Kelimpahan Populasi Ulat Api (Lepidoptera: Limacodidae) dan Ulat Kantung (Lepidoptera: Psychidae) serta Predator pada Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Cikidang Plantation Estate, Sukabumi

KELIMPAHAN POPULASI ULAT API (LEPIDOPTERA:
LIMACODIDAE) DAN ULAT KANTUNG (LEPIDOPTERA:
PSYCHIDAE) SERTA PREDATOR PADA PERKEBUNAN
KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) CIKIDANG
PLANTATION ESTATE, SUKABUMI

REDI SATRIAWAN

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

ABSTRAK
REDI SATRIAWAN. Kelimpahan Populasi Ulat Api (Lepidoptera:
Limacodidae) dan Ulat Kantung (Lepidoptera: Psychidae) serta Predator pada
Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Cikidang Plantation Estate,
Sukabumi. Dibimbing oleh DADAN HINDAYANA.
Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman perkebunan yang mempunyai
peran penting bagi subsektor perkebunan di Indonesia. Salah satu permasalahan
penting dalam budidaya tanaman kelapa sawit adalah serangan hama dan penyakit

yang dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman hingga berdampak pada
penurunan tingkat produksi kelapa sawit. Ulat api dan ulat kantung merupakan
jenis ulat pemakan daun yang paling sering menimbulkan kerugian di perkebunan
kelapa sawit.
Penelitian dilakukan di perkebunan kelapa sawit Cikidang Plantation
Estate yang terletak di kecamatan Cikidang, kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Penelitian dilaksanakan mulai bulan Januari hingga Maret 2011 dengan tujuan
untuk mengetahui kelimpahan populasi ulat api dan ulat kantung serta predator
yang terdapat di lahan. Pengamatan ulat api dan ulat kantung serta predator
dilakukan secara langsung setiap minggu dari minggu ke-1 hingga ke-10.
Pengambilan sampel tanaman dilakukan pada dua blok di Perkebunan Cikidang,
yaitu pada blok B dan blok D. Tiap blok diambil dua tempat dan dari tiap tempat
diambil 25 tanaman. Tanaman sampel berjarak tiga pohon dalam satu baris dan
antar baris.
Rataan kelimpahan populasi ulat api yang ditemukan di lahan pada
pelepah nomor 9 dan 17 berturut-turut adalah (ekor/pelepah): 0,05 dan 0,12 pada
blok B1; 0,04 dan 0,07 pada blok B2; 0,06 dan 0,08 pada blok D1; 0,02 dan 0,04
pada blok D2. Rataan kelimpahan populasi ulat kantung yang ditemukan di lahan
pada pelepah nomor 9 dan 17 berturut-turut adalah (ekor/pelepah): 0,45 dan 0,37
pada blok B1; 0,42 dan 0,33 pada blok B2; 0,52 dan 0,45 pada blok D1; 0,34 dan

0,29 pada blok D2. Berdasarkan tabel klasifikasi kepadatan ulat pada pelepah
daun kelapa sawit, maka rataan kelimpahan populasi ulat api dan ulat kantung
yang terdapat di lahan masih tergolong ringan.
Predator yang paling banyak ditemukan di lahan adalah dari golongan
Arachnida (laba-laba) dengan persentase kelimpahan populasi laba-laba jaring
sebanyak 91% pada blok B1, 84% pada blok B2, 90% pada blok D1, dan 80%
pada blok D2. Laba-laba lompat sebanyak 3% pada blok B1, 12% pada blok B2,
5% pada blok D1, dan 18% pada blok D2. Laba-laba bermata tajam sebanyak 4%
pada blok B1, 4% pada blok B2, 3% pada blok D1, dan 2% pada blok D2. Labalaba serigala sebanyak 2% pada blok B1, dan 2% pada blok D1. Keberadaan
komunitas laba-laba di suatu lahan pada umumnya berhubungan erat dengan
karakteristik komunitas tumbuhan yang terdapat di lahan tersebut.

Kata kunci: kelapa sawit, ulat api, ulat kantung, predator, cikidang plantation
estate.

KELIMPAHAN POPULASI ULAT API (LEPIDOPTERA:
LIMACODIDAE) DAN ULAT KANTUNG (LEPIDOPTERA:
PSYCHIDAE) SERTA PREDATOR PADA PERKEBUNAN
KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) CIKIDANG
PLANTATION ESTATE, SUKABUMI


REDI SATRIAWAN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Pertanian
pada Departemen Proteksi Tanaman

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

iv

Judul Skripsi : Kelimpahan Populasi Ulat Api (Lepidoptera: Limacodidae) dan
Ulat Kantung (Lepidoptera: Psychidae) serta Predator pada
Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Cikidang
Plantation Estate, Sukabumi.

Nama

: Redi Satriawan

NIM

: A34060130

Disetujui
Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Dadan Hindayana
NIP. 19670710 199203 1 002

Diketahui
Ketua Departemen Proteksi Tanaman

Dr. Ir. Abdjad Asih Nawangsih, M.Si
NIP. 19650621 198910 2 001


Tanggal lulus:

v

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tembilahan, Riau pada tanggal 16 Juli 1988. Penulis
merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Hamdan dan
Murhaini. Pada tahun 2006 penulis menyelesaikan pendidikannya di SMA Negeri
Plus Provinsi Riau dan pada tahun yang sama penulis diterima di Institut
Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI (Undangan Saringan Masuk IPB).
Penulis mengambil mayor Proteksi Tanaman pada Fakultas Pertanian.
Selama menjadi mahasiswa, penulis dan teman-teman membentuk sebuah
komunitas mahasiswa pecinta seni yang diberi nama Komunitas Ladang Seni IPB.
Komunitas ini telah berhasil menyelenggarakan berbagai acara kesenian di dalam
kampus dan aktif hingga saat ini.

vi

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
akhir dengan judul “Kelimpahan Populasi Ulat Api (Lepidoptera: Limacodidae)
dan Ulat Kantung (Lepidoptera: Psychidae) serta Predator pada Perkebunan
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Cikidang Plantation Estate, Sukabumi”
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada
Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Tulisan ini dapat diselesaikan karena adanya bantuan dari berbagai pihak.
Terima kasih kepada Dr. Dadan Hindayana selaku dosen pembimbing atas
pengarahan yang diberikan dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih kepada
pihak PT. Kidang Gesit Perkasa, pak Hendarto, pak Adi, dan pak Asep atas
fasilitas dan informasi yang diberikan selama di lapang. Terima kasih kepada
Anang W Cendramadi selaku teman satu bimbingan dan satu penelitian atas
bantuan dan kerjasamanya baik selama di lapang maupun dalam penyusunan
skripsi ini. Terima kasih kepada sahabat-sahabat yang selalu ada dalam suka dan
duka: Arief Nur Rakhman, Tisondo Karel, Ahmad Syarifuddin Hasibuan, seluruh
anggota Komunitas Ladang Seni dan Semeru Camp.
Penghargaan yang sebesar-besarnya penulis tujukan kepada ayahanda
Hamdan dan ibunda Murhaini serta adik saya Delfia Herlin, yang selalu
memberikan dukungan dan do’anya.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua

pihak yang membutuhkan informasi yang terdapat di dalamnya.

Bogor, Agustus 2011

Redi Satriawan

vii

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ..............................................................................

Halaman
viii

DAFTAR GAMBAR ..........................................................................

ix

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................


x

PENDAHULUAN ...............................................................................

1

Latar Belakang .......................................................................
Tujuan Penelitian .....................................................................

1
3

TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................

4

Sejarah Kelapa Sawit ...............................................................
Botani Kelapa Sawit .................................................................
Syarat Tumbuh Kelapa Sawit...................................................

Ulat Api (Lepidoptera: Limacodidae) ......................................
Ulat Kantung (Lepidoptera: Psychidae) ...................................
Predator ...................................................................................

4
5
6
7
11
13

BAHAN DAN METODE ...................................................................

14

Tempat dan Waktu ...................................................................
Bahan dan Alat .........................................................................
Metode Penelitian.....................................................................
Jenis dan Sumber Data ................................................
Pengambilan Sampel Tanaman ....................................

Pengamatan Ulat Api dan Ulat Kantung ......................
Pengamatan Predator ...................................................

14
14
15
15
15
15
17

HASIL DAN PEMBAHASAN ..........................................................

18

Keadaan Umum Lokasi ............................................................
Hasil Pengamatan .....................................................................
Ulat Api (Lepidoptera: Limacodidae) ..........................
Ulat Kantung(Lepidoptera: Psychidae) ........................
Laba-laba (Araneae: Arachnida) .................................

Hama dan Predator Lain yang Ditemukan di Lahan ....

19
21
21
23
26
29

KESIMPULAN DAN SARAN ..........................................................

31

Kesimpulan ............................................................................
Saran ......................................................................................

31
31

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................

32

LAMPIRAN ......................................................................................

34

viii

DAFTAR TABEL
Halaman
1 Klasifikasi lahan untuk kelapa sawit ....................................................

7

2 Klasifikasi kepadatan ulat pada pelepah daun kelapa sawit.................

16

3 Rataan kelimpahan populasi ulat api....................................................

22

4 Rataan kelimpahan populasi ulat kantung............................................

23

ix

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Peta perkebunan Cikidang Plantation Estate ........................................

14

2 Lokasi pengambilan sampel tanaman ...................................................

15

3 Pola pengambilan sampel (a) dan susunan pelepah kelapa sawit (b)....

16

4 Site plan Cikidang Plantation Estate .....................................................

18

5 S. nitens (a), dan gejala serangan ulat api (b)........................................

22

6 Gejala serangan ulat kantung (a), M. plana (b), dan M. corbetti (c) .....

24

7 Persentase kelimpahan populasi laba-laba tiap blok .............................

26

8 Gejala serangan tikus (a) dan pengendalian dengan penutup seng (b) .

29

9 Belalang sembah (Mantodea: Mantidae) (a), capung (Odonata:
Libellulidae) (b), cocopet (Dermaptera: Formiculidae) (c), tawon kertas
(Hymenoptera: Vespidae) (d), jangkrik (Orthoptera: Gryllidae) (e), dan
semut hitam (Formicidae: Hymenoptera) (f) .........................................

30

x

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Lokasi pengambilan sampel tanaman ..................................................

35

2 Lokasi pembibitan ................................................................................

35

3 Penggalian lubang tanam .....................................................................

36

4 Laba-laba yang ditemukan di lahan .....................................................

36

5 Dinamika populasi ulat api perminggu ................................................

37

6 Dinamika populasi ulat kantung perminggu ........................................

37

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman perkebunan yang mempunyai
peran penting bagi subsektor perkebunan di Indonesia. Ekspor minyak sawit
Indonesia dan produk turunannya terus meningkat setiap tahun. Pada tahun 2005
jumlah ekspor minyak sawit Indonesia dan produk turunannya mencapai 10,5 juta
ton. Kemudian pada tahun 2006 meningkat menjadi 12,1 juta ton dengan nilai
sekitar USD 5,4 miliar (IOPRI 2007). Kelapa sawit juga menjadi sumber
penerimaan pajak yang besar bagi negara. Pajak bumi dan bangunan yang dapat
diperoleh adalah sekitar Rp 26,263 miliar dengan asumsi luas areal perkebunan
kelapa sawit sekitar 5.247.171 hektar dan dengan tarif pajak Rp 5.000 perhektar
pertahun (Darmosarkoro 2006).
Peran penting sebagaimana yang disebutkan diatas dapat dicapai karena
kelapa sawit dapat menghasilkan berbagai macam produk, baik produk pangan,
non pangan, serta produk samping/limbah yang masih dapat dimanfaatkan.
Produk yang dapat dihasilkan tersebut antara lain (Deptan 2007):
a. Produk pangan yang berasal dari minyak sawit/CPO (crude palm oil) dan
minyak inti sawit antara lain emulsifier, margarin, minyak goreng, minyak
makan merah, shortening, susu kental manis, vanaspati, confectioneries, es
krim, yoghurt, dan lain-lain.
b. Produk non pangan yang berasal dari minyak sawit/CPO dan minyak inti
sawit antara lain senyawa ester, win, kosmetik, farmasi, biodiesel,
pelumas, asam lemak sawit, fatty alcohol, fatty amine, senyawa epoksi,
senyawa hidroksi.
c. Produk samping/limbah kelapa sawit yang dapat dimanfaatkan antara lain
tandan kosong sawit untuk pulp dan kertas, kompos, karbon, rayon;
cangkang untuk bahan bakar dan karbon; serat untuk medium density atau
fibre board dan bahan bakar; pelepah dan batang sawit untuk furniture,
pulp dan kertas, pakan ternak; bungkil inti sawit untuk pakan ternak;
sludge untuk pakan ternak.

2

Sejak bulan Oktober 2007, Indonesia telah berhasil menjadi produsen CPO
terbesar di dunia, bahkan pada bulan Mei 2009, Indonesia telah mampu
memproduksi 19 juta ton CPO dari luasan areal 7,52 juta ha. Pada tahun 2007,
ekspor CPO dan berbagai produk turunannya mencapai 11,9 juta ton, setara
dengan penerimaan USD 7,9 milyar, dan memberikan pekerjaan kepada lebih dari
3,3 juta pekerja, baik di lahan maupun di pabrik dan berbagai sektor jasa yang
terkait. Bahkan Menteri Perindustrian Republik Indonesia mengharapkan bahwa
Indonesia akan mampu menghasilkan 50 juta ton CPO pada tahun 2020
(Gumbira-Sa’id 2009).
Perkebunan kelapa sawit merupakan jenis usaha jangka panjang. Kelapa
sawit yang ditanam baru akan dipanen hasilnya setelah berumur 30-36 bulan.
Berdasarkan tahap perkembangan kelapa sawit dikenal periode Tanaman Belum
Menghasilkan (TBM) dan Tanaman Menghasilkan (TM). TBM adalah tanaman
yang dipelihara sejak bulan penanaman pertama sampai dipanen pada umur 30-36
bulan. TM adalah tanaman yang dipelihara sejak lebih dari 36 bulan yang telah
berbunga dan berbuah (Deptan 2007).
Untuk mendapatkan produksi yang optimal, karakteristik dan faktor-faktor
yang dapat menghambat produktifitas harus dipahami dan diupayakan solusinya.
Salah satu permasalahan penting dalam budidaya tanaman kelapa sawit adalah
serangan hama dan penyakit yang dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman
hingga berdampak pada penurunan tingkat produksi kelapa sawit. Untuk
menjamin kepastian hasil usaha perkebunan kelapa sawit, maka kegiatan
pengendalian hama dan penyakit merupakan salah satu usaha yang harus
dilakukan dalam pemeliharaan. Hama dan penyakit dapat menyerang kelapa sawit
sejak tahap pra-pembibitan hingga tahap menghasilkan.
Ulat api dan ulat kantung merupakan jenis ulat pemakan daun yang paling
sering menimbulkan kerugian di perkebunan kelapa sawit. Semua stadia tanaman
rentan terhadap serangan ulat api dan ulat kantung. Jenis ulat api yang paling
merusak di Indonesia akhir-akhir ini adalah Setothosea asigna, Setora nitens, dan
Darna trima. Sedangkan ulat kantung adalah dari jenis Metisa plana dan
Mahasena corbetti.

3

Ulat api memakan daun hingga berlubang atau habis sama sekali
menyisakan tulang daun. Dalam kondisi yang parah tanaman akan kehilangan
daun sekitar 90%. Pada tanaman menghasilkan, tahun pertama setelah serangan
dapat menurunkan produksi sekitar 69% dan pada tahun kedua sekitar 27%.
Selanjutnya masih diperlukan waktu 1-2 tahun lagi untuk mencapai tingkat
produksi semula. Serangan ulat kantung ditandai dengan daun berlubang, rusak,
dan tidak utuh lagi. Selanjutnya daun menjadi kering seperti terbakar. Kehilangan
daun oleh ulat kantung dapat mencapai 46,6% (Basri 1993).
Pengendalian terhadap hama tersebut harus dilakukan apabila populasinya
telah mencapai ambang ekonomi. Untuk mengetahui status populasi hama, perlu
dilakukan monitoring serangan hama secara berkala pada titik-titik yang telah
ditentukan. Kesalahan dalam monitoring dapat berdampak pada terlambatnya
tindakan pengendalian dan terjadinya ledakan hama di lapangan. Hal itu dapat
berujung pada kehilangan hasil yang sangat merugikan. Dengan demikian
monitoring merupakan hal yang sangat mendasar yang harus dilakukan. Hasil
monitoring menjadi landasan dasar suatu kebun untuk menerapkan strategi
pengendalian. Mengingat tanaman kelapa sawit di Cikidang Plantation Estate baru
dikembangkan tahun 2008 dan informasi tersebut belum tersedia, maka atas dasar
itu penelitian ini dilakukan, guna menggali informasi mengenai kelimpahan
populasi hama utama pada kelapa sawit khususnya hama ulat api dan ulat kantung
serta predator dominan yang terdapat di lapangan.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan populasi ulat api
dan ulat kantung serta predator pada perkebunan kelapa sawit Cikidang Plantation
Estate, Sukabumi.

TINJAUAN PUSTAKA
Sejarah Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) bukanlah tanaman asli
Indonesia. Berdasarkan bukti-bukti fosil, sejarah dan linguistik, tanaman kelapa
sawit dipercaya berasal dari pesisir tropis Afrika Barat. Tanaman kelapa sawit liar
telah dimanfaatkan oleh penduduk Afrika Barat sebagai minyak makan. Temuan
arkeologi di Mesir menunjukkan penggunaannya sudah terjadi pada tahun 3000
SM. Namun adapula yang menyatakan bahwa tanaman tersebut berasal dari
Amerika, yakni Brazilia. Zeven menyatakan bahwa tanaman kelapa sawit berasal
dari daratan tersier, yang merupakan daratan penghubung yang terletak diantara
Afrika dan Amerika. Kedua daratan ini kemudian terpisah oleh lautan menjadi
benua Afrika dan Amerika sehingga tempat asal komoditas kelapa sawit ini tidak
lagi dipermasalahkan orang. Tanaman kelapa sawit dikenali bangsa Eropa saat
ekspedisi Portugis ke Afrika Barat pada abad ke-15 (Agustira et al. 2008).
Kelapa sawit pertama kali didatangkan ke Indonesia oleh pemerintah
Belanda pada tahun 1848. Saat itu hanya ada empat batang bibit kelapa sawit yang
ditanam di Kebun Raya Bogor, dua berasal dari Bourbon (Mauritius) dan dua
lainnya dari Hortus Botanicus, Amsterdam (Belanda). Hingga saat ini dua dari
empat pohon tersebut masih hidup dan diyakini sebagai nenek moyang kelapa
sawit yang ada di Asia Tenggara. Pada awalnya kelapa sawit dibudidayakan
sebagai tanaman hias, sedangkan pembudidayaan tanaman untuk tujuan komersial
baru dimulai pada tahun 1911 oleh seorang Belgia bernama Adrien Hallet, yang
kemudian diikuti oleh K. Schadt. Hal tersebut menandai kelahiran industri
perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Perkebunan kelapa sawit pertama di

Indonesia berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh. Luas areal
perkebunan mencapai 5.123 Ha (Hadi 2004).
Pada beberapa tahun terakhir ini industri kelapa sawit Indonesia
mengalami perkembangan yang sangat pesat. Sejak bulan Oktober 2007,
Indonesia telah berhasil menjadi produsen CPO terbesar di dunia, bahkan pada
bulan Mei 2009, Indonesia telah mampu memproduksi 19 juta ton CPO dari
luasan areal 7,52 juta ha. Pada tahun 2007, ekspor CPO dan berbagai produk

5

turunannya mencapai 11,9 juta ton, setara dengan penerimaan USD 7,9 milyar,
dan memberikan pekerjaan kepada lebih dari 3,3 juta pekerja, baik di lahan
maupun di pabrik dan berbagai sektor jasa yang terkait (Gumbira-Sa’id 2009).
Botani Kelapa Sawit
Menurut Mangoensoekarjo dan Semangun (2003), taksonomi kelapa sawit
yang umum diterima saat ini adalah sebagai berikut:
Kingdom

: Plantae

Divisio

: Spermatophyta

Subdivisio

: Angiospermae

Kelas

: Monocotyledoneae

Ordo

: Palmales

Famili

: Palmaceae

Genus

: Elaeis

Spesies

: Elaeis guineensis Jacq.

Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat karena
membentuk akar primer, sekunder, tersier dan kuartener. Akar primer tumbuh ke
bawah di dalam tanah sampai batas permukaan air tanah. Sedangkan akar
sekunder, tersier dan kuartener tumbuh sejajar dengan permukaan air tanah. Akar
tersier dan kuartener juga tumbuh ke lapisan atas yang banyak mengandung unsur
hara. Disamping itu terdapat pula akar nafas yang tumbuh di atas permukaan air
tanah untuk mendapatkan tambahan aerasi. Penyebaran akar terkonsentrasi pada
tanah lapisan atas (Fauzi et al. 2003).
Batang kelapa sawit di perkebunan umumnya berdiameter 45-60 cm
dengan tinggi 15-18 m, bahkan pangkal batang bisa lebih besar lagi pada tanaman
tua. Batang diselimuti bekas pelepah hingga umur 12 tahun. Setelah itu pelepah
akan mengering dan terlepas sehingga menjadi mirip dengan batang tanaman
kelapa (Sianturi 1991).
Daun kelapa sawit bersirip genap dan bertulang sejajar, dengan panjang 35 m. Pada pangkal pelepah daun terdapat duri-duri kasar dan bulu-bulu halus
sampai kasar. Dalam satu pelepah terdapat 100-160 pasang anak daun. Helai anak

6

daun yang terletak di tengah pelepah daun adalah yang paling panjang,
panjangnya dapat melebihi 1,2 m (Setyamidjaja 1991).
Pada kelapa sawit bunga jantan dan betina terpisah namun berada pada
satu pohon. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan panjang sementara bunga
betina terlihat lebih besar dan mekar. Bunga jantan selalu masak terlebih dahulu
daripada bunga betina, karena itu penyerbukan sendiri antara bunga jantan dan
bunga betina dalam satu tandan sangat jarang terjadi. Masa reseptif (masa putik
dapat menerima tepung sari) adalah 3 x 24 jam. Setelah itu, putik akan berwarna
hitam dan mengering (Sastrosayono 2008).
Biji kelapa sawit mempunyai tiga bagian: a). Endokarpium (kulit biji),
tempurung berwarna hitam dan keras; b). Endosperm (kernel/daging biji),
berwarna putih dan mengandung minyak inti berkualitas tinggi; c). Lembaga atau
embrio (Tim Penulis PS 1997).
Syarat Tumbuh Kelapa Sawit
Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah di
sekitar 12° Lintang Utara - Lintang Selatan pada ketinggian 0 - 600 meter di atas
permukaan laut. Daerah penanaman yang ideal adalah dataran rendah dengan
ketinggian 200 meter di atas permukaan laut, tetapi masih cukup baik hingga
ketinggian 400 meter di atas permukaan laut. Pada ketinggian 600 meter di atas
permukaan laut kelapa sawit masih dapat tumbuh, namun dengan laju
pertumbuhan yang lambat. Tidak dianjurkan penanaman pada daerah dengan
ketinggian lebih dari 600 meter di atas permukaan laut (Sianturi 1991).
Curah hujan optimum yang diperlukan tanaman kelapa sawit rata-rata
2.000-2.500 mm/tahun dengan distribusi merata sepanjang tahun tanpa bulan
kering yang berkepanjangan. Kelembaban optimum bagi pertumbuhan kelapa
sawit antara 80-90%. Kecepatan angin 5-6 km/jam sangat baik untuk membantu
proses penyerbukan. Angin yang terlalu kencang akan menyebabkan tanaman
baru goyang atau miring (Lubis 1992). Lama penyinaran rata-rata 5 jam dan naik
menjadi 7 jam per hari untuk beberapa bulan tertentu akan berpengaruh baik
terhadap kelapa sawit. Lama penyinaran ini terutama berpengaruh terhadap

7

pertumbuhan dan tingkat asimilasi, pembentukan bunga (sex-ratio) dan produksi
buah (Setyamidjaja 1991).
Tabel 1 Klasifikasi lahan untuk kelapa sawit
Keterangan
Curah hujan (mm)
Defisit air (mm/thn)
Temperatur (oC)
Penyinaran (jam)
Kelembapan (%)
Topografi (m)
Lereng (%)
Solum (cm)
Dalam air (cm)
Batuan
Erosi
Drainase
Banjir
Pasang surut
Sumber: Pahan (2006)

Baik
(1)

Sedang
(II)

Kurang Baik
(III)

Tidak baik
(IV)

2000-2500
0-150
22-33
6
80
Datarombak
0-15
>80
>80
Dalam
Tidak ada
Baik
Tidak ada
Tidak ada

1800-2000
150-200
22-33
6
80
Datargelombang
16-25
80
60-80
Dalam
Tidak ada
Baik
Tidak ada
Tidak ada

1500-1800
250-400
22-33

Dokumen yang terkait

Keragaman Genetik Tiga Populasi Kelapa Sawit (Elaeis guinensis Jacq.) Tipe Pisifera Berdasarkan Marka RAPD

1 74 54

Pendugaan Cadangan Karbon Pada Tegakan Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Umur 10 Tahun di Perkebunan Kelapa Sawit PT. Putri Hijau, Kabupaten Langkat

3 83 102

Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)pada Berbagai Perbandingan Media Tanam Sludge dan Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) di Pre Nursery

4 102 53

Tingkat Serangan Ulat Kantong Metisa plana Walker (Lepidoptera: Psychidae) terhadap Umur Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Matapao PT Socfin Indonesia

4 104 49

Pengaruh Pemberian Limbah Kalapa sawit (Sludge) dan Pupuk Majemuk NPK Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guinsensis Jacq) di Pembibitan Awal

0 25 95

Studi Karakteristik Ganoderma Boninense Pat. Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq) Di Lahan Gambut

9 86 83

Indeks Keragaman Jenis Serangga pada Pertanaman Kelapa Sawit (Elais guinensis Jacq.) di Kebun Rambutan

1 58 50

Model pendugaan cadangan karbon pada kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) umur 5 tahun di perkebunan kelapa sawit PT. Putri Hijau, Kabupaten Langkat.

6 77 76

Pendugaan Cadangan Karbon Pada Tegakan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Umur 15 Tahun di Perkebunan Kelapa Sawit Putri Hijau, Besitang Sumatera Utara

5 61 75

Pengamatan Kelimpahan Ulat Api (Limacodidae) dan Ulat Kantung (Psychidae) serta Predator Pada Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Cikidang Plantation Estate di Bawah Naungan Karet.

1 15 89