bahan bakar terlalu mudah menguap maka campuran antara bahan baker dengan udara menjadi tidak sempurna karena alas an-alasan berikut:
- penguapan yang terlalu cepat dari butir-butir cairan dari bahan baker akan menyebabkan jet dari injector mengandung udara uap hidrokarbon yang sangat tinggi, sehingga phase cairan dari bahan
bakar yang disemprotkan kedalam udara di ruang pembakaran akan sangat berkurang. -penguapan yang berlebihan di dalam jet akan mengambil panas untuk penguapan dari udara di
sekelilingnya. Sebaliknya bila campuran gemuk dengan fraksi-fraksi yang tidak menguap maka campuran akan memerlukan waktu penyalaan yang terlalu lama.
2.9.6. Pour Point
Pour point adalah suhu terendah dimana minyak masih bisa mengalir apabila didinginkan pada kondisi pengujian. Pada suhu yang dingin saringan bahan bakar
dapat tersumbat oleh kristal-kristal paraffin yang sangat tipis yang terpisah dari phase cairan. Pada umumnya minyak solar mempunyai titik tuang yang lebih rendah dari
suhu minimum dimana motor beroperasi.
2.9.7. Ash Content
Analisa ash content dilakukan untuk mengidentifikasi adanya kandungan logam pada solar. Kadar abu itu sendiri adalah sisa-sisa minyak yang ketinggalan setelah semua
bagian yang dapat terbakar dalam minyak terbakar habis, bila ash ini tertinggal didalam dinding-dinding dan permukaan ruang bakar mesin dapat menimbulkan
kerusakan pada nozzle, disamping dapat menambah deposit dalam ruang bakar.
2.9.8. Viskositas
Viskositas adalah ukuran kekentalan suatu fluida yang menunjukkan besar kecilnya gesekan internal fluida. Viskositas fluida berhubungan dengan gaya gesek antar
lapisan fludia ketika bergerak melewati lapisan yang lain. Viskositas juga sangat menentukan dalam pengkabutan. Apabila viskositas terlalu encer maka pengkabutan
akan sukar terjadi. Akamigas. 2003 25
Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Kilang minyak bumi berfungsi untuk mengubah crude oil minyak mentah menjadi produk jadi seperti Liquid Petroleum GasLPG, gasoline, kerosene, diesel, fuel oil,
lube base oil, dan coke. Terdapat banyak perusahaan minyak dan gas bumi yang terdapat di Negara Indonesia seperti Pertamina, Chevron, Shell, Petronas,
Schlamberger, Total dan lain-lain. Direktorat Jendral Minyak dan gas Bumi. 2008
Pertamina adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia National Oil Company, yang berdiri sejak tanggal 10 Desember 1957
dengan nama PT PERMINA. Pertamina memiliki 6 enam unit pengolahan yang tersebar di beberapa pulau yang ada di Indonesia. Salah satunya adalah Unit
Pengolahan II UP-II yang terletak di kota Dumai, Riau. Unit Pengolahan II adalah unit yang meng-cover sebagian besar kebutuhan bahan bakar di pulau Sumatera. Unit
ini mengolah 170MBSD atau 170 ribu barel crude oil per harinya.
Unit Pengolahan ini di bangun pada tahun 1969 dan mulai dioperasikan pertama kali pada tahun 1972. Setelah dilakukan beberapa kali pengembangan pada
akhirnya kilang tersebut dapat menghasilkan beberapa produk seperti LPG, Naphta bensin, Kerosene minyak tanah, Avtur aviation turbin, Diesel solar, Aspal,
Lube Oil dan produk lainnya. Produk-produk tersebut nantinya akan diteruskan oleh bagian pemasaran untuk didistribusikan Abda’oe, F.1994.
PertaDex atau Solar 51 adalah bahan bakar solar berkualitas tinggi dengan Cetane Number 51 min dan merupakan produk BBM non subsidi yang memiliki
Universitas Sumatera Utara
nilai jual termahal bila dibandingkan dengan produk-produk BBM non subsidi lainnya seperti Pertamax, Pertamax Plus dan Avtur. PertaDex pun diharapkan dapat
menjadi produk terbaru yang memiliki margin terbesar bagi perusahaan. Untuk saat ini produk PertaDex telah diproduksi dibeberapa Unit Pengolahan PT.Pertamina
seperti Unit Pengolahan Balongan dan Balikpapan. Pusat Data dan Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral. 2009.
Cetane number digunakan sebagai suatu ukuran untuk menunjukkan kemampuan nyala dari fuel. Cetane number adalah suatu angka yang menunjukkan
kemudahan penyalaan ignition, sementara octane number yang digunakan untuk fuel pada engine gasoline atau bensin yang merupakan suatu indikator yang
menunjukkan kesukaran penyalaan. Kedua angka-angka ini mempunyai hubungan yang berlawanan. Nilai setana ditentukan dengan penggunaan suatu engine CFR
engine test untuk mengukur angka setana dan pembanding kemampuan nyala fuel yang di-test cetane numbernya ialah yang ditentukan dengan kemampuan nyala fuel
dari fuel referensi yang digunakan untuk penentuan setting angka setana. Fuel referensi dibuat dengan pencampuran normal cetane cetane number 100
kemampuan nyala sangat tinggi dengan alpha-methyl naphthalene cetane number 0 yang mempunyai kemampuan penyalaan sangat rendah. Besarnya persentase volume
dari normal setana yang dimasukkan didalam fuel referensi yang memberikan kemampuan nyala sama seperti fuel uji diambil sebagai cetane number.
Sayogyo, K. 1999
Pengujian cetane number menggunakan engine agak susah dilakukan, sehingga sekarang ini cetane number hampir tidak pernah diukur. Penggantinya
ASTM menggunakan derajat API atau density dan distilasi 50 dengan suatu formula perhitungan cetane number. Tidak ada kesukaran dalam praktek
pengambilan cetane number dengan metode ini. 2
Universitas Sumatera Utara
Optimasi blending dilakukan untuk menentukan campuran atau formula mana yang memiliki hasil yang sesuai dengan spesifikasi PertaDex, dimana hasil tersebut
juga diharapkan tidak terlalu high quality untuk tetap menjaga margin perusahaan.
1.2. Permasalahan