B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan ulasan yang dikemukakan pada latar belakang penelitian di atas “Analisis Yuridis Kebijakan Daerah Kota Sungai Penuh Provinsi Jambi
Dalam Penyertaan Modal Pada Bank Jambi” maka rumusan masalah yang dapat di ambil adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaturan bank daerah ?
2. Bagaimana prosedur dan persyaratan penyertaan modal Kota Sungai
Penuh pada Bank Jambi ? 3.
Bagaimana pertimbangan-pertimbangan yang melandasi Pemerintah Kota Sungai Penuh melakukan penyertaan modal pada Bank Jambi ?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Adapun Tujuan dari Penulisan ini adalah sebagai berikut : 1.
Untuk mengetahui pengaturan tentang bank daerah. 2.
Untuk mengetahui prosedur dan persyaratan penyertaan modal Kota Sungai Penuh pada Bank jambi.
3. Untuk mengetahui pertimbangan-pertimbangan yang melandasi
Pemerintah Kota Sungai Penuh melakukan penyertaan modal pada Bank Jambi
Adapun Manfaat dari penulisan ini adalah : 1.
Manfaat Teoritis.
Untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya mengenai proses penyertaan modal Pemerintah Daerah Kota Sungai Penuh pada Bank Jambi dan
penyertaan modal pemerintah daerah pada bank daerah pada umumnya. 2.
Manfaat Praktis. Untuk mempermudah Pemerintah Kota Sungai Penuh dan Pemerintah
KabupatenKota lain dalam Provinsi Jambi untuk menanamkan modal pada Bank Jambi, sekaligus untuk mengetahui aturan-aturan hukum yang berhubungan
dangan penyertaan modal daerah pada Bank Jambi. D.
Keaslian Penulisan
Berdasarkan penelusuran yang dilakukan penulis pada perpustakaan di lingkungan Universitas Sumatera Utara, belum ada penulisan skripsi yang
memabahas tentang Analisis Yuridis Kebijakan Daerah Kota Sungai Penuh Provinsi Jambi Dalam Penyertaan Modal Pada Bank Jambi sampai dengan
penulisan skripsi ini dilakukan. Penulis menyusun skripsi ini berdasarkan referensi buku-buku, media cetak dan elektronik, juga melalui bantuan berbagai
pihak. Dengan demikian, tulisan ini dapat dikatakan asli.
E. Tinjauan Pustaka
Bank Pembangunan Daerah adalah badan hukum berdasarkan Undang- undang No. 13 Tahun 1962 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank
Pembangunan Daerah. Kedudukannya sebagai badan hukum diperoleh dengan berlakunya peraturan pendiriannya.
8
Penyertaan modal negara atau daerah adalah usaha yang dilakukan untuk melakukan pemisahan kekayaan negara atau daerah dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara APBN dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD atau penetapan cadangan perusahaan atau sumber lain untuk dijadikan
sebagai modal BUMN dan BUMD atau Perseroan Terbatas lainnya, dan dikelola secara korporasi.
9
Penyertaan modal pemerintah pusatdaerah adalah pengalihan kepemilikan barang milik negaradaerah yang semula merupakan kekayaan yang
tidak dipisahkan menjadi kekayaan yang dipisahkan untuk diperhitungkan sebagai modalsaham negara atau daerah pada badan usaha milik negara, badan usaha
milik daerah atau badan hukum lainnya yang dimiliki negara atau daerah.
10
Pasal 1 angka 4 Peraturan Pemerintah PP Tahun 2008 tentang Investasi Pemerintah menyatakan Penyertaan Modal adalah bentuk investasi pemerintah
pada badan usaha dengan mendapat hak kepemilikan, termasuk pendirian Perseroan Terbatas PT dan pengambilalihan Perseroan Terbatas PT. Dalam
8
Pasal 1 ayat 4 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1962 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah.
9
Sie Infokum-Ditama Binbangkum, Penyertaan Modal Negara, hal 1.
10
Pasal 1 angka 19 PP No. 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik NegaraDaerah.
pengeloalaan dan pertanggungjawaban keuangan negara terdapat beberapa jenis penyertaan modal yaitu, antara lain:
a. Penyerataan modal pemerintah pusat adalah pengalihan
kepemilikan barang milik negara yang semula merupakan kekayaan negara yang tidak dipisahkan menjadi kekayaan negara
yang dipisahkan untuk diperhitungkan sebagai modalsaham negara pada Badan Usaha Milik Negara BUMN, Badan Usaha
Milik Daerah BUMD, atau Badan Hukum lainnya yang dimiliki NegaraDaerah.
b. Dalam APBD, penyertaan modal pemerintah daerah kedalam
perusahaan daerah adalah salah satu bentuk kegiatanusaha pemerintah daerah untuk meningkatkan pendapatan daerah guna
kesejahteraan masyarakat
daerah. Berdasarkan peraturan perundang-undangan dinyatakan bahwa setiap penyertaan modal
atau penambahan penyertaan modal kepada perusahaan daerah harus diatur dalam Peraturan Daerah Perda tersendiri tentang
penyertaan atau penambahan modal. Perlu diingat bahwa penyertaan modal pemerintah daerah dapat dilaksanakan apabila
jumlah yang akan disertakan dalam tahun anggaran berkenaan telah ditetapkan dalam peraturan daerah tentang penyertaan modal
daerah yang berkenaan. Penambahan penyertaan modal oleh pemerintah daerah bersumber dari APBD tahun anggaran berjalan
pada saat penyertaan atau penambahan penyertaan modal tersebut dilakukan.
Penyertaan modal pemerintah daerah pada perusahaan Negaradaerah swasta ditetapkan dengan Peraturan Daerah, ini sesuai dengan ketentuan Pasal 41
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Pembendaharaan Negara.
11
Bank adalah lembaga yang lahir karena fungsinya sebagai agent of trust dan agent of development.
Sesuai dengan Peraturan Daerah PERDA Kota Sungai Penuh yang mengatur tentang penanaman saham pemerintah daerah Kota Sungai Penuh pada Bank
Jambi yang diatur di dalam Peraturan Daerah Kota Sungai Penuh Nomor 19 Tahun 2010 Tentang Penyertaan Modal Pemerintah Daerah Pada Bank Jambi.
12
Yang dimaksud dengan agent of trust adalah suatu lembaga perantara intermediary yang dipercaya untuk melayani segala
kebutuhan keuangan dari dan untuk masyarakat. Sedangkan sebagai agent of development, bank adalah sebagai suatu lembaga perantara yang dapat mendorong
kemajuan pembangunan melalui fasilitas kredit dan kemudahan-kemudahan pembayaran dan penarikan dalam proses transaksi yang dilakukan oleh para
pelaku ekonomi.
13
Bank Jambi dapat juga di kategorikan sebagai bank yang sedang berusaha untuk dapat terus bersaing di dunia perbankan khususnya dengan bank-bank
nasional yang ada di dalam Provinsi Jambi. Serta berusaha untuk menjalankan
11
Pasal 41 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Pembendaharaan Negara.
12
Judisseno K Rimsky, Sistem Moneter dan Perbankan di Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2002, hal. 95.
13
Ibid
usaha sabagai bank umum, secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah. Penggerak, pendorong laju perekonomian dan pembangunan daerah.
Pemegang kas daerah dan melaksanakan penyimpanan kas daerah, sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah PAD.
14
Kelembagaan keuangan daerah, yaitu lembaga yang menjalankan dan terkait dalam pengelolaan keuangan daerah. Di dalamnya dibahas mengenai
kedudukan hukum pejabat keuangan daerah, seperti kaidah-kaidah mengenai bendahara umum daerah, baik pengguna anggaran dan kuasa pengguna maupun
pihak yang terafiliasi dalam kegiatan keuangan daerah, juga mengenai bentuk pelayanan umum, perusahaan daerah, pengelolaan barang daerah dan barang
daerah yang dipisahkan mengenai kepemilikannya, juga yang menyangkut struktur organisasi, yang mendukung kebijakan keuangan daerah, seperti DPRD,
BPK, BPKP, serta hubungan keuangan pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, dan perusahaan daerah, dan juga pihak lainnya.
15
Keuangan daerah merupakan bagian dari kekuasaan pemerintahan daerah. pengelola keuangan daerah dijabat oleh kepala pemerintahan daerah baik itu
provinsi maupun di kabupatenkota. Dengan dasar acuan tersebut, maka diatur dalam Pasal 156 ayat 2 dan ayat 3 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
Tentang Pemerintahan Daerah bahwa dalam melaksanakan kekuasaannya, kepala daerah melimpahkan sebagian atau seluruh kekuasaannya yang berupa
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban
14
Laporan Tahunan, Loc:Cit, hal. 3.
15
Muhammad Djumhana, Pengantar Hukum Keuangan Daerah, Bandung: PT. Citra aditya Bakti, 2007, hal. 66.
serta pengawasan keuangan daerah kepada para pejabat perangkat daerah yang berwenang.
16
Dinamika pembangunan nasional memerlukan langkang-langkah pembaharuan di berbagai bidang, apalagi Indonesia sekarang ini telah memasuki
dekade pembangunan dan berada pada posisi transional untuk menuju Negara yang maju, aman, adil dan sejahtera. Semua langkah tersebut memerlukan
kesiapan sumber daya manusia untuk dapat mengantisipasi setiap perkembangan dan perubahan yang terjadi. Dalam kaitan itu, maka perlu dirumuskan kerangka
dasar dan arah serta kebijakan pengembangan penanaman modal guna menopang pertumbuhan ekonomi dan memacu gerak pembangunan nasional.
17
Perubahan ekonomi terutama dalam hal perbankan ini menimbulkan kemungkinan perubahan masyarakat di Kota Sungai Penuh dan setiap perubahan
pasti menimbulkan ketidaksinambungan. Dalam hal terjadinya perubahan ekonomi masyarakat ini, maka sangat diharapkan daerah Kota Sungai Penuh juga
Salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah Kota Sungai Penuh adalah dengan cara
melakukan penanaman sahammodal pada Bank Jambi. Penanaman modal yang dilakukan pemerintah Kota Sungai Penuh ini sendiri dianggap sangat diperlukan
oleh pemerintah daerah setempat untuk membantu meningkatkan pendapatan asli daerah PAD yang masih sangat minim.
16
Ibid.
17
Amiruddin Ilmar, Hukum Penanaman Modal Di Indonesia, Jakarta: Prenada Media, 2005, hal. 193.
dapat mengeluarkan produk-produk hukum daerah yang dapat di gunakan oleh para masyarakat daerah tersebut kedepannya.
18
F. Metode Penulisan