17
c semakin banyak lembaga pilihan. Dalam kondisi seperti ini monopoli layanan pendidikan oleh pemerintah sudah tidak lagi dapat dipertahankan. Untuk tetap dapat
survive, lembaga pendidikan, pemerintah harus merubah paradigmanya.
3.2 Pembelajaran Sepanjang Hayat dan Keperluan Perkembangan Awal Individu
Kajian dan laporan oleh Albert H. Yee dan Joseph Y.S. Cheng 2010 pula akan menghuraikan berkenaan pembelajan sepanjang hayat di Amerika dan dan di
Hongkong. Kedua penulis ini mengupas tentang fenomena belajar sepanjang hayat yang terjadi di Amerika dan Hongkong. Aspek psikologis dan cultural dijadikan asas
perbincangan dalam analisisnya. Kedua faktor tersebut dipandang sebagai bahagian yang tidak terpisah dari proses belajar sepanjang hayat. Proses pertumbuhan dan
pengasuhan berhubungan dengan perkembangan manusia, dan hal itu terjadi dalam dan dipengaruhi oleh lingkungan sosial budaya.
Teori perkembangan yang dijadikan dasar analisisnya adalah teori Eric Erikson 1963. Dari lapan tahap perkembangan Erikson, hanya tiga tahap yang digunakan
sebagai asas untuk mengalisis belajar sepanjang hayat, yaitu tahap awal, adolesen dan masa tua. Pada tahap awal kemungkinan perkembangan yang terjadi adalah
percaya dan tidak percaya. Perkembangan ini sangat ditentukan oleh proses belajar dalam keluarga. Pada tahap adolesen, perkembangan individu akan mengarah ke
penemuan identitas diri atau kebingungan peranananan. Pada tahap ini keluarga dan sekolah memiliki peranananan penting.
Pola asuh dalam keluarga, seperti harapan karier, kesuksesan, aspirasi pendidikan akan sangat berpengaruh terhadap proses perkembangan tersebut. Dalam hal ini
remaja di Hongkong relative tidak mengalami kesulitan jika dibandingkan remaja di Amerika. Di Hongkong lembaga keluarga mempunyai tanggung jawab penuh
terhadap masa depan anaknya, oleh karena itu menaruh harapan tinggi terhadap pendidikan anaknya, dan ikut menentukan proses pendidikannya. Sementara itu
18
sekolah hanya memiliki jalur linier dan tidak memberi pilihan. Berbeda dengan di Hongkong, keluarga lebih memberi kebebasan pada anaknya untuk memilih dan
menentukan masa depannya sendiri, dan system pendidikannya lebih memberi pilihan pengembangan karier. Pada tahap akhir, perkembangan akan mengarah
pada kepuasan atau kekecewaan diri. Pada tahap ini lembaga keluarga dan masyarakat memiliki peranananan penting dalam membantu perkembangan
individu.
Lebih lanjut penulis mengemukakan bahwa teori perkembnagan Erikson ini sangat membantu dalam mengantisipasi dan menyiapkan perkembangan sepanjang
rentang kehidupan individu. Dalam aspek cultural, agama kong Hu Cu dipandang memiliki pengaruh yang sangat dalam terhadap perilaku dan pendidikan masyarakat
di Hongkong. Agama ini memiliki filosofi bahwa kebijaksanaan dan pengetahuan dapat dimiliki oleh semua orang yang mau mencarinya. Oleh karena itu individu
harus belajar menjadi manusiawi melalui belajar sepanjang hayat, refleksi, disiplin dan kerendahan hati.
Dalam tulisan kuno, seorang ilmuwan Kong Hu Cu mengatakan bahwa tujuan belajar adalah mengembangkan pengetahuan diri, membantu orang lain
mengaktualisasikan diri, dan berjuang untuk keunggulan moral. Pentingnya pendidikan dalam ajaran Kong Hu Cu diilustrasikan bahwa Khong Hu Cu sebagai
guru dengan wajah tegang, membawa tongkat untuk menghardik murid yang malas. Selain memberi ajaran bahwa setiap orang memiliki potensi untuk belajar dan
tanggung jawab untuk belajar, serta meningkatkan kehidupan moral sepanjang kehidupan, Konfusius juga menekankan pentingnya keperluan pengembangan diri.
Konfusius selanjutnya menekankan pentingnya pendidikan moral untuk mencapai keharmonian kehidupan masyarakat. Keluarga sebagai bagian system sosial
masyarakat memiliki peranananan penting dalam menanamkan nilai-nilai moral, seperti loyalitas, kepatuhan, kasih sayang, tanggungjawab, persaudaraan. Sampai
saat ini nilai dan peranananan tersebut masih kuat dipegang oleh masyarakat Hongkong.
19
3.3 Konsep PSH Dalam Rancangan Pembangunan Negara