Upaya Perlindungan Terhadap Perempuan dan Anak Korban Kekerasan Di Kabupaten Bantul.

82 mengoptimalkan koordinasi dan sinkronisasi kebijakan yang terkait dengan penanganan kekerasan terhadap perempuan dan anak, sehingga dapat menurunkan angka kasus kekerasan yang belakangan semakin meningkat. Pemerintah Kabupaten Bantul telah menerbitkan Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2013 Tentang Perlindungan Anak dan Perempuan Korban Kekerasan dan juga Keputusan Bupati Nomor 291 Tahun 2014 Tentang Pembentukan Forum Penanganan Korban Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak Kabupaten Bantul. Hal ini bertujuan agar pelayan yang diberikan kepada masyarakat khususnya dalam tindak kasusu kekerasan semakin baik dan efisien.Diharapkan setelah dibentuknya Forum Penanganan Korban Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak Kabupaten Bantul ini kekerasan yang terjadi di Kabupaten Bantul dapat berkurang sebanyak mungkin.

2.1. Upaya Perlindungan Terhadap Perempuan dan Anak Korban Kekerasan Di Kabupaten Bantul.

Perempuan dan anak sering menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga karena mereka berada dalam situasi yang kurang menguntungkan seperti berada dalam kedudukan yang lebih rendah dari pada kepala keluarga, lemah secara fisik juga lemah secara ekonomi.Korban kekerasan dalam rumah tangga mengalami kerugian baik secara fisik maupun psikis. Terlebih terhadap anak yang mengalami kekerasan, mereka akan terhambat tumbuh kembangnya. Perlakuan yang mereka alami akan membekas, membuat mereka trauma dan dapat menjadi pemicu prilaku kekerasan pada mereka dikemudian hari. Oleh 83 karena itu permasalahan kekerasan ini menjadi sangat penting untuk diatasi. Pemerintah menjamin terpenuhinya hak anak seperti yang tertuang dalam Undang-Undang Daasar 1945 pasal 28B ayat 2.Pemerintah sebagai pembuat dan pelaksana kebijakan perlindungan anak berperan aktif dalam mweujudkan hak anak dengan membentuk komisi perlindungan anak Indonesia KPAI. Kekerasan terhadap perempuan dan anak merupakan masalah yang serius yang sedang dihadapi oleh pemerintah Kabupaten Bantul saat ini, karena pada setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan jumlah korban.Beberapa kebijakan yang telah dibuat selama masa kepemimpinan Bupati Perempuan di Kabupaten Bantul yaitu Hj. Sri Surya Widati menunjukkan kepeduliannya terhadap perempuan dan anak tindak kekerasan yang sedang marak terjadi saat ini. Dengan menciptakan produk hukum yang menjamin hak-hak perempuan dan juga perlindungan anak dari tindak kekerasan.Kepeduliannya juga dibuktikan dengan didirikannya shelter atau rumah singgah bagi korban kekerasan di kabupaten bantul yang diberi Nama ARUM DALU yang mulai diresmikan pada tahun 2013. Beberapa upaya telah dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Bantul dalam upaya melindungi perempuan dan anak dari tindak kekerasan. Dengan menciptakan beberapa produk hukum yang melindungi perempuan dan anak dari tindak kekerasan seperti Peraturan 84 Daerah Nomor 15 Tahun 2013 Tentang Perlindungan Anak dan Perempuan Korban Kekerasan dan juga Keputusan Bupati nomor 291 tahun 2014 tentang Pembentukan Forum Penanganan Korban Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak Kabupaten Bantul.Selain itu, perlindungan terhadap perempuan dan anak juga dilakukan oleh pemerintah di tingkat Daerah degan mendirikan Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak P2TP2A di berbagai Daerah di Indonesia. Tindakan penanganan terhadap korban setelah terjadinya kekerasan dapat diberikan oleh petugas apabila ada laporan yang masuk kemudian ditindak lanjuti sesuai dengan prosedur yang telah di tentukan oleh P2TP2A atau PPT ARUM DALU.Prosedur penanganan korban dimulai dari adanya laporan yang lengkap dan benar dari korban kekerasan kepada petugas penerima pengaduan, kemudian petugas memverifikasi informasi kasus yang masuk. Verifikasi dilakukan dengan mengklarifikasi bahwa benar telah terjadi kekerasan kepada saksi ataupun dengan melakukan home visit atau kunjungan kerumah korban, setelah diverifikasi petugas memasukkan data korban ke dalam register buku catatan. Proses tersebut dilanjutkan dengan mengolah data yang telah didapatkan. Semenjak didirikannya shelter tersebut semakin banyak kasus kekerasan yang terjadi di Kabupaten Bantul, hal ini dikarenakan semakin bertambahnya jumlah korban yang melaporkan tindak kekeraasan yang 85 dialaminya. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, berikut adalah jumlah kekerasan yang terjadi di Kabupaten Bantul selama tahun 2010-2015: Tabel 3.4 Data kekerasan 2010-2015 Kabupaten Bantul No Jenis kekerasan Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 2015 1. Fisik 31 11 49 69 36 35 2. Psikis 4 3 28 9 15 7 3. Pemerkosaan 10 25 6 6 14 9 4. Pencabulan 11 17 17 51 22 43 5. Pelecehan Seksual 8 8 2 4 6. Penelantaran 8 3 12 9 2 13 7. Traficing 2 1 8. Eksploitasi 2 1 1 Jumlah 64 59 120 155 93 112 Sumber: Laporan Forum Penanganan Korban Kekerasan Dan Perlindungan Anak FPK2PA tahun 2011-2015 Dari hasil penelitian yang dilakukan, pada masa kepemimpinan Hj. Sri Surya Widati yaitu padatahun 2010 hingga 2015 terjadi 603 kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di Kabupaten Bantul. Pada table di atas kekerasan fisik terbanyak terjadi pada tahun 2013 yang mencapai angka 69 kasus kekerasan, kekerasan psikis paling banyak terjadi di tahun 2012 yang mencapai angka 28 kasus kekerasan, kasus pemerkosaan paling banyak terjadi di tahun 2011 yaitu 25 kasus pemerkosaan, kasus pencabulan terbanyak terjadi di tahun 2013 dengan jumlah 51 kasus pencabulan, kemudian kasus pelecehan seksual di tahun 2012 dan 2013 terjadi 8 kasus pelecehan seksual, disusul kasus penelantaran terbanyak terjadi di tahun 2015 yaitu 13 kasus penelantaran, 86 serta kasus traficing dan eksploitasi yang terjadi di tahun 2013 sebanyak 2 kasus. Dilihat dari data yang diperoleh peneliti, jumlah kasus terbanyak terjadi di tahun 2013 yang mencapai angka 155 kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak.Hal ini sungguh sangat memprihatinkan bagi pemerintah Kabupaten Bantul . Dari table diatas terlihat bahwa pada masa kepemimpinan Hj. Sri Surya Widati angka kekerasan tertinggi terjadi di tahun 2013 dengan mencapai angka 155 kasus kekerasan menjadi jumlah kasus kekerasan tertinggi dibandingkan dengan tahun-tahun yang lain. Dari hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa hal ini terjadi karena banyaknya korban yang melaporkan tindak kekerasan yang di alaminya ke PPT ARUM DALU ditahun 2013.Diketahui PPT ARUM DALU sendiri baru diresmikan pada tahun 2013 oleh Bupati Bantul yaitu Hj. Sri Surya Widati, oleh karena itulah banyak kasus kekerasan yang terjadi di tahun 2013 karena banyak korban yang berani melaporkan tindak kekerasan yang dialaminya setelah didirikannya shelter atau rumah singgah bagi korban tindak kekerasan di Kabupaten Bantul. Pada tahun kedua berdirinya PPT ARUM DALU atau rumah singgah bagi korban tindak kekerasan terjadi penurunan kasus kekerasan seperti yang diungkapkan oleh Kepala Sub Bidang Pelindungan Hak-hak Perempuan dan Anak: 4 4 Wawancara dengan Ibu Sylvi Kusumaningtyas.S.Sos. Kepala Sub Bidang Perlindungan Hak-hak Perempuan dan Anak. Senin 26 September 2016. Di Kantor BKK PP dan KB Kabupaten Bantul. 87 “Memang terjadi penurunan jumlah kasus kekerasan ditahun 2014 yaitu tahun kedua setelah diresmikannya PPT ARUM DALU, hal ini mungkin terjadi karena pelaku berfikir dua kali sebelum melakukan tindak kejahatannya, karena sudah ada hukum yang menjerat pelaku kejahatan tersebut.” Pada tahun 2015 di akhir masa jabatannya terjadi peningkatan kasus kekerasan dari tahun 2014.Dapat dilihat dari data yang ada pada tahun 2014 kasus kekerasan pencabulan hanya terjadi 22 kasus kekerasan, namun di tahun 2015 mengalami kenaikan jumlah kasus yang sangat tinggi hingga mencapai 43 kasus kekerasan. Begitu juga kasus penelantaran yang ditahun 2014 hanya terjadi 2 kasus penelantaran menjadi 13 kasus penelantaran ditahun 2015.Hal ini menunjukkan bahwa kekerasan yang terjadi terhadap perempuan dan anak secara kwantitas mengalami penurunan namun secara kwalitas justru mengalami kenaikan. Naik dan turunnya jumlah kasus kekerasan tersebut bermakna bahwa tingginya partisipasi masyarakat yang mulai berani untuk mengungkap kasus kekerasan yang menimpanya atau yang menimpa orang di sekelilingnya.Hal tersebut merupakan indikator bahwa usaha sosialisasi yang dilakukan baik oleh pemerintah maupun oleh lembaga masyarakat yang terkait telah menimbulkan efek positif.Disamping hal tersebut angka kasus yang semakin meningkat juga dapat menjadi indikator bahwa hasil kerja lembaga-lembaga terkait sudah berjalan dengan baik dan semakin giat untuk mendekati masyarakat dalam memberikan bantuan serta pendampingan kepada masyarakat. 88 Penanganan korban kekerasan yang terjadi kepada perempuan dan anak di Kabupaten Bantul tidak hanya menjadi kewajiban bagi pemerintah saja. Tetapi juga menjadi kewajiban bagi seluruh pemangku kebijakan yang ada di kabupaten Bantul termasuk pihak keluarga itu sendiri sebagai support goup yang paling penting bagi korban, hal ini sejalan dengan amanat Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 15 Tahun 2013 Tentang Perlindungan Anak dan Perempuan Korban Kekerasan. Beberapa upaya telah dilakukan oleh Pemerintah dalam upaya mengurangi jumlah kasus kekerasan yang terjadi di Kabupaten Bantul.Salah satunya dengan mendirikan shelter atau rumah singgah bagi korban kekerasan di Kabupaten Bantul yang diberi Nama “ARUM DALU” yang diresmikan langsung oleh Hj. Sri Surya Widati selaku Bupati Kabupaten Bantul pada tahun 2013. Selain mendirikan shelter atau rumah singgah bagi korban kekerasan tersebut, Pemerintah Kabupaten Bantul juga bekerja sama dengan BKK PP dan KB dalam melakukan beberapa kegiatan dalam upaya pencegahan terjadinya tindak kekerasan yang terjadi terhadap Perempuan danAnak di Kabupaten Bantul. Menurut hasil wawancara dengan ibu Sylvi Kusumaningtyas memaparkan bahwa: 5 5 Wawancara dengan ibu Sylvi Kusumaningtyas.S.Sos. Kepala Sub Bidang Perlindungan Hak-hak Perempuan dan Anak. Senin 26 September 2016. Di Kantor BKK PP dan KB Kabupaten Bantul. 89 “Dalam upaya menyebarkan informasi terkait kekerasan terhadap perempuan dan anak di Kabupaten Bantul ini pihak kami sudah melakukan sosialisasi ke 17 kecamatan yang ada di kabupaten bantul ini, tidak hanya ke 17 kecamatan kami juga melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah yang ada di Kabupaten Bantul, dalam sosialisai ini tentunya kami tidak berjalan sendiri, kami bekerjasama dengan pihak-pihak terkait yang juga peduli terhadap permasalahan perempuan dan anak di kabupaten bantul” Beberapa upaya yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Bantul antara lain sebagai berikut: 1. Sosialisasi mengenai Unit Pelaksana Teknis UPT P2TP2A Kabupaten Bantul. Sosialisasi ini dilakukan agar masyarakat tahu harus kemana apabila terjadi kasus kekerasan.Kegiatan ini diselenggarakan oleh UPT P2TP2A Kabupaten Bantul ditempat yang rawan terjadi kekerasan atau tempat yang baru saja terjadi kekerasan.Sosialisaasi dilakukan dengan mengundang masayarakat melalui RW untuk dating menghadiri pertemuan yang juga dihadiri oleh petugas UPT P2TP2A Kabupaten Bantul serta tokoh masyarakat setempat dibalai pertemuan warga setempat. Pada kegiatan sosialisasi tersebut petugas menyampaikan kepada masyarakat mengenai kekerasan, cara pencegahannya, bagaimana bila terjadi kekerasan, hingga memberitahukan sanksi yang dapat dikenakan pada pelaku kekerasan serta kemana saja masayrakat dapat meminta pertolongan apabila terjadi kekerasan. Selain itu sosialisasi bertujuan memberikan pengetahuan serta 90 pemahaman kepada masyarakat disekitar tempat tinggal korban atau tempat kejadian bahwa kekerasan merupakan pelanggaran hukum sehingga dapat dipidanakan. Selain itu pada kegiatan sosialisasi tersebut juga diberikan kesempatan bagi masyarakat yang ingin bertanya kepada petugas mengenai kasus atau permasalahan kekerasan yang sedang dihadapinya.Karena pada dasarnya kegiatan sosialisasi ini bertujuan untuk mengedukasi warga agar dapat menjaga lingkungan mereka bebas dari kekerasan. Sasaran sosialisasi mengenai keberadaan UPT P2TP2A Kabupaten Bantul adalah masyarakat baik itu orang tua, ayah, dan ibuwali, guru dan orang dewasa pada umumnya. Semua orang yang berpotensi mengalami kekerasan, ataupun dapat melihat, mendengar dan mengetahui terjadinya kekerasan diharapkan dpat bertindak sesuai dengan apa yang telah disampaikan oleh petugas dalam sosialisasi tersebut. Selain sebagai upaya untuk memberi pengetahuan kepada masayarakat, sosialisasi juga bertujuan agar masayrakat dapat ikut serta mengawasi dan mencegah terjadinya tindak kekerasan di lingkungan tempat tinggal mereka. Pada tahun 2013 pemerintah kabupaten bantul mengadakan Workshop Pencegahan KDRT dan Trafficing bagi Pendidik TK Masyitoh se Kabupaten Bantul.Workshop ini dihadiri oleh 50 TK Masyitoh yang tersebar di 17 kecamatan di Kabupaten Bantul. 91 Tujuan diadakannya workshop ini adalah untuk memberikan pengetahuan dan memupuk kepedulian untuk kedua permasalahan tersebut bagi pendidik, hal ini di anggap penting bagi pendidik TK Masyitoh karena tak jarang ketika terjadi KDRT dan Trafficking itu berakibat kepada anak didik di TK Masyitoh tersebut. Sehingga para peduli tersebut diharapkan peduli dan mau melaporkan jika ada anak didiknya yang terindikasi sebagai korban trafficking atau KDRT di lingkungan TK maupun di tempat tinggal mereka. Pada tahun 2014BKK PP dan KB telah melakukan sosialisasi kepada 17 kecamatan yang ada di Kabupaten Bantul.Sosialisasi ini diadakan dengan melibatkan tokoh masyarakat setempat. Sosialisasi yang dilakukan perkecamatan tersebut disampaikan kepada camat, puskesmas setempat, LSM terkait, ibu-ibu PKK, dan juga warga sekitar yang nantinya merekalah yang diharapkan dapat menyampaikan informasi dari sosialisasi yang diikuti kepada masayarakat lebih luas lagi. Sosialisai yang disampaikan tersebut berkaitan dengan kekerasan yang terjadi terhadap perempuan dan anak, seperti kekerasan dalam rumah tangga KDRT, undang- undang perlindungan perempuan dan anak, bagaimana cara pengaduannnya jika terjadi kekerasan terhadap perempuan dan anak di sekitar kita atau bahkan mungkin anggota keluarga kita sendiri yang menjadi korban kekekrasan, serta pengenalan lembaga P2TP2A atau PPT ARUM DALU sebagai layanan utama penanganan korban 92 kekerasan terhadap perempuan dan anak khususnya di Kabupaten Bantul. 2. Penyelenggaraan Seminar Penyelenggaraan seminar merupakan salah satu bentuk langkah yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Bantul melalui Dinas BKK PP dan KB untuk mendukung program perlindungan perempuan dan anak di kabupaten bantul.Seminar diadakan dengan mengundang pihak-pihak yang berkaitan dengan kegitan perlindungan perempuan dan anak seperti kader yang telah ditunjuk.Seminar diselenggarakan pada hari tertentu yaitu misalnya saat ada peringatan hari kartini atau hari anti kekerasan.Pembicara disediakan oleh BKK PP dan KB kabupaten bantul kegiatan seminar tersebut bertujuan untuk memberi wawasan kepada peserta seminar berkaitan dengan perlindungan perempuan dan anak.Diharapkan setelah mengikuti seminar mereka lebih sigap dalam membantu para korban.Penyelenggaraan seminar tersebut tidak sesering penyelenggaraan sosialisasi karena pada penyelenggaraan seminar perlu lebih banyak persiapan. Seminar yang telah dilakukan misalnya seminar Kekerarasan Dalam Rumah Tangga dan Perlindungan Perempuan dan Anak yang diselenggarakan oleh Dharma Wanita Persatuan Kabupaten Bantul berlangsung di Gedung Induk Lantai III Komplek Parasamya Bantul, pada hari kamis 17 oktober 2013.Seminar ini bertujuan untuk 93 memberi pengetahuan kepada para peserta dalam mencegah atau mengantisipasi terjadinya tindak kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga serta memberi arahan pada peserta bagaimana dalam menolong korban tindak kekerasan. Selain itu upaya kongkret yang dilakukan bersama pemerintah dan organisasi masyarakat sipil dalam upaya memberikan pendidikan kritis tentang Perlindungan Perempuan dan Anak di Kabupaten Bantul kepada masyarakat Bantul itu sendiri adalah dengan melakukan sosialisasi tentang perlindungan terhadap perempuan dan anak Korban Kekerasan kepada masyarakat Bantul secara Pararel di 17 Kecamatan se Kabupaten Bantul. Kegiatan ini dilakukan dengan melibatkan BKK PP dan KB Kabupaten Bantu, BAPPEDA Kabupaten Bantul, FPK2PA Kabupaten Bantul, serta SAPA dalam hal ini bekerja sama dengan Yayasan indonesia untuk Kemanusiaan melalui penyebaran alat kampanye berupa informasi pengaduan bagi korban kekerasan di 27 Puskesmas se Kabupaten Bantul, 1 unit di Dinas Kesehatan Kabupaten BANTUL, 1 unit di kantor BKK PP dan KB Kabupaten Bantul, dan 1 unit di P2TP2A Kabupaten Bantul.

2.2. Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan ketentuan perundang- undangan.

Dokumen yang terkait

Pengalaman Remaja Putri Korban Kekerasan Seksual di Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA) Medan

1 71 125

Naskah akademik RAPERDA kabupaten sleman tentang perlindungan perempuan dan anak korban kekerasan

1 9 2

IMPLEMENTASI PERATURAN MENTERI PERBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK NO. 2 TAHUN 2011 DI KABUPATEN BANTUL DALAM PROSES PEMULIHAN KORBAN KEKERASAN SEKSUAL TERHADAP ANAK.

0 4 13

SKRIPSI IMPLEMENTASI PERATURAN MENTERI PERBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK NO. 2 TAHUN 2011 DI KABUPATEN BANTUL DALAM PROSES PEMULIHAN KORBAN KEKERASAN SEKSUAL TERHADAP ANAK.

0 2 13

PENDAHULUAN IMPLEMENTASI PERATURAN MENTERI PERBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK NO. 2 TAHUN 2011 DI KABUPATEN BANTUL DALAM PROSES PEMULIHAN KORBAN KEKERASAN SEKSUAL TERHADAP ANAK.

0 3 15

PENUTUP IMPLEMENTASI PERATURAN MENTERI PERBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK NO. 2 TAHUN 2011 DI KABUPATEN BANTUL DALAM PROSES PEMULIHAN KORBAN KEKERASAN SEKSUAL TERHADAP ANAK.

0 2 5

PERAN FORUM PENANGANAN KORBAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK(FPK2PA) BAGI ANAK KORBAN KEKERASAN DI KABUPATEN SLEMAN.

0 3 22

PERTE PERAN fORUM PENANGANAN KORBAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK(FPK2PA) BAGI ANAK KORBAN KEKERASAN DI KABUPATEN SLEMAN.

0 5 11

Naskah Akademik Ranperda Kabupaten Tabanan tentang Perlindungan Perempuan dan Anak Korban Kekerasan.

0 7 71

PERANAN FORUM PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN PEREMPUAN DAN ANAK (FPK2PA) TERHADAP PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL KORBAN KASUS KEKERASAN DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL.

0 2 195