Analisis Deskriptif Analisis Regresi Linear Berganda

1. Multikolinearitas Multikolinearitas adalah keadaan dimana pada model regresi ditemukan adanya korelasi yang sempurna atau mendekati sempurna antar variabel independen variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi yang sempurna atau mendekati sempurna diantara variabel independen Priyatno, 2009. Multikolinearitas disebabkan oleh banyak hal yaitu metode pengumpulan data yang digunakan, adanya constraint pada model atau populasi yang dijadikan sampel. Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya serta nilai variance inflation factor VIF. Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel bebas lainnya, sehingga nilai tolerance rendah sama dengan nilai VIF tinggi katrena VIF = 1 tolerance. Nilai cutoff umum yang dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah tolerance 0,10 atau sama dengan VIF 10. Apabila berdasarkan uji multikolinearitas nilai VIF 10, maka dapat disimpulkan terjadi multikolinearitas Ghozali, 2009. 2. Heteroskedastisitas Masalah heteroskedastisitas umum terjadi pada data silang cross section dari pada dara runtut waktu time series. Pada data silang waktu cross section, biasanya berhubungan dengan anggota populasi pada satu waktu tertentu dan anggota populasi itu memiliki perbedaan ukuran. Pada data runtut waktu time series variabel cenderung urutan besaran yang sama selama periode waktu tertentu. Heteroskedastisitas tidak merusak property dari estimasi ordinary least square OLS yaitu tetap tidak bias unbiased dan konsisten estimator, tapi estimator ini tidak lagi memiliki minimum variance dan efisien sehingga tidak lagi BLUE Ghozali, 2009. Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual pada satu pengamatan ke pengamatan lain Priyatno, 2009. Pendeteksian adanya heteroskedastisitas dapat dengan cara informal dan cara formal. Cara informal ialah cara yang dapat langsung dilihat dan merupakan cara yang paling cepat dilakukan. Cara formal dilakukan yaitu dengan mendeteksi pola residual dengan menggunakan sebuah grafik. Apabila residual mempunyai varian yang sama homoskedastisitas maka tidak ada pola yang pasti dari residual, sedangkan jika residual memiliki sifat heteroskedastisitas maka residual ini akan menunjukkan pola tertentu. Pendeteksian heteroskedastisitas dengan cara formal yaitu dengan metode park, metode glejser, dan metode korelasi spearman atau metode white Widarjono, 2009. Pengujian model yang telah dibuat untuk menduga variabel bebas signifikan atau tidak dapat dilakukan dengan uji F dan uji t. Pengambilan keputusan dengan uji F menggunkan taraf kepercayaan 95 persen atau dengan taraf nyata α =0,05. 1. Pengujian parameter regresi secara bersamaan Uji-F Pengujian parameter regresi secara bersamaan yaitu bertujuan untuk menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh sacara bersama-sama terhadap variabel terikat, dengan hipotesis sebagai berikut: H = seluruh variabel bebas dalam model tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan mangga indramayu. H 1 = seluruh variabel bebas dalam model berpengaruh nyata terhadap permintaan mangga indramayu. Dalam pengujian hipotesis F hitung persamaan yang digunakan adalah F hitung = JKR k −1 JKS n −k .................................................................................6 Keterangan: JKR = Jumlah kuadrat regresi JKS = Jumlah kuadrat sisa n = Jumlah data pengamatan k = Jumlah peubah Adapun kriteria dalam pengambilan keputusan, adalah: Apabila F hitung F tabel , maka tolak H , artinya peubah bebas yang ada dalam model, secara bersama- sama berpengaruh terhadap permintaan mangga indramayu. Apabila F hitung F tabel , maka terima H , artinya peubah bebas yang ada dalam model, secara bersama- sama tidak berpengaruh terhadap permintaan mangga indramayu. 2. Pengujian parameter regresi secara tunggal Uji-t Pengujian parameter regresi secara tunggal bertujuan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel bebas terhadap variabel terikat dengan menganggap variabel bebas lainnya konstan. Pengujian secara tunggal dapat dilakukan dengan uji-t dengan hipotesis: H : bi = 0 H = masing-masing variabel dalam model tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan mangga indramayu. H 1 : bi ≠ 0 H1 = masing-masing variabel dalam model berpengaruh nyata terhadap permintaan mangga indramayu. Dalam pengujian t hitung persamaan yang digunakan adalah T hitung = �� ��� .................................................................................................... 7 Keterangan: bi = parameter regresi ke-i Sbi = kesalahan baku penduga parameter regresi ke-i Adapun kriteria dalam pengambilan keputusan, adalah Apabila t hitung t tabel , maka tolak H yang berarti variabel bebas Xi berpengaruh terhadap permintaan mangga indramayu Y. Apabila t hitung t tabel , maka terima H yang berarti variabel bebas Xi tidak berpengaruh terhadap permintaan mangga indramayu Y. 3. Analisis Koefisien Determinasi R 2 Koefisien Determinasi R 2 bertujuan untuk mengetahui tingkat ketepatan paling baik dalam analisis regresi. Hal yang ditunjukkan oleh besarnya koefisien determinasi R 2 antara 0 nol dan 1. Apabila koefisien determinasi semakin mendekati satu, maka dapat dikatakan bahwa variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Koefisien determinasi R 2 bernilai nol artinya variabel independen sama sekali tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Koefisien determinasi juga dipergunakan untuk mengetahui persentase perubahan variabel terikat Y yang disebabkan oleh variabel bebas X. c. Perhitungan Elastisitas Perhitungan elastisitas yaitu meliputi elastisitas harga, elastisitas pendapatan dan elastisitas silang. 1. Elastisitas harga Perhitungan elastisitas harga bertujuan untuk mengetahui besar nilai elastisitas harga terhadap permintaan buah mangga indramayu. Perhitungan dapat dilakukan dengan menggunakan rumus: Ed = ∆ ∆ = ∆ . ∆ = ∆ ∆ . ........................................................................ 8 Keterangan: ∆Q = Perubahan jumlah mangga indramayu yang diminta ∆Px = Perubahan harga mangga indramayu Q = Jumlah mangga indramayu yang diminta Px = Harga mangga indaramayu Kaidah pengujian adalah Ed [-1] : Permintaan mangga indramayu elastis Ed [ 1] : Permintaan mangga indramayu inelastis 2. Elastisitas Pendapatan Perhitungan elastisitas pendapatan bertujuan untuk mengetahui besarnya nilai elastisitas pendapatan terhadap permintaan buah mangga indramayu. Perhitungan dapat dilakukan dengan menggunakan rumus: Edi = ∆ ∆�� = ∆ . � ∆� = ∆ ∆� . � .............................................................................. 9 Keterangan: ∆Q = Perubahan jumlah mangga indramayu yang diminta ∆I = Perubahan pendapatan Q = Jumlah mangga indramayu yang diminta I = Pendapatan Kaidah pengujian adalah: Edi 0 : Barang normal Edi = 0 : Barang netral Edi 0 : Barang inferior Edi 1 : Barang superior 3. Elastisitas silang Perhitungan elastisitas silang bertujuan untuk mengetahui besar nilai elastisitas silang terhadap permintaan buah mangga indramayu. Perhitungan dapat dilakukan dengan menggunakan rumus: Es = ∆ ∆ = ∆ . ∆ = ∆ ∆ . ................................................................. 10 Keterangan: ∆Q = Perubahan jumlah barang indramayu yang diminta ∆Py = Perubahan harga mangga lain Q = Jumlah mangga indramayu yang diminta Py = Harga mangga lain Kaidah pengujian adalah: Es 0 : Barang substitusi Es = 0 : Barang netral Es 0 : Barang komplementer

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Kota Madya Bandar Lampung

1. Letak Geografis, Topografi dan Demografi Kota Madya Bandar

Lampung Kota Madya Bandar Lampung merupakan ibu kota Provinsi Lampung. Kota Madya Bandar Lampung memiliki letak yang strategis karena merupakan pintu gerbang utama Pulau Sumatera, selain itu Kota Madya Bandar Lampung merupakan daerah transit kegiatan perekonomian antar Pulau Sumatera dan Pulau Jawa. Kota Madya Bandar Lampung memiliki andil penting dalam jalur transportasi dan aktivitas pendistribusian logistik. Luas wilayah Kota Madya Bandar Lampung adalah 197,22 km 2 yang terdiri dari 20 kecamatan dan 126 kelurahan Badan Pusat Statistik, 2013 . Secara geografis, Kota Madya Bandar Lampung terletak pada 5,20 o sampai dengan 5,30 o Lintang Selatan dan 105,28 o sampai dengan 105,37 o Bujur Timur Badan Pusata Statistik, 2014. Letak Kota Madya Bandar Lampung berada pada Teluk Lampung yang terletak di ujung Selatan Pulau Sumatera. Secara administratif, batas daerah Kota Madya Bandar Lampung adalah: a. sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Lampung Selatan. b. sebelah selatan berbatasan dengan Teluk Lampung. c. sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Gedong Tataan dan Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran. d. sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Bintang, Kabupaten Lampung Selatan. Topografi Kota Madya Bandar Lampung sangat beragam, mulai dari dataran pantai sampai kawasan perbukitan hingga bergunung dengan ketinggian permukaan antara 0 sampai 500 m. Daerah Kota Madya Bandar Lampung dengan topografi perbukitan hingga bergunung membentang dari arah barat ke timur dengan puncak tertinggi pada Gunung Betung sebelah barat dan Gunung Dibalau serta perbukitan Batu Serampok disebelah timur. Secara keseluruhan kondisi tata guna lahan dikelompokkan dalam kawasan terbangun dan ruang terbuka. Kawasan terbangun Kota Madya Bandar Lampung mencapai 6.448,49 ha atau sekitar 33,55 persen dari wilayah kota, selebihnya merupakan lahan non terbangun ruang terbuka. Topografi tiap-tiap wilayah di Kota Bandar Lampung adalah : a. wilayah pantai terdapat disekitar Teluk Betung dan Panjang serta pulau di bagian selatan b. wilayah landaidataran terdapat disekitar Kedaton dan Sukarame . c. wilayah perbukitan terdapat di sekitar Teluk Betung bagian utara d. wilayah dataran tinggi dan sedikit bergunung terdapat disekitar Tanjung Karang bagian barat yaitu wilayah Gunung Betung, Sukadana Ham, dan Gunung Dibalau serta perbukitan Batu Serampok di bagian timur. Berdasarkan sensus Badan Pusat Statistik Kota Madya Bandar Lampung memiliki populasi penduduk sebanyak 1.446.160 jiwa, dengan luas wilayah 197,22 km 2 . Data mengenai jumlah penduduk menurut jenis kelamin perkecamatan di Kota Madya Bandar Lampung tahun 2013 disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin perkecamatan di Kota Madya Bandar Lampung, 2013 No Kecamatan Jumlah jiwa Total jiwa Laki laki Perempuan 1 Kedaton 38.508 34.445 72.953 2 Sukarame 38.458 34.985 73.443 3 Tanjung Karang Barat 38.719 35.438 74.157 4 Panjang 50.331 45.955 96.286 5 Tanjung Karang Timur 29.490 26.794 56.284 6 Tanjung Karang Pusat 37.767 34.428 72.195 7 Teluk Betung Selatan 26.172 23.744 49.916 8 Teluk Betung Barat 19.021 16.930 35.951 9 Teluk Betung Utara 32.158 29.853 62.011 10 Rajabasa 31.420 28.238 59.658 11 Tanjung Senang 28.494 26.379 54.873 12 Sukabumi 36.600 33.021 69.621 13 Kemiling 42.172 38.950 81.122 14 Labuhan Ratu 31.946 28.746 60.692 15 Way Halim 47.686 44.477 92.163 16 Langkapura 15.160 13.864 29.024 17 Enggal 21.095 19.565 40.660 18 Kedamaian 26.019 23.821 49.840 19 Teluk Betung Timur 27.850 24.913 52.763 20 Bumi Waras 35.691 32.339 68.030 Jumlah 654.757 596.885 1.251.642 Sumber : Badan Pusat Statistik 2013 Berdasarkan Tabel 8 diketahui bahwa jumlah penduduk Kota Madya Bandar Lampung tahun 2013 adalah 1.251.642 jiwa. Kota Madya Bandar Lampung memiliki kepadatan penduduk 8.546 jiwakm² dan tingkat pertumbuhan penduduk 1,79 persen pertahun. Kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak adalah Kecamatan Panjang dengan jumlah penduduk 96.286 jiwa. Kecamatan Way Halim menduduki urutan kedua dengan jumlah penduduk sebanyak 92.163 jiwa