penghentian penyidikan kepada Praperadilan. Yang dimaksud pihak ketiga di dalam undang-undang dalam hal ini tidak diatur secara rinci, akan tetapi
secara logika, pada setiap terjadi peristiwa pidana pihak ketiga yang paling berkepentingan di sini adalah ”korban” atau ”saksi”.
Pengajuan keberatan harus berdasar alasan hukum yang serasi mendukung keberatan. Bukan hanya asal keberatan saja tanpa dibarengi dengan
alasan yang tepat.
3. Tinjauan Umum Mengenai Pemeriksaan Tingkat Kasasi
a. Pengertian Kasasi
Secara harafiah kasasi berrasal dari bahasa Perancis ”Cassation”, dengan kata kerja ”Casser”, yang berarti membatalkan atau memecahkan. Kasasi dapat diartikan
memecahkan atau membatalkan putusan atau penetapan pengadilan-pengadilan, karena dianggap mengandung kesalahan dalam penerapan hukum.
Perkara yang tunduk pada kasasi hanyalah kesalahan-kesalahan dalam penerapan hukum. Penerapan fakta-fakta termasuk wewenang judex factie, yang
dalam sistem hukum Indonesia menjadi wewenang pengadilan tingkat pertama dan pengadilan tingkat terakhir.
b. Ruang lingkup Obyek Peradilan Putusan atau penetapan yang dapat diperiksa
dalam peradilan kasasi
1 ”Putusan” atau ”vonis” yang diambil dalam suatu perkara atau perselisihan
sebagai penutup atau pengakhir suatu pemeriksaan yang telah dilakukan oleh pengadilan atau hakim.
2 ”penetapan” yang dalam bahasa Belanda disebut ”beschikking” adalah
tindakan-tindakan pengadilan Hakim yang tidak merupakan putusan misalnya : penetapan hari sidang, perintah penyitaan, penetapan
pengangkatan seorang wali, penetapan penangguhan penahanan dan lain- lain.
Putusan, penetapan atau perbuatan yang dimintakan Kasasi itu harus berasal dari sebuah badan Pengadilan atau hakim, jadi suatu putusan kehakiman yang dalam
bahasa Belanda disebut ”Rechterlijke beslissing”. Perkara-perkara yang tunduk pada kasasi diatur dalam;
1 Ketentuan Pasal 44 undang-undang Nomor 5 tahun 2004 Jo Pasal 244 KUHAP
yaitu ; a
Putusan atau penetapan pengadilan yang diberikan dalam tingkat terakhir.
b Menyangkut perkara pidana yang bukan putusan bebas.
2 Perbuatan pemeriksaan yang dilakukan oleh kurang dari 3 tiga orang Hakim.
3 Putusan pengadilan Negeri yang memeriksa dan memutuskan perkara atas
putusan verstek yang tidak melakukan pemeriksaan terhadap lawannya. 4
Perkara perdata yang nilai gugatannya tidak lebih dari Rp. 100 Seratus Rupiah Undang-undang Nomor 20 tahun 1947 jo Pasal 199 RBG
5 Putusan dalam perkara pidana ringan dengan acara cepat
Soedirjo menambahkan uraian tentang perkara-perkara yang tidak tunduk pada kasasi yaitu :
1 Perkara pidana yang terdakwanya dijatuhi perampasan kemerdekaan tetapi
tidak menggunakan upaya hukum verstek. 2
Ketentuan Pasal 148 KUHAP, tentang penetapan Ketua Pengadilan Negeri yang menyatakan bahwa pengadilan yang dipimpinnya tidak berwenang
mengadili perkara yang diajukan Jaksa Penuntut Umum. 3
Penetapan-penetapan Ketua Pengadilan Negeri tentang penetapan hari sidang, pemanggilan saksi, pengawasan terhadap pelaksanaan putusan
Hakim. 4
Putusan Badan yang tidak termasuk kekuasaan Kehakiman a
Putusan P4P yang menjadikan dasar putusannya dalam aspek doelmatigheid dan rechtmatighed
b Putusan kantor Urusan Perumahan PP Nomor 49 tahun 1963
c Putusan Perdamaian acta van vergelijk yang dibuat berdasarkan Pasal
130 HIR Pasal 154 RBG. Soedirjo, 1986 : 15-21 5
Perkara yang terdapat dalam Pasal 45A Undang-undang Nomor 5 tahun 2004 yang terdiri dari :
a Putusan Praperadilan
b Perkara pidana yang diancam dengan pidana penjara yang paling lama 1
satu tahun dan atau diancam pidana denda. c
Perkara Tata Usaha Negara yang obyek gugatannya berupa keputusan pejabat daerah yang jangkauan keputusannya berlaku di wilayah daerah
yang bersangkutan.
c. Tata cara Permohonan Kasasi