Streptococcus pyogenes Pengaruh Konsentrasi Air Perasan Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia) dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri Streptococcus Pyogenes Secara in vitro

Beberapa bahan kimia yang terkandung dalam jeruk nipis diantaranya asam sitrat sebanyak 7-7,6, damar lemak, mineral, minyak terbang, sitral limonen, fellandren, lemon kamfer, geranil asetat, cadinen, dan linalin asetat. Selain itu, jeruk nipis juga mengandung vitamin C sebanyak 27 mg100 g jeruk, Ca sebanyak 40 mg100 g jeruk, dan P sebanyak 22 mg Hariana, 2006. Berdasarkan Daftar Komposisi Baban Makanan, yang dikeluarkan Lembaga Makanan Rakyat Departemen Kesehatan, setiap 100 gram jeruk nipis mengandung 86 gram air, 0,8 gram protein, 0,3 gram lemak, 12,3 gram karbohidrat, 40 mg kalsium, 22 gram fosfor, 0,6 mg zat besi, 0,04 mg vitamin B1, 27 mg vitamin C, dan 37 kalori energi. Bagian yang dapat dimakan sekitar 76 dari bobot keseluruhan Sarwono, 2001. Jeruk nipis memiliki berbagai macam manfaat. Daun jeruk dan bunga jeruk nipis dapat digunakan untuk pengobatan hipertensi, batuk, lendir tenggorokan, demam, panas pada malaria, jerawat, ketombe, dan lain-lain. Air buahnya digunakan sebagai penyedap masakan, minuman penyegar, bahan pembuat asam sitrat, membersihkan karat pada logam atau kulit yang kotor. Selain itu, dapat digunakan sebagai obat tradisional maupun campuran jamu Dalimarta, 2000. Efek farmakologis yang dimiliki oleh jeruk nipis di antaranya antidemam, mengurangi batuk, antiinflamasi, dan antibakteri Hariana, 2006. Manfaat lain yang dimiliki oleh jeruk nipis adalah sebagai antifungi. Berdasarkan penelitian Anggrahini 2014, ekstrak jeruk nipis berpengaruh dalam menghambat pertumbuhan Candida albicans dimana semakin besar konsentrasi, maka diameter zona hambat yang terbentuk juga semakin besar.

2.2. Streptococcus pyogenes

Famili : Streptococcaceae Genus : Streptococcus Spesies : Streptococcus pyogenes Sebagian besar streptokokus yang mempunyai antigen grup A adalah S. pyogenes. S. pyogenes merupakan patogen utama pada manusia yang berhubungan dengan invasi lokal atau sistemik dan penyakit imunologis Universitas Sumatera Utara pascainfeksi-streptokokus. S. pyogenes secara khas menghasilkan zona-zona hemolisis β yang besar diameter 1 cm di sekitar koloni yang berdiameter lebih dari 0,5 mm. S. pyogenes bersifat PYR-positif menghidrolisis I-pyrrolidonyl-2- naphthylamide dan biasanya sensitif terhadap basitrasin Brooks et al., 2012. Gambar 3. Streptokokus yang Tersusun dalam Bentuk Rantai Sturm, 2011 Gambar 4. Streptococcus pyogenes yang Dikelilingi oleh Zona Hemolisis β Buxton, 2010

2.2.1. Morfologi dan Identifikasi

1. Organisme topikal Masing-masing kokus berbentuk bulat atau ovoid dan tersusun menyerupai rantai. Kokus membelah diri pada bidang yang tegak lurus terhadap sumbu panjang rantai. Anggota kokus yang tersusun dalam rantai sering memiliki gambaran diplokokus yang nyata dan sesekali tidak menyerupai batang. Panjang rantai sangat bervariasi dan dipengaruhi faktor lingkungan. Streptokokus bersifat Universitas Sumatera Utara gram positif, tetapi seiring bertambahnya usia kultur dan kematian bakteri, streptokokus kehilangan sifat gram positifnya dan dapat tampak sebagai gram- negatif; untuk sebagian streptokokus, hal ini dapat terjadi setelah inkubasi selama satu malam Brooks et al., 2012. 2. Kultur Sebagian besar streptokokus tumbuh pada medium solid sebagai koloni doskoid, biasanya berdiameter 1 – 2 mm. S. pyogenes merupakan tipe hemolitik β. Hemolisis tipe β, membentuk zona bening di sekeliling koloninya, tidak ada sel darah merah yang masih utuh, zona tidak bertambah lebar setelah disimpan dalam peti es Brooks et al., 2012; Warsa, 1994. 3. Karakteristik pertumbuhan Pada perbenihan biasa, pertumbuhannya kurang subur jika kedalamnya tidak ditambahkan darah atau serum. Kuman ini tumbuh baik pada pH 7,4-7,6, suhu optimum untuk pertumbuhan adalah 37°C, pertumbuhannya cepat berkurang pada suhu 40°C. Streptococcus hemolyticus meragi glukosa dengan membentuk asam laktat yang dapat menghambat pertumbuhannya. Tumbuhnya akan subur bila diberi glukosa berlebih dan diberikan bahan yang dapat menetralkan asam laktat yang terbentuk Warsa, 1994. Kebanyakan streptokokus merupakan organisme anaerob fakultatif, serta tumbuh pada kondisi aerobik dan anaerobik. Streptococcus pyogenes dan Streptococcus faecalis bersifat anaerob fakultatif, sedangkan Peptostreptococcus bersifat anaerob mutlak Tim Mikrobiologi FK Unibraw, 2003. Streptococcus terdiri dari kokus yang berdiameter 0,5-1 µm. Dalam bentuk rantai yang khas, kokus agak memanjang pada arah sumbu rantai. Tidak membentuk spora, kecuali beberapa strain yang hidupnya saprofilik. Geraknya negatif Warsa, 1994. 4. Variasi Varian pada galur streptokokus yang sama dapat memperlihatkan bentuk koloni yang berbeda. Hal ini khususnya terdapat pada galur S. pyogenes yang membentuk koloni yang mengkilap ataupun buram. Koloni yang tampak buram, terdiri atas organisme yang menghasilkan banyak protein M dan biasanya bersifat Universitas Sumatera Utara virulen. S. pyogenes pada koloni yang mengkilap cenderung menghasilkan sedikit protein M dan seringkali tidak virulen Brooks et al., 2012.

2.2.2. Struktur Antigen

1. Protein M Substansi ini merupakan faktor virulensi pada S. pyogenes grup A, kerjanya menghambat fagositosis. Terutama dihasilkan oleh kuman dengan koloni tipe mukoid. Pembentukannya kurang jika kuman telah mengalami penanaman berulang-ulang dan akan pulih kembali jika kuman disuntikkan pada binatang percobaan berulang kali. Protein ini dapat ditemukan dalam ekstrak Streptococcus grup A yang dibuat dengan asam hidrokhlorida panas Warsa, 1994. 2. Substansi T Antigen ini tidak ada hubungannya dengan virulensi kuman. Rusak pada ekstraksi dengan asam atau dengan pemanasan. Atigen ini diperoleh dari kuman melalui pencernaan proteolitik yang dengan cepat menghancurkan protein M Brooks et al., 2012. 3. Nukleoprotein Ekstraksi Streptokokus dengan basa lemah, menghasilkan suatu campuran yang terdiri dari protein dan substansi P yang mungkin merupakan bagian dari badan sel kuman Warsa, 1994.

2.2.3. Toksin dan Enzim

1. Streptokinase Enzim ini juga disebut fibrinolisis, kerjanya merubah plasminogen dalam serum menjadi plasmin, yaitu suatu enzim proteolitik yang menghancurkan fibrin dan protein lainnya. Proses pencernaan ini dapat dihambat oleh inhibitor nonspesifik dalam serum dan oleh antibodi spesifik, antistreptokinase. Streptokinase dimiliki oleh Streptokokus grup A, G, dan C Brooks et al., 2012. 2. Streptodornase Streptokokus grup A juga dapat memecah DNA. Bila enzim ini belum masuk ke dalam membran plasma sel hidup, sifatnya masih inaktif. Berperan dalam depolimerisasi dari penumpukan DNA yang tertimbun pada pus yang Universitas Sumatera Utara disebabkan oleh pecahnya PMN. Streptokinase dan streptodornase bekerja sebagai enzimatic debridement Tim Mikrobiologi FK Unibraw, 2003. 3. Hialuronidase Enzim ini memecah asam hialuronat yang merupakan komponen penting dari bahan dasar jaringan ikat. Hialuronidase membantu dalam penyebaran kuman. Enzim yang telah dimurnikan dipergunakan dalam pengobatan, yaitu membantu dalam penyebaran dan penyerapan obat yang disuntikkan ke dalam jaringan tubuh Warsa, 1994. Selain itu, enzim ini bersifat antigenik dan bersifat spesifik untuk tiap sumber bakteri atau sumber jaringan. Setelah infeksi oleh organisme penghasil hialuronidase, antibodi spesifik akan ditemukan dalam serum Brooks et al., 2012. 4. Eksotoksin pirogenik Toksik eritogenik S. pyogenes menghasilkan eksotoksin A yang memiliki fage lisogenik. Eksotoksin pirogenik bekerja sebagai superantigen yang memicu sel T dengan cara berikatan dengan kompleks histokompabilitas mayor kelas II di daerah V β pada reseptor sel T. Sel T yang teraktivasi melepaskan sitokin yang menyebabkan syok dan cedera jaringan Brooks et al., 2012. 5. Hemolisin In vitro Streptokokus dapat menyebabkan terjadinya hemolisis pada sel darah merah dalam berbagai taraf. Jika penghancuran sel darah merah terjadi secara lengkap dengan disertai pelepasan hemoglobin, maka disebut beta hemolisis. Jika penghancuran sel darah merah tidak terjadi secara lengkap dengan disertai pembentukan pigmen hijau, maka disebut alfa hemolisis. Gamma hemolisis kadang-kadang dipakai untuk menunjukkan kuman yang nonhemolitik. Streptococcus grup A beta-haemolyticus membentuk 2 macam hemolisin, yaitu sreptolisin-O dan Strepptolisin-S. Streptolisin-O aktif dalam suasana anaerob dan melisiskan sel darah merah. Sedangkan streptolisin-S menyebabkan terbentuknya zona bening di sekeliling koloni kuman yang ditanam pada lempeng agar darah dalam suasana aerob. Warsa, 1993. Universitas Sumatera Utara 2.3. Penyakit Akibat Streptococcus pyogenes 2.3.1 Penyakit Akibat Invasi S. pyogenes

Dokumen yang terkait

Pengaruh Konsentrasi Air Perasan Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia) dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri Streptococcus Pyogenes Secara in vitro

7 71 67

Efek Pemberian Air Perasan Jeruk Nipis Terhadap Pencegahan Pembentukan, Penghambatan Pertumbuhan, dan Penghancuran Biofilm Staphylococcus aureus Secara In Vitro

0 11 105

Pengaruh Air Perasan Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) Terhadap Pertumbuhan Streptococcus viridans Secara In Vitro.

3 6 19

Pengaruh Konsentrasi Air Perasan Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia) dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri Streptococcus Pyogenes Secara in vitro

0 2 13

Pengaruh Konsentrasi Air Perasan Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia) dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri Streptococcus Pyogenes Secara in vitro

0 0 2

Pengaruh Konsentrasi Air Perasan Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia) dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri Streptococcus Pyogenes Secara in vitro

0 1 3

Pengaruh Konsentrasi Air Perasan Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia) dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri Streptococcus Pyogenes Secara in vitro

0 0 12

Pengaruh Konsentrasi Air Perasan Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia) dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri Streptococcus Pyogenes Secara in vitro

0 3 3

Pengaruh Konsentrasi Air Perasan Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia) dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri Streptococcus Pyogenes Secara in vitro

0 0 19

KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH VARIASI KONSENTRASI PERASAN JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia) TERHADAP PERTUMBUHAN Candida albicans SECARA in vitro

0 0 14