BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kayu Jati
Jati mempunyai nama ilmiah Tectona grandis linn F yang secara historis nama Tectona
berasal dari bahasa Portugis tecton yang berarti tumbuhan yang mempunyai kualitas yang tinggi Suryana, 2001. Berikut ini taksonomi dan tata
nama dari kayu jati : Divisio
: Spermatophyta Class
: Angiospermae Sub Class
: Dicotyledonae Ordo
: Verbenales Familia
: Verbenaceae Genus
: Tectona Species
: Tectona grandis Kayu Jati tergolong jenis kayu berat-sedang dengan permukaan kayu yang
halus dan mempunyai karakteristik penampakan yang menarik. Kayu teras berwarna coklat kekuning-kuningan setelah ditebang, tetapi kadang-kadang
berwarna coklat keemasan. Kayu gubal berwama putih kekuning-kuningan atau coklat kuning muda Martawijaya, 1995.
Kayu jati memiliki arah serat yang lurus bergelombang sampai agak berpadu. Berat jenis rata-rata kayu jati 0,67 dan tergolong ke dalam kelas awet I-II
dan kelas kuat II Mandang, 1997.Daya resistansi kayu jati yang tinggi terhadap serangan jamur dan rayap disebabkan karena adanya zat ekstraktif tectoquinon
atau 2-metil antraquinon Sipon, 2001. Kayu terasa seperti berminyak bila disentuh, dan berbau seperti bahan-bahan yang terbuat dari kulit Martawijaya,
1995.
Komposisi dari komponen kimia kayu jati dapat dilihat dari Tabel 2.1 dibawah ini:
Tabel 2.1 Komposisi Kayu Jati
Kandungan Zat Ekstraktif
6,2 Lignin
29,95 Selulosa
46,5 Abu
1,4 Silika
0,4 Pentosan
14,4 Suryana, 2001
Ciri anatomi kayu jati adalah pori atau pembuluh tersusun atas lingkar, bentuk bulat sampai bulat telur, diameter tangensial bagian kayu awal sekitar 340-
370 mikron, pada kayu akhir sekitar 50-290 mikron, bidang perforasi sederhana, berisi tilosis atau endapan berwarna putih.Jari-jari lebar, terdiri dari 4 seri atau
lebih, jumlahnya 4-7 per mm, arahnya tangensial, komposisi selnya homoseluler hanya sel-sel baring tingginya dapat mencapai 0,9 mm Mandang, 1997.
2.2 Lignin
Lignin merupakan segmen yang mengikat fibril-fibril selulosa sehingga memberikan stabilitas dimensi terhadap kayu Stevens, 2001. Lignin merupakan
komponen terbesar kedua setelah selulosa di dalam sistem penyusun kayu yang memiliki banyak gugus fungsi oksigen senyawa fenolik, hidroksil, karboksil,
eter, ikatan ester, dan gugus karbonil. Lignin merupakan polimer alami yang terdiri dari molekul-molekul polifenol yang berfungsi sebagai pengikat kayu
antara satu sama lain sehingga bersifat keras dan kaku. Dengan adanya lignin, kayu dapat meredam kekuatan mekanis yang dikenakan terhadapnya Rudatin,
1989.
Keberadaan lignin dalam dinding sel sangat erat hubungannya dengan selulosa yang berfungsi untuk memberikan ketegaran pada sel, berpengaruh dalam
memperkecil perubahan dimensi sehubungan dengan perubahan air kayu dan mengurangi degradasi terhadap selulosa Sjostrom, 1995. Fungsi lignin di dalam
tanaman adalah sebagai pembawa sifat biologis dan perekat diantara selulosa dan hemiselulosa di dalam dinding Dence, 1992.
Lignin tergolong makromolekul fenolik alami yang berasal dari dinding sel tanaman yang mengandung tiga penyusun utama unit fenilpropana
monolignols, yaitu coniferyl alcohol G, sinapyl alcohol S, dan p-coumaryl alcohol
H. Struktur lignin sangat kompleks dan terhubung dengan hemiselulosa secara acak dalam bentuk tiga dimensinya Dence, 1992.
Didalam struktur lignin yang sebenarnya terdapat perbedaan jenis monomer penyusunnya. Lignin pada kayu lunak adalah jenis lignin guaiasil yang
diturunkan dari coniferyl alcohol G dan sejumlah kecil sinapyl alcohol S. Struktur unit-unit fenilpropana penysun lignin dpat dilihat pada Gambar 2.3
berikut:
O H O H
OMe O H
OMe MeO
OH
O H OH
O H OMe
OH
O H OMe
MeO
p-coumaryl sinapyl
coniferyl
p-hydroxyphenyl H
syringyl S
guaiacyl G
Gambar 2.1 Unit Penyusun Lignin menurut Lewis 1990
Pada kayu keras adalah lignin guaiasil-siringil yang diturunkan dari yaitu coniferyl alcohol
G sinapyl alcohol S dengan perbandingan yang sama. Lignin pada rumput termasuk jenis guaiasil-siringil, tetapi diturunkan dari p-coumaryl
alcohol H Dence, 1992.
H
3
CO
OH CH
OCH
3
HC CH
H
2
COH
O CH
HCOH H
2
COH
H
3
CO O
CH H
2
COH O
CH
3
O OCH
3
HCOH
HC H
2
COH O
O
OCH
3
HCOH CH
CH CH
O
HCOH HCOH
O H
2
COH H
3
CO HCOH
HCOR H
2
COH
H
2
COH
H
2
COH
H
2
COH OCH
3
HC HC
H
3
CO O
HCOH H
2
COH
H
3
CO OH
C O
CH
HC H
2
COH HC
H
2
COH O
H
3
CO HCOH
HCOH
HC H
2
COH O
H
3
CO O
OCH
3
H
2
COH HO
H
3
CO HC
HC H
2
C O
CH CH
CH
2
O OCH
3
OH HCOH
HCOR
O HOH
2
C CH
CHO
O
Gambar 2.2 Struktur Lignin menurut Adler 1977
Achmadi 1990 menjelaskan bahwa lignin dibagi dua kelompok, kelompok lignin guaiasil koniferil alkohol yang terdapat dalam kayu jarum
softwood berkisar 26-32 dan yang kedua adalah kelompok lignin guaiasil- siringil sinapil alkohol atau koniferil alkohol yang terdapat pada kayu daun lebar
hardwood sebanyak 20-28. Konsentrasi lignin tertinggi terdapat dalam lamela tengah dan akan semakin mengecil pada lapisan dinding sekunder Sjostrom,
1995.
Lignin memiliki gugus metoksil dan inti fenol yang saling berikatan dengan ikatan eter atau ikatan karbon dan mempunyai berat molekul tinggi.
Polimer lignin cenderung bercabang dan membentuk struktur tiga dimensi Sjostrom, 1995. Kandungan metoksil lignin bervariasi,dimana semakin tinggi
tanaman berdiri dan berkembang maka kandungan metoksil lignin akan semakin tinggi Harkin, 1969.
Lignin dapat diisolasi dari dari kayu bebas ekstraktif sebagai sisa yang tidak terlarut setelah penghilangan polisakarida dengan hidrolisis. Secara kuantitatif,
lignin dapat dihidrolisis dan diekstraksi dari kayu atau diubah menjadi turunan yang mudah larut Achmadi, 1990.
2.3 Poliuretan