Bentuk Putusan Praperadilan Kerangka Teori 1.

menjadi dasar penentuan kesalahan terdakwa. 5 Tuntutan pidana, sebagaimana terdapat dalam surat tuntutan. 6 Pasal peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar pemidanaan atau tindakan dan Pasal perundang-undangan yang menjadi dasar hukum dari putusan disertai keadaan yang memberatkan dan memperingan terdakwa. 7 Hari dan tanggal diadakannya musyawarah majelis hakim kecuali perkara oleh hakim tunggal. 8 Pernyataan kesalahan terdakwa, pernyataan telah terpenuhi semua unsur dalam rumusan tindak pidana disertai dengan kualifikasinya dan pemidanaan atau tindakan yang dijatuhkan. 9 Ketentuan kepada siapa biaya perkara dibebankan dengan menyebutkan jumlahnya pasti dan ketentuan mengenai barang bukti. 10 Keterangan bahwa seluruh surat ternyata palsu atau keterangan dimana letaknya kepalsuan itu, jika terdapat surat autentik yang dianggap palsu. 11 Perintah supaya terdakwa ditahan atau tetap dalam tahanan atau dibebaskan. 12 Hari dan tanggal putusan, nama Penuntut Umum, nama Hakim yang memutus dan nama Panitera. Kemudian, dalam Pasal 200 KUHAP dikatakan bahwa surat putusan ditandatangani oleh hakim dan panitera seketika setelah putusan tersebut diucapkan.

d. Bentuk Putusan Praperadilan

Dalam Pasal 82 ayat 2 KUHAP ditentukan bahwa : ”Putusan hakim dalam acara Praperadilan mengenai hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79, Pasal 80 dan Pasal 81, harus memuat dengan jelas dasar dan alasannya” Dalam Pasal 82 ayat 3 KUHAP ditentukan bahwa : ”Isi putusan selain memuat ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 juga memuat hal sebagai berikut : 1 dalam hal putusan menetapkan bahwa sesuatu penangkapan atau penahanan tidak sah, maka penyidik atau jaksa penuntut umum pada tingkat pemeriksaan masing-masing harus segera membebaskan tersangka; 2 dalam hal putusan menetapkan bahwa sesuatu penghentian penyidikan atau penuntutan tidak sah, penyidikan atau penuntutan terhadap tersangka wajib dilanjutkan; 3 dalam hal putusan menetapkan bahwa suatu penangkapan atau penahanan tidak sah, maka dalam putusan dicantumkan jumlah besarnya ganti kerugian dan rehabilitasi yang diberikan, sedangkan dalam hal suatu penghentian penyidikan atau penuntutan adalah sah dan tersangkanya tidak ditahan, maka dalam putusan dicantumkan rehabilitasinya; 4 dalam hal putusan menetapkan bahwa benda yang disita ada yang tidak termasuk alat pembuktian, maka dalam putusan dicantumkan bahwa benda tersebut harus segera dikembalikan kepada tersangka atau dari siapa benda itu disita.” Menurut Hari Sasangka, putusan Praperadilan harus memuat dengan jelas dasar dan alasannya Pasal 82 ayat 2 KUHAP. Putusan Praperadilan tersebut Pasal 82 ayat 3 KUHAP harus memuat : 1 Dalam hal suatu penyidikan atau penahan tidak sah, maka penyidik atau penuntut umum harus segera membebaskan; 2 Dalam hal suatu penghentian penyidikan atau penuntutan tidak sah, maka penyidikan atau penuntutan harus dilanjutkan; 3 Dalam hal penangkapan atau penahanan tidak sah, maka ditetapkan jumlah ganti rugi dan rehabilitasi; 4 Dalam hal penghentian penyidikan atau penuntutan adalah sah dan tersangkaterdakwa tidak ditahan maka dalam putusan dicantumkan rehabilitasinya; 5 Dalam hal benda yang disita ada yang tidak termasuk alat bukti, maka benda tersebut harus segera dikembalikan kepada tersangka atau kepada siapa benda tersebut disita. Adanya ketentuan tersebut, maka terhadap permohonan Praperadilan harus mengacu pada ketentuan di atas. Sehingga apabila diajukan permohonan Praperadilan dengan alasan tidak sahnya penangkapanpenahanan, suatu misal, maka dalam petitum permohonan Praperadilan tersebut harus disebutkan: 1 Menyatakan bahwa penangkapanpenahanan atas diri pemohon tidak sah; 2 Memerintahkan penyidik untuk membebaskan pemohon dari tahanan; 3 Menetapkan penyidik untuk membayar ganti rugi sebesar Rp. ................................................... kepada pemohon; 4 Memulihkan hak pemohon dalam kemampuan, kedudukan dan harkat serta martabatnya. 2007 : 202-203. Menurut M. Yahya Harahap, bentuk putusan Praperadilan tidak diatur secara tegas dalam undang-undang kalau begitu dari mana menarik kesimpulan bahwa pembuatan putusan Praperadilan dirangkaikan menjadi satu dengan berita acara pemeriksaan sidang? Kesimpulan dimaksud dapat ditarik dari dua sumber : 1 Dari ketentuan Pasal 82 Ayat 1 Huruf c Ketentuan ini menjelaskan, proses pemeriksaan sidang Praperadilan dilakukan dengan acara cepat. Ketentuan ini harus diterapkan secara ”konsisten” dengan bentuk dan pembuatan putusan dalam acara pemeriksaan singkat dan acara pemeriksaan cepat. Bentuk putusan yang sesuai dengan proses pemeriksaan cepat, tiada lain daripada putusan yang dirangkai menjadi satu dengan berita acara. Sedangkan dalam acara pemeriksaan singkat yang kualitas dan jenis perkaranya lebih tinggi dari acara pemeriksaan cepat, bentuk dan pembuatan putusan dirangkai bersatu dengan berita acara. Apalagi dalam acara cepat, sudah cukup memenuhi kebutuhan apabila bentuk dan pembuatan putusannya dirangkaikan dengan berita acara. 2 Bertitik Tolak dari Ketentuan Pasal 83 Ayat 3 Huruf a dan Pasal 96 Ayat 1 Menurut ketentuan dimaksud bentuk putusan Praperadilan, berupa ”penetapan”. Bentuk putusan penetapan pada lazimnya merupakan rangkaian berita acara dengan isi putusan itu sendiri. Kelaziman yang demikian juga dijumpai dalam putusan perdata. Penetapan yang bersifat volenteer.

B. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan proposisi-proposisi yang disusun dalam kerangka teoritik tinjauan pustaka diatas, dalam hubungannya dengan masalah pokok yang dikaji dalam penelitian ini, dapat disusun bagan kerangka pikir sebagai berikut; Dasar pengajuan Kasasi Pasal 253 KUHAP Tidak dapat diajukan Kasasi Praperadilan Pasal 1 butir 10 KUHAP Putusan Praperadilan Upaya Hukum atas Putusan Praperadilaan Pasal 83 ayat 1 KUHAP Pasal 77 KUHAP Kasasi Prosedur Pengajuan Kasasi Atas Putusan Praperadilan tentang Penghentian Penyidikan yang tidak Sah Dasar pertimbangan Hakim Agung memeriksa dan memutus permohonan Kasasi terhadap Putusan Praperadilan tentang Pasal 245 KUHAP Penghentian Penyidikan yang tidak Sah Banding Pasal 244 KUHAP Pasal 45A UU Nomor 5 Tahun 1985 Putusan MA RI No. 227KKR1982 tertanggal 29 Maret 1982 Putusan MA RI No.680 KPid1983 tertanggal 10 Mei 1984 Dasar pengajuan Kasasi Pasal 253 KUHAP Tidak dapat diajukan Kasasi Praperadilan Pasal 1 butir 10 KUHAP Putusan Praperadilan Upaya Hukum Terhadap Putusan Praperadilaan Pasal 83 ayat 1 KUHAP Pasal 77 KUHAP Kasasi Prosedur Pengajuan Kasasi Terhadap Putusan Praperadilan tentang Penghentian Penyidikan yang tidak Sah Dasar pertimbangan Hakim Agung memeriksa dan memutus permohonan Kasasi terhadap Putusan Praperadilan tentang Pasal 245 KUHAP Penghentian Penyidikan yang tidak Sah Banding Pasal 244 KUHAP Pasal 45A UU Nomor 5 Tahun 1985 Putusan MA RI No. 227KKR1982 tertanggal 29 Maret 1982 Putusan MA RI No.680 KPid1983 tertanggal 10 Mei 1984

Dokumen yang terkait

Analisis Hukum Terhadap Putusan Mahkamah Konstitusi Tentang Calon Independen Di Dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

0 68 130

Penetapan Luas Tanah Pertanian (Studi Kasus : Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 11/Puu-V/2007 Mengenai Pengujian Undang-Undang No: 56 Prp Tahun 1960 Terhadap Undang-Undang Dasar 1945)

4 98 140

ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN YANG MENGABULKANTUNTUTAN PRAPERADILAN TENTANG TIDAK Analisis Putusan Pengadilan Yang Mengabulkan Tuntutan Praperadilan Tentang Tidak Sahnya Status Tersangka.

0 4 19

ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN YANG MENGABULKANTUNTUTAN PRAPERADILAN TENTANG TIDAK Analisis Putusan Pengadilan Yang Mengabulkan Tuntutan Praperadilan Tentang Tidak Sahnya Status Tersangka.

0 2 13

SKRIPSI STUDI TENTANG PERMOHONAN PRAPERADILAN YANG Studi Tentang Permohonan Praperadilan Yang Berkaitan Dengan Penghentian Penyidikan Di Pengadilan Negeri Surakarta.

0 1 12

PENDAHULUAN Studi Tentang Permohonan Praperadilan Yang Berkaitan Dengan Penghentian Penyidikan Di Pengadilan Negeri Surakarta.

0 1 17

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI STUDI TENTANG PERMOHONAN PRAPERADILAN YANG Studi Tentang Permohonan Praperadilan Yang Berkaitan Dengan Penghentian Penyidikan Di Pengadilan Negeri Surakarta.

0 1 23

Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung Kasasi Nomor 2330K/PID.SUS/2013.

1 10 48

TINJAUAN TENTANG ALASAN PENGAJUAN KASASI OLEH PENUNTUT UMUM TERHADAP PUTUSAN LEPAS DARI SEGALA TUNTUTAN HUKUM DALAM PERKARA PENIPUAN (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 1559 K/Pid/2011).

0 0 1

PENINJAUAN KEMBALI TERHADAP PUTUSAN PRAPERADILAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA SELATAN TENTANG TIDAK SAHNYA PENGHENTIAN PENYIDIKAN OLEH BADAN RESERSE KRIMINAL POLRI DALAM PERKARA PENGGELAPAN DAN PENIPUAN (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR :87 K/PID/2013) - U

0 0 11