10
Apabila ovum yang dibebaskan dibuahi dan terjadi implantasi, maka korpus luteum terus tumbuh. Korpus luteum menghasilkan
progesteron dan sedikit estrogen untuk menopang janin, sampai plasenta dengan sendirinya mengambil alih fungsi dari korpus luteum.
Terdapat beberapa fungsi dari progesteron, yaitu progesteron bekerja pada endometrium dengan membuat lapisan endometrium kuat dan
menjaga pertumbuhan ovum yang dibuahi. Selain itu juga progesteron merangsang jaringan ikat endometrium menjadi longgar sehingga dapat
memfasilitasi sewaktu implantasi ovum. Progesteron mendorong kelenjar endometrium mengeluarkan dan menyimpan glikogen dalam
jumlah besar dan merangsang vaskularisasi endometrium yang cukup banyak sehingga dapat menampung janin. Progesteron dapat
mengurangi kontraktilitas uterus agar lingkungan untuk implantasi dan pertumbuhan janin tidak terganggu.
11
11
Gambar 2.2 Siklus Ovarium
Sumber: Sherwood, 2010
Ketika ovum oosit sekunder sudah berada di luar ovarium, ovum segera diambil oleh tuba uterina melalui fimbria. Fimbria yang dilapisi
oleh silia, akan mengarahkan ovum yang baru dibebaskan ke dalam tuba uterina. Di dalam tuba uterina, oleh kontraksi peristaltik dan
gerakan silia ovum akan terdorong ke daerah ampula. Fertilisasi harus terjadi dalam waktu 1 hari atau 24 jam setelah ovulasi pada saat
keadaan ovum masih hidup, karena ovum yang dibebaskan hanya bisa bertahan hidup selama 1 hari atau 24 jam kemudian akan di fagosit oleh
sel-sel saluran reproduksi.
11
Sperma mulai masuk ke dalam uterus karena adanya kontraksi miometrium dan tuba uterina yang dirangsang
oleh kadar estrogen tinggi tepat sebelum ovulasi dan dibantu oleh
12
prostaglandin dari vesikula seminalis. Dengan adanya mekanisme tersebut, sperma tersebar luas ke kavum uterus. Adanya kontraksi dari
otot polos tuba uterina, sperma dapat menuju ampula tempat pembuahan terjadi.
8
Apabila ovum bertemu sperma di daerah tempat pembuahan, maka sperma dengan mekanisme khususnya harus melewati korona radiata
lapisan sel di luar ovum dan zona pelusida merupakan bentuk glikoprotein ekstraselular. Molekul komplemen khusus pada
permukaan kepala spermatozoa mengikat ZP3 glikoprotein di zona pelusida.
Pengikatan ini membuat akrosom dapat melepaskan enzim yang membantu spermatozoa menembus zona pelusida. Ketika
spermatozoa berhasil menembus zona pelusida terjadi reaksi korteks ovum. Glikoprotein di zona pelusida membentuk suatu materi keras dan
tidak dapat ditembus oleh spermatozoa. Dalam proses ini bertujuan mencegah ovum yang dibuahi lebih dari satu sperma.
8
Spermatozoa yang telah masuk ke dalam sitoplasma ovum hanya mengandung
pronukleusnya, bagian
ekor dan
mitokondria berdegenerasi. Oleh karena itu seluruh mitokondria yang ada di dalam
tubuh manusia hanya berasal dari mitokondria ibu.
8
Selanjutnya kedua pronukleus bersatu membentuk zigot dan mulai terjadi pembelahan
zigot dalam beberapa jam setelah pembuahan terjadi. Dalam waktu 3 hari terbentuk sekelompok sel yang sama besarnya disebut sebagai
morula. Adanya getaran silia pada permukaan sel-sel tuba dan kontraksi tuba menyalurkan morula ke dalam kavum uteri.
11
Morula terus berproliferasi dan diferensiasi menjadi blastokista. Blastokista terdiri
dari massa sel dalam yang berkembang menjadi janin dan lapisan paling luar disebut sebagai trofoblas yang berkembang menjadi
plasenta. Dengan bantuan tonjolan sel trofoblastik, blastokista mulai menembus endometrium. Tonjolan sel trofoblas mulai masuk lebih
dalam ke dinding endometrium sehingga dapat membuat lubang untuk blastokista.
Akhirnya blastokista
terbenam sepenuhnya
di endometrium.
11
13
Gambar 2.3 Tahap-tahap Fertilisasi Sampai Implantasi
Sumber: Sherwood, 2010
2.1.3 Efek Perubahan Hormon selama Kehamilan
Gambar 2.4 Kadar hCG dan hCS Selama Kehamilan
Sumber: Benson and Pernoll’s, 2001
Seperti yang dijelaskan oleh grafik diatas, dalam keadaan hamil hormon-hormon seperti hCG Human Chorionic Gonadotropin, hPL
Human Placental Lactogen dan CRH Corticotropin Releasing Hormone meningkat sesuai usia kehamilan. Hormon hCG Human
Chorionic Gonadotropin mulai dapat dideteksi 1 hari setelah implantasi. Hormon hCG memiliki 2 subunit yaitu subunit alfa dan
beta, subunit alfa sangat identik dengan LH yang kerjanya menstimulasi progesteron, 17-hydroxyprogesteron dan estrogen.
12
Adanya stimulus
14
dari hormon hCG dapat mempertahankan korpus luteum agar tetap menghasilkan progesteron. Peningkatan hormon hCG berlangsung dari
awal kehamilan sampai 11 minggu, setelah itu akan turun karena plasenta sudah mampu untuk mensintesis progesteron dalam
mempertahankan janin. Fungsi lainnya dari hormon hCG yaitu maskulinisasi saluran reproduksi dengan merangsang prekursor sel
Leydig di testis janin untuk mengeluarkan testosteron.
11
Hormon hPL Human Placental Lactogen atau istilah lainnya hCS Human Chorionic Somatomammotropin merupakan hormon protein
diproduksi oleh sinsitiotrofoblas. Kadar hormon hPL pada plasma maternal meningkat seiring dengan peningkatan berat badan janin dan
berat plasenta. Peningkatan mulai tampak terlihat sejak usia 5 minggu dan mencapai puncaknya pada minggu ke 35 atau 4 minggu terakhir
kehamilan. Hormon hPL dapat dideteksi mulai hari ke-12 setelah fertilisasi dan dapat dideteksi di urin karena selama 24 jam kurang lebih
300 mikro gram hormon hPL diekskresikan melalui urin. Selain di urin, deteksi hormon hPL dapat di dalam cairan amnion dan sirkulasi janin.
8
Selama kehamilan mudah terjadi peningkatan kadar gula darah. Hal ini berhubungan dengan berkurangnya sensitivitas jaringan
terhadap insulin. Menurunnya sensitivitas jaringan terhadap kerja insulin sebesar 80. Hal ini karena adanya hormon hPL yang semakin
meningkat sebagai hormon antagonis insulin.
13
Berikut grafik perbedaan kadar glukosa wanita hamil dengan wanita tidak hamil:
Gambar 2.5 Kadar Glukosa Wanita Hamil dan Tidak Hamil
Sumber: Kevin P. Hanretty, 2004
15
Hormon hPL juga berperan dalam proses lipolisis, yaitu penguraian trigliserida menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Gliserol
yang nantinya diubah menjadi gliseraldehid 3 fosfat. Ketika suplai ATP di dalam sel meningkat, gliseraldehid 3 fosfat diubah menjadi glukosa.
Dari pernyataan diatas didapatkan bahwa kadar hormon hPL semakin meningkat seiiring bertambahnya usia kehamilan, sehingga dapat
memicu kejadian diabetes melitus dan kehamilan ganda dengan ukuran plasenta yang besar. Sebaliknya kadar hormon hPL yang rendah
ditemukan pada preeklampsia, neoplasma trofoblas, dan pertumbuhan janin terhambat.
8
Hormon CRH Corticotropin Releasing Hormone mulai terlihat meningkat pada usia ke-20 minggu kehamilan dan terus semakin
meningkat. Hormon CRH disekresikan oleh plasenta bagian janin ke dalam sirkulasi darah ibu dan janin. Hormon CRH berperan dalam
pembentukan estrogen plasenta dan merangsang pematangan paru pada janin. Ketika hormon CRH dilepaskan, akan merangsang hipofisis
anterior janin untuk mengeluarkan ACTH, selanjutnya merangsang korteks adrenal janin untuk mensekresikan kortisol dan DHEA. Kortisol
merangsang paru janin untuk mengeluarkan surfaktan sehingga membantu pematangan paru.
11
Selain itu juga kortisol merangsang proses glukoneogenesis sehingga dapat meningkatkan gula darah.
14
Selama kehamilan sekresi hormon estrogen dan progesteron oleh plasenta mengalami peningkatan. Sumber utama hormon estrogen
berasal dari kolesterol. Kolesterol yang berasal dari darah ibu akan menuju plasenta untuk diubah dengan bantuan enzim menjadi hormon
progesteron. Makin beratnya plasenta maka hormon progesteron yang dihasilkan semakin banyak, oleh sebab itu usia kehamilan yang terus
bertambah menyebabkan kadar hormon progesteron bertambah banyak. Begitu pun dengan hormon estrogen yang semakin meningkat selama
kehamilan. Plasenta tidak mempunyai enzim yang dapat secara langsung merubah kolesterol menjadi estrogen, oleh karena itu proses
sekresi hormon estrogen lebih kompleks dibandingkan proses sekresi
16
hormon progesteron. Kolesterol yang berasal dari plasenta akan menuju korteks
adrenal janin
kemudian diubah
menjadi DHEA
Dehidroepiandrosteron. Hormon Estrogen dapat terbentuk apabila DHEA mencapai plasenta melalui pembuluh darah janin. Secara
fisiologis, hormon estrogen akan menghasilkan sekret vagina yang banyak, encer dan jernih, dengan merangsang kelenjar serviks dan
dinding rahim untuk mengeluarkan sekret.
11
Hormon Estrogen dapat meningkatkan kelembaban di vagina dan memicu pertumbuhan flora
bakteri anaerob menggantikan Lactobacillus, sehingga terjadi perubahan lingkungan vagina. Lactobacillus hidup sebagai flora normal
vagina dengan konsentrasi yang tinggi. Hormon progesteron menghasilkan sekret yang lebih kental, lengket dan keruh karena
progesteron menyebabkan peningkatan dari kadar glikoprotein pada kelenjar serviks dan dinding rahim.
11
Peningkatan estrogen dan progesteron menyebabkan terganggunya metabolisme karbohidrat dan
proses glikogenolisis, sehingga kadar glikogen pada epitel vagina meningkat dan menyebabkan ph vagina menjadi asam sehingga
memicu mikroorganisme patogen yaitu jamur dapat tumbuh subur.
4
peningkatan kadar glikogen pada epitel vagina juga merupakan sumber karbon yang baik bagi pertumbuhan jamur.
2
Gambar 2.6 Kadar Estrogen dan Progesteron Plasma Selama Kehamilan
Sumber: Benson and Pernoll’s, 2001
17
2.1.4 Gula Darah
2.1.4.1. Proses metabolisme Glukosa
Apabila glukosa tidak diperlukan segera untuk produksi ATP, maka glukosa akan disimpan sebagai glikogen. Glikogen merupakan
polisakarida bentuk karbohidrat yang tersimpan di dalam tubuh. Hormon insulin yang berasal dari sel beta pankreas, merangsang
hepatosit dan otot rangka melaksanakan proses glikogenesis yaitu sintesis glikogen. Tubuh manusia dapat menyimpan sekitar 500 gram
glikogen, sekitar 75 pada serat otot rangka dan sisanya di sel hati. Selama glikogenesis, glukosa mengalami fosforilasi menjadi glukosa
6 fosfat oleh enzim heksokinase. Selanjutnya glukosa 6 fosfat mengalami konversi menjadi glukosa 1 fosfat. Glukosa 1 fosfat
kemudian menjadi uridin difosfat dan akhirnya membentuk glikogen.
14
Ketika tubuh membutuhkan banyak ATP, maka glikogen yang tersimpan dalam hepatosit dipecah menjadi glukosa dan kemudian
dilepaskan ke dalam sirkulasi darah. Proses ini dinamakan glikogenolisis. Proses diawali dengan pemecahan glikogen oleh
enzim fosforilase menjadi glukosa 1 fosfat. Enzim fosforilasi diaktifkan oleh glukagon yang dihasilkan dari sel alfa pankreas dan
epinefrin dari medula adrenal. Glukosa 1 fosfat kemudian diubah menjadi glukosa 6 fosfat dan akhirnya menjadi glukosa dibantu oleh
enzim fosfatase.
14
Glukosa akan meninggalkan sel hati hepatosit menuju sirkulasi darah. Inilah yang disebut sebagai gula darah.