Prokalsitonin Sebagai Tes Diagnostik Sepsis Bakterialis Pada Neonatus

(1)

PROKALSITONIN SEBAGAI TES DIAGNOSTIK

SEPSIS BAKTERIALIS PADA NEONATUS

TESIS

ZULFADLI

107111005/PK

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK–SPESIALIS PATOLOGI KLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

PROKALSITONIN SEBAGAI TES DIAGNOSTIK

SEPSIS BAKTERIALIS PADA NEONATUS

T E S I S

Untuk memperoleh gelar Magister Kedokteran Klinik di BidangIlmu Patologi Klinik / M.Ked (Clin.Path) pada Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

ZULFADLI

107111005/PK

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK–SPESIALIS PATOLOGI KLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

Judul Tesis : Prokalsitonin Sebagai Tes Diagnostik Sepsis Bakterialis Pada Neonatus Nama Mahasiswa : Zulfadli

Nomor Induk Mahasiswa : 107111005

Program Magister : Magister Kedokteran Klinik Konsentrasi : Patologi Klinik

Menyetujui Komisi Pembimbing

Pembimbing I

dr. Muzahar, DMM, Sp.PK(K)

Pembimbing II

dr. H.Emil Azlin, M.Ked (Ped), Sp.A(K)

Disahkan oleh :

Ketua Departemen Patologi Klinik Ketua Program Studi Departemen FK-USU/RSUP H. Adam Malik Patologi Klinik FK-USU/

Medan RSUP H. Adam Malik Medan

Prof. dr. Adi Koesoema Aman, Sp.PK-KH

NIP. 19491011 1979 01 1 001 NIP. 1948711 1979 03 2 001

Prof.DR.dr.Ratna Akbari Gani, Sp.PK-KH


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 11Desember 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. dr. Adi Koesoema Aman, Sp.PK-KH ...

Anggota : 1. Prof. DR. dr. Ratna Akbari Ganie, Sp.PK-KH ...

2. Prof. dr.Herman Hariman, Ph.D, Sp.PK-KH ...

3. Prof.dr.Burhanuddin Nasution, SpPK-KN,KGEH …….……….

4. dr. Ricke Loesnihari, MKed (Clin.Path), Sp.PK-K ...

5. dr. Muzahar, DMM, Sp.PK-K .……….


(5)

UCAPAN TERIMA KASIH

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah segala puji dan syukur kehadirat Alah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta atas ridha-Nya sehingga penulis dapat mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Sumatera Utara dan menyelesaikan penulisan tesis yang berjudul Prokalsitonin Sebagai Tes diagnostik Sepsis Bakterialis Pada Neonatus. Tesis ini disusun untuk memenuhi persyaratan dan merupakan tugas akhir pendidikan Magister Kedokteran Klinik di bidang Ilmu Patologi Klinik pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Selama penulis mengikuti pendidikan dan proses penyelesaian penelitian untuk karya tulis ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan, petunjuk, bantuan dan pengarahan serta dorongan baik moril dan materil dari berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan dan karya tulis ini

Penulis menyadari penelitian dan penulisan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan masukan yang berharga dari semua pihak untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Pada kesempatan ini, perkenankanlah penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada : 1. Yth, Prof. Dr. Adi Koesoema Aman, SpPK-KH, FISH sebagai Ketua

Departemen Patologi Klinik dimana beliau telah memberikan kesempatan kepada saya sebagai peserta Program Pendidikan Magister dan Pendidikan Dokter Spesialis Patologi Klinik dan telah banyak memberikan bimbingan, petunjuk, dan pengarahan kepada


(6)

ini sampai selesai, hanya doa yang dapat saya sampaikan semoga Allah SWT memberikan kesehatan dan membalas kebaikan beliau serta keluarga dengan surga-Nya.

2. Yth, Prof. DR. Dr. Ratna Akbari Ganie, SpPK-KH, FISH sebagai Ketua Program Studi di Departemen Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang memberikan kesempatan kepada saya sebagai peserta Program Magister dan Pendidikan Dokter Spesialis Patologi Klinik serta beliau juga telah banyak membimbing, mengarahkan dan memotivasi saya sejak awal pendidikan sampai selesai..

3. Yth, Prof. Dr. Herman Hariman, PhD, SpPK-KH, FISH, selaku Sekretaris Departemen Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang memberikan bimbingan, pengarahan dan masukan selama saya mulai pendidikan sampai menyelesaikan penulisan tesis ini.

4. Yth, Dr. Ricke Loesnihari, Mked (Clin-Path), SpPK-K, selaku Sekretaris Program Studi di Departemen Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan memotivasi sejak awal pendidikan dan menyelesaikannya.

5. Yth, Dr. Muzahar, DMM, SpPK-K, sebagai pembimbing I saya yang telah bersusah payah setiap saat bersedia meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan bimbingan, petunjuk serta pengarahan, bantuan dan memberikan motivasi kepada saya selama menempuh pendidikan dan selama proses penyusunan sampai terselesaikannya tesis ini. Saya mengucapkan terima kasih, semoga Allah SWT membalas semua kebaikannya.

6. Yth, Dr. Emil Azlin, M.Ked (Ped), SpA (K) sebagai pembimbing II dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK-USU/RSUP H. Adam Malik


(7)

pengarahan dan bantuan mulai dari penyusunan proposal, selama dilaksanakan penelitian sampai selesainya tesis ini.

7. Yth, Prof. Dr. Burhanuddin Nasution, SpPK-KN, FISH, yang banyak memberikan bimbingan,nasehat dan pengarahan selama pendidikan dan menyelesaikan penulisan tesis ini.

8. Yth, Prof. Iman Sukiman (Alm), SpPK-KH, FISH, Dr. R. Ardjuna M. Burhan, DMM, SpPK-K, Dr. Zulfikar Lubis, SpPK-K, Dr. Tapisari Tambunan, SpPK-KH, Dr. Ozar Sanuddin SpPK-K, dan Dr Nelly Elfrida S, SpPK, Dr. Ida Adhayanti, SpPK, semuanya guru-guru saya yang telah banyak memberikan petunjuk, arahan selama saya mengikuti pendidikan Spesialis Patologi Klinik dan selama penyelesaian tesis ini. 9. Yth, Drs. Abdul Jalil Amri A M.Kes yang telah memberikan bimbingan,

arahan dan bimbingan di bidang statistik selama saya memulai penelitian sampai selesainya tesis saya, terimakasih banyak saya ucapkan.

10. Ucapan terimakasih juga saya ucapkan kepada seluruh teman-teman sejawat pada Program Pendidikan Dokter Spesialis Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Khususnya kepada sahabat-sahabatku dr. Juli Pasaribu, dr. Retta Kristina S, dr. Nuryanti, MKed (ClinPath), dr. Maruhum Nur, dr. Marlina, dr. Efi Ramadhani, dr. Evi Musafni, dr. Yuliana Sarli S, dr. Darul Amani, terima kasih atas dukungan kalian semua untuk kebersamaan, pengertian, kisah serta masa-masa indah yang pernah kita jalani bersama sebagai teman seangkatan.

11. Terima kasih saya ucapkan kepada para analis di Instalasi Patologi Klinik RSUP H.Adam Malik, terutama Kak Indart, Kak Siti, Kak Ellis, Kak Masri, Mbak Asih, Mbak Ustati dan Nancy atas bantuan dan kerjasamanya selama pendidikan dan juga kepada Yoyok dan Evi yang banyak membantu dalam urusan administrasi dibagian Patologi Klinik.


(8)

12. Kepada para pegawai, serta semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, atas bantuan dan kerja sama yang diberikan kepada saya, sejak mulai pendidikan dan selesainya tesis ini.

13. Hormat dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Rektor Universitas Sumatera Utara dan Direktur Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik yang telah memberikan kesempatan dan menerima saya untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis Patologi Klinik dan memberikan kemudahan dalam menggunakan fasilitas dan sarana Rumah Sakit dalam menunjang pendidikan keahlian.

14. Terimakasih serta cinta yang tak terhingga saya sampaikan kepada ayahanda H. Hussein Puteh dan ibunda Hj. Halimah Raden yang telah membesarkan, mendidik serta memberikan dorongan moril dan materil serta cintanya kepada ananda selama ini. Tanpa beliau berdua mungkin ananda tidak dapat menjadi seperti ini. Tidak ada satu kata pun yang dapat mewakili perasaan ananda atas cinta dan kasih sayang kalian berdua. Semoga kalian berdua selalu dalam lindungan Allah SWT. Selain itu terima kasih juga saya ucapkan untuk mertua saya H. Bachtiar Hamzah (Alm) dan Hj. Nurbaya terima kasih atas dukungan, doa, bantuan moril dan materil selama saya menjalani pendidikan.

15. Terimakasih yang tiada terhingga saya sampaikan kepada istri saya tercinta Dr. Nelly M.Ked (Ped) SpA yang telah mendampingi saya dengan penuh pengertian, perhatian, kesetiaan, kesabaran, memberikan motivasi dan pengorbanan selama saya mengikuti pendidikan sampai saya dapat menyelesaikan pendidikan ini, demikian juga buat buah hati dan anak anakku tercinta Fauzil Azhiim, Fatih Hanif dan Nafisa Putri Syauqiya yang memberi semangat dan motivasi kepada ayah untuk menyelesaikan pendidikan.


(9)

Azhar ST dan Maisuri SE dan Kakak-kakak ipar sayaDr Lisna dan Martin Ichsan ST, adik ipar saya Yulia MPsi dan Achmad Bysiri SP, Rachmat Bachtiar SE dan Rizki Sarita Nanda ST yang memberikan dorongan dan doa kepada saya selama masa pendidikan.

Sebagai manusia hamba Allah SWT, saya menyadari akan keterbatasan dan kekurangan serta tidak terlepas dari tutur kata dan tingkah laku yang kurang berkenan di hati, maka pada kesempatan ini saya mohon maaf yang sedalam-dalamnya.

Akhir kata semoga kiranya tesis ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Dan semoga Allah Swt memberkati kita semua. Amin Ya Rabbal Allamin.

Medan, Desember 2014

Penulis,


(10)

DAFTAR ISI

Lembar pengesahan tesis

Lembar penetapan panitia penguji

Ucapan terimakasih……… i

Daftar isi... iv

Daftar singkatan ... ix

Daftar gambar... xi

Daftar tabel... xii

Daftar lampiran... xiii

Abstrak……….. xiv

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.3. Hipotesis Penelitian ... 4

1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1. Tujuan Umum ... 4

1.4.2. Tujuan Khusus ... 4

1.5. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sepsis neonatorum 2.1.1. Definisi ... 6

2.1.2. Epidemiologi....………... 6

2.1.3. Klasifikasi ... 7

2.1.4. Etiologi ..….,…….……….. 7

2.1.5. Faktor risiko ………...………... 9


(11)

2.2. Prokalsitonin sebagai alat diagnosis sepsis bakterialis

2.1.1. Definisi……… 14

2.1.2. Struktur prokalsitonin……… 15

2.1.3. Peran prokalsitonin dalam diagnosis bakterialis………….. 16

2.3. Kerangka Konseptual... 19

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian... ……… 20

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian... ……… 20

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian... 20

3.4. Perkiraan besar sampel……… 20

3.5. Kriteria Penelitian 3.5.1. Kriteria Inklusi ... 21

3.5.2. Kriteria Ekslusi ... 22

3.6. Identifikasi Variabel……… 22

3.7. Definisi Operasional... 22

3.8. Cara Kerja 3.8.1. Subjek ………... 23

3.8.2. Pengambilan dan pengolahan sampel... 23

3.8.3. Kerangka Kerja... 26

3.9 Persetujuan / Informed consent…….………... 26

3.10.Etika penelitian……….. 26

3.11. Rencana Pengolahan dan Analisis Data... 26

BAB 4. HASIL PENELITIAN ………. 28

BAB 5. PEMBAHASAN ……… 33

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ……… 38


(12)

RINGKASAN ……… 39

DAFTAR PUSTAKA ……… 43

LAMPIRAN 1. Perkiraan biaya penelitian 2. Jadwal penelitian

3. Lembar Penjelasan kepada calon subjek penelitian 4. Lembar persetujuan setelah penjelasan

5. Kuesioner penelitian 6. Persetujuan komite etik 7. Daftar Riwayat hidup


(13)

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

PCT : Prokalsitonin CRP : C Reaktif protein

WHO : World Health Organisation

SIRS : Systemic Inflammatory Response Syndrome

ISDC :The International Sepsis Definition Conferences

SAD : Sepsis awitan dini SAL : Sepsis awitan lambat

E.coli : Escherichia Coli

SGB : Streptoccocus Grup B

NICU : Neonatal Intensive Care Unit

LED : Laju endap darah OGT : Oral gastric tube

BBLR : Berat bayi lahir rendah RSU : Rumah Sakit Umum µl : mikro liter

mg/dL : milligram/desiliter mm3 : millimeter kubik

SPSS : Statistical Package for Social Science

ROC : Receiver operating curve


(14)

HIE : Hipoxic ischemic encephalopathy

ASD : Atrial septal defect

BBLASR : Berat bayi lahir amat sangat rendah Pseudomonas sp : Pseudomonas species

Klebsiella sp : Klebsiella species CI : Confidence interval

RDS : Respiratory distress syndrome

BBRT Bangsal bayi risiko tinggi Enterobacter sp : Enterobacter species S. aureus : Staphylococcus aureus S Epidermidis : Staphylococcus epidermidis

n : jumlah subyek

Z฀ : nilai baku normal

P : proporsi kejadian sepsis neonatus LED : Laju endap darah

CALC-1 : Calsitonin 1 kDa : Kilo Dalton N Pro CT : N Pro calcitonin IL 6 : Interleukin 6 IL 10 : Interleukin 10


(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Struktur Prokalsitonin………... 16

Gambar 2.2. Perbandingan waktu dan kepekatan prokalsitonin dibanding dengan beberapa petanda sepsis lain……….…. 18

Gambar 2.3. Kerangka konseptual penelitian... 19

Gambar 3.1. Kerangka kerja... 26


(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Perubahan pola kuman penyebab sepsis neonatorum …………. 8 Tabel 2.2. Gambaran klinis sepsis pada neonatus……….... 12 Tabel 4.1. Karakteristik sampel penelitian... … 29 Tabel 4.2. Jenis bakteri pada kultur darah... 30 Tabel 4.3. Hasil uji sensitivitas dan spesifisitas prokalsitonin terhadap kultur darah... …..30


(17)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Perkiraan biaya penelitian

Lampiran 2 Jadwal penelitian

Lampiran 3 Lembar Penjelasan kepada calon subjek penelitian Lampiran 4 Lembar persetujuan setelah penjelasan

Lampiran 5 Kuesioner penelitian Lampiran 6 Persetujuan komite etik Lampiran 7 Daftar Riwayat hidup


(18)

Prokalsitonin Sebagai Tes Diagnostik Sepsis Bakterialis Pada Neonatus

Zulfadli,1 Muzahar,1 Emil Azlin,2

1. Departemen Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran, Universitas SumateraUtara, Medan 2. Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas

Kedokteran, Universitas Sumatera Utara/RSUP H.Adam Malik Medan

ABSTRAK

Pendahuluan Sepsis bakterialis merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada neonatus. Diagnosis dini sepsis bakterialis dan penanganan yang cepat dan tepat dapat mengurangi angka mortalitas dan morbiditas. Kultur darah merupakan baku emas dalam menegakkan diagnosis sepsis bakterialis namun hasilnya membutuhkan waktu 48-72 jam, sedangkan perjalanan penyakit berlangsung sangat cepat terutama pada neonatus. Pemeriksaan prokalsitonin merupakan cara yang cepat dan tepat dalam menegakkan diagnosis dini sepsis bakterialis pada neonatus. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bahwa pemeriksaan procalcitonin dapat digunakan dalam diagnosis dini sepsis bakterialis pada neonatus.

Metode.Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat uji diagnostik dengan menggunakan pendekatan potong lintang,dilakukan pada bulan April sampai dengan Juli 2014 di Departemen Patologi Klinik FK USU/RSUP H.Adam Malik Medan .Sebanyak 50 neonatus yang disangka sepsis bakterialis di Unit Perinatologi RSUP H.Adam Malik Medan, dilakukan pemeriksaan kultur darah dan prokalsitonin. Sampel penelitian dikumpulkan dengan metode consecutive sampling. Analisa statistik dengan program komputer.

Hasil.Dari 50 neonatus,39 neonatus mengalami sepsis berdasarkan hasil kultur darah. Prokalsitonin mempunyai sensitivitas 92.3 %, spesifisitas 90.9%, positif predictive value 97.2% dan negative predictive value 76.9%. dengan kurva ROC 0.929 (95% Confidence Interval (CI) 0.713-0.953)

Kesimpulan Prokalsitonin dapat digunakan dalam diagnosis dini sepsis bakterialis pada neonatus.


(19)

Procalcitonin as a Diagnostic Test for Neonatal Bacterial Sepsis Zulfadli,1 Muzahar,1 Emil Azlin,2

1. Departement of Clinical Pathology, Medical Faculty, University of North Sumatra, Medan 2. Department of Pediatrics, Medical Faculty , University of North Sumatra / H.Adam Malik Central Hospital Medan

ABSTRACT

Background Bacterial sepsis is the main cause of morbidity and mortality in neonates. Early diagnostic and prompt treatment can reduce the morbidity and mortality rate. Gold standard to diagnose bacterial sepsis is blood culture, but it needs 48-72 hours for the results, while the disease may progress rapidly in neonates. The measurement of procalcitonin is a quick and better method to diagnose sepsis bacterial in neonates. The aim of the study is to determine that procalcitonin can be used as an early diagnostic test for neonatal bacterial sepsis

Method This study is a diagnostic study using cross-sectional design, conducted in April through July 2014 in the Department of Clinical Pathology, Faculty of Medicine ,North Sumatra University/H.Adam Malik Hospital A number of 50 neonates suspected bacterial sepsis in Perinatology Unit H.Adam Malik Hospital Medan, performed blood cultures and procalcitonin. Samples were collected by consecutive sampling method. Statistical analysis with computer program

Results Of 50 neonates, thirty nine neonates had bacterial sepsis based on blood culture. The procalcitonin sensitivity was 92.3%, specificity was 90.9%, positive predictive value was 97.2% and negative predictive value was 76.9%, ROC curve 0.929 (95% Confidence Interval (CI) 0.713-0.953) Conclusions Procalcitonin could be used as an early diagnostic tool of bacterial neonatal sepsis.


(20)

Prokalsitonin Sebagai Tes Diagnostik Sepsis Bakterialis Pada Neonatus

Zulfadli,1 Muzahar,1 Emil Azlin,2

1. Departemen Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran, Universitas SumateraUtara, Medan 2. Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas

Kedokteran, Universitas Sumatera Utara/RSUP H.Adam Malik Medan

ABSTRAK

Pendahuluan Sepsis bakterialis merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada neonatus. Diagnosis dini sepsis bakterialis dan penanganan yang cepat dan tepat dapat mengurangi angka mortalitas dan morbiditas. Kultur darah merupakan baku emas dalam menegakkan diagnosis sepsis bakterialis namun hasilnya membutuhkan waktu 48-72 jam, sedangkan perjalanan penyakit berlangsung sangat cepat terutama pada neonatus. Pemeriksaan prokalsitonin merupakan cara yang cepat dan tepat dalam menegakkan diagnosis dini sepsis bakterialis pada neonatus. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bahwa pemeriksaan procalcitonin dapat digunakan dalam diagnosis dini sepsis bakterialis pada neonatus.

Metode.Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat uji diagnostik dengan menggunakan pendekatan potong lintang,dilakukan pada bulan April sampai dengan Juli 2014 di Departemen Patologi Klinik FK USU/RSUP H.Adam Malik Medan .Sebanyak 50 neonatus yang disangka sepsis bakterialis di Unit Perinatologi RSUP H.Adam Malik Medan, dilakukan pemeriksaan kultur darah dan prokalsitonin. Sampel penelitian dikumpulkan dengan metode consecutive sampling. Analisa statistik dengan program komputer.

Hasil.Dari 50 neonatus,39 neonatus mengalami sepsis berdasarkan hasil kultur darah. Prokalsitonin mempunyai sensitivitas 92.3 %, spesifisitas 90.9%, positif predictive value 97.2% dan negative predictive value 76.9%. dengan kurva ROC 0.929 (95% Confidence Interval (CI) 0.713-0.953)

Kesimpulan Prokalsitonin dapat digunakan dalam diagnosis dini sepsis bakterialis pada neonatus.


(21)

Procalcitonin as a Diagnostic Test for Neonatal Bacterial Sepsis Zulfadli,1 Muzahar,1 Emil Azlin,2

1. Departement of Clinical Pathology, Medical Faculty, University of North Sumatra, Medan 2. Department of Pediatrics, Medical Faculty , University of North Sumatra / H.Adam Malik Central Hospital Medan

ABSTRACT

Background Bacterial sepsis is the main cause of morbidity and mortality in neonates. Early diagnostic and prompt treatment can reduce the morbidity and mortality rate. Gold standard to diagnose bacterial sepsis is blood culture, but it needs 48-72 hours for the results, while the disease may progress rapidly in neonates. The measurement of procalcitonin is a quick and better method to diagnose sepsis bacterial in neonates. The aim of the study is to determine that procalcitonin can be used as an early diagnostic test for neonatal bacterial sepsis

Method This study is a diagnostic study using cross-sectional design, conducted in April through July 2014 in the Department of Clinical Pathology, Faculty of Medicine ,North Sumatra University/H.Adam Malik Hospital A number of 50 neonates suspected bacterial sepsis in Perinatology Unit H.Adam Malik Hospital Medan, performed blood cultures and procalcitonin. Samples were collected by consecutive sampling method. Statistical analysis with computer program

Results Of 50 neonates, thirty nine neonates had bacterial sepsis based on blood culture. The procalcitonin sensitivity was 92.3%, specificity was 90.9%, positive predictive value was 97.2% and negative predictive value was 76.9%, ROC curve 0.929 (95% Confidence Interval (CI) 0.713-0.953) Conclusions Procalcitonin could be used as an early diagnostic tool of bacterial neonatal sepsis.


(22)

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sepsis adalah respon inflamasi terhadap infeksi. Pendapat lain menyebutkan sepsis neonatorum sebagai sindroma klinik penyakit sistemik yang disertai bakteremia dan terjadi pada bulan pertama kehidupan.1 Sepsis pada neonatus merupakan masalah yang belum dapat terpecahkan dalam pelayanan dan perawatan bayi baru lahir.2 Di negara yang sedang berkembang, hampir sebagian besar bayi baru lahir yang dirawat mempunyai kaitan dengan masalah sepsis. Sampai saat ini sepsis pada neonatus masih merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas pada bayi baru lahir.1,3

Insiden sepsis di negara berkembang cukup tinggi yaitu 1.8 sampai 18 per 1000 kelahiran hidup dengan angka kematian sebesar 12 sampai 68%, sedangkan di negara maju angka kejadian sepsis berkisar antara 3 per 1000 kelahiran hidup dengan angka kematian 10.3%. sedangkan data angka kejadian sepsis di Indonesia masih tinggi 8.7 sampai 30.29% dengan angka kematian 11.56% sampai 49.9%.1,2 Berdasarkan perkiraan World Health Organization (WHO) terdapat 10 juta kematian neonatus setiap tahun dari 130 juta bayi yang lahir setiap tahunnya.1,3


(23)

Berbagai macam kuman seperti bakteri, virus, parasit, atau jamur dapat menyebabkan infeksi berat yang mengarah pada terjadinya sepsis. Pola kuman penyebab sepsis berbeda-beda antar negara dan selalu berubah dari waktu ke waktu. Bahkan di negara berkembang sendiri ditemukan perbedaan pola kuman, walaupun bakteri gram negatif rata-rata menjadi penyebab utama dari sepsis neonatorum.4-6

Diagnosis sepsis neonatorum sering sulit ditegakkan karena gejala klinis yang tidak spesifik pada neonatus.7 Pemeriksaan kultur darah merupakan baku emas dalam menegakkan diagnosis sepsis neonatorum namun pemeriksaan tersebut hasilnya baru dapat diketahui setelah 48 sampai 72 jam, sehingga penatalaksanaan sepsis sering terjadi keterlambatan pengobatan yang dapat memperburuk keadaan bayi bahkan dapat menyebabkan kematian.7,8 Pengobatan hanya berdasarkan gambaran klinis dapat menimbulkan penanganan yang berlebihan dan terjadi peningkatan pola resistensi terhadap antibiotik dan efek toksisitasnya dikemudian hari.9

Diperlukan pemeriksaan penunjang yang sensitif dan spesifik yang dapat menegakkan sepsis pada neonatus secara cepat tanpa menunggu hasil kultur darah sehingga dapat memberikan terapi secara cepat dan tepat untuk mengurangi angka mortalitas dan morbiditas pada neonatus. Pemeriksaan C-reaktif protein ( CRP )


(24)

tidak spesifik sebagai marker sepsis pada neonatus karena nilai CRP juga positif pada keadaan trauma.10,11

Prokalsitonin ( PCT ) adalah prekursor kalsitonin yang terdiri dari 116 asam amino yang disekresi oleh sel C dari kelenjar tiroid, pada keadaan normal kadar prokalsitonin meningkat pada kasus septikemia, meningitis, pneumonia dan infeksi saluran kemih. Marker ini juga diproduksi oleh makrofag dan sel monosit pada beberapa kasus infeksi bakteri yang berat dan sepsis.10,12,13

Sejak awal tahun 1990-an prokalsitonin pertama kali digambarkan sebagai tanda spesifik infeksi bakteri.14 Kepekatan serum prokalsitonin meningkat saat inflamasi sistemik, khususnya infeksi bakteri. Prokalsitonin meningkat saat sepsis dan sudah dikenal sebagai petanda infeksi pada penyakit berat.15-17Sampai saat ini sudah banyak penelitian tentang peran prokalsitonin ini terhadap kejadian sepsis pada neonatus, terutama peranan prokalsitonin sebagai marker diagnosis sepsis pada neonatus sehingga dapat mendeteksi kemungkinan sepsis bakteri pada neonatus di tahap awal dan prokalsitonin juga dapat dipergunakan dalam memantau efek terapi antibiotika sehingga lamanya penggunaan antibiotika dapat dipersingkat.18 Penelitian tentang prokalsitonin di Indonesia sudah dilakukan di beberapa sentra pendidikan, tetapi di Sumatera Utara khususnya di RSUP H Adam malik Medan masih sedikit data tentang


(25)

pemeriksaan prokalsitonin sebagai tes diagnostik sepsis bakterialis pada neonatus, sehingga peneliti tertarik untuk menelitinya.

1.2. Rumusan Masalah

Apakah pemeriksaan prokalsitonin mempunyai sensitifitas dan spesifitas yang baik untuk menegakkan sepsis bakterialis pada neonatus.

1.3. Hipotesis Penelitian

Prokalsitonin memiliki sensitifitas dan spesifisitas yang tinggi untuk menegakkan diagnosis sepsis pada neonatus.

1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui sensitifitas dan spesifisitas pemeriksaan prokalsitonin dan pemeriksaan kultur darah dalam menegakkan diagnosis sepsis bakterialis pada neonatus.

1.4.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk dapat menegakkan diagnosis sepsis bakterialis pada neonatus secara cepat.


(26)

1.5 Manfaat Penelitian

1. Di bidang akademik / ilmiah : meningkatkan pengetahuan peneliti di bidang patologi klinik, khususnya dalam menegakkan diagnosis sepsis bakterialis pada neonatus melalui pemeriksaan prokalsitonin dan kultur darah.

2. Di bidang pelayanan masyarakat : dengan menilai hasil pemeriksaan prokalsitonin dan kultur darah dalam menegakkan diagnosis sepsis bakterialis pada neonatus sehingga pengobatan yang cepat dan tepat dapat diberikan.

3. Di bidang pengembangan penelitian : memberikan data terhadap bidang Patologi klinik mengenai pemeriksaan prokalsitonin dan kultur darah dalam menegakkan diagnosis sepsis bakterialis pada neonatus.


(27)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sepsis Neonatorum

2.1.1. Definisi

Menurut The International Sepsis Definition Conferences (ISDC) sepsis adalah sindroma klinis dengan adanya Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS) dan infeksi. Sepsis merupakan suatu proses berkelanjutan mulai dari infeksi, SIRS, sepsis berat, renjatan / syok septik, disfungsi multiorgan, dan akhirnya kematian.2,6Sepsis ditandai dengan respon inflamasi sistemik dan bukti infeksi pada bulan pertama kehidupan, berupa perubahan temperatur tubuh, perubahan jumlah leukosit, takikardi,dan takipnea.Sedangkan sepsis berat adalah sepsis yang ditandai dengan hipotensi atau disfungsi organ atau hipoperfusi organ.7 Sepsis neonatorum didefinisikan sebagai sindroma klinik penyakit sistemik yang disertai bakteremia dan terjadi pada bulan pertama kehidupan.1

2.1.2. Epidemiologi

Angka kejadian sepsis di Indonesia masih tinggi yaitu 8.7 sampai 30.29% dengan angka kematian 11.56 sampai 49.9%.1 Sepsis merupakan penyebab kematian utama pada bayi, insiden sepsis di negara berkembang cukup tinggi yaitu 1.8 sampai 18 per 1000 kelahiran hidup dengan angka kematian sebesar 12 sampai 68%, sedangkan di negara


(28)

maju angka kejadian sepsis berkisar antara 3 per 1000 kelahiran hidup dengan angka diperkirakan sebesar kematian 10,3%.1

2.1.3. Klasifikasi

Sepsis pada neonatus dibagi menjadi dua berdasarkan awitan munculnya sepsis yaitu:5,6 berdasarkan waktu terjadinya, sepsis neonatorum dapat diklasifikasikan menjadi dua bentuk yaitu sepsis neonatorum awitan dini (SAD) dan sepsis neonatorum awitan lambat (SAL).2

Sepsis awitan dini (SAD) merupakan infeksi perinatal yang terjadi segera dalam periode postnatal (kurang dari 72 jam) dan biasanya diperoleh pada saat proses kelahiran atau in utero.6 Sepsis awitan lambat (SAL) terjadi lebih dari 72 jam biasa berasal dari lingkungan sekitar dan yang paling sering disebabkan oleh infeksi nosokomial yang didapat pada saat bayi dirawat inap di rumah sakit.19,20 Di negara berkembang pembagian SAD dan SAL tidak jelas karena sebagian besar bayi tidak dilahirkan di rumah sakit. Oleh karena itu, penyebab infeksi tidak dapat diketahui apakah berasal dari jalan lahir atau diperoleh dari lingkungan sekitar.21,22

2.1.4. Etiologi

Perbedaan pola kuman penyebab sepsis antar negara berkembang telah diteliti oleh World Health Organization Young Infants Study Group pada


(29)

New Guinea dan Gambia. Penelitian tersebut mengemukakan bahwa kuman isolat yang tersering ditemukan pada kultur darah adalah

Staphylococcus aureus (23%), Streptococcus pyogenes (20%) dan E. coli

(18%).23,24

Tabel 2.1. Perubahan pola kuman penyebab sepsis neonatorum22

Berdasarkan databased perinatologi RSHAM (Rumah Sakit H.Adam Malik) tahun 2008 sampai tahun 2010 didapatkan pola kuman berdasarkan hasil kultur darah Staphylococus sp 33%, Klebsiela 23%,

Pseudomonas 28% untuk tahun 2008, tahun 2009 staphylococus 27%,

enterobacter 18%, pseudomonas 16% dan tahun 2010 staphylococus

34%, pseudomonas 20%, enterobacter 14%.25


(30)

dan E. Coli, sedangkan pada awitan lambat selain bakteri gram negatif juga ditemukan Streptococcus pneumoniae serotipe 2. E.coli biasa ditemukan pada neonatus yang tidak dilahirkan di rumah sakit serta pada usap vagina wanita di daerah pedesaan.20,26 Sementara Klebsiella sp

biasanya diisolasi dari neonatus yang dilahirkan di rumah sakit. Selain mikroorganisme di atas, patogen yang sering ditemukan adalah

Pseudomonas, Enterobacter, dan Staphylococcus aureus.23,24

2.1.5. Faktor risiko

Terjadinya sepsis neonatorum dipengaruhi oleh faktor risiko pada ibu, bayi dan lain-lain. Faktor risiko ibu:1,2

1. Ketuban pecah dini dan ketuban pecah lebih dari 18 jam. Bila ketuban pecah lebih dari 24 jam, kejadian sepsis pada bayi meningkat sekitar 1% dan bila disertai korioamnionitis, kejadian sepsis akan meningkat menjadi 4 kalinya.

2. Infeksi dan demam (lebih dari 38°C) pada masa peripartum akibat korioamnionitis, infeksi saluran kemih, kolonisasi vagina oleh Streptokokus grup B (SGB), kolonisasi perineal oleh E. coli, dan komplikasi obstetrik lainnya.


(31)

5. Persalinan dan kehamilan kurang bulan. 6. Faktor sosial ekonomi dan gizi ibu Faktor risiko pada bayi:22

1. Prematuritas dan berat lahir rendah 2. Asfiksia neonatorum

3. Resusitasi pada saat kelahiran, misalnya pada bayi yang mengalami fetal distress dan trauma pada proses persalinan. 4. Prosedur invasif seperti intubasi endotrakeal, pemakaian ventilator,

kateter, infus, pembedahan, akses vena sentral, kateter intratorakal.

5. Bayi dengan galaktosemia (predisposisi untuk sepsis oleh E. coli), defek imun, atau asplenia.

Faktor risiko lain:

Beberapa kepustakaan menyebutkan bahwa sepsis neonatorum lebih sering terjadi pada bayi laki-laki daripada perempuan, pada bayi kulit hitam daripada kulit putih, pada bayi dengan status ekonomi rendah, dan sering terjadi akibat prosedur cuci tangan yang tidak benar pada tenaga kesehatan maupun anggota keluarga pasien, serta buruknya kebersihan di ruang perawatan bayi.27 Faktor-faktor di atas sering dijumpai dalam praktek sehari-hari dan masih menjadi masalah sampai saat ini. Hal


(32)

kejadian sepsis neonatal dalam dekade terakhir ini. Faktor-faktor risiko ini walaupun tidak selalu berakhir dengan infeksi, harus tetap mendapatkan perhatian khusus terutama bila disertai gambaran klinis.28

2.1.6. Gejala Klinis

Gambaran klinis sepsis neonatorum tidak spesifik. Gejala sepsis klasik yang ditemukan pada anak jarang ditemukan pada neonatus, namun keterlambatan dalam menegakkan diagnosis dapat berakibat fatal bagi kehidupan bayi.27 Gejala klinis yang terlihat sangat berhubungan dengan karakteristik kuman penyebab dan respon tubuh terhadap masuknya kuman.28 Gambaran klinik yang bervariasi tersebut dapat dilihat dalam tabel 2.222 pada anak dan dewasa infeksi biasanya disertai dengan demam namun pada bayi baru lahir demam bukan merupakan tanda yang khas untuk infeksi. Berdasarkan penelitian hanya sekitar 10% bayi yang pada darahnya ditemukan bakteri akan mengalami demam, lebih banyak yang suhu tubuhnya normal atau malah rendah.28

Janin yang terkena infeksi akan menderita takikardia, lahir dengan asfiksia dan memerlukan resusitasi karena nilai apgar rendah. Setelah lahir, bayi tampak lemah dan tampak gambaran klinis sepsis seperti hipo/hipertermia, hipoglikemia dan kadang-kadang hiperglikemia. Selanjutnya akan terlihat berbagai kelainan dan gangguan fungsi organ


(33)

hisap buruk, menangis lemah kadang-kadang terdengar high pitch cry, bayi menjadi iritabel dan dapat disertai kejang), kelainan kardiovaskular (hipotensi, pucat, sianosis, dingin dan clummy skin). Bayi dapat pula memperlihatkan kelainan hematologik, gastrointestinal ataupun gangguan respirasi (perdarahan, ikterus, muntah, diare, distensi abdomen, intoleransi minum, waktu pengosongan lambung yang memanjang, takipnea, apnea, merintih dan retraksi).29-32

Tabel 2.2 Gambaran klinis sepsis pada neonatus.22


(34)

Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus melalui beberapa cara yaitu:

a. Pada masa antenatal atau sebelum lahir

Pada masa antenatal kuman dari ibu setelah melewati plasenta atau umbilikus masuk ke dalam tubuh bayi melalui sirkulasi darah janin. Penyebab infeksi adalah virus yang menembus plasenta antara lain virus

rubella, herpes, sitomegalo, koksaki, influenza, parotitis. Bakteri yang melalui jalur ini antara lain malaria, sifilis dan toksoplasma.33

b. Pada masa intranatal atau saat persalinan

Infeksi pada saat persalinan terjadi karena kuman yang ada pada vagina dan servik naik mencapai korion dan amnion. Akibatnya terjadi amniotis dan korionitis, selanjutnya kuman melalui umbilikus masuk ke tubuh bayi.2,16 Cara lain yaitu pada saat persalinan, kemudian menyebabkan infeksi pada janin dapat terjadi melalui kulit bayi atau

port de entre, saat bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman misalnya: herpesgenetalia, candida albicans dan gonorhoe.33 c. Infeksi paskanatal atau setelah melahirkan


(35)

penghisap lendir, selang endotrakea, infus, selang nasogastrik, botol minuman atau dot).33

Perawat atau profesi lain yang ikut menangani bayi, dapat menyebabkan terjadi infeksi nosokomial,infeksi juga dapat melalui luka umbilikus.20 2.1.8. Diagnosis 6,20

Diagnosis sepsis pada neonatus ditegakkan dengan isolasi agen etiologi dari penyebab sepsis yaitu:

a. Kultur darah yang dapat menunjukkan organisme penyebab sepsis. b. Analisis kultur urin dan cairan cerebrospinal dengan cara lumbal pungsi c. Pemeriksaan darah rutin, didapat peningkatan leukosit dan peningkatan neutrofil immatur yang menandakan adanya infeksi.

d. Pemeriksaan laju endap darah, C-reaktif protein, prokalsitonin, interleukin 1 dan 6 yang meningkat menunjukkan adanya infeksi.

2.2. Prokalsitonin sebagai tes diagnostik sepsis bakterialis 2.1.1. Definisi

Dalam menegakkan diagnosis sepsis pada neonatus dapat digunakan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui adanya proses inflamasi seperti jumlah leukosit, laju endap darah, C-reaktif protein (CRP), tumor nekrosis α dan Interleukin 1 dan 6.34,35 Akan tetapi pemeriksaan tersebut


(36)

neonatus yang dirawat diruang Perinatologi atau diruang Neonatal Intensif Care Unit (NICU) dalam waktu yang cepat, karena harus menunggu hasil kultur darah selama beberapa hari, sementara pasien harus mendapat pengobatan yang tepat dalam waktu yang segera dan hasil kultur darah positif bisa juga karena faktor kontaminasi dan hasil kultur darah negatif belum tentu menyingkirkan sepsis.36-39

Oleh karena pengukuran secara klinis dan laboratorium yang kurang sensitif dan spesifik, diperlukan tes yang dapat membedakan antara inflamasi karena infeksi dan inflamasi karena non infeksi.40 Akhir akhir ini telah dikembangkan tes baru untuk mendeteksi inflamasi karena infeksi yaitu prokalsitonin. Tes ini banyak dipakai untuk membedakan antara SIRS dan sepsis. Prokalsitonin merupakan pemeriksaan yang dapat menegakkan diagnosa infeksi bakteri akut. Selain itu pemeriksaan ini dapat pula digunakan untuk memantau hasil pengobatan.41-43

Prokalsitonin dikenal sebagai protein yang dirangsang oleh inflamasi ditemukan sejak tahun 1993.14 Sejak saat itu banyak penelitian yang menunjukkan peningkatan protein ini pada plasma yang berhubungan dengan infeksi berat, sepsis dan septic shock. Prokalsitonin juga dapat membantu dalam diagnosa banding penyakit infeksi atau bukan, menilai keparahan sepsis dan juga respon dari pengobatan.44,45


(37)

2.1.2. Struktur prokalsitonin

Prokalsitonin ( PCT ) adalah prekursor kalsitonin yang terdiri dari 116 asam amino yang disekresi oleh sel C dari kelenjar tiroid, struktur prokalsitonin secara skematis terlihat seperti pada Gambar 2.1. Prokalsitonin mempunyai berat molekul 13 kDa protein yang disandi oleh gen CALC-1 di lengan pendek kromosom 11. Secara normal semua prokalsitonin dipecah dalam tiroid menjadi calsitonin.46

49

Gambar 2.1 Struktur Prokalsitonin46

2.1.3. Peran prokalsitonin dalam diagnosis sepsis bakterialis


(38)

sensitif sebagai penanda infaksi bakteri.Pelepasan prokalsitonin ke dalam sirkulasi dalam kepekatan besar dalam berbagai keadaan penyakit tidak disertai dengan peningkatan kadar calcitonin secara bermakna.46

Pemeriksaan prokalsitonin sangat bermanfaat dan lebih baik dari marker inflamasi lainnya, seperti Tumor nekrosis faktor α, Interleukin 6, Interleukin 1 dan CRP dalam hal memprediksi prognosis pada pasien penyakit kritis.41,45 Pengukuran prokalsitonin secara berkala dapat digunakan untuk memonitor perjalanan penyakit dan sebagai tindak lanjut (monitoring) dari terapi pada semua infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Peningkatan nilai prokalsitonin atau nilai yang tetap konsisten tinggi menunjukkan aktivitas penyakit yang berkelanjutan. Penurunan nilai prokalsitonin menunjukkan menurunnya reaksi inflamasi dan terjadi penyembuhan infeksi.44

Pada keadaan fisiologis, kadar prokalsitonin rendah bahkan tidak dijumpai, tetapi akan meningkat bila terjadi bakterimia dan fungimia yang timbul sesuai dengan beratnya infeksi. Tetapi pada temuan beberapa peneliti peningkatan prokalsitonin terdapat juga pada keadaan bukan infeksi, selain itu juga prokalsitonin merupakan pengukuran yang lebih sensitif dibandingkan dengan beberapa uji laboratorik lain, misalnya laju endap darah (LED), perhitungan leukosit dan C reaktif protein sebagai sarana bantu diagnosis sepsis bakteri pada anak.47


(39)

Gambar 2.2 Perbandingan waktu dan kepekatan prokalsitonin dibanding dengan beberapa petanda sepsis lain46

Prokalsitonin diinduksi oleh endotoksin yang dihasilkan bakteri selama infeksi sistemik. Infeksi yang disebabkan protozoa, infeksi non-bakteri (virus) dan penyakit autoimun tidak menginduksi prokalsitonin. Kadar prokalsitonin muncul cepat dalam 2 jam setelah rangsangan, puncaknya setelah 12 sampai 48 jam dan secara perlahan menurun dalam 48 sampai 72 jam, sedangkan CRP tidak terdapat dalam 6 jam, seperti terlihat pada Gambar 2.2 diatas.46

Prokalsitonin juga dapat digunakan untuk pemantauan pengobatan disamping sebagai penanda sepsis awal, hal ini sesuai dengan penelitian di Turki tahun 2007 yang melakukan pemantauan pengobatan terhadap pasien neonatus sepsis dan menjadi rujukan untuk pemakaian dan penghentian terapi antibiotika pada neonatus sepsis.18


(40)

khusus, dimana hasil tes diperoleh jauh lebih lama. Belakangan ini sebuah alat tesCobas 601 ( Cobas 6000)merupakan suatu alat tes untuk mendeteksi kadar prokalsitonin. Prokalsitonin dapat diukur secara cepat dan tepat, dengan menggunakan serum yang diperoleh dari sampel darah yang telah disentrifugasi.47

2.6.Kerangka Konseptual Penelitian

Gambar 2.3. Kerangka konseptual penelitian = yang diteliti

Faktor organisme: Jenis kuman Virulensi Faktor lingkungan: Infeksi nosokomial Higiene, Pemasangan kateter,OGT,infus Pembuatan susu formula Faktor penjamu: Lahir prematur Jenis kelamin BBLR Rendahnya SEPSIS

Prokalsitonin Kultur darah CRP Jumlah leukosit Faktor organisme: Jenis kuman Virulensi Faktor lingkungan: Infeksi nosokomial Higiene Pemasangan kateter,OGT,infus Pembuatan susu Faktor penjamu: Lahir prematur Jenis kelamin BBLR Rendahnya imunitas SEPSIS


(41)

BAB 3. METODOLOGI

3.1. Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah uji diagnostik untuk melihat perbandingan pemeriksaan prokalsitonin dan pemeriksaan kultur darah pada neonatus yang tersangka dengan sepsis.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Depertemen/Instalasi Patologi Klinik FK USU/RSUP H.Adam Malik Medan bekerjasama dengan Unit Perinatologi RSUP H. Adam Malik Medan selama 4 bulan mulai bulan April sampai bulan Juli 2014.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi target adalah neonatus yang mengalami sepsis atau yang disangkakan dengan diagnosis sepsis. Populasi terjangkau adalah populasi target yang berusia 0 sampai 28 hari selama bulan April sampai Juli 2014. Sampel adalah populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

3.4. Perkiraan Besar Sampel

Besar sampel untuk uji diagnostik dihitung dengan menggunakan rumus besar sampel uji hipotesa proporsi tunggal, yaitu :48


(42)

n

= Deviat baku Alpha untuk α = 0,05 ฀ 1,96 = Deviat baku Beta untuk β = 0,10 ฀ 1,282

Po = Proporsi Neonatus Sepsis = 0,038 = 3,8 %44

Po – Pa = Beda proporsi yang bermakna di tetapkan sebesar = 0,15 = 15 %

Pa = Perkiraan proporsi Neonatus Sepsis yang diteliti = 0,158 n = Besar sampel

Dengan menggunakan rumus diatas maka diperlukan sampel minimal sebanyak 50 orang.

3.5. Kriteria Penelitian 3.5.1. Kriteria Inklusi

1. Bayi usia 0 sampai 28 hari

2.Didiagnosis dengan sangkaan sepsis minimal 3 gejala klinis sepsis pada neonatus dan terdapat minimal 1 faktor risiko sepsis pada ibu 3. Sampel darah diambil sebelum mendapat antibiotik


(43)

3.5.2. Kriteria Eksklusi

1. . Pasien dengan multiple congenital anomalyyang berat 2. Pasien telah mendapat antibiotik

3.6. Identifikasi Variabel

Variabel bebas Skala

Kadar prokalsitonin Nominal

Variabel terikat Skala

Kultur darah Nominal

Variabel perancu

Usia gestasi, jenis kelamin, berat bayi lahir 3.7. Definisi Operasional

1. Bayi usia 0 sampai 28 hari

2. Sangkaan sepsis pada neonatus bila terdapat gejala: irritabilitas suhu, takikardia (denyut jantung > 180x/menit), bradikardia (denyut jantung < 100x/menit), takipneu (frekuensi nafas > 60x/menit) ditambah merintih/retraksi, letargis atau penurunan kesadaran, intoleransi glukosa, intoleransi minum, tekanan darah dibawah batasan normal usianya (Tekanan darah sistolik < 50 mmHg untuk bayi usia 1 hari dan tekanan darah sistolik < 65 mmHg untuk bayi 1 bulan)

3. Kultur darah adalah tehnik pemeriksaan untuk menumbuhkan bakteri patogen yang ada dalam darah

4. Pemeriksaan prokalsitonin adalah pemeriksaan darah tanpa antikoagulan yang dibiarkan membeku pada suhu ruangan yang selanjutnya di sentrifus dan dipisahkan serumnya dan diperiksa kadar prokalsitonin.


(44)

3.8.1 Subjek

Subjek dikumpulkan secara consecutive sampling. 3.8.2 Pengambilan dan pengolahan sampel

3.8.2.a.Prosedur Kerja pemeriksaan prokalsitonin dengan menggunakan Elecsys BRAHMS PCT Cobas e 60148

1. Darah sebanyak 2 cc tanpa antikoagulan dibiarkan membeku pada suhu ruangan, selanjutnya disentrifus dengan alat sentrifugasi 5702

kecepatan 3000 rpm selama 15 menit untuk memperoleh serum, serum kemudian diambil dan dimasukkan ke dalam cuvet yang tersedia sebanyak 200 µl

2. Lalu cuvet diletakkan pada raknya, dan dimasukkan ke dalam alat cobas 6000 seri e601

3. Hasil akan diperoleh selama kurang lebih 18 menit, dan akan langsung ditransfer ke sistem LIS dan terbaca di monitor komputer.

Pemeriksaan prokalsitonin dengan sandwich principle metode ECLIA ( Electrochemiluminerascence imunoassay)

- Inkubasi 1 ; antigen yang ada di sampel (30 ul ) + biotinylated monoclonal PCT antibody spesifik dan anti PCT antibody Ruthenium label. - Inkubasi 2 ; setelah ditambah partikel-partikel mikro yang dilapisi streptavidin kompleks tersebut akan berapa pada fase solid, terjadi ikatan antara biotin dan streptavidin.

- Campuran reaksi tersebut diaspirasi ke ruang pengukuran, dimana partikel-partikel mikro akan ditangkap secara magnetik kepermukaan elektroda.Substansi yang tidak berikatan akan dibuang dengan procell


(45)

Pemantapan kualitas pemeriksaan Prokalsitonin

Untuk pemantapan kualitas, digunakan Elecsys PreciControl PCT 1 dan 2. Bahan kontrol lainya yang sesuai dapat digunakan sebagai tambahan.Kontrol dilakukan setiap 24 jam ketika test dilakukan dan setelah dilakukan kalibrasi. Interval dan limit kontrol dapat diadaptasikan terhadap setiap kebutuhan laboratorium individu.

Hasil yang diperoleh harus berada dalam limit yang ditentukan. Setiap laboratorium harus melakukan koreksi pengukuran jika nilai atau hasil berada diluar limit.

3.8.2.b. Prosedur Kerja pemeriksaan kultur darah dengan alat Bactec 9050:48

1. Sampel darah 2 cc dimasukkan ke dalam vial yang berisi media bactec secara merata

2. Tekan home rotor key di samping layar dan buka pintu pada alat 3. Tekan tanda botol pada layar, dan barcode scanner (scan botol) 4. Masukkan botol ditempat yang ditentukan pada layar

5. Tekan tanda ”OK” dan tutup pintu dengan rapat, tunggu hasil 1x24 jam 6. Hasil positif dengan adanya perubaan warna pada layar monitor

menjadi kuning, lampu yang berkedip yang akan menandai sampel yang positif (suatu indikasi visual pada panel unit operator).

7. Jika negatif pada monitor muncul tanda negatif pada sampel yang negatif

Prinsip kerja biakan darah bactec

a. Botol media ditutup dengan rapat dengan karet, sehingga cairan media tidak mudah tumpah, transportasi media lebih mudah, dan


(46)

b. Botol media dapat dikocok sempurna sehingga pembentukan bekuan darah dalam media dapat dicegah

c. Pada waktu inkubasi, botol darah diagitasi terus menerus. Hal ini merangsang maksimal pertumbuhan kuman dalam dalam media ( botol media diputar terus menerus selama inkubasi )

d. Media mengandung zat yang dapat menetralisir efek anti mikroba sehingga pertumbuhan tidak terhambat oleh antibiotik yang sudah didapat pasien ( resin yang mampu menhambat efek antibotik ) Pengawasan pertumbuhan kuman dilakukan dengan memantau CO2 hasil metabolisme kuman. Bila kadar CO2 melampaui ambang batas tertentu, sistem menyatakan hasil biakan positif. Contoh pada dasar botol media bactec terdapat indikator kadar CO2 yang memancarkan Flouresensi apabila kadar CO2 melampaui ambang batas. Prinsip deteksi adalah peningkatan linier dan peningkatan kecepatan fluoresensi.

Pemantapkan kualitas Bactec

Tabung bactec kosong tanpa di isi specimen dimasukan kedalam bactec selama 24 jam. Setelah itu lihat hasilnya, bila bactec menunjukan tidak ada pertumbuhan kuman maka bactec masih bekerja dengan baik.

. .


(47)

Gambar 3.1. Kerangka kerja

3.9. Persetujuan / Informed Consent

Semua subyek penelitian akan diminta persetujuan dari orang tua setelah dilakukan penjelasan terlebih dahulu untuk pemeriksaan darah penderita tersangka sepsis neonatus.

3.10. Etika Penelitian

Penelitian ini disetujui oleh Komite Etik Kesehatan dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3.11. Rencana Pengolahan dan Analisa Data

Perbedaan kemampuan diagnostik prokalsitonin dibandingkan dengan kultur darah dianalisis dengan tabel 2 x 2 dengan menghitung sensitivitas,

Pemeriksaan darah dengan pemeriksaan prokalsitonin dan kultur

darah

Pemeriksaan prokalsitonin Positif : bila dijumpai nilai ≥ 0,5

Kultur darah

Positif : bila dijumpai

pertumbuhan kuman dalam darah

Populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi


(48)

ratio positive dan likelihood ratio negative. Untuk menentukan titik potong terbaik hasil uji diagnostik dibuat kurva ROC. Data yang terkumpul akan diolah, dianalisis, dan disajikan dengan menggunakan program komputer yaitu SPSS versi 15.0. Interval kepercayaan yang digunakan adalah 95 % dan batas kemaknaan P kurang dari 0.05.


(49)

Penelitian dilakukan di Depertemen/Instalasi Patologi Klinik FK USU/RSUP H.Adam Malik Medan bekerjasama dengan Unit Perinatologi RSUP H. Adam Malik Medan. Sampel penelitian sebanyak 50 bayi yang dirawat di unit Perinatologi yang diduga mengalami sepsis neonatorum. Dilakukan pemeriksaan kultur darah dan dilakukan pemeriksaan darah rutin serta prokalsitonin.

Tabel 4.1 menunjukkan karakteristik sampel penelitian berupa usia gestasi, jenis kelamin, berat badan lahir dan diagnosa. Dari 50 bayi yang diperiksa, ditemukan 39 (78%) bayi mengalami sepsis (kultur darah positif). Responden sebagian besar dengan usia gestasi kurang dari 37 minggu yaitu 27 orang bayi (69.2%) yang mengalami sepsis dan 4 orang bayi (36.3%) yang tidak menderita sepsis. Jenis kelamin bayi mayoritas laki-laki yang mengalami sepsis yaitu 25 bayi (64.1%) dibanding perempuan hanya 14 bayi (35,8%). Berat bayi lahir yang terbanyak adalah berada diantara 1500 sampai 2499 gram pada kelompok kultur darah positif yaitu 19 bayi (48.7%), sedangkan pada kelompok kultur darah negatif berat bayi lahir terbanyak > 2500 gram sebanyak 7 bayi (63.6%). Diagnosa terbanyak untuk kelompok bayi dengan kultur darah positif adalah respiratory distress, yang berjumlah 19 bayi (48.7%) pada bayi dengan kultur darah negatif dengan diagnosa ASD sekundum dan TTN (Transient Tachipneu of the Newborn)


(50)

Kultur Darah

Positif Negatif

n=39 n=11 Usia Gestasi, minggu, n (%)

Kurang bulan (< 37 minggu ) 27 (69.2) 4 (36.3) Cukup bulan ( ≥37 minggu ) 12 (30.8) 7 (63.6) Jenis Kelamin

Laik-Laki 25 (64.1) 5 (45.4)

Perempuan Usia bayi (hari)

0 - 7 8 - 14

15 - 21 22 - 28

14 (35.8) 29 (74.3) 5 (12.8) 2 (5.1) 3 (7.7) 6 (54.5) 5 (45.4) 4 ( 36.3)

0 (0) 2 ( 18.2)

Berat Bayi Lahir (gram) 1000-1499 1500-2499 ≥ 2500 3 (7.7) 19 (48.7) 17 (43.6) 1 (9.1) 3 (27.2)

7 (63.6) Diagnosa

Respiratory distress 19 (48.7) 2 (18.2)

TTN 5 (12.8) 3 (27.2)

Asfiksia neonatorum 3 (7.7) 2 (18.2)

HIE 4 (10.2) 0 (0)

Atresia ani 2 (5.1) 0 (0)

Meningocele 2 (5.1) 0 (0)

ASD sekundum 1 (2.5) 4 (36.3)

Hidrosefalus Neonatal pneumonia 1 (2.5) 2 (5.1) 0 (0) 0 (0)

Penelitian ini juga menilai jenis-jenis kuman yang sering menyebabkan sepsis pada neonatus. Bakteri terbanyak yang ditemukan


(51)

dari hasil pemeriksaan kultur darah adalah Klebsiella pneumonia, yaitu sebanyak 13 biakan (33.3 %) dari 10 jenis bakteri yang ditemukan

Tabel 4.2. Jenis Bakteri pada Kultur Darah

Tabel 4.3.Hasil Uji Sensitivitas dan Spesifisitas Prokalsitonin terhadap Kultur Darah

Kultur Darah

Total P

Positif Negatif Prokalsitonin

Positif 36 1 37 0.0001

Negatif 3 10 13

Total 39 11 50

Sensitivitas prokalsitonin terhadap pemeriksaan kultur darah adalah 36/(36+3) = 92.3%, atau dengan kata lain terdapat 92.3% di antara subyek penderita sepsis dapat dideteksi dengan prokalsitonin. Spesifisitas

Jenis Bakteri n (%)

Staphylococcushaemolyticus Staphylococcus epidermidis Acinetobacter baumanii Staphylococcus hominis Citrobacter freundii Enterococcus faecium Klebsiella pneumonia Escherichia coli Pseudomonas aeruginosa Staphylococcus aureus 3 (7.7) 2 (5.1) 7 (17.9) 1 (2.5) 1 (2.5) 3 (7.7) 13 (33.3) 3 (7.7) 2 (5.1) 1 (2.5)


(52)

penderita yang bukan sepsis dapat disingkirkan dengan pemeriksaan prokalsitonin. Nilai duga positif (Positive Predictive Value) untuk uji diagnostik ini adalah 36/36+1 = 97.2 %, dengan Nilai Duga Negatif (Negative Predictive Value) adalah 10/10+3 = 76.9%. Prevalensi penderita sepsis dalam penelitian ini adalah 39/50 = 78%.

Gambar 4.1.Kurva ROC (Receiver Operating Curve) untuk Prokalsitonin

Luas area di bawah kurva (area under curve) dengan menggunakan prokalsitonin pada penelitian ini adalah 0.929 (95%

Confidence Interval (CI) 0.713-0.953) dengan taraf signifikansi 5%. Hasil ini menunjukkan akurasi uji diagnostik ini adalah sangat baik. Gambar 4.1 memperlihatkan kurva ROC (Receiver operating characteristics) yang merupakan nilai tawar menawar antara sensitifitas dan spesifisitas untuk mencari cut off point terbaik untuk suatu pemeriksaan.

1 - Specificity0.61.00.8 0.40.2

0.0

Se

nsitivity


(53)

BAB 5. PEMBAHASAN

Tingginya angka kejadian sepsis neonatorum merupakan penyebab utama kematian pada neonatus.1Penelitian ini mendapatkan 39 pasien (78%) mengalami sepsis bakterialis berdasarkan hasil kultur darah dari 50 bayi sangkaan sepsis sebagai sampel penelitian. Dijumpai usia gestasi yang bervariasi pada sampel penelitian dan yang paling banyak menderita sepsis bakterialis yaitu usia gestasi kurang dari 37 minggu sebanyak 27 orang (69.2%). Hal ini sesuai dengan teori bahwa faktor risiko yang dapat menyebabkan sepsis bakterialis yaitu meliputi prematuritas,karena bayi prematur memiliki berbagai masalah akibat belum berkembangnya organ-organ tubuh, sehingga belum siap untuk berfungsi di luar rahim.

Beberapa masalah yang dapat ditemui antara lain adalah masalah pernapasan, asupan, resiko perdarahan, dan infeksi. Bayi prematur memiliki resiko lebih tinggi untuk terjadinya sepsis neonatorum dibandingkan bayi aterm.4,6Disamping itu faktor risiko lainnya yang menyebabkan sepsis yaitu berat lahir rendah, Respiratory Distress Syndrom (RDS), tindakan resusitasi yang agresif.21 Riwayat asfiksia berat mempermudah terjadinya infeksi karena cedera sel akibat hipoksia dan akan memacu respon peradangan.21,22 Pada penelitian ini berat badan lahir rata-rata bayi yang mengalami sepsis ataupun tidak sepsis yaitu berat badan lahir > 2500 gram.


(54)

Faktor risiko lain yang juga mempengaruhi terjadinya sepsis yaitu jenis kelamin. Beberapa kepustakaan menyebutkan bahwa sepsis neonatorum lebih sering terjadi pada bayi laki-laki daripada bayi perempuan, hal ini disebabkan karena aktivitas dan metabolisme bayi laki laki lebih tinggi dibandingkan bayi perempuan sehingga kebutuhan oksigen pada bayi laki laki lebih tinggi dibandingkan bayi perempuan, karena oksigen yang kurang menyebabkan mudahnya berkembangbiak bakteri anaerob yang hidup pada suasana kurang oksigen.6Hal ini sesuai dengan penelitian ini yang menemukan bahwa 25 orang (64.1%) bayi laki-laki yang mengalami sepsis dibandingkan bayi perempuan yang berjumlah hanya 14 orang (35.8%).

Pada masa neonatal berbagai bentuk infeksi dapat terjadi pada bayi. Di negara yang sedang berkembang jenis infeksi yang sering ditemukan berturut-turut infeksi saluran pernapasan akut, infeksi saluran cerna (diare), tetanus neonatal, sepsis dan meningitis.26 Diagnosis yang paling banyak dijumpai pada pasien sepsis dalam penelitian ini respiratory distress yaitu sebanyak 19 orang (48.7%), hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat tahun 2008 yaitu penyebab terbanyak sepsis berturut-turut berasal dari infeksi saluran pernapasan (38%), saluran cerna (18%), infeksi pasca operasi (9%), meningitis (6%), infeksi saluran kencing (5%) dan tidak teridentifikasi sebanyak (24%).49


(55)

antar satu negara dengan negara lain. perbedaan pola kuman ini akan berdampak terhadap pemilihan antibiotik yang dipergunakan pada pasien. Perbedaan pola kuman mempunyai kaitan pula dengan prognosa dan komplikasinya. Sepsis juga disebabkan oleh infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial pada bayi baru lahir terutama berkembang dari flora yang ditemukan dikulit, saluran nafas dan saluran cerna.20

Pada penelitian ini didapat bakteri hasil kultur yang terbanyak adalah jenis Klebsiella pneumonia yaitu sebanyak 13 pasien (33.3%),

Klebsiella pneumonia merupakan jenis kuman gram negatif, mengenai jenis kuman terdapat perbedaan pada beberapa Rumah Sakit, tergantung pola kuman setempat. Pola penyebab infeksi senantiasa berubah sejalan dengan kemajuan teknologi. Demikian juga pola resistensinya yang cenderung berubah sejalan dengan pemakaian antibiotik. Oleh karena itu pengetahuan tentang pola penyebab, resistensinya dan faktor risiko perlu terus dipantau sebagai landasan dalam pemilihan antibiotik yang tepat bagi penderita bakteriemia khususnya pada neonatus. Untuk itu, masih perlu dilakukan penelitian tentang pola kuman dan sensitivitasnya terhadap antibiotik penyebab bakteremia pada neonatus di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

Pada penelitian ini didapatkan sensitivitas prokalsitonin 92.3%, spesifisitas 90.9%, positive predictive value 97.2%, negative predictive value 76.9%. Seperti disebutkan dalam judul penelitian bahwa penelitian ini adalah untuk menentukan apakah prokalsitonin dapat digunakan dalam


(56)

mendiagnosa sepsis bakterialis pada neonatus secara cepat dan tepat. Untuk itu diperlukan sensitifitas yang tinggi untuk mencari subjek yang sakit, oleh karena dengan sensitivitas yang tinggi maka akan semakin kecil yang lolos dari penyakit, demikian pula dengan spesifisitas yang tinggi akan didapatkan hasil bukan sepsis yang makin tinggi bila hasil pemeriksaan menunjukkan hasil negatif.

Pada penelitian ini juga dibuat suatu uji dengan membuat kurva ROC yang merupakan alat untuk tawar menawar hasil sehingga didapatkan titik potong yang menghasilkan sensitivitas dan spesifisitas yang optimal. Pada penelitian ini didapatkan ROC 0.929 (95% CI 0.713-0.953) dengan taraf signifikansi 5% yang menujukkan akurasi uji diagnostik ini adalah sangat baik.

Hal ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian di Amerika Serikat tahun 2005 yang mendapatkan sensitivitas prokalsitonin sebesar 97% dan spesifisitas sebesar 80% pada nilai cut off value 0.5 ng/mL,50 Penelitian di Spanyol tahun 2010 juga memperlihatkan hasil yang hampir sama, dengan menggunakan cut off value 1.1 ng/mL didapatkan nilai sensitifitas 92% dan spesifisitas 76%.51 Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan di Meksiko pada tahun 2011 mendapatkan sensitifitas sebesar 100% dan spesifisitas 72%,52 dan penelitian di Turki tahun 2007 didapatkan nilai spesifisitas yang tinggi yaitu 100% dan sensitivitas 48%.42 Dari sebagian besar penelitian yang ada pemeriksaan prokalsitonin


(57)

yang cukup akurat dan cepat dibandingkan bila harus menunggu hasil kultur darah yang memerlukan waktu yang lama ataupun dibandingkan dengan pemeriksaan marker sepsis yang lain seperti pemeriksaan CRP (C-reaktif protein), sehingga diagnosis sepsis neonatorum dapat cepat ditegakkan dan penatalaksanaan sepsis dapat segera dilakukan secara tepat sehingga dapat menurunkan angka mortalitas dan morbiditas pada neonatus.42,50

Penurunan nilai prokalsitonin dapat digunakan sebagai panduan dari pemantauan hasil terapi antibiotika pada neonatus dengan sepsis dan hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Jerman tahun 2010 dimana pemeriksaan prokalsitonin dilakukan secara berkala selama pemberian antibiotika sehingga waktu pemakaian antibiotika dapat dipersingkat.18 Keterbatasan dari studi adalah tidak melakukan analisa dan pemantauan efek terapi antibiotika terhadap sampel penelitian sehingga penurunan nilai prokalsitonin sebagai respon terhadap terapi pengobatan antibiotika belum dapat dipantau. Studi lebih lanjut diperlukan pemeriksaan prokalsitonin berkala untuk menilai efek terapi antibiotika sehingga waktu pemakaian antibiotika dapat dipersingkat.


(58)

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. KESIMPULAN

Sepsis neonatorum merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas pada neonatus. Baku emas untuk menegakkan diagnosis sepsis adalah kultur darah namun membutuhkan waktu 3 sampai 5 hari dan biaya yang tidak murah untuk memperoleh hasilnya, sehingga terjadi keterlambatan pengobatan yang dapat memperburuk keadaan bayi bahkan bisa menyebabkan kematian. Diperlukan suatu cara yang cepat dan tepat untuk menegakkan diagnosis dini sepsis bakterialis pada neonatus. Pada penelitian didapatkan bahwa Prokalsitonin merupakan suatu cara yang cepat dan tepat untuk menegakkan diagnosis dini sepsis bakterialis pada neonatus.

6.2. SARAN

Perlu dilakukan penelitian terutama dengan sampel bayi baru lahir untuk menilai sepsis pada tahap awal sebelum terpapar dengan pemakaian antibiotik. Oleh karena pola resistensi antibiotik berubah sejalan dengan pemakaian antibiotik yang tidak tepat maka perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang pola kuman dan pola resistensi antibiotik terhadap kuman penyebab sepsis bakterialis pada neonatus di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.


(59)

DAFTAR PUSTAKA

1. Amirullah A. Sepsis pada bayi baru lahir. Dalam: Kasim SM, Yunanto A, Dewi R, Sarosa IG, Usman A, penyunting. Buku ajar neonatologi. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2008. h. 170-87

2. Gomella TL, Cuningham MD, Eyal FG, Zenk KE. Infectious Disease. Dalam: Gomella TL, Cuningham MD, Eyal FG, Zenk KE, penyunting. Management, procedures, on-call problems, disease and drugs. New York: Mc Graw-Hill; 2007. h. 434-40

3. Polin RA, Parravicini E, Regan JA, Taeusch HW. Bacterial sepsis and meningitis. Dalam: Taeusch HW, Ballard RA, Gleason CA, penyunting. Avery’s diseases of the newborn. Edisi ke-8. Philadelphia; Elsevier Saunders;2005. h. 551-600

4. Klinger G, Levy I, Sirota L, Boyko V, Geva LL, Reichman B. outcome of early onset sepsis in neonatal cohort of very lowbirth weight infants. Pediatrics. 2010;125: e736-40

5. Jackson GL, Engle WD, Sendelbach DM, Vedro DA, Josey S, Vinson J. Are complete blood cell count useful in the evaluation of asymptomatic neonates exposed to suspected chorioamnitis. Pediatrics. 2004;113:1173-80

6. Stoll BJ. Infections of the neonatal. Dalam: Behrman RE, Kiegman RM, Jenson HB, Stanton BF, penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Edisi 18. Philadelphia: Saunders Company; 2007. h. 794-811

7. Dear P. Infection in newborn. Dalam: Rennie JM, penyunting. Roberton’s textbook of neonatology. Edisi ke-4. Elsevier Chrchill Livingstone; 2005. h. 1011-91

8. Bender L, thaarup J, Varming K, Krarup H, Eriksen SE, Ebbesen F. Early and late markers for detection of early onset neonatal sepsis. Dan Med Bull. 2008;55:219-23

9. Rodwell TE, Leslie AL, Tudehope DL. Early diagnosis of neonatal sepsis. J Pediatr. 2008;112:761-7

10. Hall R, Domenico H, Self W, hain P. Reducing the blood culture contamination rate in a pediatric emergency department and subsequent cost savings. Pediatrics. 2013; 131: e292-7

11. Arai T, Kumasaka K, Nagata K, Okita T, Oomura T, Hoshiai A et al. Prediction of blood culture results by measuring procalcitonin levels and other inflammatory biomarkers. American J of Emergency Medicine. 2014;32:330-3

12. Chan YL, Tseng CP, Tsay PK, Chang SS, Chiu TF, Chen JC. Procalcitonin as a marker of bacterial infection in the emergency department: an observational study. Crit Care Med. 2003; 8:R12-R20 13. Henriquez C, Losa J. Biomarkers for sepsis, Review article. Biomed


(60)

14. Faesch S, Cojocaru B, Hennequin C, Pannier S, Glorion C, Locour . Can procalcitonin measurement help the diagnosis of osteomyelitis and septic arthritis?A prospective trial. Italian J Pediatr. 2009;35:1-6 15. Zahedpasha Y, Kacho MA, Hajiahmadi M, Haghshenas M.

Procalcitonin as a marker sepsis of neonatal sepsis. Iran J Pediatr. 2009; 19:117-22

16. Sakha K, Husseini MB, Seyyedsadri. The role of the procalcitonin in diagnosis of neonatal sepsis and correlation between procalcitonin and C-reactive protein in these patients. Pak J Biol Sci. 2008; 14:1785-90 17. Alzahrani AJ, Hassan MI, Obeid EO, Diab AE, Qutub HO, Gupta RK.

Rapid detection of procalcitonin as an early marker of sepsis in intensive care unit in tertiary hospital. Int J. Med Med. Sci. 2009; 11:516-22

18. Stocker M, Fontana M, Helou S, Wegscheider K, Berger T. Use of procalcitonin-guided decision-making to shorten antibiotic therapy in suspected neonatal early-onset sepsis:prospective randomized intervention trial. Neonatal. 2010;97:165-74

19. Saputri DA. Pengaruh pemberian steroid dosis rendah terhadap hitung neutrofil pada sepsis tahap awal. Skripsi untuk sarjana kedokteran. Fakultas kedokteran universitas Sebelas Maret. Surakarta. 2010

20. Lubis CP. Infeksi nosokomial pada neonatus. Bagian kesehatan anak fakultas kedokteran Universitas Sumatra Utara.2003

21. Rinawati R. Kontroversi diagnosis sepsis neonatorum. Dalam: Badriul H, Partini PT, Evita BI, penyunting. Update in neonatal infection. Pendidikan kedokteran berkelanjutan ilmu kesehatan anak XLVII. h. 32-43

22. Aminullah A. Masalah terkini sepsis neonatorum. Dalam: Aminullah A, penyunting. Update in neonatal infection. Departemen Ilmu kesehatan Anak FKUI-RSCM. 2005. h. 17-31

23. Baltimore RS, Huie SM, Meek JI, Schuchat A, O’Brien KL. Early onset neonatal sepsis in the era of group B streptococcal prevention. Pediatrics. 2009;108:1094-8

24. Haque KN. Definitions of bloodstream infection in the newborn. Pediatr Crit Care Med. 2005: 6:545-9

25. Data based hasil kultur darah divisi perinatologi RSHAM 2008-2010 26. Osrin D, Vergnano S, Costello A. Serious bacterial infections in

newborn infants in developing countries. Curr Opin Infect Dis. 2004;17:217-24

27. Wynn J, CornellTT, Wong HR, Shanley TP, Wheeler DS. The host response to sepsis and developmental impact. Pediatrics. 2010;125:1031-41


(61)

29. Bochud PY, Calandra T. Clinical review: science, medicine, and the future pathogenesis of sepsis: new concepts and implications for future treatment. BMJ. 2003;326:262-6

30. Puopolo KM. Bacterial sepsis and meningitis. Dalam: Cloherty JP, Eichenwald EC, Stark AR, penyunting. Manual of neonatal care. Edisi 6. Philadelphia:Lippincott Williams & Willkins;2008. h. 274-80

31. Cornel TT, WynnJ, Shanley TP, Wheeler DS, Wong RH. Mechanisms and regulation of the gene-expression response to sepsis. J Pediatr. 2010;125:12-48-58

32. Mayor LK, Gonzales QV, O’Sullivan MJ, Hartstein AI, Roger S, Tamayo RN. Comparison of early-onset neonatal sepsis caused by eschericia coli and group B streptococcus. American J of Obstet and Gynecol. 2005;3192:143-7

33. Darmawan I. Sepsis Neonatorum. Dalam: Iyan I, penyunting. Update on sepsis. Jakarta: Farmedia, 2008. h.25-43

34. Dear P. Infection in the newborn. Dalam: Rennie JM, penyunting. Roberton’s textbook of neonatology. Edisi ke-4. USA: Elsevier Churchill Livingstone, 2005. h.1011-92

35. Polin RA, Parravicini E, Regan JA, Taeusch HW. Bacterial sepsis and meningitis. Dalam: Taeusch HW, Ballard RA, Gleason CA, penyunting. Avery’s diseases of the newborn. Edisi ke 8. Philadelphia: Elsevier Saunders, 2004. h.551-600

36. Hotchkiss RS, Karl IE. The pathophysiology and treatment of sepsis. N Engl J Med. 2003; 348:138-50

37. Maniaci V, Dauber A, Weiss S, Nylen E, Becker KL, Bachur R. Procalcitonin in young febril infants for the detection of serious bacterial infections. J Pediatr. 2008; 122:701-10

38. Haque K. Management of bacterial infection in the newborn. J Arab Neonatal Forum. 2006; 3:41-5

39. Smith K, Bigham M. Biomarkers in Pediatric sepsis. The open inflammatory Journal. 2011; 4(Suppl 1-M4)24-30

40. Ratzinger F, Schuardt M, Eichbichler K, Tsirkinidau I, Bauer M, Haslacher H et al. Utility os sepsis biomarkers and the infection probability score to discriminate sepsis and systemic inflammatory response syndrome in standard care patients. Plos One. 2013; 8:1-9 41. Mishra UK, Jacobs SE, Doyle LW, Garland SM. Newer approaches to

diagnosis of early onset neonatal. Arch Dis Child Fetal Neonatal Ed. 2006; 91:F208-F212

42. Koksal N, Harmanci R, Cetin M, Hacimustafaoglu M. Role of procalcitonin and CRP in diagnosis and follow-up of neonatal


(62)

43. Viallon A, Guyomarch P, Tardy B, Robert F, Marjolllet O, Caricajo A. Decrease in serum procalcitonin levels over time during treatment of bacterial meningitis. Crit Care Med. 2005; 9:R344-R350

44. Sastre JBL, Solis DP, Serradilla VR, Colomer BF, Cotallo GDC, Castrillo GH. Evaluation of procalcitonin for diagnosis of neonatal sepsis of vertical transmission. BMC Pediatr. 2007; 7:1-9

45. Nafaa M, Makhoul B, Tobia A, Kaplan M, Aronson D, Azzam Z et al. Procalcitonin and interleukin 6 for predicting blood culture positivity in sepsis. American J of Emergency Medicine. 2014; 32: 448-51

46. Buchori, Prihatini. Diagnosis sepsis menggunakan prokalsitonin. Ind J Clin Path Med Lab. 2006; 12:131-7

47. Standar Operating Procedure. Instalasi Patologi Klinik RSUP.H.Adam Malik, April 2009

48. Pusponegoro HD, Wirya IW, Pudjiadi AH, Bisanto J, Zulkarnain. Uji Diagnostik. Dalam: Sastroasmoro S, Ismael S, penyunting. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi ke-3. Jakarta. Sagung Seto; 2008. h.193-216

49. Xavier XL, Vargas S, Guerra F, Coronado L. Aplication of new sepsis definition for evaluate outcomeof pediatric patient with severe systemic infection. J. pediatr. 2008: 14; 557-60

50. Vazzalwar R, Rodrigues EP, Puppala BL, Angst DB, Schweig L. Procalcitonin as a screening test for late-onset sepsis in preterm very low birth weight infants. J. of Pediatr. 2005; 25:397-402

51. Rey C, Arcos ML, Concha A. Procalcitonin as a diagnostic and prognostic marker in critically ill children. Eur J Pediatr. 2010; 4:62-5 52. Lopez FR, Jimenes AE, Tobon GC, Mote JD, Farias ON. Procalcitonin

(PCT), C reactive protein (CRP) and its correlation with severity in early sepsis. Clin. Rev. Opinions. 2011; 3:26-31


(63)

LAMPIRAN

1. PERKIRAAN BIAYA PENELITIAN

1. Bahan / perlengkapan : Rp. 10.000.000 2. Transportasi / Akomodasi : Rp. 2.000.000 3. Penyusunan / penggandaan : Rp. 2.000.000 4. Seminar hasil penelitian : Rp. 6.000.000 Jumlah : Rp. 20. 000.000 2. JADWAL PENELITIAN

WAKTU

KEGIATAN

April 2014

Mei - Juni 2014 Juli 2014

Persiapan Pelaksanaan Penyusunan laporan Pengiriman Laporan


(64)

Yth. Bapak / Ibu ……….

Sebelumnya saya ingin memperkenalkan diri (dengan menunjukkan surat tugas dari Departemen Ilmu Patologi Klinik FK USU). Nama saya dokter Zulfadli yang bertugas di Laboratorium Patologi Klinik Departemen Ilmu Patologi Klinik FK USU / RSUP H. Adam Malik. Saat ini, saya sedang melaksanakan penelitian dengan judul “Prokalsitonin sebagai tes diagnostik sepsis bakterialis pada neonatus” dengan tujuan untuk melihat ada/tidak bakteri dalam darah dengan pemeriksaan darah secara imunologis (pemeriksaan prokalsitonin) dan kultur darah pada bayi yang tersangka sepsis. Saya memohon izin

kepada Bapak/Ibu sebagai orangtua dari ...agar membantu saya dalam pendataan kondisi kesehatan dan mengambil darah dari bayi Bapak/Ibu, pengambilan darah dilakukan oleh petugas analis Laboratorium Patologi Klinik RSU H Adam Malik yang terlatih dan berkompeten di bidangnya, darah yang diambil dari pembuluh darah di lengan(vena mediana cubiti) sebanyak 4 cc, yaitu 2cc untuk pemeriksaan prokalsitonin dan 2 cc untuk pemeriksaan kultur darah, lalu sampel darah akan dikirim dan diperiksa ke Laboratorium Patologi Klinik RSU H Adam Malik. Hasil dari pemeriksaan darah ini berguna untuk mengetahui apakah bayi bapak/ibu menderita sepsis (infeksi berat) atau tidak. Berdasarkan penelitian sebelumnya pemeriksaan ini tidak berbahaya dan tidak dijumpai efek samping dari pemeriksaan ini, namun mungkin dapat dijumpai memar pada bekas pengambilan darah pada beberapa sampel, tapi akan hilang dengan sendrinya dalam 2 hari. Data dari pasien saya jamin kerahasiaannya dan biaya pemeriksaan akan sepenuhnya ditanggung oleh peneliti.

Jika Bapak / Ibu bersedia agar anaknya diperiksa darahnya secara imunologis (pemeriksaan prokalsitonin) dan kultur darah, maka saya


(65)

mengharapkan Bapak / Ibu menandatangani lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP).

Demikian yang dapat saya sampaikan. Atas perhatian Bapak / Ibu, kami ucapkan terima kasih.

Hormat saya, Peneliti

dr. Zulfadli


(66)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ... Umur ... tahun L / P Alamat : ... dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya telah memberikan

PERSETUJUAN

untuk dilakukan pemeriksaan darah terhadap anak saya :

Nama : ... Umur : ...hari L / P

Alamat Rumah : ... yang tujuan, sifat, dan perlunya pemeriksaan tersebut di atas, serta risiko yang dapat ditimbulkannya telah cukup dijelaskan oleh dokter dan telah saya mengerti sepenuhnya.

Demikian pernyataan persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan.

... , ...2014 Yang memberikan penjelasan Yang membuat pernyataan persetujuan

dr. ... ...

Saksi-saksi : Tanda tangan

1. ... ... 2. ... ...


(67)

No urut : Tanggal : Pewawancara :

Nama : By... Jenis kelamin : Lk / Pr

Tanggal lahir :... Alamat lengkap :... Telp : ... Pekerjaan orangtua : ... Umur ibu : ... tahun

Berat badan ibu : ... kg Tekanan darah ibu : ... mmHg

Jumlah paritas : Gravida... Abortus ... Partus... Hari pertama haid terakhir (HPHT) :... Usia kehamilan : ... minggu

Riwayat ibu mendapat obat selama kehamilan :...

Riwayat ketuban pecah dini (KPD) :...

Riwayat sakit selama kehamilan

:...

Riwayat ketuban keruh/hijau/bau

:...

Berat badan lahir : ... gram Panjang badan lahir : ... cm Jenis persalinan : 1. Spontan

2. Sectio secaria 3. Ekstraksi vakum Apgar skor : 1 menit :... 5 menit :... Caput succadenum : + / -

Cephalmetoma : + / -

Perdarahan : + / - Lokasi : ...

Kelainan kongenital : + / - Kelainan hematologi : + / -

Ikterus : + / - Daerah : ...

Temperatur : ... oC Kejang : + / -

Muntah : + / - Mencret : + / -


(68)

2. Dextrose 10%


(69)

(70)

IDENTITAS

Nama : dr. Zulfadli

Tempat/Tgl. Lahir : Tebing Tinggi / 13 Maret 1969 Suku/Bangsa : Aceh / Indonesia

Agama : Islam

Alamat : Jl. Rajawali No.63 Sei Sikambing B Medan KELUARGA

Istri : dr.Nelly M.Ked (Ped) SpA

Anak :- Fauzil Azhiim

- Fatih Hanif

- Nafisa Putri Syauqiya PENDIDIKAN

1. MI Swasta Tebing Tinggi ,Tahun 1976 − 1981 2. SMP Swasta Tebing Tinggi, Tahun 1981 – 1984 3. SMAN 1 Tebing Tinggi , Tahun 1984 – 1987

4. Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara ( FK UISU ), Tahun 1988 - 1998

5. PPDS Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara / RSUP. H. Adam Malik Medan, mulai : 1 Juli 2010 s/d Sekarang.


(71)

1. Dokter PTT Puskesmas Kec.Trumon Aceh Selatan- Prop.Aceh, Tahun 1999 ฀ 2002

2. Dokter PNS Puskesmas Kec. Tapaktuan Aceh Selatan- Prop.Aceh, Tahun 2002 – 2008

3. Dokter PNS Puskesmas Kec. Samadua Aceh Selatan- Prop.Aceh, Tahun 2008 ฀ 2010

4. PPDS Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara / RSUP. H. Adam Malik Medan, mulai : 1 Juli 2010 s/d Sekarang.

PERKUMPULAN PROFESI

1. IDI Aceh Selatan,Aeeh ( 2005 – 2012)

2. IDI Medan, Sumatera Utara ( 2013 s/d sekarang )

3. PDS PatKlin Medan, Sumatera Utara ( 2010 s/d sekarang )

PARTISIPASI DALAM KEGIATAN ILMIAH SEBAGAI PESERTA: NASIONAL

1. The 7th National Convention of the Indonesian Society of

Haematology and Blood Transfusion (PHTDI) The Malacca Strait Hematology-Oncology Symposia. Hotel JW. Marriot Medan 08-09 Oktober 2011.

PELATIHAN/WORKSHOP

1. Symposium : A Paradigm Change in The Hematology Laboratory Testing. Hotel Grand Aston Medan, 27 Juli 2010.

2. Workshop Biomolekuler :Pemeriksaan Biomolekuler denganTeknik Lightcycler Realtime PCR, FK-USU Medan, 9 Agustus 2010.


(72)

3. Seminar :Disseminated Intra-Vascular Coagulation and Anemia. Hotel Swiss Bell Medan, 13 Desember 2010.

4. Seminar :Bridging The Clinical Pathology Sciences After 35 Years of Being The Education Centre in Indonesia, Hotel JW Mariot, Medan01 Maret 2011.

5. Seminar :Clinical Chemistry and Haematology Hemostasis Update. Hotel Inna Dharma Deli Medan, 17 September 2011.

6. The 7th PHTDI - Workshop: Hemophilia and Supportive Treatment in Cancer.Hotel JW Marriott – Medan, 7 Oktober 2011.

7. The 7th PHTDI - Workshop: Thalassemia and Blood Transfusion. Hotel JW Marriott – Medan, 7 Oktober 2011.

8. Workshop : Hemostasis. PKB Patologi Klinik - Regional Sumbagut.Santika Premiere Dyandra Hotel & Convention – Medan, 14 Mei 2012.

9. Workshop : Infectious Disease, PKB Patologi Klinik - Regional Sumbagut.Santika Premiere Dyandra Hotel & Convention – Medan, 14 Mei 2012.


(1)

1. Dokter PTT Puskesmas Kec.Trumon Aceh Selatan- Prop.Aceh, Tahun

1999

2002

2. Dokter PNS Puskesmas Kec. Tapaktuan Aceh Selatan- Prop.Aceh,

Tahun 2002 – 2008

3. Dokter PNS Puskesmas Kec. Samadua Aceh Selatan- Prop.Aceh,

Tahun 2008

2010

4. PPDS Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara /

RSUP. H. Adam Malik Medan, mulai : 1 Juli 2010 s/d Sekarang.

PERKUMPULAN PROFESI

1. IDI Aceh Selatan,Aeeh ( 2005 – 2012)

2. IDI Medan, Sumatera Utara ( 2013 s/d sekarang )

3. PDS PatKlin Medan, Sumatera Utara ( 2010 s/d sekarang )

PARTISIPASI DALAM KEGIATAN ILMIAH SEBAGAI PESERTA:

NASIONAL

1.

The 7

th

National Convention of the Indonesian Society of

Haematology and Blood Transfusion (PHTDI)

The Malacca Strait

Hematology-Oncology Symposia. Hotel JW. Marriot Medan 08-09

Oktober 2011.

PELATIHAN/WORKSHOP

1.

Symposium :

A Paradigm Change in The Hematology Laboratory

Testing

.

Hotel Grand Aston Medan, 27 Juli 2010.


(2)

3.

Seminar :

Disseminated Intra-Vascular Coagulation and Anemia. Hotel

Swiss Bell Medan, 13 Desember 2010.

4.

Seminar :

Bridging The Clinical Pathology Sciences After 35 Years of

Being The Education Centre in Indonesia

,

Hotel JW Mariot, Medan01

Maret 2011.

5.

Seminar :

Clinical Chemistry and Haematology Hemostasis Update

.

Hotel Inna Dharma Deli Medan, 17 September 2011.

6.

The 7

th

PHTDI - Workshop:

Hemophilia and Supportive Treatment in

Cancer.Hotel JW Marriott – Medan, 7 Oktober 2011.

7.

The 7

th

PHTDI - Workshop:

Thalassemia and Blood Transfusion. Hotel

JW Marriott – Medan, 7 Oktober 2011.

8.

Workshop :

Hemostasis. PKB Patologi Klinik -

Regional

Sumbagut.Santika Premiere Dyandra Hotel & Convention – Medan, 14

Mei 2012.

9.

Workshop :

Infectious Disease, PKB Patologi Klinik - Regional

Sumbagut.Santika Premiere Dyandra Hotel & Convention – Medan, 14

Mei 2012.


(3)

8. MASTER TABEL PENELITIAN

No MR Nama Bayi Umur ( hr )

UG

(minggu) JK

BBL

(gram) Diagnosa

Procalcitoni n

Kultur

Darah Kuman

1 582099 By Eristina

simarmata 2 28-30 L 1450 Respiratory distress 2.64 positif Staphylococcusus haemolitycus 2 583871 By Muhammad

Akbar 4 30-32 L 1700 Respiratory distress 18.12 positif Klebsiella Pneumonia 3 583682 By Nelly Sihotang 4 34-36 L 2000 Respiratory distress 3.30 positif Klebsiella Pneumonia 4 584486 By Khairani 3 34-36 P 2100 Asfiksia neonatorum 24.52 positif E.Coli

5 584445 By Andesti G Br

Panjaitan 10 30-32 P 1600 HIE 12.15 positif Acinetobacter baumanni 6 581999 By Noni M Sagala 1 36-38 P 2500 Respiratory distress >100 positif Klebsiella Pneumonia

7 585577 By Herlina Br

Nadapdap 3 30-32 P 2150 Meningocele 0.80 positif Acinetobacter baumanni 8 585811 By Maisalamah 0 34-36 L 2400 Respiratory distress >200 positif Klebsiella Pneumonia 9 587313 M.Titan 8 34-36 L 2500 Asfiksia neonatorum 2.49 positif Staphylococcus haemolitycus 10 586576 By Nicolas

Syahputra 1 28-30 L 2100 Respiratory distress 5.70 positif Staphylococcus epidermidis 11 591098 By Raka Pratama

S 0 34-36 L 2400 Respiratory distress 0.81 positif E.Coli

12 589572 By Kristina I 2 36-38 P 2700 TTN 0.63 positif Acinetobacter baumanni 13 588872 By Irzi Al Taira 7 36-38 L 2600 Atresia ani 17.16 positif Klebsiella Pneumonia 14 594913 By Istiqamah 4 34-36 P 2600 Atresia ani 0.55 positif Acinetobacter baumanni 15 599162 By Ny.Fitriani 24 30-32 P 2300 Respiratory distress 19.93 positif Klebsiella Pneumonia


(4)

21 604645 Inda Warda 8 36-38 P 2600 Respiratory distress 0.38 negatif 0

22 604890 Mirza U Matondang 24 36-38 L 2700 TTN 50.28 positif Acinetobacter baumanni 23 605426 By M.Fahdy AL

Rasyid 1 38-40 L 3000 TTN 0,40 positif Pseudomonas aeruginosa 24 609141 By Muliani br

Ginting 0 32-34 L 2500 Respiratory distress >100 positif Klebsiella Pneumonia 25 609021 By Jemani 2 28-30 P 1900 HIE 1.23 positif Acinetobacter baumanni 26 605391 By Azarya P

Ginting 3 36-38 L 2700 ASD sekundum 0.29 negatif 0

27 578415 By Dewi Arisandi 5 28-30 L 2000 Respiratory distress 58.46 positif Klebsiella Pneumonia 28 587313 By Irna 2 30-32 L 2400 ASD sekundum 2.49 positif Staphylococcus haemolitycus 29 585664 By Sri Ningsih 5 34-36 L 2700 Respiratory distress 5.24 positif Citrobacter freundii

30 582508 By Riawati 3 38-40 L 3000 TTN 3.16 positif Enterococcus faecium 31 583723 By Agustina Br

Ginting 1 36-38 P 2800 Respiratory distress 13.45 positif Staphylococcus hominis 32 578055 By Niarmi Sitanggang 6 36-38 P 2700 Hidrosefalus 47.12 positif Pseudomonas aeruginosa 33 576957 By Rina B Lubis 5 32-34 L 2200 Respiratory distress 180.00 positif Staphylococcus haemolitycus 34 583249 By Jelita C

Manurung 8 38-40 L 3200 TTN 0,46 negatif 0 35 583489 By Mira Yuspita 2 0 36-38 L 2800 Asfiksia neonatorum 0.41 negatif 0 36 585529 By Masdalifah 8 32-34 P 2300 Respiratory distress 0.09 negatif 0 37 585004 By Fauziah Zahara 28 38-40 L 3000 TTN 0.42 negatif 0

38 616941 Dani 1 32-34 L 2100 Respiratory distress 8,19 positif Staphylococcus aureus 39 613595 Lila lembayung 28 36-38 P 2800 ASD sekundum 0,14 negatif 0

40 612714 By M Asyfa

Mubarak 1 28-30 L 1300 ASD sekundum 0,20 negatif 0

41 612614 By Nurul Hidayani 3 38-40 L 3000 HIE 0,22 positif Staphylococcus haemolitycus 42 611313 Kintan Nayara

Ginting 11 32-34 P 2450

Neonatal

Pneumonia 5,24 positif Staphylococcus haemolitycus 43 610773 By Sulatri 6 38-40 L 2800 Respiratory distress 6,49 positif Klebsiella Pneumonia

44 610214 By Fikri Khairi

Ramadhan 1 28-30 L 1200

Neonatal

Pneumonia >100 positif Klebsiella Pneumonia 45 610729 By Elisa Gea 14 30-32 P 1700 Respiratory distress 3,00 positif Acinetobacter baumanni


(5)

46 610916 By Govinda Jeksen 26 36-38 L 2900 TTN 0,23 positif Enterococcus faecium 47 605679 By Kasih Hutabarat 1 32-34 P 2300 ASD sekundum 0,53 negatif 0

48 611366 By Aijha Faiha rifda 13 36-38 P 3000 Asfiksia neonatorum 0,13 negatif 0

49 611536 Ramadhan

Simangunsong 16 36-38 L 3000 Meningocele 46,18 positif Klebsiella Pneumonia


(6)