Dampak kesehatan rongga mulut terhadap kualitas hidup menggunakan indeks OIDP pada siswa SMP Al-Azhar Medan

(1)

DAMPAK KESEHATAN RONGGA MULUT TERHADAP

KUALITAS HIDUP MENGGUNAKAN INDEKS OIDP

PADA SISWA SMP AL-AZHAR MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

FILYA SURI RIZKY NIM: 090600088

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/ Kesehatan Gigi Masyarakat Tahun 2013

Filya Suri Rizky

Dampak kesehatan rongga mulut terhadap kualitas hidup menggunakan indeks OIDP pada siswa SMP Al-Azhar Medan.

xi +29

Masalah kesehatan rongga mulut diketahui sebagai faktor penting yang berdampak terhadap kualitas hidup karena dapat mempengaruhi seseorang untuk menikmati hidup dan bersosialisasi.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak kesehatan rongga mulut terhadap kualitas hidup siswa SMP Al-Azhar Medan dengan menggunakan indeks Oral Impact on Daily Performance (OIDP). Populasi pada penelitian cross sectional ini adalah siswa SMP Al-Azhar Medan, dengan pemilihan sampel secara purposif pada kelas Bilingual sebanyak 125 orang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang paling berdampak terhadap kualitas hidup untuk dimensi fungsi fisik adalah saat membersihkan rongga mulut (19,2%), saat makan (8%), sedangkan saat berbicara hanya 1,6%. Pada dimensi psikososial, yang paling mengganggu adalah pada saat tersenyum (27,2%) dan saat melakukan kegiatan sosial (4,8%), sedangkan absen sekolah tidak berdampak.

Hasil analisis statistik menunjukkan adanya hubungan skor DMFT dengan kualitas hidup (p<0,05). Siswa yang memiliki DMFT rendah, kualitas hidupnya dalam kategori baik sebanyak 81,3%, sedangkan responden yang mempunyai skor DMFT tinggi kualiatas hidupnya dalam kategori cukup 80%. Hal ini menunjukkan semakin rendah skor DMFT nya semakin baik kualitas hidupnya. Oleh karena itu, kesehatan gigi dan mulut perlu tetap menjadi perhatian dengan mengupayakan strategi pencegahan dan pemeliharaan gigi dan mulut yang optimal untuk meningkatkan kualitas hidup terutama pada remaja.


(3)

DAMPAK KESEHATAN RONGGA MULUT TERHADAP

KUALITAS HIDUP MENGGUNAKAN INDEKS OIDP

PADA SISWA SMP AL-AZHAR MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

FILYA SURI RIZKY NIM: 090600088

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan Dihadapan tim penguji skripsi

Medan, 16 April 2013 Pembimbing : Tanda tangan

Prof. Sondang Pintauli, drg., Ph.D ... NIP : 19640712 198903 2 001


(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Proposal ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji proposal

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : 1. Prof. Sondang Pintauli, drg., Ph.D

Anggota : 1. Prof. Lina Natamiharja, drg., SKM 2. Rika Mayasari Alamsyah, drg., M.Kes


(6)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa skripsi ini selesai disusun sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Nazruddin, drg, C.Ort., Sp.Ort, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatra Utara.

2. Prof. Sondang Pintauli, drg., Ph.D., selaku Ketua Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan perhatian dan telah rela meluangkan waktu untuk membimbing, memberi pengarahan serta memberikan dorongan semangat kepada penulis selama penulisan skripsi ini hingga selesai.

3. Prof. Lina Natamiharja, drg., SKM dan Rika Mayasari Alamsyah, drg., M.Kes selaku dosen penguji dan seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat FKG-USU atas masukan yang diberikan untuk penyempurnaan skripsi ini.

4. Rehulina Ginting, drg., M.Kes selaku penasehat akademik, yang telah banyak memberikan motivasi, nasihat dan arahan selama penulis menjalani masa pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.


(7)

5. drs. H. Agustono, MA selaku kepala sekolah SMP Bilingual Al-Azhar Medan, yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di SMP Bilingual Al-Azhar.

Rasa hormat dan terima kasih yang tak terhingga kepada orangtua penulis, Ayah Hoppi Nababan dan Ibu Hindun Pasaribu, serta terima kasih kepada abang, kakak dan adik penulis Irwansyah, Findy, Laila atas segala kasih sayang, doa, bimbingan, semangat, serta dukungan baik moril maupun materil yang selama ini diberikan kepada penulis.

Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada sahabat-sahabat tersayang terutama Karsa, Mercedita, Dameria, Ayu dan teman-teman seangkatan 2009 lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas bantuan dan motivasi yang diberikan selama penulis melakukan penelitian dan penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam penulisan skripsi ini dan penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menghasilkan karya yang lebih baik lagi di kemudian hari.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga karya atau skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan masyarakat.

Medan, 4 April 2013

Penulis,

(FILYA SURI RIZKY)

NIM: 090600088


(8)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN ...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ... ix

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Hipotesis ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Rongga Mulut ... 5

2.2 Kualitas Hidup ... 6

2.2.1 Karies dan Kualitas Hidup ... 7

2.2.2 Stomatitis dan Kualitas Hidup ... 7

2.2.3 Maloklusi dan Kualitas Hidup ... 9

2.2.4 Pengukuran Kualitas Hidup ... 10

2.3 Karakteristik Anak Remaja ... 13

2.4 Kerangka Konsep ... 14

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 15

3.2 Lokasi Penelitian ... 15

3.3 Populasi dan Sampel ... 15

3.5 Cara Pengumpulan Data ... 16

3.6 Pengolahan dan Analisis Data ... 18

AB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Karakteristik Responden ... 19


(9)

4.2 Pengalaman Karies ... 19

4.3 Kondisi Rongga Mulut ... 20

4.4 Kualitas Hidup ... 20

4.5 Intensitas Dampak Kesehatan Rongga Mulut ... 23

4.6 Hubungan DMFT dengan Kualitas Hidip ... 23

BAB 5 PEMBAHASAN ... 25

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 27

6.2 Saran ... 28

DAFTAR PUSTAKA ... 29 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Karakteristik instrumen untuk menilai dampak kesehatan mulut pada

kualitas hidup anak ... 11 2. Karakteristik responden siswa SMP Al-Azhar Medan berdasarkan

Jenis kelamin ... 19 3. Rata –rata DMFT berdasarkan jenis kelamin siswa SMP Al-Azhar

Medan ... 19 4. Persentase kondisi rongga mulut siswa SMP Al-Azhar Medan ... 20 5. Distribusi keparahan dampak kesehatan rongga mulut berdasarkan

dimensi fungsi fisik ... 21 6. Distribusi frekuensi dampak kesehatan rongga mulut berdasarkan

dimensi fungsi fisik ... 21 7. Distribusi keparahan dampak kesehatan rongga mulut berdasarkan

dimensi psikososial ... 22 8. Distribusi frekuensi dampak kesehatan rongga mulut berdasarkan

dimensi psikososial ... 22 9. Intensitas dampak kesehatan rongga mulut terhadap kegiatan

sehari-hari ... 23 10. Hasil analisis hubungan skor DMFT dengan kualitas hidup ... 24


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Kuesioner dampak kesehatan rongga mulut terhadap kualitas hidup dengan menggunakan indeks OIDP pada siswa SMP Al-Azhar Medan

2. Surat persetujuan komisi etik tentang pelaksanaan penelitian bidang kesehatan

3. Surat pernyataan hasil penelitian dari SMP Al-Azhar Medan 4. Hasil analisis perhitungan statistik


(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1LATAR BELAKANG

Saat ini, adanya hubungan kualitas hidup dengan kesehatan mendapat perhatian dari para ahli sehingga menjadi sebuah isu utama dalam menentukan kebijakan kesehatan pada negara-negara berkembang. Salah satu penyebabnya adalah karena kondisi kesehatan gigi dan mulut dapat mempengaruhi kualitas hidup. Dampak yang ditimbulkan dari kesehatan gigi dan mulut dapat mempengaruhi kesehatan fisik, psikologis, sosial dan kegiatan sehari-hari.1

Menurut WHO, kesehatan rongga mulut merupakan keadaan yang bebas dari rasa sakit pada mulut dan wajah, kanker mulut dan tenggorokan, infeksi di dalam mulut, penyakit periodontal dan gusi, karies, kehilangan gigi dan segala sesuatu penyakit dan gangguan yang menyebabkan seseorang mengalami keterbatasan menggigit, tersenyum, berbicara dan berinteraksi sosial.2 Palermo mengkaji dampak rasa sakit yang kronis pada anak dan menemukan adanya gangguan dalam mengerjakan tugas sehari-hari (misalnya tidur, sekolah, hubungan sosial dan kegiatan fisik).3

Hubungan antara kualitas hidup dan kesehatan rongga mulut didefinisikan sebagai suatu evaluasi, baik dari pandangan pribadi dan dunia medis, dipandang dari suatu fungsional, psikologis, faktor sosial (interaksi dan persepsi) dan pengalaman trauma serta efek dari pengalaman yang tidak menyenangkan yang dapat mempengaruhi kesejahteraan individu.1

Konsep kualitas hidup yang dimaksud dalam uraian dikembangkan dari konsep sehat WHO yaitu respons individu dalam kehidupan sehari-hari terhadap fungsi fisik, psikis dan sosial.4 Slade juga mengemukakan dampak sosial yang terdiri atas tujuh dimensi yaitu keterbatasan fungsi (sulit mengunyah, makanan sangkut, nafas bau, penampilan terganggu, pencernaan terganggu), nyeri fisik ( sakit di rongga


(13)

mulut, sakit kepala, sakit pada rahang), ketidaknyamanan psikis (merasa rendah diri, tidak bahagia, kuatir), ketidakmampuan fisik (bicara tidak jelas, tidak bisa mengunyah dengan baik, enggan tersenyum), ketidakmampuan psikis (tidak terganggu, depresi, konsentrasi terganggu, merasa malu), ketidakmampuan sosial (enggan keluar rumah, mudah tersinggung) dan hambatan (kesehatan memburuk, tidak puas dengan hidupnya, tidak bisa bersosialisasi).5,6

Dalam kesehatan masyarakat, pengukuran kualitas hidup adalah alat yang berguna untuk merencanakan kebijakan kesejahteraan karena untuk menentukan populasi kebutuhan, prioritas perawatan, dan evaluasi strategi pengobatan, sehingga membantu dalam proses pengambilan keputusan.7 Beberapa instrumen yang digunakan untuk mengukur kualitas hidup pada anak-anak adalah Oral Health Impact Profile (OHIP), Oral Impact on Daily Performance (OIDP), Child Perceptions Questionnaire (CPQ 11-14), Early Childhood Oral Health Impact scale (ECOHIS) dan Child Oral Health Quality of Life (COHQoL).4

Penelitian yang dilakukan oleh Dorri M dkk. prevalensi dampak lisan yang diukur oleh Indeks OIDP di Persian sangat tinggi. Sebanyak 64,9% responden mengalami setidaknya satu dampak OIDP dalam 6 bulan terakhir. Dampak OIDP paling berpengaruh adalah kesulitan saat makan dilaporkan oleh 35,1% responden. Dampak oral lainnya adalah kesulitan bekerja sebanyak 22,1% dan sulit tidur sebesar 21,8%. Sebagian besar responden mengalami kesulitan: menunjukkan gigi sambil tersenyum 18,2%, bersosialisasi dengan orang lain 17,5% dan beristirahat 14,4%. Dampak makan memiliki frekuensi yang tinggi, namun hanya 0,6% yang melaporkan sangat berdampak dalam kehidupan sehari-harinya, sementara 17,2% menyatakan "tidak berpengaruh sama sekali".8

Di Amerika, penelitian mengenai hubungan karies dan kualitas hidup anak, dijumpai dampak terbesar yang dialami anak adalah nyeri 68%, sedangkan 35% anak tidak suka dengan gigi mereka. Kondisi mulut yang berkaitan dengan karies gigi seperti sakit gigi dan gigi sensitif, memiliki dampak terbesar pada kualitas hidup anak usia 11 -12 tahun di negara berkembang.9


(14)

Penelitian Dewi menunjukkan adanya hubungan maloklusi dengan kualitas hidup pada remaja SMU kota Medan seperti dimensi keterbatasan fungsi yaitu rasa sakit fisik, ketidaknyamanan psikis, ketidakmampuan fisik, ketidakmampuan psikis, ketidakmampuan sosial dan hambatan. Hal ini didukung oleh penelitian Mon-Mon Tin terhadap siswa remaja SMP kota Bharu Malaysia yang menyatakan bahwa 66,8% siswa terganggu kualitas hidupnya akibat buruknya kesehatan gigi dan mulut. Gangguan ini dapat berupa gangguan berbicara, tidak merasa nyaman, gangguan belajar dan gangguan hubungan sosial dengan orang lain.10

Masa remaja merupakan tahap penting dalam kurun kehidupan manusia karena masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, terjadi perubahan fisik, mental dan psikososial yang cepat dan berdampak pada berbagai aspek kehidupannya. Pada masa ini remaja lebih mementingkan daya tarik fisik dalam proses sosialisasi. Kecantikan dan kesempurnaan fisik sangat didambakan oleh setiap remaja. Remaja dapat merasa tidak puas terhadap penampilan wajahnya yang tidak hanya menyebabkan mereka merasa tertekan tapi juga akan menurunkan fungsinya dalam kehidupan sosial, keluarga, pekerjaan dan bahkan bisa menurunkan aktivitas belajar karena sering tidak masuk sekolah akibat malu untuk bertemu orang lain atau merasa dicemohkan. Hal ini dapat menyebabkan krisis kepercayaan terhadap diri sendiri sehingga untuk masa depan dalam hal mencari pekerjaan, remaja ini akan mengalami hambatan, karena pada saat sekarang ini ada beberapa pekerjaan yang membutuhkan penampilan fisik dan wajah menarik.10 Penelitian dilakukan di SMP Al-Azhar Medan karena akses yang lebih mudah dan tempatnya mudah terjangkau oleh peneliti. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak sosial kesehatan rongga mulut terhadap kualitas hidup pada siswa SMP Al-Azhar

1.2 RUMUSAN MASALAH

Apakah terdapat hubungan kondisi rongga mulut terhadap kualitas hidup hidup pada siswa SMP Perguruan Al-Azhar Medan.


(15)

1.3TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui rata-rata pengalaman karies siswa SMP Al-Azhar Medan.

2. Untuk mengetahui persentase kondisi rongga mulut siswa SMP Al-Azhar Medan.

3. Untuk mengetahui dampak sosial kesehatan rongga mulut siswa SMP Al-Azhar Medan.

4. Untuk mengetahui intensitas dampak kesehatan rongga mulut terhadap kegiatan sehari-hari siswa SMP Al-Azhar Medan.

5. Untuk mengetahui hubungan skor DMFT dengan dampak sosial terhadap kualitas hidup siswa SMP Al-Azhar Medan

1.4 HIPOTESIS PENELITIAN

Tidak ada hubungan antara skor DMFT dengan kualitas hidup pada siswa SMP Al-Azhar Medan.

1.5MANFAAT PENELITIAN

1. Hasil penelitian yang diperoleh dapat dijadikan masukan bagi tenaga kesehatan gigi dalam merencanakan program kesehatan pada masyarakat khususnya pada remaja.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi peneliti tentang dampak kesehatan rongga mulut terhadap kualitas hidup pada anak remaja.

3. Sebagai data dan informasi untuk melakukan penelitian yang lebih lanjut pada masa yang akan datang.


(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kesehatan Rongga Mulut

Masalah kesehatan rongga mulut diketahui sebagai faktor penting yang berdampak negatif terhadap kehidupan sehari-hari dan mempengaruhi kualitas hidup karena dapat mempengaruhi seseorang untuk menikmati hidup dan bersosialisasi.4 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa penyakit mulut dapat menyebabkan rasa sakit, penderitaan, kendala psikologis, dan, gangguan dalam berinteraksi sosial.4

Feitosa et al. menemukan bahwa karies gigi, yang merupakan masalah utama di masyarakat akan menyebabkan gangguan mengunyah, penurunan nafsu makan, penurunan berat badan, gangguan tidur, perubahan perilaku, dan kinerja sekolah yang rendah. Selain itu, kesehatan mulut yang buruk pada anak-anak dapat mengganggu kesejahteraan keluarga karena orang tua merasa bersalah terhadap masalah anak-anak mereka sehingga mereka memiliki ketidakhadiran kerja dan biaya perawatan gigi.4

Di Brazil, Cortes et al. menunjukkan bahwa anak-anak sekolah yang mengalami traumatik pada gigi anterior dan tidak dirawat, akan mengalami dampak sosial yang lebih tinggi pada kehidupan sehari-hari mereka daripada anak-anak tanpa traumatik pada gigi anterior. Dampak negatif pada anak yang mengalami fraktur gigi anterior mengalami kesulitan makan, membersihkan gigi, tersenyum, tertawa tanpa malu, mempertahankan keadaan emosional yang stabil, dan ketidaknyamanan berinteraksi sosial dibandingkan dengan anak-anak yg tidak memiliki cedera traumatik anterior.4

Selain gigi fraktur, lesi jaringan lunak, maloklusi, dan fluorosis gigi juga merupakan masalah gigi yang dijumpai pada remaja , tetapi masih sedikit dilakukan


(17)

penelitian pada keadaan tersebut karena beberapa penelitian memfokuskan terhadap fungsi, sosial, dan emosional pada anak-anak.4

2.2Kualitas hidup

Berdasarkan perspektif kesehatan, kualitas hidup mengacu pada kehidupan sosial, emosional dan kesejahteraan pasien, sedangkan WHO mendefinisikannya sebagai dampak dari penyakit dan pengobatan terhadap kecacatan dan fungsi sehari-hari. Sehat biasanya dihubungkan dengan tidak adanya penyakit (diseases), keluhan sakit (illness) dan tidak ada gangguan dalam menjalankan peranan sosial sehari-hari.11

Menurut WHO, kesehatan bukan hanya merupakan ada tidaknya suatu penyakit, tetapi juga meliputi kesehatan fisik, psikologi, dan kesejahteraan sosial. Slade dan S‘pencer mengembangkan indeks berskala untuk mengukur dampak sosial gangguan rongga mulut. Indikator ini selanjutnya menjadi alat ukur terhadap besarnya pengaruh ketidakseimbangan keadaan rongga mulut terhadap fungsi sosial dan psikologis pada seseorang individu yang dikelompokkan ke dalam 7 dimensi dampak sosial yaitu keterbatasan fungsi, nyeri fisik, ketidaknyamanan psikis, ketidakmampuan fisik, ketidakmampuan psikis, ketidakmampuan sosial dan hambatan.6

Kesehatan juga bertujuan meningkatkan kualitas hidup. Untuk menggambarkan status kesehatan rongga mulut harus mencakup ada tidaknya penyakit, fungsi fisik (pengunyahan), fungsi psikis (rasa malu), fungsi sosial (peranan sosial sehari-hari), dan kepuasan terhadap dirinya. Untuk lebih menjelaskan definisi sehat dalam pengertian positif maka konsep sehat dihubungkan dengan kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan (health releted quality of life).6,11

Kualitas hidup (quality of life) didefinisikan sebagai persepsi individual tentang kondisi kehidupannya dalam konteks sistem budaya dan nilai di mana mereka tinggal dan berhubungan dengan tujuan, harapan dan perhatiannya. Kesehatan rongga mulut dihubungkan dengan kualitas hidup didefinisikan sebagai


(18)

persepsi seseorang bagaimana kesehatan rongga mulut mempengaruhi kualitas hidup dan kesehatan secara keseluruhan dari individu tersebut.12

2.2.1 Karies dan kualitas hidup anak

Karies adalah kerusakan yang terbatas pada jaringan gigi mulai dari email gigi hingga menjalar ke dentin. Proses karies ditandai dengan terjadinya demineralisasi pada jaringan keras gigi, diikuti dengan kerusakan bahan organiknya. Proses ini ditandai timbulnya white spot pada permukaan gigi. Penjalaran karies mula-mula terjadi pada email. Bila tidak segera dibersihkan dan ditambal, karies akan menjalar ke bawah hingga sampai ke ruang pulpa yang berisi saraf dan pembuluh darah, sehingga menimbulkan rasa sakit dan akhirnya gigi tersebut bisa mati.13

Karies gigi disebabkan banyak faktor seperti host atau tuan rumah, agen atau mikroorganisme, substrat atau diet dan faktor waktu. Beberapa faktor risiko karies adalah pengalaman karies, penggunaan fluor, oral higine, jumlah bakteri, saliva, pola makan, umur, jenis kelamin, sosial ekonomi.13 Klasifikasi angka keparahan karies gigi menurut WHO: sangat rendah 0,0-1,1, rendah 1,2-2,6, cukup 2,7- 4,4, tinggi 4,5-6,5, sangat tinggi >6,5 tinggi.14

Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 dilaporkan bahwa prevalensi karies di Indonesia telah mencapai 90,05% dengan rata-rata indeks DMFT sebesar 4,85 yang berarti sebagian besar penduduk indonesia menderita karies gigi. Angka ini tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara berkembang.13

Di Indonesia, penelitian Situmorang pada tahun 2005 didapat bahwa, kelompok orang dewasa dengan jumlah pengalaman karies gigi lebih tinggi (DMFT>3) mempunyai risiko 5,29 kali dan lebih sering mengalami gangguan kualitas hidup. Karies yang tinggi dapat mengurangi kualitas hidup seorang anak, mereka merasakan sakit, ketidaknyamanan, profil wajah yang tidak harmonis, infeksi akut serta kronis, gangguan makan dan tidur.5


(19)

Bahkan karies yang parah juga dapat meningkatkan risiko untuk diopname, sehingga anak tidak dapat hadir di sekolah dan dapat mempengaruhi proses pembelajaran anak.5

2.2.2 Stomatitis Aphthous Recurrent (RAS) dan kualitas hidup

RAS terbagi atas 3 jenis : minor (Miras), mayor (Maras), dan herpetiform (HU) atau borok. Minor Reccurent Stomatitis (Miras) mempengaruhi sekitar 80% penderita RAS, dan ditandai dengan ulkus yang dangkal, bulat atau oval biasanya kurang dari 5 mm, dengan warna putih abu-abu dengan adanya pseudomembran yang diselimuti oleh eritematosa tipis. Miras biasanya terjadi pada bagin labial dan bukal mukosa dan dasar mulut, tetapi jarang pada pada gingiva, langit-langit, atau dorsum lidah. Lesi ini sembuh dalam waktu 10-14 hari tanpa bekas luka. Filed et al. menyatakan miras adalah bentuk paling umum terjadidari masa kanak-kanak.9

Mayor Reccurent Stomatitis (Maras) adalah bentuk RAS yang langkah, dikenal juga sebagai Peridenitis Mukosa Necrotica Recurrens. Lesi ini oval dan dapat melebihi 1 sampai 3 cm. Maras biasanya timbul di daerah bibir, langit-langit dan tenggorokan, tetapi maras juga dapat timbul pada seluruh daerah rongga mulut. Scully dan Porter menyatakan luka pada Maras bertahan sampai 6 minggu dan seringkali sembuh dengan jaringan parut. Maras biasanya memiliki onset setelah pubertas, bertahan hingga 20 tahun.9,15

Bentu RAS yang paling umum juga dijumpai adalah herpetiform (HU), ditandai banyak luka kecil dan berulang. Borok ini menimbulkan rasa sakit , dan dapat meluas ke seluruh rongga mulut. Kadang-kadang bisa timbul 100 bisul pada waktu tertentu, masing-masing berukuran 2 - 3 mm, meskipun mereka cenderung menyatu, besar dan tidak teratur. Lehner, Scully dan Petter menyatakan HU mungkin memiliki kecenderungan dijumpai pada perempuan dan memiliki usia lanjut. 9,15

Etiologi RAS ini belum jelas, perubahan yang mudah dilihat tetapi tidak terbukti adanya penyakit autoimmun atau reaksi immunologi klasik. Mungkin berupa


(20)

perubahan respons cell-mediated immune dan reaksi silang dengan Streptokokus sanguis. Faktor-faktor predisposising pada penyakit ini adalah kekurangan haemanitik (zat besi, folat atau vitamin B12). Pada 10% kasus, dijumpai adanya

hubungan dengan tahap luteal mentruasi (jarang ditemukan), stres, alergi makanan (kemungkinan besar) dan AIDS.15

Menurut penelitian Sudaduang Krisdapong, Aubrey Sheiham dan Tsakos, anak yang memiliki RAS pada usia 12 tahun sebanyak 79,8% dan usia 15 tahun sebanyak 86,8%, masing-masing memiliki dampak pada makan sebanyak 81,0%, membersihkan gigi 84,4% dan stabilitas emosional 60,3%.16

2.2.3 Maloklusi dan kualitas hidup

Penyakit maupun kelainan gigi dan mulut dapat mempengaruhi berbagai fungsi rongga mulut, salah satunya kelainan susunan gigi atau yang disebut maloklusi. Maloklusi merupakan kelainan gigi yang menduduki posisi kedua setelah penyakit karies gigi. Maloklusi adalah salah satu kelainan dentofasial yang kebanyakan bersifat morfogenik dan merupakan masalah dibidang kesehatan gigi dan akan terus menerus meningkat sehingga penelitian-penelitian dibidang ilmu kedokteran gigi masih tetap diperlukan.10

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan maloklusi adalah kelainan gigi yaitu kelainan letak, ukuran, bentuk, dan jumlah gigi dan ciri-ciri. Yang termasuk maloklusi adalah gigi berjejal (crowded), gingsul (kaninus ektopik), gigi tonggos (disto oklusi), gigitan menyilang (crossbite) dan gigi jarang (diastema). Hal ini dapat memberikan efek terhadap penampilan estetis, berbicara atau kenyamanan dalam mengunyah.10,17

Maloklusi dapat mengakibatkan beberapa gangguan atau hambatan dalam diri penderitanya. Dilihat dari segi fungsi, gigi crowded amat sulit dibersihkan dengan menyikat gigi, kondisi ini dapat menyebabkan gigi berlubang (caries) dan penyakit gusi (ginggivitis) bahkan kerusakan jaringan pendukung gigi (periodontitis) sehingga gigi menjadi goyang dan terpaksa harus dicabut. Bila dilihat dari segi


(21)

fungsi fisik, maloklusi yang berlebihan pada tulang penunjang dan jaringan gusi. Kesulitan dalam menggerakkan tulang rahang (gangguan otot dan nyeri), gangguan sendi temporomandibular yang dapat menimbulkan sakit kepala. Apabila dilihat fungsi psikis, maloklusi dapat mempengaruhi estetis dan penampilan seseorang. Penampilan wajah yang tidak menarik mempunyai dampak yang tidak menguntungkan pada perkembangan psikologis seseorang, apalagi pada saat remaja. Dampak sosial maloklusi dapat mempengaruhi kejelasan berbicara seseorang. Apabila maloklusinya disto oklusi akan terjadi hambatan pengucapan hurup p, b dan m. Apabila maloklusinya mesio oklusi akan terjadi hambatan pengucapan s, z, t dan n.17

2.2.4 Pengukuran Kualitas Hidup

Ada beberapa macam kuesioner yang digunakan untuk mengukur kualitas hidup antara lain (Tabel 1) 4:

1. Oral Health Impact Profile (OHIP)

Slade GD dan Spencer AJ melakukan riset untuk pengembangan dan pengujian Oral Health Impact Profil (OHIP) yang terdiri atas 49 pertanyaan (OHIP-49) dan kemudian diringkas menjadi 14 pertanyaan (OHIP-14) untuk mengukur persepsi individu mengenai status kesehatan rongga mulut yang dihubungkan dengan kualitas hidup.

2. Oral Impact on Daily Performance (OIDP)

Guerunpong mengadaptasi OIDP yang terdiri atas 8 item untuk anak usia 11-12 tahun yang bertujuan mengevaluasi dampak kesehatan mulut pada kemampuan anak untuk melakukan aktivitas sehari-hari, termasuk pengukuran dimensi fisik, psikologis dan sosial.4

Skor dari dampak masalah kesehatan rongga mulut terhadap beberapa aktivitas di ukur dari skor keparahan dan frekuensi. Hasil skor untuk satu dampak intensitas berkisar 0-9. Ukuran skor dampak intesitas:1


(22)

2. Parah : jumlah skor 6 (keparahan skor 2 x frekuensi skor 3 /keparahan skor 3 x frekuensi 2)

3. Cukup : jumlah skor 3-4 (keparahan skor 2 x frekuensi skor 2 / keparahan skor 3 x frekuensi skor 1)

4. Rendah : jumlah skor 2 (keparahan skor 2 x frekuensi skor 1) 5. Sangat rendah : jumlah skor 1 (keparahan skor 1 x frekuensi skor 1)

3. The Early Childhood Oral Health Impact Scale (ECOHIS)

Locker menggunakan indeks ECOHIS untuk mengukur penyakit, kecacatan, keterbatasan fungsional dan kerugian sosial yang saling berhubungan tetapi dapat dimodifikasi oleh kondisi psikologis dan sosial yang berbeda-beda.

4. The Child Perceptions Questionnare (CPQ 11-14)

Foster menggunakan indeks untuk mengukur sejauh mana dampak kesehatan rongga mulut terhadap kualitas hidup yang dilaporkan pada anak-anak. Indeks ini terdiri atas 37 pertanyaan yang di kategorikan atas 4 kelompok yaitu gejala oral, keterbatasan fungsional, kesejateraan emosional dan sosial yang baik.

Tabel 1. Karakteristik beberapa instrumen untuk menilai dampak kesehatan mulut pada kualitas hidup anak-anak.7

Penelitian Kota Indeks Umur Jumlah item

Dimensi Kualitas Hidup Broder et

al., 2005 (32).

USA COHIP 8-14 tahun

34 item Gejala oral, fungsi kesejahteran, emosional, harga diri dan harapan Guerunpon

g et al., 2004 (34) Thaila nd Child-OIDP 11-12 tahun

8 item Kegiatan sehari-hari yang berkaitan dengan kinerja, psikologi, fisik, dan sosial. Jokovic et

al., 2002 (10)

Canad a

COHQOL 6-14 tahun

14 item Kegiatan keluarga,

keuangan, konflikdalam

keluarga, dan emosidari

orang tua Foster

Page et al., 2005 (8)

New Zeala nd

CPQ11-14 11-14 tahun

37 item Gejala oral, keterbatasan fungsional, kesejahteran emosional, sosial dan kesejahteraan


(23)

Talekar et al., 2005 (9)

USA ECOHIS 2-5 tahun

Orang tua 4item/ anak 9item

fungsional, psikologis, dan kondisi sosial

Berbagai indeks digunakan untuk menentukan hubungan kualitas hidup dengan kesehatan mulut. Oral Health Impact Performance (OHIP) dan Oral impact on Daily Performance (OIDP) diadaptasi untuk digunakan pada anak-anak. Child-OIDP (Child-Oral Impact on daily Performance) digunakan untuk perencanaan masyarakat didukung program penyuluhan kesehatan untuk anak-anak .4

Indikator ini menggunakan dua langkah:4

Langkah pertama terdiri atas menentukan masalah kesehatan rongga mulut yang diikuti dengan menjawab daftar pertanyaan yang berisi sebagian besar tentang kondisi patologis rongga mulut yang terjadi selama masa kanak-kanak.

Langkah kedua terdiri atas mengevaluasi dampak kondisi rongga mulut pada kualitas hidup anak melalui pengisian kuesioner yang dibantu dengan wawancara tunggal dari indikator Child-OIDP yang berfokus pada delapan bidang yaitu: mengunyah, berbicara, kebersihan mulut, relaksasi (termasuk tidur), tersenyum, emosional (termasuk kelas kehadiran dan belajar di rumah) dan hubungan sosial yang baik.4

2.3Karakteristik anak usia SMP

Pada umumnya masyarakat lebih mengagumi atau menyanjung seseorang yang mempunyai penampilan wajah yang menarik dan daya tarik itu dipandang sebagai sesuatu yng berhubungan dengan status sosial, harga diri dan kedudukan sosial yang sukses. Mengingat banyaknya masalah yang ditimbulkan akibat kesehatan rongga mulut pada anak remaja SMP, yang mementingkan penampilan estetis dan perkembangan untuk kehidupan sosial dengan teman sebayanya dalam rangka mencari identitas diri, maka diperlukan suatu penelitian untuk mengetahui pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari pada anak remaja.18


(24)

Fase-fase masa remaja (pubertas) menurut Monks dkk. yaitu antara umur 12 –21 tahun, dengan pembagian 12-15 tahun termasuk masa remaja awal, 15-18 tahun termasuk masa remaja pertengahan, 18-21 tahun termasuk masa remaja akhir. Ketrampilan sosial dan kemampuan penyesuaian diri menjadi semakin penting manakala anak sudah menginjak masa remaja. Hal ini disebabkan karena pada masa remaja individu sudah memasuki dunia pergaulan yang lebih luas dimana pengaruh teman-teman dan lingkungan sosial akan sangat menentukan.18

Kegagalan remaja dalam menguasai ketrampilan-ketrampilan sosial akan menyebabkan dia sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya sehingga dapat menyebabkan rasa rendah diri, dikucilkan dari pergaulan, cenderung berperilaku yang kurang normatif (misalnya asosial ataupun anti sosial), dan bahkan dalam perkembangan yang lebih ekstrim bisa menyebabkan terjadinya gangguan jiwa, kenakalan remaja, tindakan kriminal, dan tindakan kekerasan.18

Secara umum penampilan sering diidentikkan dengan manifestasi dari kepribadian seseorang, namun sebenarnya tidak. Apa yang tampil tidak selalu mengambarkan pribadi yang sebenarnya (bukan aku yang sebenarnya). Dalam hal ini amatlah penting bagi remaja untuk tidak menilai seseorang berdasarkan penampilan semata, sehingga orang yang memiliki penampilan tidak menarik cenderung dikucilkan.18


(25)

2.4 Kerangka Konsep

Maloklusi - Protrusi - Retrusi - Prognasi -Retrognasi -Diastema anterior -Diastema posterior -Crowdeed anterior -Crossbite anterior -Crossbite posterior

Kualitas

hidup

-Dimensi

fungsi

fisik

-Dimensi

psikososial

Baik

Cukup

Kesehatan rongga

mulut

Sariawan Abses Gigi persistensi

DMFT


(26)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1DESAIN PENELITIAN

Jenis rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional study. 3.2Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Al-Azhar di Jalan Pintu Air IV Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan.

3.3 POPULASI DAN SAMPEL

Populasi pada penelitian ini adalah siswa sekolah Menengah Pertama pada Perguruan Al-azhar Medan yang berjumlah 605 orang, yang terdiri atas Akselerasi 55 orang, Bilingual 125 orang, Plus 179 orang dan Reguler 204 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposif yaitu dengan mengambil kelas Bilingual saja karena akses untuk melakukan penelitian di kelas bilingual lebih mudah. Pada kelas bilingual, jumlah kelas VII 52 orang, VIII 45 orang dan IX 28 orang.

3.4VARIABEL PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL a) Jenis kelamin

Jenis Kelamin terdiri atas Perempuan dan Laki-laki

b) Pengalaman karies : melihat gigi yang tergolong didalam DMF dengan menggunakan indeks Klein

0=Gigi sehat

D=Decay (Karies, karies sekunder, karies akar)

M= Missing (Gigi yang hilang, gigi yang indikasi pencabutan) Mi ( gigi yang diindikasikan pencabutan)


(27)

F= Filling (Gigi yang ditambal/ditumpat dengan baik) c) Kondisi Rongga Mulut

1. Maloklusi: hubungan rahang atas dan rahang bawah yang menyimpang

a. Protrusi : gigi yang posisinya maju ke depan. b. Retrusi : gigi yang posisinya mundur ke belakang c. Prognasi : rahang yang posisinya maju ke depan

d. Retrognasi : rahang yang posisinya mundur ke belakang

e. Diastema anterior: keadaan adanya ruang di antara gigi geligi yang seharusnya berkontak pada gigi anterior

f. Crowded anterior : gigi berjejal pada bagian anterior g. Crossbite anterior : gigitan silang pada bagian anterior h. Crossbite posterior : gigitan silang pada bagian posterior

2. Gigi persistensi: gigi susu yang masih ada sedangkan gigi permanen sudah tumbuh

3. Sariawan: lesi atau kelaian berbentuk ulser pada sekitar mukosa rongga mulut

4. Abses : pembengkakan gusi dan terbentuk pus pada gigi berlubang d) Dampak sosial : dampak sosial kesehatan rongga mulut yang terbagi atas dua dimensi yaitu fungsi fisik dan psikososial, diukur dari keparahan dan frekuensinya dengan menggunakan skala Likert, yaitu:

1. Frekuensi: tingkat keseringan yang dialami penderita terhadap suatu penyakit.

a. Sering [3] : Mengalami hampir ±5 kali dalam seminggu b. Kadang-kadang [2] : Mengalami ±3 kali dalam seminggu.

c. Jarang[1]: Mengalami ±1 kali dalam seminggu (hampir tidak pernah)

d. Tidak pernah [0] : Tidak pernah mengalami.

2. Keparahan: tingkat penyakit yang dapat mengganggu aktivitas diukur menggunakan skala Likert, yaitu:


(28)

a. Sering [3] : mengganggu hampir ±5 kali dalam seminggu b. Kadang-kadang [2] : Mengganggu ±3 kali dalam seminggu.

c. Jarang [1]: Mengganggu ±1 kali dalam seminggu (hampir tidak pernah)

d. Tidak pernah [0]: Tidak pernah mengganggu

e) Kategori intensitas dampak OIDP : skor kesehatan rongga mulut terhadap beberapa aktivitas yang diukur dari sisi keparahan dan frekuensi (keparahan x frekuensi):

a. Buruk : skor 6-9 b. Cukup : skor 3-4 c. Rendah: skor 1-2

f) Kategori skor DMFT menurut WHO : klasifikasi jumlah skor DMFT a. Rendah : 0.0-2,0

b. Sedang : 2,1-4,4 c. Tinggi : >4,5

3.5CARA PENGUMPULAN DATA

1. Pengambilan data siswa dilakukan di sekolah pada ruang yang telah disediakan pihak sekolah.

2. Setiap sepuluh siswa sesuai dengan absensi dipanggil dari kelasnya dan dikumpulkan di ruang sekolah.

3. Peneliti mewawancarai siswa untuk mendapatkan data tentang identitas siswa dan mencatatnya pada kuesioner yang telah disediakan.

4. Pemeriksaan gigi dan mulut dilakukan dengan menggunakan kaca mulut datar dan sonde tajam setengah lingkaran dengan penerangan senter untuk mengetahui kondisi rongga mulut anak yang meliputi pengukuran pengalaman karies (DMFT), maloklusi (protrusi, retrusi, prognasi, retrognasi, diastema anterior, gigi berjejal anterior, crossbite anterior dan crossbite posterior), abses, sariawan dan gigi persistensi.


(29)

5. Peneliti mewawancarai siswa untuk mendapatkan hasil kuesioner OIDP Hasil pemeriksaan dicatat pada formulir yang tersedia. Indeks pengukuran kualitas hidup yang digunakan adalah indeks OIDP, dan indeks pengukuran karies yang digunakan adalah indeks DMFT menurut Klein.

3.6 Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputer. Untuk melihat hubungan antara dampak skor DMFT dengan kualitas hidup (OIDP) menggunakan uji Chi-square.


(30)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Responden

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 125 orang responden ternyata responden perempuan lebih banyak yaitu 59,2% daripada responden laki-laki 40,8% (Tabel 2).

Tabel 2. Karakteristik responden siswa SMP Al-Azhar Medan berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah %

Laki-laki Perempuan

51 74

40,8 59,2

Total 125 100

4.2 Pengalaman Karies

Rata-rata pengalaman karies keseluruhan responden adalah 1,4±1,6. Skor DMFT pada responden perempuan lebih tinggi yaitu 1,7±1,8, sedangkan responden laki-laki 0,9±1,1. Skor pengalaman karies tertinggi adalah skor decay, yaitu pada perempuan 1,2± 1,3, sedangkan pada laki-laki 0,6± 0,8 (Tabel 3).

Tabel 3. Rata-rata DMFT berdasarkan jenis kelamin siswa SMP Al-Azhar Medan

Jenis kelamin

Rata-rata pengalaman karies

Jumlah

D M F DMFT

±SD ±SD ±SD ±SD

Laki-laki 0,6±0,8 0,1±0,2 0,2±0,5 0,9±1,1 51 Perempuan 1,2±1,3 0,3±0,9 0,2±0,6 1,7±1,8 74 Total 0,9±1,1 0,2±0,7 0,2±0,5 1,4±1,6 125


(31)

4.3 Kondisi Rongga Mulut

Pada Tabel 4 terlihat persentase kondisi rongga mulut yang dijumpai pada siswa secara berurutan adalah gigi berjejal anterior 34,4%, protrusi 25,6%, gigitan silang anterior 13,6%, diastema anterior 11,2%, abses 8%, retrusi 7,2%, sariawan 7,2%, gigi persistensi 6,4%, prognasi 5,6% dan retrognasi 4,8%, sedangkan gigitan silang posterior hanya 2,4%

Tabel 4. Persentase kondisi rongga mulut siswa SMP Al-Azhar Medan (n=125) Kondisi rongga mulut

Ada Tidak ada

Jumlah % Jumlah %

Gigi berjejal anterior 43 34,4 82 65,6

Protrusi 32 25,6 93 74,4

Gigitan silang anterior 17 13,6 108 86,4

Diastema anterior 14 11,2 111 88,8

Abses 10 8,0 115 92,0

Retrusi 9 7,2 116 92,8

Sariawan 9 7,2 116 92,8

Gigi persistensi 8 6,4 117 93,6

Prognasi 7 5,6 118 94,4

Retrognasi 6 4,8 119 95,2

Gigitan silang posterior 3 2,4 122 97,6

4.4 Kualitas Hidup

Untuk kualitas hidup responden pada dimensi fungsi fisik, persentase yang paling mengganggu pada responden secara berturut-turut adalah pada saat membersihkan mulut 19,2%, saat makan (menggigit dan mengunyah) 8,0%, dan saat berbicara hanya 1,6%, sedangkan saat tidur nyenyak dan kondisi tubuh kurang baik hampir tidak pernah terganggu 0,8% (Tabel 5).


(32)

Tabel 5. Distribusi keparahan dampak kesehatan rongga mulut berdasarkan dimensi fungsi fisik (n=125)

Dimensi fungsi fisik

Keparahan dimensi fungsi fisik Tidak pernah terganggu (0) Jarang terganggu (1) Kadang-terganggu (2) Sering terganggu (3)

n % n % n % n %

Saat makan 79 63,2 11 8,8 25 20,0 10 8,0 Saat berbicara 103 82,4 13 10,4 7 5,6 2 1,6 Saat

membersihkan rongga mulut

60 48,0 9 7,2 32 25,6 24 19,2 Saat tidur

nyenyak 104 83,2 6 4,8 14 11,2 1 0,8 Kondisi tubuh

kurang baik 106 84,8 8 6,4 10 8,0 1 0,8 Sama halnya dengan keparahan (Tabel 5), pada sisi frekuensi yang paling sering dialami oleh responden adalah saat membersihkan mulut 16,0%, saat makan (menggigit dan mengunyah) 9,6%, saat tidur nyenyak 2,4%, sedangkan kondisi tubuh kurang baik dan saat berbicara hanya 0,8%.

Tabel 6. Distribusi frekuensi dampak kesehatan rongga mulut berdasarkan dimensi fungsi fisik (n=125)

Frekuensi dimensi fungsi fisik Dimensi fungsi

fisik

Tidak pernah

(0)

±1 kali / minggu (1) 2-3 kali/minggu (2) 4-5 kali/miggu (3)

n % n % n % n %

Saat makan 77 61,6 13 10,4 23 18,4 12 9,6 Saat berbicara 102 81,6 10 8,0 12 9,6 1 0,8 Saat

membersihkan rongga mulut

63 50,4 14 11,2 28 22,4 20 16,0 Saat tidur 98 78,4 13 10,4 11 8,8 3 2,4 Kondisi tubuh

kurang baik 100 80,0 10 8,0 14 11,2

1


(33)

Untuk gangguan kualitas hidup pada dimensi psikososial, persentase yang paling mengganggu responden adalah pada saat tersenyum 27,2% dan saat melakukan kegiatan sosial 5,6%, sedangkan absen sekolah tidak menimbulkan dampak terhadap kualitas hidup (Tabel 7)

Tabel 7. Distribusi keparahan dampak kesehatan rongga mulut berdasarkan dimensi psikososial (n=125)

Keparahan dimensi psikososial Dimensi psikososial Tidak pernah mengganggu (0) Jarang mengganggu (1) Kadang-mengganggu (2) Sering mengganggu (3)

n % n % n % n %

Tersenyum 71 56,8 4 3,2 16 12,8 34 27,2 Absen sekolah 120 96,0 3 2,4 2 1,6 0 0 Kegiatan sosial 86 68,8 12 9,6 20 16,0 7 5,6

Pada Tabel 8 terlihat gangguan kualitas hidup pada dimensi psikososial, persentase yang paling sering dialami responden adalah pada saat tersenyum 12,0%, kendala sosial 4,8%, sedangkan absen sekolah sama sekali tidak dijumpai

Tabel 8. Distribusi frekuensi dampak kesehatan rongga mulut berdasarkan dimensi psikososial (n=125)

Frekuensi dimensi psikososial Dimensi

psikososial

Tidak pernah (0)

±1 kali / minggu (1) 2-3 kali/ minggu (2) 4-5 kali/ minggu (3)

n % n % N % n %

Tersenyum 77 61,6 9 7,2 24 19,2 15 12,0 Absen sekolah 118 94,4 6 4,8 1 0,8 0 0 Kegiatan sosial 82 65,6 20 16,0 17 13,6 6 4,8


(34)

4.5 Intensitas dampak kesehatan rongga mulut

Dampak yang sangat mempengaruhi kualitas hidup responden adalah pada saat membersihkan mulut dan saat tersenyum masing-masing sebanyak 22,4% sedangkan absen sekolah sama sekali tidak mempengaruhi kualitas hidup responden (Tabel 9).

Tabel 9. Intensitas dampak kesehatan rongga mulut terhadap kegiatan sehari-hari (n=125)

Aktivitas n

Intensitas dampak

Baik Cukup Buruk

n % n % n %

Saat makan 45 15 11,0 17 13,6 13 10,4 Saat berbicara 18 12 9,6 4 3,2 2 1,6 Saat membersihan

mulut

58 11 8,8 19 15,2 28 22,4

Saat tidur 19 6 4,8 10 8,0 2 1,6

Kondisi tubuh kurang baik

18 8 6,4 10 8,0 1 0,8

Tersenyum 42 4 3,2 10 8,0 28 22,4

Absen sekolah 3 2 1,6 1 0,8 - -


(35)

4.6 Hubungan DMFT dengan kualitas hidup

Tabel 10 menunjukkan hubungan bahwa responden yang mempunyai skor DMFT rendah kualitas hidupnya dalam kategori baik yaitu 81,3%, sedangkan responden yang mempunyai skor DMFT tinggi kualitas hidupnya dalam kategori cukup sebanyak 80%. Berdasarkan hasil analisis menyatakan adanya hubungan yang signifikan antara skor DMFT dengan kualitas hidup (p<0,05)

Tabel 10. Analisis hubungan skor DMFT dengan kualitas hidup Skor

DMFT

n

Kualitas hidup Hasil analisis Baik Cukup Kurang

n % n % n %

p=0,00 Rendah

(0,0-2,0)

96 78 81,3 16 16,7 2 2,1 Sedang

(2,1-4,4)

24 14 58,3 10 41,7 - - Tinggi

(>4,5)


(36)

BAB 5 PEMBAHASAN

Rata-rata DMFT pada siswa di SMP Al-Azhar Medan yaitu 1,4±1,6. Hasil penelitian skor DMFT ini jauh lebih rendah dibandingkan penelitian Magdarina dkk. yaitu 2,45 pada responden di Cianjur. Hal ini mungkin disebabkan SMP Al-Azhar merupakan sekolah yang sudah mempunyai UKS dan menyelenggarakan program kesehatan gigi dan mulut kepada siswa sekolah.

Pada dimensi fungsi fisik (Tabel 5) terlihat bahwa persentase yang paling mengganggu responden pada saat membersihkan rongga mulut 19,2% dan pada saat makan (menggigit dan mengunyah) 1,6%. Hal ini kemungkinan disebabkan karena tingginya prevalensi terutama gigi berjejal (34,4%) di samping itu kemungkinan karena adanya abses dan sariawan pada responden. Pada Tabel 6 dilihat dari segi frekuensi dimensi fungsi fisik, persentase yang paling sering juga dialami responden adalah pada saat membersihkan rongga mulut sebanyak 16% sehingga semakin sering responden merasa terganggu semakin tinggi dampak yang ditimbulkan terhadap kualiatas hidup. Hasil penelitian Dewi pada anak remaja SMU di kota Medan menunjukkan pada dimensi fungsi fisik sulit menyikat gigi akibat gigi berjejal sebanyak 40,68%. Hal ini kemungkinan pada penelitian Dewi hampir 60% responden menderita gigi berjejal anterior dan posterior. Menurut penelitian Dewanto, kondisi rongga mulut yang paling sering ditemukan pada siswa SMP adalah gigi berjejal karena pada masa usia 10-15 tahun adalah masa gigi bercampur dimana gigi susu dan gigi permanen bersamaan di rongga mulut sehingga kasus gigi berjejal (crowdeed) pada gigi anterior sangat banyak terjadi.

Pada dimensi fungsi psikososial (Tabel 7) terlihat bahwa persentase yang paling mengganggu responden pada saat tersenyum 27,2%. Hal ini bisa dilihat dari segi frekuensi pada (Tabel 8) persentase yang paling sering dialami responden adalah pada saat tersenyum sebanyak 12%. Pada hasil penelitian Dewi juga keluhan


(37)

terbanyak adalah pada saat tersenyum sebanyak 174 orang (42,13), hal ini mungkin karena keadaan gigi berjejal sehingga remaja menjadi enggan tersenyum. Hal ini disebabkan karena pada masa remaja ini mereka lebih mementingkan daya tarik fisik dalam proses sosialisasi. Pada penelitian Mon-Mon Tin tahun 2006 terhadap siswa SMP Bharu Malaysia terlihat bahwa 66,8% siswa terganggu kualitas hidupnya akibat buruknya kesehatan gigi dan mulut. Gangguan ini berupa gangguan berbicara, tidak merasa nyaman dan gangguan bersosialisasi dengan orang lain.

Pada Tabel 9 terlihat bahwa dampak yang sangat mempengaruhi responden pada saat tersenyum dan membersihkan mulut sebanyak 22,4% dan pada saat makan cukup mempengaruhi kualiatas hidup responden sebanyak 10,4%. Sama halnya pada penelitian Cristina dkk. yang menunjukkan bahwa yang mempunyai dampak pada kualitas hidup adalah pada saat makan dan membersihkan rongga mulut sebanyak 21,6%.

Pada Tabel 10 terlihat adanya hubungan antara skor DMFT dengan kualitas hidup (p<0,05). Hal ini terlihat sama dengan penelitian Nuca dkk. yang menggunakan indeks OIDP, dimana terlihat adanya hubungan kesehatan rongga mulut terhadap kualitas hidup remaja, yaitu pada saat makan, berbicara, membersihkan rongga mulut, tidur nyenyak, tersenyum, absen sekolah dan kegiatan sosial.


(38)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Rata-rata DMFT siswa SMP Al-Azhar Medan yaitu 1,4±1,6, rata-rata decay 0,9±1,1, missing 0,2±0,7 dan filling 0,2±0,5. Skor DMFT tertinggi pada responden perempuan yaitu 1,7±1,8 sedangkan pada responden laki-laki 0,9±1,1.

2. Persentase kondisi rongga mulut yang paling banyak dijumpai yaitu gigi berjejal 34,4%, kemudian diikuti dengan protrusi 25,6% dan paling rendah adalah gigitan silang posterior (crossbite posterior) yaitu 2,4%.

3. Dampak sosial kesehatan gigi dan mulut pada siswa SMP Al-Azhar Medan yaitu pada dimensi fungsi fisik paling mengganggu siswa adalah pada saat membersihkan rongga mulut 19,2%, saat makan 8,0% dan saat berbicara hanya 1,6%, sedangkan saat tidur nyenyak dan kondisi tubuh kurang baik hampir tidak pernah terganggu 0,8% dan pada sisi frekuensi yang paling sering dialami siswa adalah pada saat membersihkan rongga mulut 16%, saat makan 9,6%, saat tidur nyenyak 1,6% sedangkan kondisi tubuh kurang baik dan saat berbicara hanya 0,8%. Pada dimensi psikososial, dampak yang paling sering mengganggu siswa pada saat tersenyum sebanyak 27,2% dan saat melakukan kegiatan sosial 4,8%. Dari sisi frekuensi, yang paling sering dialami siswa adalah pada saat tersenyum 12,0%, dan kendala sosial 4,8%.

4. Intensitas dampak terhadap kegiatan sehari-hari yang sangat mempengaruhi siswa SMP Al-Azhar adalah pada saat membersihkan rongga mulut dan tersenyum sebanyak 22,4% dan pada saat makan cukup mempengaruhi kualitas hidup reponden sebanyak 10,4%.


(39)

5. Skor DMFT mempunyai hubungan dengan kualitas hidup pada siswa SMP Al-Azhar Medan yaitu pada siswa yang memiliki skor DMFT rendah, kualitas hidupnya dalam kategori baik yaitu 81,3%, sedangkan responden yang mempunyai skor DMFT tinggi kualitas hidupnya dalam kategori cukup sebanyak 80%.

6.2 Saran

1. Kepada manejemen UKS Perguruan Al-Azhar Medan diharapkan melakukan kerjasama dengan dokter gigi dalam memberikan penyuluhan dan edukasi tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut untuk meningkatkan kesehatan gigi dan mulut pada siswa.

2. Kepada dokter gigi atau perawat gigi UKS Perguruan Al-Azhar dapat memberikan pelayanan penambalan dan melakukan pencegahan dengan kumur-kumur flour untuk mencegah tingginya skor decay pada siswa.


(40)

DAFTAR PUSTAKA

1. Nuca C, Amariei A, Mantoncsak E, Tomi D: Study regarding the correlation between the Child-OIDP index and the dental status in 12-year-old children from Harsova, Constanta county. OHDMBSC.

2. WHO.OralHealth.www.who.int/mediacaentre/factsheets/fs318/en.index.html.(17 Juli 2012)

3. Barbosa TS, Gaviao MBD: Oral Health-related quality of life in children: Part II.Effects of clinical oral health status. A systemic review.Int J Dent Hygiene 6, 2008;100-107.

4. Piovesan C, Batista A, ferreira F, Ardenghi T. Oral health- realeted quality of life in children: Coceptual issues. Dental Research Journal 2009; 24(1): 81-85. 5. Tampubolon NS. Dampak karies gigi dan penyakit periodontal terhadap kualitas

hidup.< http : library . usu .ac .id /download/ e-book/ Nurmala % 20 Situmorang.pdf >.Oktober 10 .2012.

6. Pintauli S, Natamiharja L. Dampak sosial keadaan gigi dan mulut pada penunjang klinik gigi fakultas dan puskesmas di Kota Medan : suatu studi pendahuluan. Dentiks Dent J 2005; 10(1): 16-21

7. Ebrahim S, Reza A, Shabanian M, Ahmad S : Chages in Children’s Oral Health Related Quality of Life Following Dental Treatment under General Anesthesia. Dental Research Journal 2009; 6(1): 13-16.

8. Dorri M, Sheiham A, Tsakos G. Validation of a persian of the OIDP index. BMC oral health 2007; 7.

9. Porter.S.R, Scully C, Pedersen A. Reccurent Aphthous Stomatitis. Crit Rev Oral Biol Med 1998; 9(3): 306-21

10.Dewi O. Analisa Hubungan Maloklusi Dengan Kualitas Hidup Pada Remaja SMU Kota Medan Tahun 2007. Tesis. Medan: Universitas Sumatera Utara, 2008.

11.Situmorang N. Penyakit gigi dan mulut serta pengaruhnya terhadap kualitas hidup. Dentiks Dent J 2001; 6(1): 184-88


(41)

12.Mudjari I, Susilowati. Dampak maloklusi terhadap kualitas hidup. JITEKGI 2011; 8(1): 41-5

13.Pintauli S, Hamada T. Menuju Gigi dan Mulut Sehat Pencegahan dan Penelitian. Medan: USU Press, 2008; 4-15.

14.Panda.Indeks karies gigi.

15.Scully C. Atlas bantu kedokteran gigi: Penyakit mulut. Alih Bahasa Juwono L. Jakarta: Hipokrates, 1991: 25-26

16.Krisdapong S, Sheiham A, Tsakos G. Impact of reccurent aphthous stomatitis on quality of life of 12- 15- years-old Thai children. Qual Life Res 2012; 21: 71-6 17.Rahardjo P. Orthodonti Dasar. Airlangga University Press 2009.

18.Papalia D, Old S, Feldman R. Human Development (Psikologi Perkembangan), ed sembilan .Anwar. A. Jakarta: Kencana, 2008; 541- 4


(42)

Pengukuran Kualitas Hidup Dengan OIDP

No Pertanyaan Keparahan Frekuensi

0 1 2 3 0 1 2 3 1. Fungsi Fisik

a. Apakah adik mengalami kendala saat makan (menggigit dan mengunyah)?

b. Seberapa sering dalam 3 bulan ini anda mengalaminya? 2. a. Apakah anda mengalami kendala saat berbicara?

b. Seberapa sering dalam 3 bulan ini anda mengalaminya?

3. a. Apakah anda mengalami kendala saat membersihkan rongga mulut yang dikarenakan masalah pada mulut anda (sariawan,sakit gigi dan maloklusi)?

b. Seberapa sering dalam 3 bulan ini anda mengalaminya?

4. a. Apakah anda tidak dapat tidur nyenyak akibat sakit gigi atau masalah pada mulut anda?

b. Seberapa sering dalam 3 bulan ini anda mengalaminya?

5. a. Apakah kondisi tubuh anda kurang baik (demam atau bengkak) karena masalah pada mulut anda?


(43)

6. Psikososial

a. Apakah anda menghindari tersenyum untuk menunjukkan gigi karena masalah pada mulut anda?

b. Seberapa sering dalam 3 bulan ini anda mengalaminya?

7. a. Apakah anda pernah tidak masuk sekolah karena sakit gigi atau masalah pada mulut adik?

b. Seberapa sering dalam 3 bulan ini anda mengalaminya?

8. a. Apakah anda pernah tidak berkumpul bersama teman / kegiatan sosial karena bermasalah dengan gigi?

b. Seberapa sering dalam 3 bulan ini anda mengalaminya? Keterangan :

Keparahan Frekuensi

0= tidak pernah mengganggu 0 = tidak pernah

1= jarang mengganggu (±1 kali dalam seminggu) 1 = jarang ±1 kali dalam seminggu) 2= kadang-kadang mengganggu(±3 kali dalam seminggu) 2 = kadang-kadang(±2 kali seminggu) 3 = sering mengganggu (±5 kali dalam seminggu ) 3 = sering (±5 kali dalam seminggu)


(44)

Universitas Sumatera Utara Fakultas Kedokteran Gigi

Dapertemen Ilmu Kedokteran gigi Pencegahan / Kesehatan Gigi Masyarakat DAMPAK KESEHATAN RONGGA MULUT TERHADAP KUALITAS

HIDUP DENGAN MENGGUNAKAN INDEKS OIDP PADA SISWA SMP PERGURUAN AL-AZHAR

MEDAN

No.Kartu

Nama :

1. Jenis kelamin : a. Laki- laki b. Perempuan

1

3. Pemeriksaan Rongga Mulut

17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37

2.Pengalaman Karies 0= Sehat

D= Decay D gigi

M= Missing

- Mi (Gigi yang diindikasikan pencabutan) M gigi

- Me (Gigi yang hilang)

F= Filling(Gigi yang ditambal) F gigi

2.Skor DMFT 3.Kondisi Lain Ada Tidak

a. Abses b. Maloklusi


(45)

- Retrusi

- Prognasi

- Retrognasi

- Diastema anterior

- Gigi berjejal anterior

- Gigitan silang(Crossbite)anterior

- Gigitan silang(Crossbite) posterir c. Gigi persistensi


(1)

DAFTAR PUSTAKA

1. Nuca C, Amariei A, Mantoncsak E, Tomi D: Study regarding the correlation

between the Child-OIDP index and the dental status in 12-year-old children from Harsova, Constanta county. OHDMBSC.

2. WHO.OralHealth.www.who.int/mediacaentre/factsheets/fs318/en.index.html.(17

Juli 2012)

3. Barbosa TS, Gaviao MBD: Oral Health-related quality of life in children: Part

II.Effects of clinical oral health status. A systemic review.Int J Dent Hygiene 6,

2008;100-107.

4. Piovesan C, Batista A, ferreira F, Ardenghi T. Oral health- realeted quality of life

in children: Coceptual issues. Dental Research Journal 2009; 24(1): 81-85.

5. Tampubolon NS. Dampak karies gigi dan penyakit periodontal terhadap kualitas

hidup.< http : library . usu .ac .id /download/ e-book/ Nurmala % 20

Situmorang.pdf >.Oktober 10 .2012.

6. Pintauli S, Natamiharja L. Dampak sosial keadaan gigi dan mulut pada

penunjang klinik gigi fakultas dan puskesmas di Kota Medan : suatu studi pendahuluan. Dentiks Dent J 2005; 10(1): 16-21

7. Ebrahim S, Reza A, Shabanian M, Ahmad S : Chages in Children’s Oral Health

Related Quality of Life Following Dental Treatment under General Anesthesia. Dental Research Journal 2009; 6(1): 13-16.

8. Dorri M, Sheiham A, Tsakos G. Validation of a persian of the OIDP index. BMC

oral health 2007; 7.

9. Porter.S.R, Scully C, Pedersen A. Reccurent Aphthous Stomatitis. Crit Rev Oral

Biol Med 1998; 9(3): 306-21

10.Dewi O. Analisa Hubungan Maloklusi Dengan Kualitas Hidup Pada Remaja

SMU Kota Medan Tahun 2007. Tesis. Medan: Universitas Sumatera Utara, 2008.

11.Situmorang N. Penyakit gigi dan mulut serta pengaruhnya terhadap kualitas


(2)

12.Mudjari I, Susilowati. Dampak maloklusi terhadap kualitas hidup. JITEKGI 2011; 8(1): 41-5

13.Pintauli S, Hamada T. Menuju Gigi dan Mulut Sehat Pencegahan dan Penelitian.

Medan: USU Press, 2008; 4-15.

14.Panda.Indeks karies gigi.

15.Scully C. Atlas bantu kedokteran gigi: Penyakit mulut. Alih Bahasa Juwono L.

Jakarta: Hipokrates, 1991: 25-26

16.Krisdapong S, Sheiham A, Tsakos G. Impact of reccurent aphthous stomatitis on

quality of life of 12- 15- years-old Thai children. Qual Life Res 2012; 21: 71-6

17.Rahardjo P. Orthodonti Dasar. Airlangga University Press 2009.

18.Papalia D, Old S, Feldman R. Human Development (Psikologi Perkembangan),


(3)

Pengukuran Kualitas Hidup Dengan OIDP

No Pertanyaan Keparahan Frekuensi

0 1 2 3 0 1 2 3

1. Fungsi Fisik

a. Apakah adik mengalami kendala saat makan (menggigit dan

mengunyah)?

b. Seberapa sering dalam 3 bulan ini anda mengalaminya?

2. a. Apakah anda mengalami kendala saat berbicara?

b. Seberapa sering dalam 3 bulan ini anda mengalaminya?

3. a. Apakah anda mengalami kendala saat membersihkan rongga mulut

yang dikarenakan masalah pada mulut anda (sariawan,sakit gigi dan maloklusi)?

b. Seberapa sering dalam 3 bulan ini anda mengalaminya?

4. a. Apakah anda tidak dapat tidur nyenyak akibat sakit gigi atau masalah

pada mulut anda?

b. Seberapa sering dalam 3 bulan ini anda mengalaminya?

5. a. Apakah kondisi tubuh anda kurang baik (demam atau bengkak)

karena masalah pada mulut anda?


(4)

6. Psikososial

a. Apakah anda menghindari tersenyum untuk menunjukkan gigi karena

masalah pada mulut anda?

b. Seberapa sering dalam 3 bulan ini anda mengalaminya?

7. a. Apakah anda pernah tidak masuk sekolah karena sakit gigi atau

masalah pada mulut adik?

b. Seberapa sering dalam 3 bulan ini anda mengalaminya?

8. a. Apakah anda pernah tidak berkumpul bersama teman / kegiatan sosial

karena bermasalah dengan gigi?

b. Seberapa sering dalam 3 bulan ini anda mengalaminya?

Keterangan :

Keparahan Frekuensi

0= tidak pernah mengganggu 0 = tidak pernah

1= jarang mengganggu (±1 kali dalam seminggu) 1 = jarang ±1 kali dalam seminggu)

2= kadang-kadang mengganggu(±3 kali dalam seminggu) 2 = kadang-kadang(±2 kali seminggu)


(5)

Universitas Sumatera Utara Fakultas Kedokteran Gigi

Dapertemen Ilmu Kedokteran gigi Pencegahan / Kesehatan Gigi Masyarakat DAMPAK KESEHATAN RONGGA MULUT TERHADAP KUALITAS

HIDUP DENGAN MENGGUNAKAN INDEKS OIDP PADA SISWA SMP PERGURUAN AL-AZHAR

MEDAN

No.Kartu Nama :

1. Jenis kelamin : a. Laki- laki

b. Perempuan

1

3. Pemeriksaan Rongga Mulut

17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27

47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37

2.Pengalaman Karies 0= Sehat

D= Decay D gigi

M= Missing

- Mi (Gigi yang diindikasikan pencabutan) M gigi

- Me (Gigi yang hilang)

F= Filling(Gigi yang ditambal) F gigi

2.Skor DMFT

3.Kondisi Lain

Ada Tidak

a. Abses

b. Maloklusi


(6)

- Retrusi

- Prognasi

- Retrognasi

- Diastema anterior

- Gigi berjejal anterior

- Gigitan silang(Crossbite)anterior

- Gigitan silang(Crossbite) posterir

c. Gigi persistensi