BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1 Karakteristik Responden
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 125 orang responden ternyata responden perempuan lebih banyak yaitu 59,2 daripada responden laki-laki 40,8
Tabel 2. Tabel 2. Karakteristik responden siswa SMP Al-Azhar Medan berdasarkan jenis
kelamin Jenis Kelamin
Jumlah Laki-laki
Perempuan 51
74 40,8
59,2 Total
125 100
4.2 Pengalaman Karies
Rata-rata pengalaman karies keseluruhan responden adalah 1,4±1,6. Skor DMFT pada responden perempuan lebih tinggi yaitu 1,7±1,8, sedangkan responden
laki-laki 0,9±1,1. Skor pengalaman karies tertinggi adalah skor decay, yaitu pada perempuan 1,2± 1,3, sedangkan pada laki-laki 0,6± 0,8 Tabel 3.
Tabel 3. Rata-rata DMFT berdasarkan jenis kelamin siswa SMP Al-Azhar Medan Jenis kelamin
Rata-rata pengalaman karies Jumlah
D M
F DMFT
�̅ ±SD �̅±SD
�̅±SD �̅±SD
Laki-laki 0,6±0,8
0,1±0,2 0,2±0,5
0,9±1,1 51
Perempuan 1,2±1,3
0,3±0,9 0,2±0,6
1,7±1,8 74
Total 0,9±1,1
0,2±0,7 0,2±0,5
1,4±1,6 125
Universitas Sumatera Utara
4.3 Kondisi Rongga Mulut
Pada Tabel 4 terlihat persentase kondisi rongga mulut yang dijumpai pada siswa secara berurutan adalah gigi berjejal anterior 34,4, protrusi 25,6, gigitan
silang anterior 13,6, diastema anterior 11,2, abses 8, retrusi 7,2, sariawan 7,2, gigi persistensi 6,4, prognasi 5,6 dan retrognasi 4,8, sedangkan gigitan
silang posterior hanya 2,4
Tabel 4. Persentase kondisi rongga mulut siswa SMP Al-Azhar Medan n=125
Kondisi rongga mulut Ada
Tidak ada Jumlah
Jumlah Gigi berjejal anterior
43 34,4
82 65,6
Protrusi 32
25,6 93
74,4 Gigitan silang anterior
17 13,6
108 86,4
Diastema anterior 14
11,2 111
88,8 Abses
10 8,0
115 92,0
Retrusi 9
7,2 116
92,8 Sariawan
9 7,2
116 92,8
Gigi persistensi 8
6,4 117
93,6 Prognasi
7 5,6
118 94,4
Retrognasi 6
4,8 119
95,2 Gigitan silang posterior
3 2,4
122 97,6
4.4 Kualitas Hidup
Untuk kualitas hidup responden pada dimensi fungsi fisik, persentase yang paling mengganggu pada responden secara berturut-turut adalah pada saat
membersihkan mulut 19,2, saat makan menggigit dan mengunyah 8,0, dan saat berbicara hanya 1,6, sedangkan saat tidur nyenyak dan kondisi tubuh kurang baik
hampir tidak pernah terganggu 0,8 Tabel 5.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5. Distribusi keparahan dampak kesehatan rongga mulut berdasarkan dimensi fungsi fisik n=125
Dimensi fungsi fisik
Keparahan dimensi fungsi fisik Tidak pernah
terganggu Jarang
terganggu 1
Kadang- terganggu
2 Sering
terganggu 3
n n
n n
Saat makan 79
63,2 11
8,8 25
20,0 10
8,0 Saat berbicara
103 82,4
13 10,4
7 5,6
2 1,6
Saat membersihkan
rongga mulut 60
48,0 9
7,2 32
25,6 24
19,2 Saat
tidur nyenyak
104 83,2
6 4,8
14 11,2
1 0,8
Kondisi tubuh kurang baik
106 84,8
8 6,4
10 8,0
1 0,8
Sama halnya dengan keparahan Tabel 5, pada sisi frekuensi yang paling sering dialami oleh responden adalah saat membersihkan mulut 16,0, saat makan
menggigit dan mengunyah 9,6, saat tidur nyenyak 2,4, sedangkan kondisi tubuh kurang baik dan saat berbicara hanya 0,8.
Tabel 6. Distribusi frekuensi dampak kesehatan rongga mulut berdasarkan dimensi fungsi fisik n=125
Frekuensi dimensi fungsi fisik Dimensi fungsi
fisik Tidak
pernah ±1 kali
minggu 1
2-3 kaliminggu
2 4-5
kalimiggu 3
n n
n n
Saat makan 77
61,6 13
10,4 23
18,4 12
9,6 Saat berbicara
102 81,6
10 8,0
12 9,6
1 0,8
Saat membersihkan
rongga mulut 63
50,4 14
11,2 28
22,4 20
16,0 Saat tidur
98 78,4
13 10,4
11 8,8
3 2,4
Kondisi tubuh
kurang baik 100
80,0 10
8,0 14
11,2 1
0,8
Universitas Sumatera Utara
Untuk gangguan kualitas hidup pada dimensi psikososial, persentase yang paling mengganggu responden adalah pada saat tersenyum 27,2 dan saat
melakukan kegiatan sosial 5,6, sedangkan absen sekolah tidak menimbulkan dampak terhadap kualitas hidup Tabel 7
Tabel 7. Distribusi keparahan dampak kesehatan rongga mulut berdasarkan dimensi psikososial n=125
Keparahan dimensi psikososial Dimensi
psikososial Tidak pernah
mengganggu Jarang
mengganggu 1
Kadang- mengganggu
2 Sering
mengganggu 3
n n
n n
Tersenyum 71
56,8 4
3,2 16
12,8 34
27,2 Absen sekolah
120 96,0
3 2,4
2 1,6
Kegiatan sosial 86
68,8 12
9,6 20
16,0 7
5,6
Pada Tabel 8 terlihat gangguan kualitas hidup pada dimensi psikososial, persentase yang paling sering dialami responden adalah pada saat tersenyum 12,0,
kendala sosial 4,8, sedangkan absen sekolah sama sekali tidak dijumpai Tabel 8. Distribusi frekuensi dampak kesehatan rongga mulut berdasarkan dimensi
psikososial n=125 Frekuensi dimensi psikososial
Dimensi psikososial
Tidak pernah ±1 kali
minggu 1
2-3 kali minggu
2 4-5 kali
minggu 3
n n
N n
Tersenyum 77
61,6 9
7,2 24
19,2 15
12,0 Absen sekolah
118 94,4
6 4,8
1 0,8
Kegiatan sosial 82
65,6 20
16,0 17
13,6 6
4,8
Universitas Sumatera Utara
4.5 Intensitas dampak kesehatan rongga mulut