Pengamatan Kelimpahan Ulat Api (Limacodidae) dan Ulat Kantung (Psychidae) serta Predator Pada Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Cikidang Plantation Estate di Bawah Naungan Karet.

PENGAMATAN KELIMPAHAN ULAT API (LIMACODIDAE)
DAN ULAT KANTUNG (PSYCHIDAE) SERTA PREDATOR
PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis
Jacq.) CIKIDANG PLANTATION ESTATE
DI BAWAH NAUNGAN KARET

ANANG WAHYUDYANA CENDRAMADI

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

ABSTRAK
ANANG WAHYUDYANA CENDRAMADI. Pengamatan Kelimpahan
Ulat Api (Limacodidae) dan Ulat Kantung (Psychidae) serta Predator Pada
Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Cikidang Plantation Estate di
Bawah Naungan Karet. Dibimbing oleh DADAN HINDAYANA.
Kelapa sawit dewasa ini menjadi komoditi perkebunan yang semakin
penting, daya saingnya secara alami telah membuat manajemen Cikidang
Plantation Estate mengkonversi sebagian lahannya untuk ditanami kelapa sawit.

Mengingat kelapa sawit di Cikidang Plantation Estate merupakan jenis tanaman
baru, penelitian ini dilakukan untuk mengumpulkan informasi/data dasar tentang
kelimpahan populasi hama pada perkebunan kelapa sawit serta predator di bawah
naungan tanaman karet. Faktor yang dapat menyebabkan penurunan hasil
produksi pada tanaman kelapa sawit diantaranya serangan hama utama ulat
pemakan daun kelapa sawit, yakni ulat api (Lepidoptera: Limacodidae) dan ulat
kantung (Lepidoptera: Psychidae). Kedua hama ini dapat menyebabkan kerugian
pada perkebunan kelapa sawit. Penelitian ini juga dimaksudkan untuk
mengidentifikasi potensi musuh alami, khususnya predator (laba-laba) yang dapat
berperan mengendalikan populasi hama. Pengamatan menggunakan metode survei
pada dua blok, dari masing-masing blok diambil dua tempat berbeda dengan
jumlah tanaman dari setiap blok sebanyak 25 tanaman. Pengamatan diulang
sebanyak 10 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ulat api dan ulat kantung
dapat ditemui di perkebunan kelapa sawit Cikidang Plantation Estate, namun
rataan populasinya masih berada di bawah batas ambang ekonomi/merugikan.
Ulat api yang dominan diketahui berasal dari jenis Setora nitens serta ulat kantung
dari jenis Metisa plana dan Mahasena corbetti. Rataan populasi ulat api sebesar
0,10-0,23 ekor/pelepah (P.9) dan 0,17-0,44 ekor/pelepah (P.17), serta ulat kantung
sebesar 0,55-0,86 ekor/pelepah (P.9) dan 0,35-0,63 ekor/pelepah (P.17). Predator
yang dominan diketahui dari jenis laba-laba, terutama dari famili Araneidae

(Tetragnatha pallescens). Kondisi lingkungan mikro pada tanaman kelapa sawit
yang berada di bawah naungan tanaman karet lebih lembab dari tanaman kelapa
sawit tanpa naungan.

Kata kunci: ulat api, ulat kantung, predator dominan.

PENGAMATAN KELIMPAHAN ULAT API (LIMACODIDAE)
DAN ULAT KANTUNG (PSYCHIDAE) SERTA PREDATOR
PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis
Jacq.) CIKIDANG PLANTATION ESTATE
DI BAWAH NAUNGAN KARET

ANANG WAHYUDYANA CENDRAMADI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Pertanian
pada
Departemen Proteksi Tanaman


DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

Judul Skripsi

: Pengamatan Kelimpahan Ulat Api (Limacodidae) dan Ulat
Kantung (Psychidae) serta Predator Pada Perkebunan
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Cikidang
Plantation Estate di Bawah Naungan Karet.

Nama Mahasiswa

: Anang Wahyudyana Cendramadi

NRP

: A34061622


Disetujui
Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Dadan Hindayana
NIP. 19670710 199203 1 002

Diketahui
Ketua Departemen Proteksi Tanaman

Prof. Dr. Ir. Dadang, MSc
NIP. 19640204 199002 1 002

Tanggal Lulus:

RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Paniai, Kabupaten Paniai, Provinsi Papua pada tanggal 18
Desember 1987. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, dari
pasangan Bapak Jasmadi dan Ibu Endang Sumiartini.
Tahun 1994, penulis memulai pendidikan di SD Negeri Moanemani, Paniai.
Tahun 1998 penulis meneruskan pendidikan SD di SD Negeri Inpres

Bumiwonorejo, Nabire dan lulus dari SD Negeri Inpres Bumiwonorejo tahun
2000. Tahun 2000-2003 penulis melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 1 Nabire.
Tahun 2003 penulis melanjutkan ke SMA Negeri 1 Nabire sampai tahun 2006.
Semasa SMA penulis pernah mengikuti kegiatan Olimpiade MIPA dan Komputer
tingkat Kabupaten dan Provinsi dalam bidang Komputer.
Tahun 2006, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Tahun 2007, penulis diterima sebagai
mahasiswa Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian. Penulis
mengambil Supporting Course. Tahun 2008, penulis mengikuti magang di Balai
Penelitian Kacang-Kacangan dan Umbi (BALITKABI) Malang, Jawa Timur
selama satu bulan. Tahun 2009 penulis melakukan kegiatan Kuliah Kerja Profesi
(KKP) di Desa Tuwel, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa
Tengah selama 2 bulan.
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam organisasi kedaerahan
Ikatan Mahasiswa Papua (IMAPA), angggota Himpunan Mahasiswa Proteksi
Tanaman (HIMASITA), anggota Entomology Club (E-Club), dan kepanitiaan
Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian.

PRAKATA
Bismillahirrahmanirrahim. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT atas segala berkah, rahmat, dan hidayahNya yang telah diberikan sehingga
penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul Pengamatan Kelimpahan Ulat
Api (Limacodidae) dan Ulat Kantung (Psychidae) Serta Predator Pada Perkebunan
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Cikidang Plantation Estate di Bawah
Naungan Karet. Shalawat serta salam untuk junjungan Nabi besar Muhammad
SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada Dr. Ir. Dadan Hindayana selaku
dosen pembimbing dan Ir. Ivonne Oley Sumarauw, M.Si selaku dosen penguji
yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan saran dalam penyusunan
skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Budi Hendarto,
bapak Adi, dan bapak Asep atas informasi, nasehat, dan saran selama kegiatan
penelitian di Cikidang Plantation Estate. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada Ayah dan Ibu tercinta, kedua adik penulis yaitu Bayu Rizkyari
Cendramadi dan Cendra Rahmadi Trihendang, serta mbak Ula dan Nafa yang
penulis sayangi, Aloisya, Nurul Hasniah, dan Keluarga besar penulis atas
motivasi, bimbingan, doa, dan hal-hal yang tidak bisa terbalaskan.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Babeh Drasti, Mas
Isrok, Kakak Sam, Redi Satriawan, Isol, Alfian, Kristiana, teman-teman “JAPAS
TEAM”, teman-teman angkatan 43 PTN, teman-teman di Asrama Mahasiswa
Papua Bogor, serta kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

namanya satu-persatu atas kebersamaan, nasihat, dukungan, motivasi, dan
pengalaman terindah yang tidak akan pernah penulis lupakan.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan informasi, terutama bagi diri penulis pribadi dan
perkembangan ilmu pengetahuan.

Bogor, September 2011
Anang Wahyudyana Cendramadi

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ...................................................................................

viii

DAFTAR GAMBAR ..............................................................................

ix

DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................


x

PENDAHULUAN ..................................................................................

1

Latar Belakang ...................................................................................
Tujuan ................................................................................................

1
2

TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................

3

Sejarah Tanaman Kelapa Sawit ...........................................................

3


Botani Tanaman Kelapa Sawit .............................................................

3

Klasifikasi Kelapa Sawit ................................................................
Morfologi Tanaman Kelapa Sawit ..................................................
Ekologi Tanaman Kelapa Sawit .....................................................

3
3
5

Budidaya Tanaman Kelapa Sawit .......................................................

6

Ulat Pemakan Daun Kelapa Sawit ......................................................

7


Ulat Api (Limacodidae) .................................................................
Ulat Kantung (Psychidae) ..............................................................

7
8

Musuh Alami Hama Tanaman Kelapa Sawit ......................................

9

Predator .........................................................................................

10

BAHAN DAN METODE .......................................................................

12

Tempat dan Waktu .............................................................................


12

Bahan dan Alat ...................................................................................

12

Metode Penelitian ...............................................................................

13

Jenis dan Sumber Data ...................................................................
Pengambilan Contoh Tanaman .......................................................
Pengamatan Ulat Api dan Ulat Kantung .........................................
Pengamatan Predator .....................................................................

13
13
13
14

Metode Pengolahan Data ....................................................................

14

HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................

15

Keadaan Umum Lokasi ......................................................................

15

Budidaya Tanaman Kelapa Sawit .......................................................

16

Hasil Pengamatan Hama Tanaman Kelapa Sawit ................................

17

Ulat Api (Setora nitens) ..................................................................
Ulat Kantung (Metisa plana dan Mahasena corbetti) .....................

18
20

Hasil Pengamatan Predator .................................................................

23

Hama dan Predator Lain .....................................................................

26

Tindakan Pengendalian .......................................................................

27

KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................

28

Kesimpulan ........................................................................................

28

Saran ..................................................................................................

28

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................

29

LAMPIRAN ...........................................................................................

32

DAFTAR TABEL
Halaman
1 Klasifikasi kepadatan ulat pada pelepah daun kelapa sawit ................

14

2 Rataan populasi ulat api pada pelepah daun .......................................

19

3 Rataan populasi ulat kantung pada pelepah daun ...............................

21

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Susunan kedudukan daun kelapa sawit ..............................................

5

2 Blok pengamatan ..............................................................................

12

3 Pohon contoh pengamatan ulat api dan ulat kantung..........................

13

4 Setora nitens (a), Mahasena corbetti (b), dan Metisa plana (c) ..........

18

5 Koloni ulat api ..................................................................................

20

6 Gejala serangan ulat api ....................................................................

20

7 Gejala serangan ulat kantung.............................................................

22

8 Laba-laba jaring (a), laba-laba lompat (b), laba-laba mata tajam (c),
dan laba-laba serigala (d) ..................................................................

23

9 Keragaman dan komposisi laba-laba yang teramati pada blok A2......

24

10 Keragaman dan komposisi laba-laba yang teramati pada blok C ........

24

11 Perbandingan rataan populasi laba-laba/tanaman/blok .......................

25

12 Rataan populasi laba-laba tiap blok/tanaman .....................................

26

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Peta perkebunan Cikidang Plantation Estate ......................................

33

2 Lokasi Cikidang Plantation Estate .....................................................

33

3 View/panorama alam ........................................................................

34

4 Keadaan lahan pengamatan ...............................................................

34

5 Jarak tanam (a) dan ukuran lubang tanam (b) ....................................

35

6 Dosis pemupukan kelapa sawit TBM ................................................

35

7 Rataan populasi ulat api (ekor/pelepah) .............................................

35

8 Rataan populasi ulat kantung (ekor/pelepah) .....................................

36

9 Serangga pada pertanaman kelapa sawit ............................................

37

10 Serangan tikus pohon (Rattus rattus tiomanicus) ...............................

38

11 Tikus pohon (Rattus rattus tiomanicus) .............................................

38

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman perkebunan
penting penghasil minyak makanan, minyak industri, maupun bahan bakar nabati
(biodiesel). Perkebunan kelapa sawit saat ini bukan hanya diusahakan oleh
perkebunan negara (PTPN), tetapi juga oleh perkebunan besar swasta ataupun
masyarakat baik secara kemitraan maupun bermitra dengan perusahaan
perkebunan (Sunarko 2009).
Komoditi perkebunan kelapa sawit kini menjadi areal terluas di Indonesia
maupun dunia. Berdasarkan data dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit (2009a) pada
tahun 2008 luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia mencapai 7,4 juta ha,
sebanyak 603 ribu ha dikelola perkebunan negara (PTPN), 3,8 juta ha dikelola
perkebunan swasta, dan 2,8 juta ha dikelola oleh masyarakat. Menurut Sunarko
(2009), perkebunan kelapa sawit tidak begitu saja ditanam di suatu areal/lahan,
harus dilakukan studi kesesuaian lahan terlebih dahulu karena tidak semua kondisi
lahan sama. Studi kesesuaian lahan ditinjau dari vegetasi, topografi, tata guna
lahan, dan tata drainase. Dilihat dari keadaan vegetasi, dikelompokkan dalam:
1. Hutan primer. Merupakan hutan yang belum pernah digunakan
sebelumnya, kerapatan pohon tinggi serta jumlah jenis kayu keras yang
banyak.
2. Hutan sekunder. Hutan ini sudah pernah dikelola manusia, jumlah pohonpohon besar tinggal sedikit, dan terdapat tanaman/pohon yang ditanam
manusia.
3. Semak belukar. Lahan ini ditumbuhi semak belukar, pohon kecil, dan
alang-alang.
4. Padang alang-alang. Merupakan lahan tanaman yang ditinggalkan dan
ditumbuhi alang-alang.
5. Areal konversi. Merupakan lahan yang ditanami suatu tanaman dan diganti
menjadi kelapa sawit, misalnya karet, teh, kakao ataupun kelapa.
6. Areal replanting. Merupakan lahan yang digunakan untuk peremajaan
kelapa sawit yang sudah tidak ekonomis lagi.

2
Berdasarkan data dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit (2009b), permasalahan
penting dalam perkebunan tanaman kelapa sawit adalah serangan ulat pemakan
daun (UPDKS) yang menyerang baik pada periode tanaman belum menghasilkan
(TBM) maupun tanaman menghasilkan (TM). UPDKS yang menimbulkan
kerugian adalah ulat api (Lepidoptera: Limacodidae) dan ulat kantung
(Lepidoptera: Psychidae). Penurunan jumlah produksi kelapa sawit akibat
serangan hama tersebut mencapai 40% atau sekitar 6,4 ton/ha. Masalah hama
tersebut di perkebunan kelapa sawit umumnya diatasi dengan menggunakan
insektisida kimia sintetik, namun akan berdampak negatif bagi lingkungan.
Teknik pengendalian hayati yang ramah lingkungan dan berkesinambungan perlu
diterapkan, salah satunya dengan memaksimalkan peran predator atau pemangsa
(Kiswanto et al. 2008).
Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman multiguna dan saat ini mulai
menggantikan posisi komoditas tanaman perkebunan lainnya, salah satunya
perkebunan karet (Suwarto dan Yuke 2010). Perkebunan kelapa sawit di bawah
naungan tanaman karet menjadi suatu wacana yang perlu diketahui lebih lanjut.
Salah satunya permasalahan tentang tingkat kelembaban yang ditimbulkan dari
tanaman karet terhadap tanaman kelapa sawit.
Tanaman kelapa sawit di Cikidang Plantation Estate merupakan jenis
tanaman baru yang mulai dikembangkan tahun 2008. Penanaman kelapa sawit
dilakukan karena didorong oleh faktor semakin menjanjikannya keuntungan
ekonomi tanaman tersebut. Penanaman kelapa sawit dilakukan pada sebagian
lahan yang sebelumnya terdapat tanaman karet dan teh. Oleh karena itu, informasi
mengenai hama dan penyakit serta musuh alami yang berkembang di tanaman
kelapa sawit pada perkebunan Cikidang Plantation Estate belum terpenuhi.
Penelitian ini dilakukan untuk menggali informasi tersebut, khususnya mengenai
kelimpahan ulat api dan ulat kantung serta predator yang dominan.
Tujuan Penelitian
Mengetahui kelimpahan populasi ulat api dan ulat kantung pada perkebunan
kelapa sawit Cikidang Plantation Estate serta predator di bawah naungan tanaman
karet.

TINJAUAN PUSTAKA
Sejarah Tanaman Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah tumbuhan dari famili
Palmaceae yang berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Meskipun demikian, ada yang
menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika Selatan yaitu Brazil, karena
lebih banyak ditemukan spesies kelapa sawit di hutan Brazil dibandingkan dengan
Afrika (Politeknik Kelapa Sawit 2008).
Menurut Lubis (1992), tanaman kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di
Indonesia oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1848. Awalnya tanaman
kelapa sawit dibudidayakan di Kebun Raya Bogor, sebagai tanaman hias. Bibit
kelapa sawit tersebut dibawa dari Mauritius dan Amsterdam. Pembudidayaan
tanaman kelapa sawit secara komersial dalam bentuk perkebunan dimulai pada
tahun 1911. Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil utama minyak nabati
dengan produktivitas lebih tinggi dibandingkan tanaman penghasil minyak nabati
lainnya (Setyamidjaja 2006).
Botani Tanaman Kelapa sawit
Klasifikasi Tanaman Kelapa Sawit
Kelapa sawit (E. guineensis Jacq.) merupakan tanaman monokotil yang
tidak memiliki cabang serta kambium pada bagian batang. Taksonomi tanaman
kelapa sawit menurut Mangoensoekarjo dan Semangun (2003), terbagi sebagai
berikut:
Kingdom

: Plantae

Kelas

: Monocotyledoneae

Ordo

: Palmales

Famili

: Palmaceae

Genus

: Elaeis

Spesies

: Elaeis guineensis Jacq.

Morfologi Tanaman Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit berbentuk pohon, seperti jenis palma lainnya.
Tanaman kelapa sawit dibedakan menjadi dua bagian, yaitu vegetatif dan

4
generatif. Bagian vegetatif terdiri dari akar, batang, dan daun. Sedangkan bagian
generatif terdiri dari bunga dan buah (Risza 1994). Perkembangbiakan secara
generatif melalui peristiwa perkawinan dan menghasilkan biji baik secara alami
maupun penyerbukan buatan. Penyerbukan buatan pada tanaman kelapa sawit
dapat dilakukan dengan menaburkan atau menyemprotkan serbuk sari yang
diambil secara sengaja dari bunga jantan ke bunga betina yang sedang mekar atau
fertile (Sianturi 1993). Setelah melewati fase matang, kandungan asam lemak
bebas (FFA, free fatty acid) akan meningkat dan buah akan rontok dengan
sendirinya (Fauzi et al. 2002). Menurut Risza (1994) perkembangbiakan secara
vegetatif diperoleh dengan menggunakan teknik kultur jaringan yang disebut
plantlet. Teknik ini dilakukan dengan empat cara, yaitu kultur embrio, kultur
organ, kultur tangkai kelapa sari (pollen), dan kultur protoplast.
Tanaman kelapa sawit memiliki akar serabut yang membentuk anyaman
rapat dan tebal. Akar serabut ini tumbuh lurus ke bawah/vertikal dan sebagian lagi
tumbuh menyebar ke arah samping/horizontal serta memiliki akar nafas dan dapat
tumbuh hingga mencapai ketinggian 24 m (Sastrosayono 2003).
Daun kelapa sawit tersusun majemuk menyirip, membentuk satu pelepah
dengan jumlah anak daun setiap pelepah berkisar antara 250-400 helai. Jumlah
pelepah daun yang terbentuk selama satu tahun dapat mencapai 20-30 helai (Hadi
2004). Jumlah kedudukan pelepah daun pada batang kelapa sawit (Phylotaxis)
ditentukan berdasarkan susunan duduk daun, dengan menggunakan rumus duduk
daun 1/8. Artinya, setiap satu kali berputar melingkari batang, terdapat duduk
daun (pelepah) sebanyak 8 helai. Pertumbuhan melingkar duduk daun mengarah
ke kanan atau ke kiri menyerupai spiral, dengan dua set spiral yang berselang 8
daun. Susunan spiral mengikuti deret Fibonacci, yaitu 1:1:2:3:5:8:13:21 (Pahan
2006). Kedudukan pelepah daun kelapa sawit bila digambarkan berdasarkan
susunannya, yaitu pelepah ke-1, ke-9, ke-17, ke-25, dan seterusnya, begitu juga
dengan kedudukan pelepah daun kelapa sawit lainnya (Yahya dan Suwarto 2011)
(Gambar 1).

5

Gambar 1 Susunan kedudukan daun kelapa sawit
Tanaman kelapa sawit bersifat monoecious atau berumah satu. Bunga jantan
memiliki bentuk lancip dan panjang, sedangkan bunga betina terlihat lebih besar
terutama saat sedang mekar (Samsulbahri 1996).
Kelapa sawit memiliki banyak jenis, berdasarkan ketebalan cangkangnya
kelapa sawit dibagi menjadi Dura, Pisifera, dan Tenera. Dura memiliki buah
dengan cangkang tebal sehingga dianggap memperpendek umur tamanam.
Pisifera buahnya tidak memiliki cangkang dan bunga betinanya steril sehingga
sangat jarang menghasilkan buah. Tenera adalah persilangan antara induk Dura
dan Pisifera. Jenis Tenera dianggap bibit unggul sebab melengkapi kekurangan
masing-masing induk dengan sifat cangkang buah tipis namun bunga betinanya
tetap fertile (Setyamidjaja 2006). Soehardiyono (1998) menyebutkan buah terdiri
dari tiga lapisan:
a. Eksoskarp, bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin.
b. Mesoskarp, serabut buah.
c. Endoskarp, cangkang pelindung inti (yang terdiri dari endosperm dan
embrio dengan kandungan minyak inti berkualitas tinggi).
Ekologi Tanaman Kelapa Sawit
Kelapa Sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis (15° LU - 15° LS).
Tanaman ini tumbuh di ketinggian 0-500 m diatas permukaan laut (dpl), dengan
kelembaban optimum 80-90%. Tanaman kelapa sawit membutuhkan iklim dengan
curah hujan berkisar antara 2000-2500 mm per tahun, kecepatan angin antara

6
5-6 km/jam sangat baik untuk membantu proses penyerbukan pada tanaman
kelapa sawit (Lubis 1992). Temperatur optimal berkisar antara 24°C-28°C,
dengan lama penyinaran matahari 5-7 jam per hari. Kelapa sawit dapat tumbuh
pada suhu 80C-320C (Tim Penulis PS 1997).
Menurut Sunarko (2009) tanaman kelapa sawit dapat tumbuh di beberapa
jenis tanah, seperti podsolik, latosol, hidromorfik kelabu, regosol, andosol, dan
aluvial. Sifat fisik yang baik untuk kelapa sawit adalah ketebalan tanah (solum)
80 cm, bertekstur lempung berpasir, struktur tanah kuat, drainase yang baik, pH
tanah antara 4-6,5, dan memiliki kandungan unsur hara yang tinggi. Kondisi
lainnya yang cocok untuk tanaman kelapa sawit yaitu tekstur ringan dengan
kandungan pasir 20-60%, debu 10-40%, dan liat 20-50%, serta memiliki
permeabilitas sedang.
Budidaya Tanaman Kelapa Sawit
Produksi tanaman kelapa sawit dibagi menjadi dua fase, yaitu tanaman
belum menghasilkan (TBM) dan tanaman menghasilkan (TM). Pemeliharaan
periode TBM yang baik dan penerapan teknologi budidaya yang tepat akan
menghasilkan tanaman kelapa sawit optimal dan seragam sehingga dapat
memasuki periode TM dengan produktivitas kebun memuaskan. Budidaya
tanaman kelapa sawit meliputi pembibitan, persiapan lahan dan penanaman kelapa
sawit, serta pemeliharaan (Sunarko 2009).
Pembibitan kelapa sawit terdiri dari tiga tahap yaitu perkecambahan,
pembibitan awal (pre nursery), dan pembibitan utama (main nursery). Pembibitan
tanaman kelapa sawit dilakukan dengan menggunakan dua metode, yaitu satu
tahap (single stage) atau dua tahap (double stage). Pembibitan dengan single
stage, berarti penanaman kecambah kelapa sawit langsung dilakukan ke main
nursery tanpa melalui tahap pre nursery. Pembibitan double stage, artinya
dilakukan tahap pre nursery terlebih dahulu selama 3-4 bulan pada polybag
berukuran kecil, selanjutnya dipindahkan ke main nursery dengan polybag
berukuran lebih besar selama 9-12 bulan (Pardamean 2011).
Persiapan lahan untuk penanaman kelapa sawit tergantung dari topografi,
jenis vegetasi dan sarana pendukung. Faktor yang diperhatikan dalam penanaman

7
kelapa sawit pada suatu lahan salah satunya adalah hama, karena dapat
mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit
di bawah naungan tanaman karet dapat dilakukan secara mekanik, yaitu dengan
pemangkasan secara langsung tanaman penutup tanah, gulma, dan tanaman lain
yang telah mati. Tahap lanjutan setelah proses persiapan lahan adalah tahapan
penanaman kelapa sawit (Sunarko 2009).
Menurut Sunarko (2009) pemeliharaan kelapa sawit periode TBM salah
satunya adalah pemupukan, tujuannya untuk meningkatkan pertumbuhan
vegetatif. Pemberian pupuk dilakukan dua kali setahun, yaitu pada awal dan akhir
musim hujan dengan cara menyebarkan secara merata di sekitar tanaman kelapa
sawit. Suwarto dan Yuke (2010) menyebutkan, jenis pupuk yang digunakan pada
TBM berupa pupuk tunggal ataupun pupuk majemuk, seperti N, P, K, Mg, dan
Borax. Selain itu untuk penambahan unsur lain tanaman kelapa sawit
membutuhkan pupuk seperti Za, TSP, KCL, Kieserit, dan Borium. Dosis untuk
masing-masing pupuk diberikan sesuai anjuran.
Ulat Pemakan Daun Kelapa Sawit
Ulat Api (Limacodidae)
Ulat api termasuk dalam famili Limacodidae yang pada umumnya
menyerang perkebunan kelapa sawit periode TM, tapi serangan hama ini juga
ditemukan pada tanaman kelapa sawit periode TBM. Ulat api merupakan jenis
ulat pemakan daun kelapa sawit yang menimbulkan kerugian di perkebunan
kelapa sawit. Ulat yang baru menetas hidup berkelompok, mengikis daging daun
dari permukaan bawah dan meninggalkan epidermis bagian atas permukaan daun
(Ginting et al. 1995). Pada instar 2-3 ulat memakan daun mulai dari ujung ke arah
bagian pangkal daun. Serangan ulat api dalam jumlah tinggi akan mengakibatkan
helaian daun tersisa hanya lidinya, bahkan dapat memakan epidermis pelepah
daun (Pusat Penelitian Kelapa Sawit 2011a).
Menurut Norman dan Basri (1992), ulat api yang memiliki banyak jenis,
antara lain Setothosea asigna, Setora nitens, Darna trima, Darna diducta, Darna
bradleyi, Thosea vestusa, Thosea bisura, Susica pallid, dan Birthamula chara.
Spesies yang ditemui diperkebunan kelapa sawit adalah Setothosea asigna, Setora

8
nitens, dan Darna trima. Pada perkebunan kelapa sawit S. nitens merupakan salah
satu jenis yang paling sering ditemui.
Imago S. nitens mempunyai lebar rentangan sayap sekitar 35 mm, bagian
depan berwarna coklat dengan garis-garis yang berwarna lebih gelap dan memiliki
siklus hidup sekitar 42 hari (Hartley 1979). Telur S. nitens berwarna kuning
kehijauan, berbentuk oval, sangat tipis, dan transparan. Peletakan telur antara satu
sama lain tidak saling tindih dan menetas setelah 4-7 hari. Ulat mula-mula
berwarna hijau kekuningan kemudian menjadi hijau dan biasanya berubah
menjadi kemerahan menjelang masa kepompong (Sudharto et al. 2005).
Ulat S. nitens dicirikan dengan adanya satu garis membujur di tengah
punggung yang berwarna biru keunguan (Hartley 1979). Stadia ulat dan
kepompong masing-masing berlangsung sekitar 50 hari dan 17-27 hari. Selama
perkembangannya, ulat berganti kulit 7-8 kali dan mampu menghabiskan helaian
daun seluas 400 cm² (Wood 1968).
Ulat Kantung (Psychidae)
Ulat kantung termasuk dalam famili Psychidae dan merupakan hama yang
menyerang daun kelapa sawit baik TBM maupun TM sepeti ulat api. Ulat pada
stadia muda akan memakan epidermis permukaan atas daun, sehingga
menimbulkan gejala gerigitan berbentuk bulatan. Apabila populasi ulat ini tinggi
daun-daun yang terserang akan terlihat mengering seperti terbakar (Wood 1968).
Ulat stadia akhir dapat memakan seluruh jaringan daun sehingga terlihat
berlubang. Ciri khas ulat kantung adalah hidupnya di dalam sebuah kantung yang
berasal dari potongan-potongan daun dan tangkai bunga tanaman inang, dengan
tekstur agak kasar atau kasar. Ciri khas lain yakni pada bagian tubuh dewasa
betina kebanyakan spesies ulat kantung mereduksi, sehingga tidak bersayap dan
tidak mampu terbang. Imago Jantan ulat kantung memiliki sayap dan akan
mencari betina karena bau feromon yang dihasilkan (Pracaya 2007).
Jenis-jenis yang pernah ditemukan pada tanaman kelapa sawit adalah Metisa
plana, Mahasena corbetti, Cremastopsyche pendula, Brachycyttarus griseus,
Manatha albipes, Amatissa sp., dan Cryptothelea cardiophaga. Jenis ulat kantung

9
yang paling merugikan di perkebunan kelapa sawit adalah Metisa plana dan
Mahasena corbetti (Sankaran 1970; Norman et al. 1995).
Imago Metisa plana jantan dan betina memiliki siklus hidup dan morfologi
yang berbeda. Imago jantan M. plana siklus hidupnya 70-104 hari dan memiliki
sayap dengan rentangan 15 mm, sedangkan imago betina siklus hidupnya 101-123
hari dan tidak bersayap sehingga tinggal dalam kantungnya (Basri et al. 1995).
Kopulasi terjadi di dalam kantung imago betina dengan jumlah telur yang
dihasilkan sebanyak 100-300 butir selama hidupnya. Telur diletakkan dalam
kantung imago betina dan menetas dalam waktu 18 hari. Ulat yang baru menetas
akan keluar dari kantung induknya dan segera membuat kantung sendiri dari
potongan-potongan jaringan permukaan daun. Stadia ulat M. plana terdiri atas 4-5
instar dan berlangsung sekitar 50 hari serta dapat mencapai panjang sekitar 12
mm. Panjang kantung di akhir perkembangannya mencapai 15-17 mm (Wood
1968). Stadia kepompong berlangsung selama 25 hari, permukaan luar terlihat
halus dengan panjang sekitar 15 mm dan menggantung seperti kait di permukaan
bawah daun. (Wood 1968).
Siklus hidup Mahasena corbetti sekitar 126 hari. Imago M. corbetti jantan
berwarna coklat tua bersayap normal, dengan rentangan sayap sekitar 30 mm.
Seekor imago betina mampu menghasilkan telur antara 2.000-3.000 butir. Telur
menetas dalam waktu sekitar 16 hari (Pusat Penelitian Kelapa Sawit 2011b). Ulat
yang baru menetas sangat aktif dan bergantungan dengan benang-benang liurnya,
sehingga mudah menyebar dengan bantuan angin, terbawa manusia, atau
binatang. Ulat bergerak dengan cara mengeluarkan kepala dan kaki depannya dari
dalam kantung. Ulat awalnya berada di permukaan atas daun, tetapi setelah
kantung semakin besar akan menggantung di permukaan bawah daun kelapa
sawit. Pada akhir perkembangannya ulat dapat mencapai panjang 35 mm, dengan
panjang kantung sekitar 30-50 mm. Stadia ulat berlangsung sekitar 80 hari dan
berkepompong di dalam kantung selama sekitar 30 hari (Kalshoven 1981).
Musuh Alami Hama Tanaman Kelapa Sawit
Organisme dalam aktivitas hidupnya selalu berinteraksi dengan organisme
lain, interaksi ini bersifat antagonistik, kompetitif, atau simbiotik. Sifat

10
antagonistik dapat dilihat pada musuh alami yang merupakan agens hayati dalam
pengendalian hama (http://hadianiarrahmi.wordpress.com).
Menurut Kiswanto et al. (2008) pengendalian hama yang tidak bijaksana
dapat menimbulkan berbagai masalah, untuk itu perlu adanya sistim pengendalian
hama terpadu atau pengendalian hayati. Pengendalian hayati adalah teknik
pengendalian hama yang melibatkan musuh alami untuk menekan jumlah populasi
dan status hama di lapangan, salah satunya dengan memanfaatkan peran predator
atau pemangsa (Hartoyo 2011a).
Predator
Predator merupakan pemangsa organisme lain yang hidup bebas di alam
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Predator dapat menyerang mulai dari fase
pra dewasa sampai dengan fase dewasa. Satu ekor predator dapat memakan
mangsanya dalam jumlah banyak (Hartoyo 2011b). Laba-laba merupakan predator
yang banyak ditemukan pada tanaman kelapa sawit, dikenal secara umum berasal
dari famili Araneae dan bukan termasuk dalam golongan serangga (insect). Semua
jenis laba-laba merupakan predator serangga, bahkan golongan laba-laba itu
sendiri. Laba-laba tidak mengalami metamorfosa, setelah telur menetas akan
keluar laba-laba kecil dan berganti kulit beberapa kali. Laba-laba kecil memiliki
bentuk yang sama dengan laba-laba dewasa. Ukuran laba-laba betina biasanya
jauh lebih besar daripada laba-laba jantan. Saat proses kawin laba-laba jantan
harus mendekati betina dengan hati-hati, karena bisa saja betina menunggu jantan
mendekat untuk menjadi mangsanya. Laba-laba pada perkebunan kelapa sawit
yang umum dijumpai adalah laba-laba jaring, laba-laba lompat, laba-laba mata
tajam, dan laba-laba serigala (Hartoyo 2011b).
Laba-laba jaring (Araneae: Araneidae) memiliki mata dan kaki yang lemah
sehingga menetap dengan cara membuat jaring, fungsinya selain digunakan
sebagai tempat tinggal untuk menangkap mangsanya. Laba-laba tersebut
menunggu di jaringnya sampai serangga atau mangsanya terjerat kemudian
dengan cepat memangsanya. Laba-laba jaring meyerang bila ada getaran yang
ditimbulkan dari serangga pada jaringnya. Beberapa jenis laba-laba jaring dapat
membuat jaring dengan ukuran lebih dari 10 m yang mampu menangkap seekor

11
burung kecil, namun ada pula yang hanya membuat jaring dengan ukuran kecil.
Laba-laba jaring menggunakan jaring yang sama selama beberapa minggu, ada
pula yang membuat jaring baru setiap malam. Laba-laba jantan memiliki ukuran
lebih kecil dari betinanya, serta memiliki bentuk yang berbeda (Hartoyo 2011b).
Laba-laba lompat (Araneae: Salticidae) tidak membuat jaring tetapi aktif
berpindah-pindah untuk berburu mangsanya di tanah atau di tanaman hanya pada
siang hari. Laba-laba lompat bermata delapan dengan dua mata berukuran lebih
besar menghadap ke depan. Mata laba-laba lompat sangat tajam dan bisa melihat
mangsanya dari jauh. Laba-laba ini dapat menerkam mangsanya dengan sangat
cepat. Sutera laba-laba lompat digunakan untuk menenun tali pengaman, sehingga
tali itu menghindarinya jatuh sampai ke tanah. Sutera juga dipakai untuk membuat
sarung telurnya (Barrion dan Litsinger 1995). Laba-laba lompat melumpuhkan
mangsa dengan cara menusukkan racun kemudian mengisap cairannya (Hartoyo
2011b).
Laba-laba mata tajam (Araneae: Oxyopidae) tergolong laba-laba pemburu
sangat efektif sepanjang hari yang memiliki duri panjang pada kakinya, serta tidak
membuat sarang. Laba-laba ini menunggu atau berpatroli di tanaman-tanaman
untuk mencari mangsa. Laba-laba mata tajam bermata enam, terletak pada
segienam yang menonjol di atas kepala. Sutera digunakan untuk menenun tali
pengaman, agar terhindar jatuh sampai ke tanah. Laba-laba ini dapat menangkap
mangsa yang jauh lebih besar dari ukuran tubuhnya, bahkan dapat menangkap
ngengat, ulat, dan serangga lain seperti Dasynus atau Diconocoris (Foelix 1982).
Laba-laba serigala (Araneae: Lycosidae) umumnya aktif berburu mangsa
pada malam hari sehingga disebut laba-laba nokturnal, serta tidak membuat
sarang. Laba-laba serigala memiliki jumlah mata delapan, dengan dua mata
berukuran lebih besar dan sangat tajam. Laba-laba serigala memburu mangsanya
pada permukaan tanah atau pelepah tanaman kelapa sawit. Laba-laba serigala
merupakan pemangsa ngengat, ulat, ataupun dari golongan laba-laba sendiri
(Barrion dan Litsinger 1995).

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di perkebunan kelapa sawit Cikidang Plantation
Estate pada dua blok, dengan dua tempat berbeda dari setiap blok. Penelitian ini
berlangsung selama tiga bulan, Januari-Maret 2011.

Gambar 2 Blok pengamatan
Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta perkebunan,
penanda tanaman sampel, penghitung tangan (hand counter), buku identifikasi
serangga Borror (Borror et al. 1992), buku identifikasi laba-laba yang
dikembangkan oleh Barrion (Barrion dan Litsinger 1995), dan untuk dokumentasi
menggunakan kamera DSLR Nikon D3000.

13
Metode Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder.
Data primer diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan pada blok
pengamatan. Data sekunder diperoleh dari wawancara dengan pihak kebun di
Cikidang Plantation Estate, meliputi keadaan umum kebun, pembudidayaan
kelapa sawit, keberadaan hama, dan upaya pengendalian di lapangan.
Pengambilan Contoh Tanaman
Penentuan tanaman contoh berasal dari dua blok pada perkebunan kelapa
sawit Cikidang Plantation Estate yang terdapat naungan tanaman karet, yaitu blok
A2 dan C. Pada setiap blok diambil dua tempat berbeda, kemudian dari setiap
tempat diambil 25 tanaman. Tanaman contoh dalam satu baris berjarak tiga pohon
dan antar baris berjarak tiga pohon (Gambar 3).

Gambar 3 Pohon contoh pengamatan ulat api dan ulat kantung
Pengamatan Ulat Api dan Ulat Kantung
Pengamatan populasi ulat api dan ulat kantung pada tanaman kelapa sawit
dilakukan secara kasat mata pada tanaman kelapa sawit belum menghasilkan
(TBM) yang berumur dua tahun. Tingkat kepadatan populasi dinyatakan
berdasarkan jumlah ulat api dan ulat kantung yang ditemukan pada pelepah daun
muda (P9) dan pelepah daun tua (P17), kemudian dihitung secara manual
menggunakan hand counter. Kepadatan ulat api dan ulat kantung pada tanaman

14
kelapa sawit dapat dibagi dalam tiga kelas, yaitu rendah, sedang dan berat (LPP
2000 dalam Perangin-angin 2009) (Tabel 1).
Tabel 1 Klasifikasi kepadatan ulat pada pelepah daun kelapa sawit
Jenis Ulat
Ulat Api (Limacodidae)
Setothosea asigna
Setora nitens
Ploneta diducta
Darna trima
Ulat Kantung (Psychidae)
Mahasena corbetti
Metisa plana
Crematopsphisa pendula

R

TBM
S

B

Dokumen yang terkait

Pendugaan Cadangan Karbon Pada Tegakan Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Umur 10 Tahun di Perkebunan Kelapa Sawit PT. Putri Hijau, Kabupaten Langkat

3 83 102

Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)pada Berbagai Perbandingan Media Tanam Sludge dan Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) di Pre Nursery

4 102 53

Tingkat Serangan Ulat Kantong Metisa plana Walker (Lepidoptera: Psychidae) terhadap Umur Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Matapao PT Socfin Indonesia

4 104 49

Studi Karakteristik Ganoderma Boninense Pat. Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq) Di Lahan Gambut

9 86 83

Identifikasi Parasitoid Larva Ulat Api (Lepidoptera : Limacodidae) Pada Pertanaman Kelapa Sawit

9 114 45

Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis quenensis Jacq), Coklat (Theobroma cacao) Dan Karet (Havea brasiliensis) Di Desa Belinteng Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat

0 26 52

Model pendugaan cadangan karbon pada kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) umur 5 tahun di perkebunan kelapa sawit PT. Putri Hijau, Kabupaten Langkat.

6 77 76

Pendugaan Cadangan Karbon Pada Tegakan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Umur 15 Tahun di Perkebunan Kelapa Sawit Putri Hijau, Besitang Sumatera Utara

5 61 75

Pengaruh Penambahan Nanokristal Selulosa Dari Tandan Kosong Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jack) Terhadap Produk Karet Nanokomposit Dengan Teknik Pencelupan

8 70 75

Kelimpahan Populasi Ulat Api (Lepidoptera: Limacodidae) dan Ulat Kantung (Lepidoptera: Psychidae) serta Predator pada Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Cikidang Plantation Estate, Sukabumi

0 6 86