BAB 3 BAHAN DAN METODE
3.1. Pengujian Blending Pertadex 3.1.1. Alat-alat
1. Beaker glass 1000 mL 2. Beaker glass 100 mL
3. Spatula 4. Gelas ukur 500 mL
3.1.2. Prosedur Percobaan
1. Formula atau hydrokarbon yang akan diblending diprediksikan dengan mempelajari spesifikasi hydrokarbon tersebut untuk mendapatkan on spesifikasi
produk PertaDex. Prediksi formula : Diesel + Heavy Kero + LGO
2. Kemudian dilakukan perhitungan untuk menentukan persentase antar formula dengan perhitungan berikut:
P =
�1 � �1 + �2 � �2 + �3 + �3 �1 + �2 + �3
P = Parameter PertaDex P1, P2, P3 = Parameter prediksi formula 1,2,3
V1, V2, V3 = Volume prediksi formula 1,2,3 3. Masing-masing formula diukur sesuai dengan persentase ke dalam gelas ukur 500
mL 4. Lalu masing-masing formula yang sudah di ukur dimasukkan ke dalam beaker
glass 1000 mL
Universitas Sumatera Utara
5. Formula yang sudah dicampurkan diaduk dengan spatula selama 15 menit 6. Formula yang sudah homogen lalu di analisi sesuai dengan parameter penting
spesifikasi PertaDex.
3.2. Pengujian DensityAPI Gravity 3.2.1. Alat
1. Hydrometer yang digunakan sesuai dengan speseifikasi yang ada pada table dibawah ini
2. Termometer yang digunakana sesuai dengan kebutuhan, seperti pada tabel 2.
3. Hydrometer silinder, terbuat dari: metal atau plastik atau gelas yang jernih berdiameter
≥25 mm dari diameter luar hydrometer, sedangkan tinggi dari silinder harus sedemikian rupa sehingga bagian bawah dari hydrometer yang tercelup
minimal 25 mm dari dasar silinder 26
Universitas Sumatera Utara
3.2.2. Pengertian
a. Penentuan yang akurat dari density, relative density Spec. Grav. atau API Gravity dan produk volume atau massa atau kesemuanya dalam referensi
temperature standard selama jual beli custody transfer b. Metode test ini sering dipergunakan untuk menentukan density, relative density
specific gravity atau API Gravity dari liquid jernih transparent dengan viscosity rendah. Metode test ini bisa juga digunakan untuk liquid yang kental
viscous dengan mendiamkannya pada suatu waktu yang mencukupi terhadap hydrometer untuk mencapai kesetimbangan dan juga untuk ‘liquid keruh’ opaqua
liquid dengan suatu koreksi secukupnya c. Apabila dipergunakan untuk pengukuran ‘minyak curah’ bulk oil, volume
koreksi penyimpangan error diminimumkan dengan mendapatkan pembacaan hydrometer pada temperature yang dekat dengan temperature ‘minyak curah’
bulk oil tersebut d. Density, relative density specific gravity atau API Gravity adalah faktor aturan
kualitas dan jual beli crude petroleum. Hal ini bukan merupakan kepastian kualitasnya kecuali dihubungkan dengan sifatnya yang lain
e. Density merupakan indikator kualitas untuk bahan bakar automotive aviation dan marine dimana dalam hal ini mempengaruhi dalam penyimpanan, penanganan
dan pembakaran pada waktu diaplikasikan
3.2.3. Prosedur Percobaan
1. Sampel dituangkan kedalam silinder, hindarkan adanya gelembung-gelembung
udara, masukkan termometer terlebih dahulu kedalam silinder. 2.
Silinder yang telah berisi sampel tersebut ditempatkan pada tempat yang datar dan bebas dari aliran angin serta goncangan.
27
Universitas Sumatera Utara
3. Temperatur sampel pada saat pemeriksaan dijaga agar tidak berubah lebih besar
dari 2 C.
4. Hydrometer yang sesuai dimasukkan kedalam sampel tersebut secara perlahan,
hydrometer harus dapat terapung bebas dan berjarak dengan dinding silinder. 5.
Skala temperatur sampel dicatat dengan ketelitian 0,1 C.
6. Skala hydrometer dicatat, apabila sudah terapung bebas dan konstan.
7. Pembacaan hydrometer adalah dengan cara menempatkan mata kita sedikit
dibawah level sampel dan perlahan-lahan diangkat sampai persis pada permukaan cairan tersebut.
8. Pembacaan thermometer dikoreksi dan dicatat dengan ketelitian 0.1ºC
9. Pembacaan hydrometer dikoreksi dan dicatat dengan ketelitian 0.1 kgm
3
untuk density atau 0.0001 gml, kgL untuk SG atau 0.1ºAPI
10. Pergunakan tabel 5 dan 3 untuk konversi jika mempergunakan hydrometer API
11. Pembacaan hydrometer terkoreksi dikonversi ke density atau relatif density SG
atau API Gravity mempergunakan table. 28
Universitas Sumatera Utara
12. Lalu pembacaan hydrometer dikoreksi dari satu satuan ke satuan lainnya dapat
mempergunakan tabel 51 density at 15ºC, tabel 21 SG 6060ºF atau tabel 3 APIGravity
13. Density dikonversi dalam satuan kgm
3
ke gml atau kgL dibagi dengan 10
3
3.3. Pengujian Distilasi 3.3.1. Alat-alat
1. Labu Distilasi 125 ml 2. Kondensor dan Bak Pendingin
3. Pemanas 4. Gelas Ukur kapasitas 100 ml
5. Penyangga Labu distilasi 6. Shield
7. Pembersih Kondensor 8. Thermometer ASTM 7C dan 8C
9. Jar Bath.
3.3.2. Prosedur Percobaan
1. Sampel ditakar sebanyak sebanyak 100 ml dengan gelas ukur kapasitas.100 ml 2. Lalu dimasukkan kedalam labu distilasi, dan pasang termometer.
3. Posisi thermometer pada labu distilasi diatur seperti gambar berikut : 29
Universitas Sumatera Utara
4. Labu distilasi tersebut dipasang pada peralatan distilasi.
5. Kemudian alat pemanas dihidupkan dan diatur pemanasan sesuai dengan kondisi pengujian group sampel .
6. Suhu IBP dicatat dengan ketelitian 0.5 °C 7. Gelas ukur digeser hingga ujung kondensor menyentuh dinding dari gelas ukur.
8. Suhu dicatat padavolume recovery 5, 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90, 95 dan FBP.
9. Lalu alat pemanas dimatikan, dan dibiarkan labu distilasi menjadi dingin 10. Sisa sampel yang ada dalam labu distilasi dituangkan kedalam gelas ukur
kapasitas 10 ml. 11. Kemudian catat residu yang didapat
12. Hitung volume loss dengan formula, loss = 100 – total recovery + residu 13. Data-data hasil analisis dicatat ke buku primer.
3.4. Pengujian Cetane Number
3.4.1. Alat
1. Kalkulatorkomputer 30
Universitas Sumatera Utara
3.4.2. Pengertian
Untuk mengetahui perkiraan ASTM Cetane Number solar secara perhitungan dengan menggunakan rumus spesifik bila pengujian dengan mesin CFR tidak dapat
dilakukan.
3.4.3. Prosedur Percobaan
1. Density dikerjakan sesuai ASTM D -1298.
2. Distilasi dikerjakan sesuai ASTM D-86. 3. Dicatat density dan mid boiling temperature dari sample yang akan diperiksa.
4. Hitung Cetane Number dengan formula sebagai berikut: Calculated Cetane Number:
454.74 – 1641.416 D + 774.74 D
2
– 0.554 B + 97.803 log B
2
D = Density pada 15
C, grml dari ASTM D-1298 B =
Mid Boiling point, C dari ASTM D-86.
31
Universitas Sumatera Utara
3.5. Bagan Percobaan 3.5.1. Prosedur Blending
Perhitungan prediksi formula : p
1
x v
1
+ p
2
x v
2
+ p
3
x v
3
P =
v
1
+ v
2
+ v
3
p = Parameter PertaDex
p1, p2, p3 = Parameter prediksi sampel 1,2,3
v1, v2, v3 = Volume prediksi sampel 1,2,3
Sampel produk eksisting Diukur masing-masing
sample A,B C sesuai
perbandingannya kedalam gelas ukur Dicampurkan masing-masing sampel yang sudah di ukur
kedalam beaker glass Diaduk campuran sampel dengan spatula selama 15 menit
Di analisa campuran sample sesuai dengan parameter spesifikasi PertaDex
Hasil 32
Universitas Sumatera Utara
3.5.2. Pengujian DensityAPI Gravity Metode ASTM D 1298 – 99
Sampel Dituangkan kedalam silinder, hindarkan adanya gelembung-
gelembung udara, masukkan termometer terlebih dahulu kedalam silinder
Ditempatkan silinder yang telah berisi sampel pada tempat yang datar dan bebas dari aliran angin serta goncangan
Dijaga temperatur sampel pada saat pemeriksaan tidak berubah lebih besar dari 2
C Dimasukkan hydrometer kedalam sampel tersebut secara perlahan,
hydrometer harus dapat terapung bebas dan berjarak dengan dinding silinder
Dicatat skala temperatur sampel dengan ketelitian 0,1 C
Dicatat skala hydrometer, apabila sudah terapung bebas dan konstan
Dibaca hydrometer dengan cara menempatkan mata sedikit dibawah level sampel dan perlahan-lahan diangkat sampai persis
pada permukaan cairan tersebut.
Hasil 33
Universitas Sumatera Utara
3.5.3. Pengujian Distilasi Metode ASTM D 86 – 04b
Sampel Ditakar dengan gelas ukur 100 mL sebanyak 100 mL sampel
Dimasukkan kedalam labu distilasi, dan pasang termometer Dipasang labu distilasi pada peralatan distilasi
Dihidupkan alat pemanas dan atur pemanasan sesuai dengan kondisi pengujian group sampel
Dicatat suhu IBP dengan ketelitian 0.5 °C Digeser gelas ukur hingga ujung kondensor menyentuh dinding
dari gelas ukur Dicatat suhu pada volume recovery 5, 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70,
80, 90, 95 dan FBP Dimatikan alat pemanas, dan biarkan labu distilasi menjadi dingin
Dituangkan sisa sampel yang ada dalam labu distilasi kedalam gelas ukur kapasitas 10 mL
Dicatat residu yang didapat Dihitung volume loss dengan formula, loss = 100 – total
recovery + residu Catat data-data hasil analisis ke buku primer
Hasil 34
Universitas Sumatera Utara
3.5.4. Penentuan Cetane Number
Calculated Cetane Number:
454.74 – 1641.416 D + 774.74 D
2
– 0.554 B + 97.803 log B
2
D = Density pada 15
C, grml dari ASTM D-1298 B =
Mid Boiling point, C dari ASTM D-86.
Sampel Dikerjakan Density sesuai ASTM D -1298
Dikerjakan Distilasi sesuai ASTM D-86 Dicatat density dan Mid Boiling temperature dari sample yang
akan diperiksa Dihitung Cetane Number
Hasil 35
Universitas Sumatera Utara
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Hasil Pengukuran Density Pada Sampel
Metode pengujian density ASTM D 1298 – 99 dilakukan terhadap sampel blending yaitu Light Gas Oil Solar, Diesel dan Heavy Kero. Masing-masing sampel di uji
sebanyak 3 tiga kali untuk kemudian dihitung nilai rata-rata nya. Hydrometer yang digunakan yaitu hydrometer density kgm
3
at 15 C range 600-1100 dan
thermometer yang digunakan yaitu thermometer C range -1 - +38.
Tabel 4.1. Hasil pengukuran density sampel Density kgm
3
I II
III Rata-rata
LGO Solar kgm
3
834 834
833 834
Diesel kgm
3
843 842
843 843
Heavy Kero kgm
3
808 808
808 808
4.1.2. Hasil Pengukuruan Distlasi Pada Sampel
Metode pengujian distilasi ASTM D 86 dilakukan terhadap masing-masing sampel sebanyak 3 tiga kali untuk di hitung nilai rata-ratanya. Sampel di dalam labu
distilasi di panaskan menggunakan heater dengan pengaturan panas sesuai dengan kondisi pengujian, kemudian uap di kondensasikan menggunakan kondensor.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2. Hasil pengukuran distilasi sampel pada volume 50 Distilasi V50
I II
III Rata-rata
LGO Solar C
254 259
255 256
Diesel C
307 307
304 306
Heavy Kero C
213 211
215 213
Tabel 4.3. Hasil pengukuran distilasi sampel pada volume 90 Distilasi V90
I II
III Rata-rata
LGO Solar C
336 339
338 338
Diesel C
369 369
372 370
Heavy Kero C
240 241
239 240
Tabel 4.4. Hasil pengukuran distilasi sampel pada volume 95 Distilasi V95
I II
III Rata-rata
LGO Solar C
351 350
350 350
Diesel C
383 386
387 385
Heavy Kero C
250 249
250 250
37
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.5. Hasil pengukuran distilasi sampel pada titik didih akhir Distilasi FBP
I II
III Rata-rata
LGO Solar C
360 361
364 362
Diesel C
399 398
397 398
Heavy Kero C
263 260
265 263
4.1.3. Hasil Perhitungan Cetane Number Pada Sampel
Metode perhitungan cetane number ASTM D-976 menggunakan rumus spesifik dilakukan sebagai alternatif mesin CFR yang tidak dapat di operasikan. Perhitungan
cetane number dilakukan setelah mendapatkan hasil pengujian density dan distilasi. Calculated cetane number :
454,74 – 1641,416 D + 774,74 D
2
– 0,554 B + 97,803 Log B
2
D = Density pada 15 C grml
B = Mid boiling point C
4.1.3.1. Perhitungan cetane number light gas oil solar
454,74 – 1641,416 D + 774,74 D
2
– 0,554 B + 97,803 Log B
2
D = 834 kgm
3
= 0.834 grml B = 256
C CN = 454,74 – 1641,416.0,834 + 774,74.0,695 – 0,554.256 + 97,803.5,80
= 50,08
38
Universitas Sumatera Utara
4.1.3.2. Perhitungan cetane number diesel
454,74 – 1641,416 D + 774,74 D
2
– 0,554 B + 97,803 Log B
2
D = 843 kgm
3
= 0.843 grml B = 306
C CN = 454,74 – 1641,416.0,843 + 774,74.0,710 – 0,554.306 + 97,803.6,18
= 55,89
4.1.3.3. Perhitungan cetane number heavy kero
454,74 – 1641,416 D + 774,74 D
2
– 0,554 B + 97,803 Log B
2
D = 808 kgm
3
= 0.808 grml B = 213
C CN = 454,74 – 1641,416.0,808 + 774,74.0,653 – 0,554.213 + 97,803.5,42
= 46,6
Tabel 4.6. Hasil perhitungan cetane number pada sampel
Sampel Cetane Number
Light Gas Oil solar 50,08
Diesel 55,89
Heavy Kero 46,6
39
Universitas Sumatera Utara
4.1.4. Hasil Pengujian Sampel Blending
Setelah dilakukan pengujian terhadap masing-masing sampel sebagai formula blending, maka dapat diprediksikan persentase atau jumlah volume masing-masing
formula yang akan dicampurkan untuk mendapatkan produk PertaDex sesuai spesifikasinya. Blending dilakukan terhadap formula yang telah dicampurkan dengan
masing-masing volume tertentu di dalam beaker glass dan di homogenkan menggunakan spatula selama 15 menit. Kemudian terhadap hasil blending dilakukan
analisa sesuai dengan parameter yang ditentukan.
4.1.4.1. Hasil pengujian density blending
Tabel 4.7. Hasil pengujian density terhadap produk blending
Density kgm
3
I II
III Rata-rata
LGO 70 + Diesel 30 836
837 837
837
LGO 40 + Diesel 50 + Heavy Kero 10
834 837
836 836
LGO 30 + Diesel 50 + Heavy Kero 20
835 833
832 833
40
Universitas Sumatera Utara
4.1.4.2. Hasil pengujian distilasi blending
Tabel 4.8. Hasil pengujian distilasi blending pada volume 50
Distilasi Vol.50 C
I II
III Rata-rata
LGO 70 + Diesel 30 274
270 270
271
LGO 40 + Diesel 50 + Heavy Kero 10
276 278
277 277
LGO 30 + Diesel 50 + Heavy Kero 20
275 271
270 272
Tabel 4.9. Hasil pengujian distilasi blending pada volume 90
Distilasi Vol.90 C
I II
III Rata-rata
LGO 70 + Diesel 30 348
345 347
347
LGO 40 + Diesel 50 + Heavy Kero 10
344 344
345 344
LGO 30 + Diesel 50 + Heavy Kero 20
332 335
335 334
41
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.10. Hasil pengujian distilasi blending pada volume 95
Distilasi Vol.95 C
I II
III Rata-rata
LGO 70 + Diesel 30 360
361 360
360
LGO 40 + Diesel 50 + Heavy Kero 10
357 358
356
357
LGO 30 + Diesel 50 + Heavy Kero 20
344 348
349 347
Tabel 4.11. Hasil pengujian distilasi blending pada titik didih akhir
Distilasi End Point C
I II
III Rata-rata
LGO 70 + Diesel 30 372
374 373
373
LGO 40 + Diesel 50 + Heavy Kero 10
370 370
370 370
LGO 30 + Diesel 50 + Heavy Kero 20
362 360
360 360
42
Universitas Sumatera Utara
4.1.4.3. Perhitungan cetane number blending
1. LGO 70 + Diesel 30 D = 0,837 grml ; B = 271
C 454,74 – 1641,416 D + 774,74 D
2
– 0,554 B + 97,803 Log B
2
CN = 454,74 – 1641,416.0,837 + 774,74.0,700 – 0,554.271 + 97,803.5,92 = 52,06
2. LGO 40 + Diesel 50 + Heavy Kero 10 D = 0,836 grml ; B = 277
C 454,74 – 1641,416 D + 774,74 D
2
– 0,554 B + 97,803 Log B
2
CN = 454,74 – 1641,416.0,836 + 774,74.0,699 – 0,554.277 + 97,803.5,96 = 53,50
3. LGO 30 + Diesel 50 + Heavy Kero 20 D = 0,833 grml ; B = 272
C 454,74 – 1641,416 D + 774,74 D
2
– 0,554 B + 97,803 Log B
2
CN = 454,74 – 1641,416.0,833 + 774,74.0,694 – 0,554.272 + 97,803.5,93 = 54,41
43
Universitas Sumatera Utara
4.2. Pembahasan
Dari hasil penelitian diperoleh formula blending yang paling optimal sesuai dengan spesifikasi PertaDex solar 51 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.12. Rekapitulasi Data Blending
Spesifikasi PertaDex
Solar 51
LGO 70 + Diesel 30
LGO 40 + Diesel 50 + Heavy
Kero 10 LGO 30 + Diesel
50 + Heavy Kero 20
Cetane Number Min 51
52,06 53,50
54,41 Berat Jenis pada
15 C Kgm
3
Min. 820 Max. 860
836 836
833
Distilasi T 90 C
Max. 340 348
344 334
Distilasi T 95 C
Max. 360 360
357 347
Titik Didih Akhir C
Max. 370 373
370 360
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa campuran antara Light Gas Oil, Diesel dan Heavy Kero 30 : 50 : 20 merupakan campuran yang paling optimal yang
dapat memenuhi spesifikasi penting pada produk PertaDex. Dimana setelah dilakukan pengujian pada campuran ini diperoleh cetane number sebesar 54,41 on spec, berat
jenis pada 15 C sebesar 833 kgm
3
on spec, distilasi pada volume 90 sebesar 334
C on spec, distilasi pada volume 95 sebesar 347 C on spec dan titik didih
akhir sebesar 360 C on spec. Semua parameter yang di uji memenuhi spesifikasi
PertaDex yang telah di tetapkan oleh dirgen migas.
44
Universitas Sumatera Utara
Pada campuran lainnya yaitu Light Gas Oil dan Diesel 70 : 30 di dapat cetane number sebesar 52,06 dan berat jenis 836 kgm
3
yang memenuhi spesifikasi. Namun pada hasil distilasi volume 90, 95 dan titik didih akhir di dapat hasil yang
tidak memenuhi spesifikasi. Begitu juga dengan campuran Light gas oil, diesel dan heavy kero 40 : 50 : 10 di dapat hasil cetane number sebesar 53,50, berat jenis
sebesar 836 kgm
3
dan distilasi pada volume 95 sebesar 357 C yang memenuhi
spesifikasi produk. Namun pada hasil distilasi pada volume 90 dan titik didih akhir di dapat hasil yang tidak memenuhi spesifikasi PertaDex.
Diesel memiliki cetane number yang paling tinggi bila di bandingkan dengan Light gas oil. Namun diesel memiliki hasil distilasi yang tinggi pula, dimana ini
menunjukkan bahwa di dalam diesel terdapat banyak fraksi-fraksi yang lebih berat. Oleh karena itu untuk memenuhi spesifikasi diesel di campur dengan fraksi yang
lebih ringan yaitu heavy kero dan light gas oil sebagai penyeimbang.
Diesel dan Light Gas Oil merupakan fraksi yang sama, tetapi diesel di dapat dari secondary process dan light gas oil di dapat dari primary process. Sementara
heavy kero merupakan fraksi yang lebih ringan dan memiliki titik didih paling rendah di bandingkan keduanya.
45
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan