diamati
selama 48 jam dengan waktu pengambilan sampel setiap 6 jam sekali. c.3. Kultur kapang Aspergillus niger
Kultur murni Aspergillus niger disuspensikan di Potato Dextrose Agar PDA selama 5 hari. Selanjutnya permukaan kultur dibilas
menggunakan 10 ml larutan aqudes steril. Sebanyak 1 ml larutan pembilas tersebut diinokulasikan ke dalam 50 ml media pertumbuhan steril yang
mengandung pepton untuk diuji selama 48 jam dengan waktu pengambilan sampel setiap 6 jam sekali.
d. Kurva pertumbuhan, Laju Pertumbuhan dan Total Pertumbuhan Kurva pertumbuhan diamati dengan melakukan pengukuran bobot
kering biomassa mikroba pada media pertumbuhan yang telah diinokulasikan kultur mikroorganisme. Bakteri diambil biomassanya sebanyak 2,5 ml setiap 3
jam sekali selama 24 jam, sedangkan sampel biomassa kapang dan khamir diambil menggunakan kertas saring setiap 6 jam sekali selama 48 jam.
Sampel bakteri disentrifugasi pada kecepatan 4000 rpm, suhu 4ºC, selama 10 menit. Setelah didekantasikan, endapan yang terpisah dari cairan
kemudian dikeringkan di dalam oven pada suhu 100ºC selama 24 jam, sedangkan kertas saring yang berisi kultur kapang dan khamir langsung
dikeringkan dengan oven pada suhu 100ºC selama 24 jam. Hasil pengukuran biomassa dibandingkan dengan nilai biomassa media
kontrol tidak diinokulasikan kultur mikroorganisme. Laju pertumbuhan spesifik dihitung sebagai gradien garis dari nilai logaritma biomassa pada
fase pertumbuhan eksponensial. Perbandingan produksi massa sel dilakukan dengan metode perankingan untuk setiap jenis mikroorganisme pada setiap
medium yang diuji.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Bahan Baku