rata mean lebih tepat digunakan untuk menggambarkan kondisi variabel berat badan.
• Nilai standar error mean berat badan responden pada saat pretest dan postest masing-masing juga lebih kecil dibandingkan dengan
nilai rata-rata berat badan pada masing-masing kondisi. Dengan demikian ukuran statistik rata-rata mean lebih tepat digunakan
untuk menggambarkan kondisi variabel berat badan dibandingkan dengan standar deviasi dan standar error.
Penelitian di Thailand, oleh Laphikanont dan Taneepanichskul mengemukakan rerata berat badan akseptor kontrasepsi implan pretest 55,4
kilogram dan posttest 56,82 kilogram yang hampir sama dibandingkan dengan penelitian ini. Penelitian mereka tersebut juga mendapatkan
kecenderungan peningkatan berat badan pada para akseptor, yang mana peningkatan tersebut tidak bermakna secara statistik p 0,05, yang mana hal
tersebut dijumpai berbeda jika dibandingkan dengan penelitian ini.
48
4.3. Distribusi Frekuensi Variabel Pola Haid
Tabel 4.3. Distribusi Akseptor Berdasarkan Pola Haid
Universitas Sumatera Utara
Follow up Amenorhhea
Siklus Iregule
r Siklus normal
H MT
O MM
MR
Bulan I-III 28,85
38,9 0,6
0,6 -
- 30,87
Bulan IV-VI 27,0
54,0 2,4
1,2 -
1,2 13,51
Bulan VII-IX 39,0
40,4 -
- -
- 20,56
Bulan X-XII 14,5
49,6 0,6
- -
- 34,8
Bulan XIII-XV 10,1
53,0 -
- -
- 36,2
Bulan XVI-XVIII 10,1
52,9 -
- -
- 37,0
Bulan XIX-XXI Bulan XXII-XXIV
10,1 10,1
52,9 47,9
- -
- -
- -
- 36,9
42,0 -
Keterangan Tabel : H:hipomenorrhage,MT:Metromenorrhage,O:Oligomenometrorrhage,MM:Menometrorrhage,MR:
Menorrhagre
Sebagian besar efek samping yang dijumpai pada penelitian ini merupakan gangguan pola haid sebagaimana tercantum pada tabel di atas. Efek samping
terhadap pola haid merupakan kejadian yang paling sering dijumpai pada penggunaan kontrasepsi implan. Berbeda dengan penggunaan kontrasepsi
injeksi DMPA dimana lebih sering dijumpai siklus amenorrhea, atau pada penggunaan pil kontrasepsi kombinasi dimana sebagian besar siklus haid tetap
normal, penggunaan kontrasepsi implan mempunyai gambaran pola haid yang lebih beragam, mulai dari adanya amenorrhea, hypomenorrhea, menorrhagia,
metrorrhagia, maupun menometrorrhagia. Pada penelitian ini dijumpai efek samping terhadap pola haid yang terbesar adalah adanya siklus yang ireguler,
Universitas Sumatera Utara
yaitu dijumpai adanya metrorrhagia, menorrhagia, maupun menometrorrhagia sebesar 40,1 - 59,45, diikuti oleh akseptor kontrasepsi implan dengan
siklus haid normal dijumpai pada 13,51 - 42. Dan amenorrhea sebesar 10,1 - 39,01, Sementara hasil penelitian oleh Chompootaweep et al di
Thailand yang menjumpai adanya gangguan pola haid dan dibagi menurut periode referens, bulan I - III, IV - VI, dan bulan X - XII, dan seterusnya
sebagaimana dilakukan juga pada penelitian ini. Dari hasil pengamatan mereka tersebut, didapati bahwa keluhan pola haid terbesar berupa siklus yang tidak
teratur sebesar 42,1 - 67,4, diikuti oleh amenorrhea sebesar 21,7 - 42,2. Sementara mereka menjumpai 5,3 - 16,1 akseptor memiliki siklus
haid yang normal.
4.4. Distribusi Frekuensi Variabel Efek Samping Selain gangguan haid