dan eksternal Kantor BPN RI, Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional danatau Kantor Pertanahan agar pembahasan lebih komprehensif;
mempertajam analisis kasus pertanahan; dan memilih alternatif penyelesaian c
Gelar Mediasi
, adalah gelar yang menghadirkan para pihak yang berselisih untuk memfasilitasi penyelesaian kasus pertanahan melalui musyawarah. Gelar
Mediasi bertujuan : menampung informasipendapat dari semua pihak yang berselisih,
dan pendapat
dari unsur
lain yang
perlu dipertimbangkan;
menjelaskan posisi
hukum para
pihak baik
kelemahankekuatannya; memfasilitasi penyelesaian kasus pertanahan melalui musyawarah; dan pemilihan penyelesaian kasus pertanahan.
d
Gelar Istimewa
, adalah gelar yang dilaksanakan oleh Tim Penyelesaian Kasus Pertanahan yang dibentuk oleh Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia atau Deputi Bidang Pengkajian dan Penanganan Sengketa dan Konflik Pertanahan. Gelar Istimewa bertujuan : menyelesaikan kasus
pertanahan yang sangat kompleks; menyelesaikan perbedaan keputusan mengenai penanganan kasus pertanahan antara pejabat BPN RI atau pejabat
instansi lainnya; mengkoreksi keputusan Pejabat BPN RI yang bermasalah; dan menetapkan upaya hukum.
4. Penyusunan Risalah Pengolahan Data RPD; merupakan dokumen resmi BPN RI yang menjadi bagian tidak terpisahkan dengan dokumen penanganan dan
penyelesaian kasus pertanahan, yang merupakan rangkuman hasil penanganan kasussengketa dan konflik pertanahan. Risalah Pengolahan Data disusun
berdasarkan komitmen terhadap kebenaran, kejujuran dan prosedur, sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.
5. Penyiapan Berita AcaraSuratKeputusan; 6. Monitoring dan evaluasi terhadap hasil penanganan sengketa.
d. Penyelesaian Konflik Pertanahan.
Dalam rangka membangun kepercayaan publik
trust building,
salah satu yang dilakukan oleh BPN adalah melakukan percepatan penanganan dan penyelesaian
kasus-kasus pertanahan sebagaimana diamanatkan dalam Tap MPR IXMPR2001 yang juga merupakan bagian dari 11 Agenda Prioritas BPN RI dengan berlandaskan
4 4mpat prinsip kebijakan pertanahan. Peyelesaian konflik pertanahan berdasarkan Peraturan Kepala BPN No. 3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Pengkajian dan
Penanganan Kasus Pertanahan terdiri dari : 1.
Penyelesaian sengketa dan konflik pertanahan untuk melaksanakan putusan pengadilan; BPN RI wajib melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap, kecuali terdapat alasan yang sah untuk tidak melaksanakannya, yaitu :
a. Terhadap obyek putusan terdapat putusan lain yang bertentangan; b. Terhadap obyek putusan sedang diletakkan sita jaminan;
c. Terhadap obyek putusan sedang menjadi obyek gugatan dalam perkara lain; d. Alasan lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.
2. Penyelesaian sengketa dan konflik pertanahan di luar pengadilan; dapat berupa
perbuatan hukum administrasi pertanahan meliputi : 1.
Pembatalan hak atas tanah karena cacat hukum administrasi; 2.
Pencatatan dalam Sertipikat danatau Buku Tanah serta Daftar Umum lainnya; dan
3. Penerbitan surat atau keputusan administrasi pertanahan lainnya karena terdapat
cacat hukum administrasi dalam penerbitannya. 4.
Dalam melaksanakan penanganan dan penyelesaian sengketa dan konflik pertenahan, BPN RI menetapkan beberapa keriteria terhadap kasus pertanahan
yang dinyatakan selesai sebagaimana disebutkan dalam Pasal 72 Peraturan Kepala BPN RI Nomor 3 Tahun 2011, yaitu
A. Kriteria Satu K-1
berupa penerbitan Surat Pemberitahuan Penyelesaian Kasus Pertanahan dan pemberitahuan kepada semua pihak yang bersengketa;
B. Kriteria Dua K-2
berupa Penerbitan Surat Keputusan tentang pemberian hak atas tanah, pembatalan sertipikat hak atas tanah, pencatatan dalam buku tanah, atau
perbuatan hukum lainnya sesuai Surat Pemberitahuan Penyelesaian Kasus Pertanahan;
C. Kriteria Tiga K-3
berupa Surat Pemberitahuan Penyelesaian Kasus Pertanahan yang ditindaklanjuti mediasi oleh BPN sampai pada kesepakatan berdamai atau
kesepakatan yang lain yang disetujui oleh para pihak;
D. Kriteria Empat K-4
berupa Surat Pemberitahuan Penyelesaian Kasus Pertanahan yang intinya menyatakan bahwa penyelesaian kasus pertanahan akan melalui
proses perkara di pengadilan, karena tidak adanya kesepakatan untuk berdamai;
E. Kriteria Lima K-5
berupa Surat Pemberitahuan Penyelesaian Kasus Pertanahan yang menyatakan bahwa penyelesaian kasus pertanahan yang telah ditangani
bukan termasuk kewenangan BPN dan dipersilakan untuk diselesaikan melalui instansi lain.
2. Bantuan Hukum dan Perlindungan Hukum.
Bantuan hukum dilaksanakan untuk kepentingan BPN RI atau aparatur BPN RI yang masih aktif atau sudah purna tugas yang menghadapi masalah hukum. Bantuan
hukum meliputi pendampingan hukum dalam proses peradilan pidana, perdata atau tata usaha negara, pengkajian masalah hukum yang berkaitan dengan kepentingan BPN dan
pengkajian masalah hukum akibat tindakan yang dilakukan oleh pejabat atau pegawai BPN.
3. Strategi penanganan dan penyelesaian konflik pertanahan.
Agar penanganan dan penyelesaian konflik pertanahan dapat diwujudkan dan agenda kebijakan BPN RI dapat dilaksanakan untuk mencapai sasaran strategis yang
diinginkan, maka dirumuskan strategi sebagai berikut :