Validitas Data Teknik Analisis Data

keterwakilan perempuan dalam pencalonan anggota legislatif. Cara ini dilakukan terutama pada studi awal penelitian untuk memperjelas masalah yang akan diteliti.

6. Validitas Data

Validitas data dimaksudkan sebagai pembuktian bahwa data yang diperoleh sesuai dengan apa yang sesungguhnya. Untuk mengecek kebenaran data yang diperoleh, peneliti menggunakan metode trianggulasi. Menurut Patton dalam H.B Sutopo 2002:77-83 menyatakan ada empat macam model triangulasi, yaitu: a. Triangulasi data data triangulation, peneliti menggunakan beragam sumber data yang tersedia. Artinya data yang sama dan sejenis akan lebih mantap kebenarannya jika digali dari sumber data yang berbeda. b. Triangulasi Peneliti investigator triangulation, yang dimaksud adalah hasil penelitian baik data ataupun simpulan mengenai bagian tertentu atau keseluruhannya bias diuji validitasnya dari beberapa peneliti. c. Triangulasi Metodelogis methodological triangulation, peneliti mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda. d. Triangulasi Teoritis theoretical triangulation, teknik ini dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan prespektif teori dalam membahas permasalahan yang diuji. Pengujian data dalam penelitian ini akan dilakukan dengan cara triangulasi data. Data akan dicek kebenarannya dengan sumber yang berbeda. Data tidak hanya berasal dari PDI-P, Partai Golkar, PPP dan PKS yang di dalamnya meliputi pengurus dan calon anggota legislatif baik laki-laki maupun perempuan tapi juga data dari Komisi Pemilihan Umum KPU Surakarta. Dengan demikian, apa yang diperlukan dari sumber yang satu bisa lebih teruji kebenarannya bilamana dibandingkan dengan data sejenis yang diperoleh dari sumber lain yang berbeda, baik kelompok sumber sejenis maupun sumber yang berbeda jenisnya. Karena terdapat kemungkinan data yang diperoleh dari sumber yang satu dengan yang lainnya berbeda.

7. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan untuk mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Proses analisa dilakukan secara bersamaan sebagai sesuatu proses yang jalin-menjalin pada saat, sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan data sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh tentang permasalahan yang diteliti. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model interaktif analisis yaitu model analisis yang terdiri dari tiga komponen analisa utama yang membentuk suatu tahapan yang dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 1.3 Model Analisa Data Interaktif HB. Sutopo, 2002 : 96 Tiga komponen analisa yang utama dalam model ini adalah reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan yang dapat menjelaskan sebagai berikut: a. Reduksi data, merupakan proses seleksi, pemfokusan, dan penyederhanaan dan abstraksi data kasar yang dilaksanakan terus sepanjang pelaksanaan penelitian. Dalam reduksi data peneliti memusatkan tema dan membuat batas-batas permasalahan. Proses ini terus berlangsung sampai laporan penelitian selesai ditulis. Pengumpulan data Reduksi data Penarikan kesimpulan Penyajian data b. Penyajian data adalah suatu rangkaian informasi yang memungkinkan kesimpulan penelitian dapat dilakukan. Dengan melihat penyajian data, peneliti akan mengerti tentang apa yang terjadi dan memungkinkan untuk mengerjakan sesuatu pada analisa tindakan lain berdasarkan penelitian tersebut. c. Penarikan kesimpulan, merupakan tahap pengambilan kesimpulan dimana peneliti dapat menarik kesimpulan akhir berdasarkan rangkaian data yang telah didapat. Kesimpulan akhir tidak akan terjadi sampai proses pengumpulan data berakhir. Dalam proses analisa, ketiga komponen tersebut berinteraksi dengan proses pengumpulan data sehingga membentuk suatu siklus

BAB II DESKRIPSI LOKASI

A. Gambaran Umum Kota Surakarta

1. Profil Pemerintahan

Kota Surakarta atau yang dikenal dengan sebutan Kota Solo telah memasuki usia 264 tahun pada bulan Febuari 2009 tahun ini. Sejarah kelahiran Kota Surakarta diawali pada masa pemerintahan Raja Paku Buwono II di Keraton Kartosuro. Pada masa itu terjadi pemberontakan RM. Garendi Sunan Kuning dibantu kerabat-kerabat Keraton yang tidak setuju dengan sikap Paku Buwono II yang mengadakan kerjasama dengan Belanda. Salah satu pendukung pemberontakan ini adalah Pangeran Sambernyowo RM Said yang merasa kecewa karena daerah Sukowati yang dulu diberikan oleh keraton Kartosuro kepada ayahandanya dipangkas. Karena terdesak, Paku Buwono mengungsi ke daerah Jawa Timur Pacitan dan Ponorogo. Namun, setelah mendapat bantuan dari pasukan Kompeni dibawah pimpinan Mayor Baron Van Hohendrof serta Adipati Bagus Suroto dari Ponorogo pemberontakan yang dikenal dengan sebutan ”geger pecinan” ini berhasil dipadamkan. Setelah mengetahui Keraton Kartosuro rusak, Paku Buwono II lalu memerintahkan Tumenggung Tirtowiguno, Tumenggung Honggowongso, dan Pangeran Wijil untuk mencari lokasi ibu kota kerajaan yang baru.