Sebaran Pengaturan dan Dasar Hukum Model Penyelesaian Sengketa Pertanahan

8. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Sumber Daya Air, kemudian dicabut oleh Undang-Undang No 4 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. Kemudian Undang-undang ini dibatalkan oleh Putusan Mahkamah Konstituti. 9. Kelompok peraturan perundang undangan Nomor UU No 4 Tahun 2009, Mineral dan Batu Bara 10. PP 23 Tahun 2010, Pelaksanaan UU Minerba 11. PP 24 Tahun 2011, Perubahan I 12. PP 1 Tahun 2014, Perubahan II

C. Kelembagaan Kantor Wilayah Pertanahan DIY

a. VISI Kanwil BPN Provinsi DIY Dengan memperhatikan visi Badan Pertanahan Nasional serta masalah-masalah yang dihadapi oleh Kanwil BPN Provinsi DIY Tahun 2010-2014 yang merupakan cita-cita yang ingin diwujudkan yaitu: “Menjadikan Kantor Wilayah BPN Provinsi DIY sebagai sumber informasi pertanahan menuju ke sistem pertanahan yang terpadu, efektif dan efisien dalam upaya pendayagunaan tanah bagi kepentingan masyarakat dengan prioritas utama mendorong partisipasi ma syarakat dalam pelayanan dan pengelolaan pertanahan di Provinsi DIY”.

b. Misi Kanwil BPN Provinsi DIY

Dalam rangka peningkatan pengelolaan pertanahan dan pengembangan administrasi pertanahan, telah ditetapkan misi pembangunan pertanahan yang akan diembandilaksanakan BPN-RI dalam tahun 2010-2014 yang mengacu pada 4 empat prinsip bahwa Pengelolaan Pertanahan berkontribusi pada terwujudnya: Prosperity, Equity, Sosial Welfare, dan Sustainability bagi rakyat, yang termuat dalam Renstra BPN-RI Tahun 2010-2014 adalah: 1. Peningkatan kesejahteraan rakyat, penciptaan sumber-sumber baru kemakmuran rakyat, pengurangan kemiskinan dan kesenjangan pendapatan, serta pemantapan ketahan pangan. 2. Peningkatan tatanan kehidupan bersama yang lebih berkeadilan dan bermartabat dalam kaitannya dengan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah P4T. 3. Perwujudan tatanan kehidupan bersama yang harmonis dengan mengatasi berbagai sengketa, konflik dan perkara pertanahan diseluruh tanah air dan penataan perangkat hukum dan sistem pengelolaan pertanahan sehingga tidak melahirkan sengketa, konflik dan perkara dikemudian hari. 4. Keberlanjutan sistem kemasyarakatan kebangsaan dan kenegaraan Indonesia dengan memberikan akses seluas-luasnya pada generasi yang akan dating terhadap tanah sebagai sumber kesejahteraan masyarakat. 5. Penguatan lembaga pertanahan sesuai dengan jiwa, semangat, prinsip dan aturan yang tertuang dalam UUPA dan aspirasi rakyat secara luas untuk mencapai tujuan pembangunan bidang pertanahan yaitu:

1. Faktor Eksternal: Kondisi Pertanahan

Tanah disamping merupakan perekat NKRI, juga berpotensi besar untuk mensejahteraan rakyat. Secara geografis, wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terletak antara 07 ᵒ 33’- 08ᵒ12’ Lintang Selatan dan 110ᵒ00’- 110ᵒ50’ Bujur Timur dan berbatsan dengan wilayah Propinsi Jawa Tengah yang meliputi: 2 2 Sumber Kantor Pertanahan kabupaten bantul - sebelah Utara : Kabupaten Magelang - sebelah Timur : Kabupaten Klaten dan Wonogiri - sebelah Selatan : Samudera Hindia - sebelah Barat : Kabupaten Purwerejo Luas wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah 318.580 Ha terdiri atas 4 Kabupaten dan 1 Kota dengan luas wilayah masing-masing: Kabupaten Sleman seluas 57.485 Ha, Kabupaten Bantul seluas 50.685 Ha, Kabupaten Kulon Progo seluas 58.627 Ha, Kabupaten Gunung Kidul seluas 148.536 Ha dan Kota Yogyakarta seluas 3.250 Ha. Dari jumlah luas tersebut, sekitar 9,53 merupakan wilayah non budidaya berupa hutan lebat, hutan sejenis dan hutan belukar, sedang sisanya sekitar 90,47 telah dibudidayakan dengan berbagai jenis kegiatan. Gambar 1. Penggunaan Tanah Provinsi D.I. Yogyakarta 1. Hutan 8.75 2. Lainnya 0.93 3. Pemukiman 24.89 4. Sawah 26.32 5. Sungai,Rawa, Waduk. 0.78 6. Tegalan 25.73 1 2 3 4 5 6 7