Terdiri dari 1 kapsul biodegradable. Biodegradable implan melepaskan progestin dari bahan pembawapengangkut yang secara perlahan-lahan larut
dalam jaringan tubuh. Bahan pembawanya sama sekali tidak perlu dikeluarkan lagi misal pada norplant. Tetapi sekali bahan pembawa tersebut mulai larut, ia
tidak mungkin dikeluarkan lagi. Tingkat penggunaan kontrasepsi implan dapat diperbaiki dengan menghilangkan kebutuhan terhadap pengangkatan secara
bedah. Kapsul ini mengandung levonorgestrel dan terdiri dari polimer E- kaprolakton. Mempunyai diameter 0,24 cm, terdiri dari dua ukuran dengan
panjang 2,5 cm mengandung 16 mg levonorgestrel, dan kapsul dengan panjang 4 cm yang mengandung 26 mg levonorgestrel. Lama kerja 12-18 bulan.
Kecepatan pelepasan levonorgestrel dari kaprolakton adalah 10 kali lebih cepat dibandingkan silastic.
Jenis-jenis implan mempengaruhi lama kerja alat kontrasepsi tersebut. Lama kerja ini dipengaruhi oleh jenis hormon yang digunakan serta dosis
hormon yang terkandung dalam kapsul implan. Implan yang dapat mengalami biodegradasi menghantar progestin dalam kadar konstan untuk suatu periode
waktu yang bervariasi dari sebuah wahana yang larut dalam jaringan tubuh. Tingkat penggunaan kontrasepsi implan dapat diperbaiki dengan menghilangkan
kebutuhan terhadap pengangkatan secara bedah.
15,16
2.4. Cara Kerja Kontrasepsi Implan :
11,14,15,16,17
1. Lendir serviks menjadi kental
Universitas Sumatera Utara
Kadar levonorgestrel yang konstan mempunyai efek nyata terhadap mucus serviks. Mukus tersebut menebal dan jumlahnya menurun, yang
membentuk sawar untuk penetrasi sperma. 2.
Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi. Levonorgestrel menyebabkan supresi terhadap maturasi
siklik endometrium yang diinduksi estradiol, dan akhirnya menyebabkan atrofi. Perubahan ini dapat mencegah implantasi sekalipun terjadi
fertilisasi, meskipun demikian tidak ada bukti mengenai fertilisasi yang dapat dideteksi pada pengguna implan.
3. Mengurangi transportasi sperma
Perubahan lendir serviks menjadi lebih kental dan sedikit, sehingga menghambat pergerakan sperma.
4. Menekan ovulasi
Levonorgestrel menyebabkan supresi terhadap lonjakan luteinizing hormone LH, baik pada hipotalamus maupun hipofisis, yang penting
untuk ovulasi.
11,20
2.5. Patofisiologi Haid
Dalam setiap siklus haid yang normal, proses ovulasi dan perubahan endometrium dikendalikan oleh kerjasama antara hormon korteks serebri,
hipotalamus, hipofisis, ovarium dan endometrium yang disebut sebagai poros
Universitas Sumatera Utara
hipotalamus-hipofisis-gonad. Peran terbesar dimainkan oleh hipotalamus dan hipofisis melalui mekanisme umpan balik positif dan negatif, balk lengkung
panjang maupun lengkung pendek. Dalam prosesnya, poros ini peka terhadap intervensi dari luar maupun dari dalam seperti penyakit sistemik. Bila poros
berjalan normal maka siklus haid akan berjalan normal. Perdarahan haid dengan siklus yang teratur secara tidak langsung menunjukkan fungsi normal dari poros
tersebut. Sebaliknya bila poros berjalan tidak normal akan mengakibatkan kegagalan ovulasi dan pola perdarahan yang abnormal.
Siklus haid normal diawali oleh proses neuroendokrinologis yang akan menghasilkan isyarat hormonal pada masing-masing tingkat. Isyarat ini dimulai
dari nukleus arkuatus di mediobasal hipotalamus setelah menerima rangsangan dari korteks serebri. Akibat perangsangan ini, hipotalamus akan melepaskan
gonadotropin releasing hormon GnRH atau luteinizing hormon releasing hormon LHRH. Sekresi hormom pelepas ini dikendalikan oleh mekanisme
umpan balik lengkung panjang yang oleh steroid ovarium dan mekanisme umpan balik lengkung pendek yang diatur oleh gonadotropin hipofisis.
Pelepasan GnRH merupakan syarat awal untuk terjadinya peristiwa siklus berikutnya. GnRH merupakan suatu hormon dekapeptida yang dilepaskan
secara pulsatil dengan frekuensi dan amplitudo tertentu. Gangguan terhadap sekresi GnRH akan menyebabkan gangguan terhadap poros di bawahnya,
dengan akibat terjadinya anovulasi, amenore dan gangguan haid lainnya. Sebagai respon terhadap pelepasan GnRH maka hipofisis akan melepaskan
hormon perangsang folikel follicle stimulating hormone,FSH dan hormon
21, 22, 23
Universitas Sumatera Utara
luteinisasi luteinising hormone,LH. FSH berperan merangsang pematangan folikel ovarium, sedangkan LH dalam jumlah tertentu diperlukan sepanjang
siklus haid untuk merangsang sintesis pembakal androgen di dalam stroma ovarium yang akan diubah menjadi estrogen di dalam folikel. Kadar estrogen
yang terus menerus tinggi di folikel menyebabkan peningkatan kadar LH pada pertengahan siklus haid. LH hanya akan bekerja jika ada FSH, kedua hormon ini
bersifat sinergistik. Lonjakan LH yang terjadi akan merangsang terjadinya ovulasi dan terbentuknya korpus luteum. Terjadinya gangguan pada sekresi
salah satu atau rangsangan FSH dan LH pada ovarium akan menyebabkan folikel-folikel mengalami proses pembentukan menjadi folikel yang matang dan
kemudian akan mengalami proses ovulasi. Pengaruh kedua hormon ini pada folikel-folikel menyebabkan sekresi estrogen serta sedikit progesteron dan
sedikit sekali androgen. Teka intema merupakan tempat utama produksi hormon-hormon tersebut. Setelah ovulasi, sekresi progesteron dilanjutkan oleh
corpus luteum. Pola sekresi hormon-hormon ovarium sendiri telah diketahui dengan jelas. Pada saat terjadi haid, kadar estrogen cepat merosot dan
menetap dalam kadar yang rendah pada tahap dini fase folikuler. kedua hormon tersebut akan mengakibatkan perubahan pola ovulasi dan perdarahan.
21, 22, 24, 25, 26
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1. Fungsi sekresi dari hipotalamus, juga pelepasan releasing faktor dari hipofisis
yang mengendalikan fungsi endokrin dari ovarium dan kelenjar - kelenjar adrenal.
Dengan berkembangnya folikel, estrogen meningkat dengan cepat hingga mencapai puncak. Pada saat ini terjadi lonjakan LH yang mengakibatkan
ovulasi. Setelah ovulasi, kadar estrogen cepat menurun kembali, disusul dengan peningkatan progesteron sebagai hasil sekresi korpus luteum.
Kenaikan level serum dari hormon sex steroid menyebabkan umpan balik negatif yang
menghambat pelepasan GnRH dan hormon gonadotropin. Hormon sex steroid mempunyai efek yang berbeda terhadap endometrium dan miometrium.
Sementara inhibin yang diproduksi di ovarium mempunyai efek umpan balik negatif terhadap pelepasan gonadotropin, seperti digambarkan pada gambar
2.
24
22, 23, 24, 25, 26
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2. Diagram umpan balik positif dan negatif yang melibatkan sumbu HPO.
Pelepasan secara pulsatil hormon GnRH menyebabkan pelepasan LH dan FSH dari hipofisis anterior yang mana keduanya merangsang pematangan folikel, ovulasi dan
produksi hormon sex steroid estrogen, progesteron dan testosteron .
25
Pada fase folikuler kadar progesteron rendah kemudian setelah ovulasi kadamya mulai meningkat sebagai hasil produksi korpus luteum. Hormon ini
berperanan dalam mempersiapkan endometrium untuk implanasi. Gangguan pada hormon ini akan mempengaruhi siklus endometrium sehingga
menimbulkan pola perdarahan yang tidak teratur. Tidak terbentuknya korpus luteum aktif karena anovulasi mengakibatkan rendahnya kadar progesteron
sementara kadar estrogen tetap normal. Pengaruh estrogen ini menyebabkan endometrium mengalami proliferasi yang malar, sehingga mengakibatkan
pengelupasan endometrium tak beraturan. Pada insufisiensi korpus luteum, akan terjadi regresi korpus luteum sehingga kadar progesteron` menjadi rendah.
Keadaan ini akan mengakibatkan pemendekan siklus haid, polimenore atau
Universitas Sumatera Utara
bercak prahaid. Selain itu berubahnya nisbah estrogenprogesteron juga dapat mengakibatkan pengelupasan endometrium yang tidak teratur.
21, 22, 24
2.6. Keuntungan dan Efek samping Kontrasepsi Implan