PEMBAHASAN Efek Antibakteri Kitosan Blangkas Molekul Tinggi Sebagai Perancah Dengan Ekstrak Batang Kemuning Terhadap Fusobacterium Nucleatum Sebagai Alternatif Bahan Medikamen Saluran Akar(In Vitro)

BAB 6 PEMBAHASAN

Penelitian eksperimental laboratorium secara in vitro mengenai kitosan blangkas sebagai perancah ekstrak batang kemuning terhadap F.nucleatum adalah untuk membuktikan bahwa kitosan blangkas sebagai perancah ekstrak batang kemuning memiliki efek antibakteri dalam menghambat pertumbuhan F.nucleatum. Dalam penelitian ini, telah dilakukan prosedur ekstraksi batang kemuning dengan menggunakan pelarut etanol 80 karena senyawa aktif yang terdapat pada batang kemuning dapat larut dengan etanol 80. Konsentrasi pelarut yang digunakan adalah konsentrasi yang sedang dengan tujuan agar pelarut tidak mudah menguap dan tidak susah untuk mengeringkan pelarutnya. Selain itu, pelarut etanol merupakan pelarut yang lebih aman dari metanol. Batang kemuning yang digunakan adalah batang yang segar dan dikeringkan dalam lemari pengering. Batang kemuning yang digunakan sebanyak 500 gram dan menghasilkan ekstrak kental yang cukup untuk dilakukan pengujian antibakteri terhadap F.nucleatum. Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara maserasi. Adapun tujuan maserasi adalah untuk memberikan kesempatan simplisia untuk berdifusi ke dalam pelarut. Setelah itu, dilakukan perkolasi hingga diperoleh maserat cair, kemudian dilakukan penguapan dengan menggunakan Vaccum Rotary Evaporator untuk memisahkan antara ekstrak dengan etanol dan juga menghindari terjadinya kerusakan kandungan kimia dari bahan yang diekstraksi. Kitosan yang akan digunakan kitosan blangkas komersil yaitu kitosan bermolekul tinggi dengan berat molekul 810.000 Mv Harry A, 2005 yang berasal dari cangkang hewan laut. Pada tahap awal, pengujian efek antibakteri suatu bahan dilakukan secara in vitro. Untuk mengetahui aktivitas antibakteri dengan mencari nilai daya hambat dan daya bunuh dilakukan dengan metode dilusi direct exposure test. Peneliti menggunakan metode dilusi karena bahan coba dapat berkontak langsung dengan Universitas Sumatera Utara mikroorganisme, sehingga hasil yang diperoleh lebih akurat bila dibandingkan dengan metode difusi. Pada penelitian ini, konsentrasi yang digunakan untuk ekstrak batang kemuning ialah 1, 2.5, 5, dan 7.5 karena pada penelitian sebelumnya Steven P. 2007 menggunakan konsentrasi yang sama dan hasilnya adalah dari masing- masing kosentrasi dapat menghambat pertumbuhan bakteri S. mutans. Untuk kitosan blangkas, konsentrasi yang digunakan adalah 1, 0.6, 0.4, dan 0.2. Peneliti menggunakan metode pengamatan zona bening pada cakram untuk menentukan daya hambat bakteri. Penggunaan metode ini dilakukan pada peneliti sebelumnya supaya lebih mudah dalam melihat zona hambat bakteri. Peneliti mengkultur F.nucleatum dengan menggunakan media Brain Heart Infusion BHI karena F.nucleatum dapat tumbuh dengan baik dalam media BHI. Penelitian sebelumnya menggunakan media MHA untuk mengkultur bakteri, tetapi disebabkan bakteri yang berbeda, maka peneliti menggunakan media BHI. Peneliti juga menggunakan 2 konsentrasi bakteri yang berbeda yaitu 10 4 dan 10 8 untuk melihat apakah bakteri yang terhambat oleh kitosan blangkas sebagai perancah ekstrak batang kemuning tergantung pada konsentrasi bakteri yang digunakan, atau tergantung pada konsentrasi kitosan blangkas sebagai perancah ekstrak batang kemuning yang digunakan. Penelitian ini juga menggunakan interval waktu inkubasi untuk mengetahui perbedaan jumlah bakteri yang terhambat pada waktu inkubasi yang berbeda yaitu selama 3 jam dan 6 jam, seperti yang sudah dikemukakan oleh peneliti sebelumnya Thilages 2012 dengan pemberian waktu untuk bakteri tumbuh dan berinteraksi dengan ekstrak bahan selama 3 jam dan 6 jam. Interval waktu ini adalah sesuai dengan kurva pertumbuhan bakteri dimana bakteri akan berada dalam fase pertumbuhan yang optimal. Pada penelitian yang dilakukan dengan menggunakan metode cakram menunjukkan bahwa dari semua konsentrasi bahan coba yang diuji, ternyata tidak dapat terlihat daerah yang tampak jernih. Hal ini bisa disebabkan oleh bahan coba, pertumbuhan bakteri yang cepat atau karena tumpukan sel bakteri mati. Tidak adanya Universitas Sumatera Utara zona bening diduga akibat bahan coba EBK yang berwarna hijau kehitaman, sehingga ketika diuji semua konsentrasi bahan coba berwarna hijau kehitaman, coklat keruh dan tidak jernih sehingga tidak representatif untuk dicari nilai daya hambatnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui efek antibakteri dengan menggunakan metode yang lain. Pada penelitian digunakan juga metode hitung jumlah koloni bakteri, yang mana setelah ditanam di BHI agar dan diinkubasi selama 24 jam, diperoleh pada konsentrasi bahan coba K 0.6 + EBK 2.5 dengan konsentrasi bakteri 10 4 di mana tidak terdapat pertumbuhan bakteri pada BHI agar sehingga tampak permukaan jernih. Dari hasil penelitian, semua konsentrasi bahan coba mampu menghambat pertumbuhan F.nucleatum. Dalam waktu inkubasi 3 jam dengan konsentrasi bakteri 10 4 , tidak dapat dijumpai bakteri yang mati total. Konsentrasi bahan coba yang paling efektif dalam menghambat pertumbuhan F.nucleatum adalah pada K 1 + EBK 5, K 1 + EBK 2.5, dan K 0.6 + EBK 2.5, dimana nilai CFUml terendah bila dibandingkan dengan konsentrasi bahan coba yang lain. Sedangkan, dalam waktu inkubasi 3 jam dengan konsentrasi bakteri 10 8 , ada dijumpai bakteri yang mati total sehingga terdapat permukaan yang jernih di atas BHI agar, yaitu pada konsentrasi K 0.2 + EBK 7.5. Apabila waktu inkubasi 6 jam dengan konsentrasi bakteri 10 4 , maka konsentrasi bahan coba yang paling efektif dalam menghambat pertumbuhan F.nucleatum adalah pada K 1 + EBK 7.5, K 1 + EBK 2.5, K 1 + EBK 1, K 0.6 + EBK 7.5, K 0.6 + EBK 5, dan K 0.6 + EBK 2.5, dimana tidak dijumpai adanya koloni bakteri yang tumbuh di atas agar. Pada waktu inkubasi 6 jam dengan konsentrasi bakteri 10 8 , tidak dijumpai adanya koloni bakteri pada setiap konsentrasi bahan coba dan kelompok kontrol bakteri. Hal ini bisa disebabkan lama waktu inkubasi, pengenceran bakteri dan volume bahan coba yang diteteskan di atas agar. Dalam hal ini, tidak adanya koloni bakteri bisa disebabkan karena volume bahan coba yang diteteskan terlalu sedikit yaitu 10µl yang menyebabkan tidak tumbuhnya bakteri di atas agar. Selain itu, hal Universitas Sumatera Utara tersebut juga dapat terjadi akibat lama waktu inkubasi yang menyebabkan bakteri tidak dapat tumbuh pada media. Dari hasil penelitian yang dilakukan terdapat perbedaan efek antibakteri ekstrak batang kemuning terhadap beberapa jenis bakteri. Penelitian yang dilakukan Steven 2007 menunjukkan bahwa adanya peningkatan besar konsentrasi bahan coba maka memiliki korelasi positif terhadap peningkatan efek antibakteri terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans. 11 Sedangkan hasil yang didapat pada penelitian ini tidak menunjukkan adanya peningkatan efek antibakteri bila besar konsentrasi bahan coba mengalami peningkatan. Adanya perbedaan hasil penelitian bisa disebabkan karena bakteri yang digunakan pada penelitian sebelumnya merupakan bakteri aerob yaitu Streptococcus mutans, sementara bakteri yang digunakan peneliti merupakan bakteri anerob yaitu F.nucleatum. Selain itu, hal tersebut bisa disebabkan karena dalam penelitian ini digunakan waktu inkubasi 3 jam dan 6 jam yang dapat memengaruhi daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri. Dalam penelitian ini, diketahui bahwa dalam waktu inkubasi 3 jam dengan konsentrasi bakteri 10 4 , konsentrasi bahan coba yang paling memiliki efek antibakteri terhadap pertumbuhan F.nucleatum adalah pada K 1 + EBK 5, K 1 + EBK 2.5, dan K 0.6 + EBK 2.5,. Sedangkan pada waktu inkubasi 6 jam dengan konsentrasi bakteri 10 4 , konsentrasi bahan coba yang paling efektif adalah pada K 1 + EBK 7.5, K 1 + EBK 2.5, K 1 + EBK 1, K 0.6 + EBK 7.5, K 0.6 + EBK 5, dan K 0.6 + EBK 2.5. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fania 2009 yang menunjukkan bahwa bahan coba kitosan blangkas pada konsentrasi 1 dan 0.5 dengan pelarut gliserin efektif dalam menghambat pertumbuhan F.nucleatum. 8 Pada awal penelitian ini mengharapkan akan didapati nilai KHM dan KBM, namun pada proses penelitian terdapat kesalahan yang dilakukan, di mana konsentrasi bahan coba telah ditentukan terlebih dahulu. Untuk menentukan nilai KHM dan KBM, seharusnya konsentrasi bahan coba dimulai dari 100. Oleh sebab itu, penelitian ini hanya melihat efek antibakteri dari konsentrasi bahan coba yang telah ditentukan sebelumnya. Universitas Sumatera Utara Pada penelitian yang telah dilakukan juga terdapat kesalahan peneliti yang mana untuk melakukan uji analisis data diperlukan lebih dari tiga data, sementara pada penelitian yang dilakukan hanya memiliki dua data di mana hanya dilakukan dua kali pengulangan pada tiap konsentrasi bahan coba. Dari hasil penelitian, terbukti bahwa kitosan blangkas sebagai perancah ekstrak batang kemuning pada setiap konsentrasi memiliki efek antibakteri terhadap pertumbuhan F.nucleatum. Bila dibandingkan berdasarkan waktu inkubasi, maka lebih banyak bakteri yang mati pada waktu inkubasi 6 jam daripada waktu inkubasi 3 jam. Dengan hasil penelitian ini, maka hipotesis dapat diterima. Universitas Sumatera Utara

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen yang terkait

Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Umbi Lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Fusobacterium nucleatum ATCC 25586 sebagai Bahan Alternatif Medikamen Saluran Akar (Secara In Vitro)

9 130 100

Daya Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L) terhadap Fusobacterium nucleatum sebagai Bahan Alternatif Medikamen Saluran Akar secara in Vitro

8 89 59

Efek Antibakteri Konsentrasi Ekstrak Batang Kemuning (murraya paniculata) Terhadap fusobacterium nucleatum Sebagai Bahan alternatif medikamen Saluran akar gigi (in vitro)

3 81 82

Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) sebagai Alternatif Medikamen Saluran Akar terhadap Fusobacterium nucleatum (Secara In-Vitro)

8 110 71

Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Umbi Lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Fusobacterium nucleatum ATCC 25586 sebagai Bahan Alternatif Medikamen Saluran Akar (Secara In Vitro)

1 2 26

Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Umbi Lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Fusobacterium nucleatum ATCC 25586 sebagai Bahan Alternatif Medikamen Saluran Akar (Secara In Vitro)

0 0 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 F.nucleatum sebagai salah satu bakteri yang terdapat pada infeksi endodonti - Efek Antibakteri Kitosan Blangkas Molekul Tinggi Sebagai Perancah Dengan Ekstrak Batang Kemuning Terhadap Fusobacterium Nucleatum Sebagai Alternatif B

0 0 12

Efek Antibakteri Kitosan Blangkas Molekul Tinggi Sebagai Perancah Dengan Ekstrak Batang Kemuning Terhadap Fusobacterium Nucleatum Sebagai Alternatif Bahan Medikamen Saluran Akar(In Vitro)

0 0 14

EFEK ANTIBAKTERI KONSENTRASI EKSTRAK BATANG KEMUNING (MURRAYA PANICULATA) TERHADAP FUSOBACTERIUM NUCLEATUM SEBAGAI BAHAN ALTERNATIF MEDIKAMEN SALURAN AKAR GIGI (IN VITRO)

0 0 15

Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) sebagai Alternatif Medikamen Saluran Akar terhadap Fusobacterium nucleatum (Secara In-Vitro)

0 0 13