Segmentasi Citra KESIMPULAN DAN SARAN

5 5 4 7 2 6 6 4 2 Maka , = � + + + + + + + + ≈ 3,79 = 4 Sehingga bagian dari citra ini menjadi: 5 5 4 7 4 6 6 4 2

2.9 Segmentasi Citra

Segmentasi citra bertujuan untuk membagi wilayah wilayah yang homogen. Segmentasi adalah salah satu metode penting yang digunakan untuk mengubah citra input kedalam citra output berdasarkan atribut yang diambil citra tersebut. Segmentasi membagi citra ke dalam daerah intensitasnya masing masing sehingga bisa membedakan antara objek dan background-nya. Pembagian ini tergantung pada masalah yang akan diselesaikan. Segmentasi harus dihentikan apabila masing masing objek telah terisolasi atau terlihat dengan jelas. Tingkat keakurasian segmentasi bergantung pada tingkat keberhasilan prosedur analisis yang dilakukan. Algoritma dari segmentasi citra terbagi dalam dua macam Sutoyo, at. all, 2009, yaitu: 1. Diskontinuitas, yaitu pembagian citra berdasarkan perbedaan dalam intensitasnya, contohnya: titik, garis, dan edge tepi. 2. Similaritas, yaitu pembagian citra berdasarkan kesamaan kesamaan kriteria yang dimilikinya, contohnya: thresholding, region growing, region splitting and merging. 2.9.1 Segmentasi Citra Berbasis Wilayah Tujuan segmentasi berbasis wilayah adalah membagi sebuah gambar menjadi beberapa wilayah. Hal ini dilakukan dengan cara mengelompokkan bagian-bagian citra yang Universitas Sumatera Utara a. ⋃ memiliki karakteristik yang sama berupa perubahan warna antara titik yang berdekatan , nilai rata-rata, varian, standar deviasi dan lain-lain. Formulasi dasar yang digunakan.R merepresentasikan seluruh wilayah gambar. Proses segmentasi yang mempartisi R menjadi n subwilayah R 1 ,R 2 ,…,R n yaitu: � =1 = b. Ri adalah wilayah yang terkoneksi, i=1,2,…n c. Ri Rj = ∅ untuk semua i dan j, dimana i ≠ j d. PRi = true untuk i=1,2,…,n e. PRi Rj = false untuk i ≠ j Keterangan: PRi merupakan logical predicate yang mendefinisikan semua titik pada kumpulan Ri dan ∅ merupakan himpunan kosong. Syarat a menunjukan bahwa segmentasi harus lengkap,semua pixel harus pada wilayah. Syarat b menyatakan bahwa titik-titik pada sebuah wilayah harus terhubung. Syarat c menunjukan bahwa wilayah-wilayah harus disjoint. Syarat d menyatakan bahwa kesepadanan antara sifat-sifat yang dimiliki harus dipenuhi oleh pixel-pixel pada wilayah segmentasi. Contoh, PRi = true jika Ri memiliki intensitas yang sama. Syarat e menyatakan bahwa wilayah Ri dan Rj berbeda Sutoyo, at. all, 2009. 2.9.2 Pengenalan Pola Pengenalan pola merupakan langkah perantaraan bagi proses menghilangkan dan menormalkan gambar dalam satu cara pemrosesan gambar image processing, teks dll., pengiraan ciri-ciri, pengkelasan dan akhirnya post-pemrosesan berdasarkan kelas pengenalan dan aras keyakinan. Pengenalan pola itu sendiri khususnya berkaitan dengan langkah pengkelasan Sebayang, 2011. Pengenalan pola pattern recognition merupakan konsep yang sangat luas aplikasinya dalam banyak bidang antara lain: biomedical EEG, ECG, Röntgen, Nuclear, Tomography, Tissue, Cells, Chromosomes, meteorolgy remote sensing, industrial inspection robotic vision dan digital microscopy. Beberapa aplikasi dalam bidang komputer dan informatika diantaranya: speech recognition, speaker identification, Universitas Sumatera Utara character recognition, signature verification, image segmentation dan artificial intelligence. Pengenalan pola secara garis besar sebagai serangkaian kegiatan yang mencakup kegiatan pengukuran dunia nyata dengan alat ukur yang menggambarkan fenomena yang akan diukur diikuti serangkaian kegiatan preprosesor, ekstrak feature, klasifikasi atau diskripsi pola. Kegiatan yang vital dalam pengenalan pola adalah kegiatan klasifikasi dari ruang feature yang diperoleh dari kegiatan seleksi dan ekstrak feature. Metode yang lebih baik dari metode clustering secara tegas adalah aplikasi teori fuzzy dalam proses cluster fuzzy clustering Prayudha, 2011. Proses fuzzy clustering memberikan hasil yang lebih baik dan lebih alami dibandingkan dengan proses cluster dengan pendekatan tegas. Pada fuzzy clustering berbasis fungsi tujuan persoalan mencari cluster terbaik akan identik dengan persoalan optimasi fungsi tujuan. Penggunaan algoritma genetika untuk fuzzy clustering dimungkinkan dapat meningkatkan unjuk kerja fuzzy clustering. Penerapan GFS pada fuzzy clustering terutama Fuzzy-C-Means Clustering FCM adalah untuk mengoptimasi parameter-parameter dalam FCM Hamzah, 2001. 2.9.3 Clustering Cluster adalah kesatuan nilai-nilai dalam jarak tertentu pada kepadatan suatu daerah relatif besar dibandingkan dengan kepadatan nilai-nilai daerah sekitarnya. Teknik klusterisasi bermanfaat untuk segmentasi citra dan klasifikasi data yang belum diolah untuk menciptakan kelas-kelas. Warna diwakili dalam vektor 3 dimensi dari nilai titiknya. Masing-masing komponen warna dihadirkan dalam warna merah, hijau dan biru RGB. Perlu dicatat bahwa penggunaan penyajian ini, jika dua garis vektor adalah saling berdekatan, warna akan ditampilkan serupa, rata-rata dari dua garis vektor, jika warna yang akan ditampilkan sangat berbeda, maka akan diambil jalan tengah dengan menghadirkan suatu warna secara kasar dari warna aslinya. Acuan ini juga ketika rata- rata berbagai garis vektor RGB Prayudha, 2011. Universitas Sumatera Utara 2.9.4 Fuzzy clustering Fuzzy clustering adalah perluasan dari teknik analisis cluster, di mana setiap obyek dapat masuk ke dalam beberapa kelompok atau cluster tergantung pada tingkat atau derajat keanggotaannya. Jadi pada Fuzzy clustering diperbolehkan adanya overlap. Konsep dasar Fuzzy Clustering yang biasa dipergunakan yakni Fuzzy C-Means FCM, pertama kali adalah menentukan pusat cluster, yang akan menandai lokasi rata-rata untuk tiap – tiap cluster. Pada kondisi awal, pusat cluster ini masih belum akurat. Tiap –tiap titik data memiliki derajat keanggotaan untuk tiap-tiap cluster. Dengan cara memperbaiki pusat cluster dan derajat keanggotaan tiap-tiap titik data secara berulang, maka akan dapat dilihat bahwa pusat cluster akan bergerak menuju lokasi yang tepat. Perulangan ini didasarkan pada peminimalan fungsi obyektif yang menggambarkan jarak titik data ke pusat cluster yang terbobot oleh derajat keanggotaan titik data tersebut. Namun fuzzy clustering seperti yang diterangkan di atas FCM, tidak dapat diaplikasikan ketika data yang diberikan berupa suatu set data kategori multivarian di mana biasanya data ini ditampilkan dalam bentuk tabel kontingensi atau matriks kontingensi. Sehingga dibutuhkan suatu teknik fuzzy clustering berbeda yang mampu memecahkan masalah clustering ketika data yang diberikan berupa suatu set data kategori multivarian. Hasil dari metode fuzzy clustering lain yang mampu mengelompokkan suatu set data kategori multivarian ini mirip dengan hasil ketika kita menggunakan teknik analisis korespondensi Prayudha, 2011. Fuzzy C Means adalah sebuah metode clustering yang mengijinkan satu data menjadi milik dua atau lebih cluster. Metode ini sering digunakan dalam pengenalan pola pattern recoqnition. Metode Fuzzy C-Means adalah salah satu metode clustering yang mengalokasikan kembali data ke dalam masing-masing cluster dengan memanfaatkan teori Fuzzy. Dalam metode Fuzzy C Means dipergunakan variabel membership function, yang merujuk pada seberapa besar kemungkinan suatu data bisa menjadi anggota ke dalam suatu cluster Bezdek, 1981. Pada pendekatan tegas crisp, untuk setiap objek ke-k k=1...n secara tegas hanya dapat menjadi anggota cluster ke-I i=1..c, dengan keputusan menjadi anggota cluster ke-i berdasarkan jarak minimal objek ke-k dengan pusat-pusat cluster ke-i. Algoritma pendekatan tegas dengan jumlah cluster k clustering dan pusat cluster Universitas Sumatera Utara ditentukan dengan cara rata –rata, ini sering disebut sebagai K-Means. Pada pendekatan fuzzy metode clustering berdasarkan kenyataan bahwa objek-objek tertentu mungkin secara tegas tidak dapat dikelompokkan pada cluster tertentu. Dengan pendekatan fuzzy setiap objek ke-k k=1,2,..,n dianggap menjadi anggota dari semua cluster ke-i i=1,2,..,c dengan fungsi keanggotaan antara 0 sampai 1. Keputusan objek ke-i menjadi anggota cluster ke-j berdasarkan fungsi keanggotaan yang terbesar. Model clustering seperti ini terkenal dengan sebutan Fuzzy C Means Clustering FCM. Untuk menghasilkan formulasi yang presisi dalam menentukan kriteria clustering dapat ditempuh dengan metode fungsi objektif objective-function methods, yaitu dengan mengukur kemampuan untuk dilibatkan dalam cluster sebagai fungsi dari c yaitu cacah cluster dengan suatu fungsi objektif tertent. Fuzzy clustering FCM dengan fungsi tujuan menggunakan jarak euclidean mengasumsikan bentuk fungsi tujuan spherical. Untuk data tertentu kondisi spherical mungkin tidak terpenuhi. Pemilihan fungsi tujuan dan kriteria jarak sangat tergantung pada sebaran data objek Prayudha, 2011. Metode Fuzzy K-Means atau lebih sering disebut sebagai Fuzzy C-Means mengalokasikan kembali data ke dalam masing-masing cluster dengan melakukan proses clustering dengan mengikuti algoritma sebagai berikut: a. Tentukan jumlah cluster. b. Alokasikan data sesuai dengan jumlah cluster yang ditentukan. c. Hitung nilai centroid dari masing-masing cluster. d. Hitung nilai membership function masing-masing data ke masing-masing cluster. e. Kembali ke Step c apabila perubahan nilai membership function masih di atas nilai threshold yang ditentukan, atau apabila perubahan pada nilai centroid masih di atas nilai threshold yang ditentukan, atau apabila perubahan pada nilai objective function masih di atas nilai threshold yang ditentukan. Universitas Sumatera Utara Untuk menghitung centroid cluster ke-i, vi , digunakan rumus sebagai berikut: ∑ = � = ………………………………..........8 ∑ = Keterangan: N : Jumlah data m : weighting exponent : membership function data ke-k ke cluster ke-i � : nilai centroid cluster ke-i Untuk menghitung membership function data ke-k ke cluster ke-i digunakan rumus pada persamaan: = ∑ � � ,� � D � �, � � = � ........................................................................ 9 Keterangan: : membership function data ke-k ke cluster ke-i D : distance space : Nilai centroid cluster ke-i m : weighting exponent Distance Space euclidean distance adalah jarak antara data dengan centroid dihitung dengan rumus: d , =√∑ − = ...............................................10 Universitas Sumatera Utara Keterangan : d = jarak j = banyaknya data c = centroid x = data

2.10 Parameter Perbandingan Kualitas Citra