Tahapan Penelitian Tahapan Pengembangan Model Kebijakan Penyelesaian Sengketa Pertanahan Berbasis Kearifan Lokal (Indigenous Wisdom)

B. Sebaran Pengaturan dan Dasar Hukum Model Penyelesaian Sengketa Pertanahan

1. HIR , Inilah peraturan peninggalan Pemerintah Hindia Belanda yang mengatur mengenai proses beracara di Pengadilan. Salah satu klausul mengatur hakim untuk menyelesaikan sengketa secara damai oleh para pihak. 2. UU No 14 tahun 1970 tentang kekuasaan kehakiman. Undang-undang ini yang pertama menginisiasi munculnya model penyelesaian sengketa alternative. Berdasarkan UU ini keluar Kepres 34 tahun 1984 tentang Ratifikasi New York Convention tentang Model-Model Penyelesaian Sengketa Alternatif dan Arbitrasi 3. UU no 30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan Penyelessaian Sengketa Alternatif, undang-undang ini tindak lebih lanjut dari ratifikasi dari New York Convention yang secara lebih rinci ditungkan dalam pasal-pasal undang-undang tersebut. Model-model penyelesaian sengketa alternative terdiri dari: konsultasi, pendapat ahli, negosiasi, mediasi, konsiliasi, dan arbitrase. 4. UU No 4 tahun 2004, tentang kekuasaan kehakiman, merupakan uu yang berupaya melakuka perubahan tentang prinsip-prinsip kekuasaan kehakiman sesuai dengan asppirasi reformasi peradilan. 5. UU No 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, undang-undang yang saat ini berlaku mencabut undang-undang sebelumnya. Undang-undang ini lebih menekankan prinsip triap politika yang lebih tegas. Model-model penyelesaian sengketa melalui model penyelesaian sengketa alternative dan arbitrase ditegaskan kembali dalam undang-undang ini. Disamping diatur dalam berbagai undang-undang, juga diatur dalam peraturan yang oleh peraturan-peraturan yang bersifat departementalis. 6. Peraturan Mahkaman Agung No 1 tahun 2008, tentang permohonan acta van dading untuk kesepakatan yang dihasilkan melalui kesepakatan para pihak, termasuk kesepakatan sengketa pertanahan. 7. Peraturan Menteri AgrariaKepala BPN Nomor 1 tahun 1999 tentang tata cara penanganan sengketa dan konflik pertanahan. 8. Peraturan Kepala BPN Nomor 3 Tahun 2011, tentang Pengelolaan dan Pengkajia Kasus Pertanahan. Disamping peraturan perundang-undangan diatas, terdapat pula ketentuan-ketentuan yang terselip dalam peraturan-perundang-undangan yang tersebar luas, misalnya undang-undang pemerintahan daerah dan kelompok undang-undang sumber daya alam. Lebih rinci dapat digambarkan sebagai berikut: 1. UUPA, UU No 5 Tahun 1960, Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria 2. UU No 52 Tahun 1960 tentang Land Reform 3. UU No 41 Tahu 2009, Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan 4. UU Nomor 2 Tahun 2012: tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum 5. UU Transmigrasi 6. PP. Nomor 2797 Pendaftaran Tanah 7. PP No 60 Tahun 1996 tentang Tata Guna tanah