35
Menurut SK SNI 03-2847-2002 Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung nilai deviasi standar S ditetapkan jika fasilitas produksi beton pembuat
beton mempunyai catatan hasil uji, dengan syarat :
A. Jenis bahan dasar beton serupa dengan yang akan dibuat.
B. Kuat tekan beton yang disyaratkan pada kisaran 7 MPa dari kuat tekan yang akan dibuat.
C. Jumlah contoh minimum 30 buah berurutan atau 2 kelompok sampel yang masing-
masing berurutan dengan jumlah seluruhnya minimum 30 buah. Nilai deviasi standar dihitung dengan rumus :
S = �
� �
′
� –�
′
��
2
n −1
................................................................................... 2.5 Dimana : S
: deviasi standar MPa fc : Kuat tekan masing-masing sampel beton MPa
f’cr : Kuat tekan rata-rata MPa n
: Banyaknya nilai kuat tekan beton
2.11. Penelitian Terdahulu
Pratikto 2010
Pada penelitian dengan judul “Beton Ringan Beragregat Limbah Botol Plastik Jenis PET Poly Ethylene Terephtalate” didapatkan hasil rasio perbandingan
untuk campuran setiap m
3
beton ringan struktural adalah semen 263kg, pasir 420kg, air 279kg dan agregat PET 559kg dengan aditif 50ml dan kuat tekan yang
didapat 17,49 MPa dengan kuat tarik belah 1,15 MPa.
Universitas Sumatera Utara
36
Francisco Casanova-del-Angel 2012
Penelitian dengan judul “Manufacturing Light Concrete with PET Aggregate” mendapatkan hasil penggunaan plastik PET mencapai hasil terbaik dengan FAS
rendah penggunaan semen 300 kgm
3
, modulus elastisitas beton ringan lebih rendah daripada beton normal dan berat beton ringan dengan agregat PET adalah
68,88 lebih rendah daripada beton ringan biasa.
Bagus Soebandono, As’at Pujianto, dan Danar Kurniawan 2013
Penelitian “Perilaku Kuat Tekan dan Kuat Tarik Beton Campuran Limbah Plastik HDPE” didapat kesimpulan bahwa dengan variasi campuran agregat kasar limbah
plastik HDPE besar maka kuat tekan beton semakin kecil 0 , 10 , 15 , 20 masing-masing kuat tekan rata-ratanya 27,88 MPa, 15,67 MPa, 14,96 MPa dan
11,08 MPa dan kuat tarik beton juga semakin kecil 0 , 10 , 15 , 20 masing-masing kuat tarik rata-ratanya 2,71 MPa, 2,34 MPa, 2,01 MPa dan 1,72
MPa.
Erwin Rommel 2013
Rommel membuat penelitian dengan judul “Pembuatan Beton Ringan dari Agregat Buatan Berbahan Plastik” mendapat kuat tekan beton sebesar 13,16 MPa dan berat
isi sebesar 1373 kgm
3
sehingga penggunaannya hanya dapat dipakai untuk elemen struktur ringan dan elemen non-struktur.
Mohtarom Riyadi, Mohammad Hadiyat Rizkin, dan Zakaria Ramadhan 2015
Penelitian “Pemanfaatan Limbah Plastik Simpul Sebagai Pengganti Agregat Kasar pada Beton” didapat kesimpulan bahwa semakin besar nilai substitusi agregat
plastik simpul terhadap kerikil maka nilai slump, berat jenis, kuat tekan dan kuat
Universitas Sumatera Utara
37
tarik beton semakin menurun. Maka beton dari penelitian tersebut hanya dapat digunakan untuk keperluan nonstruktural.
Winner Syukur Berkat Zebua dan Nursyamsi 2015
Penelitian Zebua mengenai “Pengaruh Gradasi Limbah Plastik PET sebagai Agregat Kasat Terhadap Kuat Tekan Beton Ringan Struktural” didapatkan hasil
dengan penggunaan agregat kasar dari limbah plastik PET dengan variasi fineness modulus FM 6,01 , FM 6,56 dan FM 7 didapat berat masing-masing 1.741,23
kgm
3
, 1.784,69 kgm
3
dan 1.801,48 kgm
3
. Sedangkan untuk kuat tekan untuk FM 6,01 didapat 13,89 MPa, FM 6,56 didapat 16,27 MPa dan FM 7 didapat 16,57
MPa.
Universitas Sumatera Utara
12
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Penggunaan barang dengan bahan dasar plastik sudah tidak asing lagi bagi masyarakat kebanyakan. Baik untuk alat rumah tangga, alat elektronik bahkan bahan pembungkus
makanan dan minuman. Sebagian besar dari limbah plastik yang ada merupakan limbah plastik dari jenis plastik polyethylene. Polyethylene dihasilkan dari proses polimerisasi
molekul-molekul gas ethylene secara bersama-sama membentuk rangkaian panjang molekul sampai menjadi bentuk plastik polimer. Dalam penelitian ini digunakan jenis plastik PET
polyethylene terephthalate. Jenis plastik PET ini biasanya digunakan sebagai kemasan minuman ataupun bungkus makanan. Kemasan plastik PET setelah isinya dikonsumsi
biasanya langsung dibuang. Pada hakikatnya penggunaan plastik PET ini adalah satu kali pakai, kemudian didaur ulang kembali menjadi produk plastik daur ulang lainnya. Tetapi pada
kenyataannya plastik ini justru dipakai kembali oleh masyarakat baik untuk mengemas makanan dan minuman ataupun kegunaan yang lain. Bahan berbahaya yang terkandung di
dalam plastik PET tersebut seiring waktu dapat bercampur dengan makanan atau minuman yang dikemas di dalamnya sehingga dapat berbahaya untuk pemakai atau pengguna produk
daur ulang tersebut. Penggunaan plastik yang terus mengalami peningkatan dari waktu ke waktu,
menyebabkan jumlah limbah plastik pun ikut terus meningkat. Sifat plastik yang non- biodegradable sulit diuraikan menyebabkan plastik membutuhkan waktu ratusan tahun agar
dapat terurai secara sempurna. Kebanyakan dari kita menghilangkan limbah plastik ini dengan cara membakar. Padahal dengan membakar limbah plastik akan melepaskan berbagai zat-zat
Universitas Sumatera Utara