ANALISIS PERMINTAAN SEMANGKA MERAH TANPA BIJI DI PASAR TRADISIONAL KOTA BANDAR LAMPUNG

(1)

(2)

ABSTRAK

ANALISIS PERMINTAAN SEMANGKA MERAH TANPA BIJI DI PASAR TRADISIONAL KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh

Kartika L. P. Bangun

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan semangka merah tanpa biji, (2) Elastisitas permintaan semangka merah tanpa biji. Lokasi penelitian dilaksanakan di Pasar Tradisional Kota Bandar Lampung. Responden dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga sebanyak 77 responden dengan metode aksidental. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Alat analisis yang digunakan adalah model Log-Linier dan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Pembelian semangka yang dilakukan dipengaruhi tidak hanya dari anggota keluarga saja, tetapi

lingkungan dan penjual juga mempengaruhi pembelian konsumen. Jenis buah-buahan yang tersedia di pasar selain buah semangka adalah melon, jeruk, apel, pepaya, dan mangga. Frekuensi pembelian buah-buahan, konsumen yang membeli buah dua kali seminggu sebanyak 25 konsumen, tidak menentu sebanyak 18 konsumen, satu kali seminggu sebanyak 16 konsumen, tiga kali seminggu sebanyak 14 konsumen, setiap hari sebanyak 3 konsumen, dan empat kali

seminggu 1 konsumen. Sebagian besar konsumen membeli semangka sendiri dua kali sebulan, (2) Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap permintaan semangka di Kota Bandar Lampung adalah harga semangka, harga apel, jumlah anggota keluarga dan pendapatan rumah tangga, (3) Elastisitas harga semangka terhadap permintaan semangka bersifat barang elastis karena nilainya lebih besar dari satu yaitu sebesar |-2,008|. Elastisitas silang semangka terhadap apel bersifat

komplementer karena elastisitas silangnya bernilai negatif dan kurang dari satu yaitu sebesar -0,007. Elastisitas pendapatan semangka bersifat barang normal karena nilainya lebih besar dari nol dan bernilai positif 0,344.

Kata kunci: permintaan, semangka merah tanpa biji, elastisitas, ibu rumah tangga, pasar tradisional


(3)

(4)

(5)

i DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... v

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka ... 12

1. Perilaku Konsumen ... 12

2. Teori Tingkah Laku Konsumen ... 27

3. Teori Permintaan ... 31

4. Elastisitas Permintaan ... 36

5. Efek Penggantian dan Efek Pendapatan ... 42

6. Hasil Penelitian Terdahulu tentang Permintaan ... 41

B. Kerangka Pemikiran... 46

C. Hipotesis ... 47

III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional ... 49

B. Lokasi, Responden, dan Waktu Penelitian ... 51

C. Metode Pengumpulan Data ... 55

D. Metode Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 55

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kota Bandar Lampung ... 64

B. Kecamatan Kedaton ... 67

C. Kecamatan Panjang ... 68

D. Kecamatan Teluk Betung Selatan ... 69

E. Kondisi Fisik Pasar Kota Bandar Lampung ... 70


(6)

ii

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Umum Responden ... 73

1.Umur ... 73

2.Pendidikan ... 74

3.Pekerjaan ... 76

4.Pendapatan Rumah Tangga ... 77

5.Jumlah Anggota Keluarga ... 78

B. Alasan dan kecenderungan Konsumen dalam mengonsumsi semangka . 79 C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Semangka ... 87

D. Elastisitas Permintaan Semangka ... 94

VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 97

B. Saran . ... 98 DAFTAR PUSTAKA


(7)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegiatan perekonomian pada suatu negara akan didukung dengan kegiatan-kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh negara tersebut. Di Indonesia, sektor pertanian

memegang peranan penting dalam perekonomian karena melimpahnya potensi sumber daya alam yang dimiliki Indonesia. Sumber daya alam yang dimiliki seharusnya dapat memenuhi kebutuhan pangan penduduk Indonesia yang terus meningkat. Perkembangan pertanian perlu terus dilakukan agar dari beragamnya sumber daya alam yang dimiliki dapat menjadi jalan untuk meningkatkan produksi, meningkatkan pendapatan yang selanjutnya akan meningkatkan taraf hidup dari seorang petani dan akan berujung pada perkembangan suatu daerah.

Pertanian memiliki banyak subsektor yang dapat dikembangkan. Sub-sub sektor pertanian yang diandalkan di Indonesia tidak hanya dari tanaman pangan, tanaman perkebunan saja, tetapi juga tanaman hortikultura, seperti sayuran dan buahan, yang juga memiliki prospek (peluang) dalam perkembangannya. Buah-buahan merupakan salah satu subsektor pertanian yang memiliki prospek yang cukup cerah karena sektor ini memiliki banyak keunggulan dan peluang yang sangat mendukung

perkembangannya. Keunggulan sektor agribisnis buah-buahan adalah: memiliki diversifikasi baik dari segi produk maupun pasar; kemampuan produksi dengan


(8)

perkembangan yang cenderung meningkat; dan potensi lahan yang sangat luas dengan dukungan sumber daya manusia yang besar (Madjid,A, 2001).

Salah satu tanaman buah-buahan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat adalah semangka. Tanaman semangka merupakan salah satu tanaman buah-buahan semusim selain melon, blewah dan stroberi yang berumur kurang dari satu tahun, dapat berbentuk rumpun, menjalar dan berbatang lunak. Perkembangan luas panen dan produksi tanaman buah-buahan semusim menurut kabupaten / kota di

Provinsi Lampung tahun 2006 – 2010 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 menunjukkan bahwa produksi dan luas panen terbesar untuk tanaman buah-buahan semusim di Provinsi Lampung pada tahun 2010 adalah buah semangka yang ada di Kabupaten Lampung Tengah, dengan produksi sebesar 124.091 ku dan luas panen 705 ha. Perkembangan luas panen dan produksi tanaman buah-buahan semusim di Provinsi Lampung dari tahun 2006 – 2010 terlihat berfluktuasi baik dari buah melon, semangka maupun blewah. Dilihat dari perkembangannya, luas areal dan produksi tertinggi pertama adalah semangka. Besarnya produksi tersebut disebabkan oleh kondisi alam daerah yang mendukung untuk dikembangkannya tanaman semangka, baik dari segi iklim maupun kondisi tanah yang mendukung untuk pertumbuhan buah semangka tersebut. Berdasarkan data pada Tabel 1, maka buah semangka dipilih sebagai komoditas penelitian.

Untuk perkembangan tanaman semangka menurut kabupaten / kota di Provinsi Lampung pada tahun 2008 – 2010 dapat dilihat pada Tabel 2.


(9)

Tabel 1. Luas panen dan produksi tanaman buah-buahan semusim menurut kabupaten/kota di Provinsi Lampung, tahun 2010

Kabupaten/ Kota Melon Semangka Blewah Stroberi

Luas panen (Ha) Produksi (Ku) Produktivitas (Ku/Ha) Luas panen (Ha) Produksi (Ku) Produktivitas (Ku/Ha) Luas panen (Ha) Produksi (Ku) Produktivitas (Ku/Ha) Luas panen (Ha) Produksi (Ku) Produktivitas (Ku/Ha)

Lampung Barat - - - -

Tanggamus - - - -

Lampung Selatan - - - 11 1.296 117,82 - - - -

Lampung Timur 3 361 120,33 296 88.809 300,03 17 402 23,65 - - -

Lampung

Tengah - - - 705 124.091 176,02 2 20 10 - - -

Lampung Utara 8 115 14,38 95 6.705 70,58 - - - -

Way Kanan 5 120 24 - - - -

Tulang Bawang - - - 116 17.018 146,71 20 40 2 - - -

Pesawaran - - - 1 17 17 9 28 3,11 - - -

Pringsewu - - - -

Mesuji 5 5 1 13 318 24,46 2 50 25 - - -

Tulang Bawang

barat - - - 119 42.700 358,82 - - - -

Bandar Lampung - - - -

Metro 4 291 72,75 14 1.450 103,57 2 180 90 - - -

Tahun

2010 25 892 35,68 1.370 282.404 206,13 52 720 13,85

2009 20 502 25,1 1.825 291.109 159,51 22 1.646 74,82

2008 6 120 20 1.348 169.764 125,94 13 927 71,31

2007 38 1.535 40,39 1.351 135.161 100,05 44 2.484 56,45

2006 25 1.130 45,2 913 118.703 130,01 14 1.140 81,43


(10)

Tabel 2. Produksi buah semangka menurut kabupaten/kota di Provinsi Lampung, tahun 2008 – 2010

No Kabupaten/kota 2008 2009 2010

1. Lampung Barat - - -

2. Tanggamus - - -

3. Lampung Selatan 6.853 4.863 1.296

4. Lampung Timur 26.968 62.739 88.809

5. Lampung Tengah 65.053 122.517 124.091

6. Lampung Utara 3.033 4.688 6.705

7. Way Kanan 322 58 -

8. Tulang Bawang 59.084 90.741 17.018

9. Pesawaran - - 17

10. Pringsewu x x -

11. Mesuji x x 318

12. Tulang Bawang barat x x 42.700

13. Bandar Lampung 1 - -

14. Metro 8.450 5.503 1.450

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2011

Keterangan : x = Data masih tergabung dengan kabupaten induknya - = Tidak ada produksi semangka

Pada Tabel 2 terlihat bahwa Kabupaten Lampung Tengah merupakan kabupaten yang menghasilkan produksi semangka yang cukup tinggi dan meningkat setiap tahunnya. Informasi yang diperoleh juga menyatakan pedagang eceran di pasar tradisional di Bandar Lampung mendapat suplai semangka dari Kabupaten Lampung Tengah karena kabupaten ini merupakan penghasil semangka terbesar di Provinsi Lampung (dengan produksi sebesar 124.091ku untuk tahun 2010).

Secara umum berbagai macam buah banyak di gemari oleh konsumen rumah tangga, salah satunya semangka banyak digemari oleh konsumen karena merupakan buah yang mengandung banyak air dan dapat menghilangkan rasa haus. Selain mengandung banyak air, buah semangka juga mengadung zat gizi


(11)

lain seperti energi, karbohidrat, gula, lemak, protein, dan lain sebagainya. Secara lengkap per 100 gr buah semangka dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 3. Kandungan gizi buah semangka per 100 gram

Kandungan Gizi Jumlah

Energi 127 kJ (30 kkal)

Karbohidrat 7,55 g

Gula 6,2 g

Diet serat 0,4 g

Lemak 0,15 g

Protein 0,61 g

Air 91,45 g

Vitamin A 28 mg

Thiamine (Vit. B1) 0.033 mg

Riboflavin (Vit. B2) 0,021 mg

Niacin (Vit. B3) 0,178 mg

Asam pantotenat (B5) 0,221 mg

Vitamin B6 0,045 mg

Folat (B9 Vit.) 3 mg

Vitamin C 8,1 mg

Kalsium 7 mg

Besi 0,24 mg

Magnesium 10 mg

Fosfor 11 mg

Kalium 112 mg

Seng 0,10 mg

Sumber : USDA Nutrient database dalam Eemooesprit.blogspot.com

Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa kandungan gizi yang paling tinggi dari buah semangka adalah air atau mineral sebesar 91,45 g dan kalori sebesar 127 kJ. Selanjutnya nilat kandungan gizi tertinggi kedua adalah karbohidrat sebesar 7,55 g. Selain itu, masih banyak kandungan gizi yang terdapat pada semangka, walaupun tidak terlalu tinggi, seperti air, sehingga buah semangka kerap menjadi buah pilihan yang dihidangkan sebagai menu pencuci mulut setelah makan yang


(12)

baik juga buat kesehatan konsumen seperti memperlancar pencernaa ketika mengkonsumsinya.

Semangka dapat diperoleh tidak hanya dari pasar modern saja, tetapi juga dapat diperoleh dari pasar tradisional. Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawar-menawar. Bangunan yang ada pada umumnya terdiri dari kios-kios, dasaran yang terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengolah pasar. Pasar ini paling banyak menjual kebutuhan sehari-hari, seperti bahan pangan, ikan, buah-buahan, sayur-sayuran, dan lain sebagainya (Wikipedia, 2008).

Pasar tradisional dapat dijumpai di berbagai daerah di Indonesia termasuk Provinsi Lampung. Di Kota Bandar Lampung sendiri terdapat 12 pasar

tradisional yang dapat ditemui, yaitu Pasar Bawah, Pasar Baru / Smep, Pasar Pasir Gintung, Pasar Bambu kuning, Pasar Tamin, Pasat Tugu, Pasar Gudang Lelang, Pasar Cimeng, Pasar Kangkung, Pasar Panjang, Pasar Way Halim, Pasar Way Kandis. Jumlah pedagang buah-buahan di Kota Bandar Lampung dapat dilihat pada Tabel 3.

Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa jumlah keseluruhan pedagang buah-buahan yang ada di Kota Bandar Lampung adalah 376 pedagang. Dari Tabel 3 juga dapat dilihat bahwa jumlah pedagang buah tertinggi ada di Pasar Way Halim, yaitu 83 pedagang, Pasar Panjang 68 pedagang, dan Pasar Cimeng 42 pedagang. Dari Tabel 3 juga dapat dilihat bahwa di Pasar Bambu Kuning tidak terdapat pedagang


(13)

buah-buahan karena di Pasar Bambu Kuning, jenis dagangan yang tersedia dalah pakaian, sepatu dan sandal.

Tabel 4. Jumlah pedagang buah-buahan pada pasar tradisional Kota Bandar Lampung, Tahun 2012

NO PASAR PEDAGANG

1 Bawah 8

2 Baru / Smep 30

3 Pasir Gintung 38

4 Bambu Kuning -

5 Tamin 5

6 Tugu 39

7 Gudang Lelang 25

8 Cimeng 42

9 Kangkung 34

10 Panjang 68

11 Way Halim 83

12 Way Kandis 4

JUMLAH 376

Sumber : Dinas Pengelolaan Pasar Kota Bandar Lampung, 2012

Bandar Lampung merupakan pusat perekonomian yang memiliki berbagai

fasilitas umum, termasuk keadaan pasar yang ramai seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya. Sebagai ibu kota provinsi, Bandar Lampung yang memiliki jumlah penduduk yang cukup tinggi dibanding dengan kabupaten-kabupaten lain. Dapat dilihat dari data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, jumlah penduduk pada tahun 2011 sebanyak 891.374 jiwa dengan kepadatan penduduk sebanyak 4.520 jiwa/km2. Jumlah penduduk akan diperkirakan terus meningkat tiap tahunnya.

Sebagai Ibukota Provinsi, Bandar Lampung memiliki aksesibilitas yang baik dan sarana prasarana yang baik. Adanya aksesibilitas, sarana prasarana yang baik


(14)

pertumbuhan penduduk, peningkatan penghasilan dan kesadaran penduduk terhadap pemenuhan gizi seimbang diperkirakan akan berdampak positif terhadapa peningkatan konsumsi buah-buahan oleh masyarakat, karena

ketersediaan buah-buahan seperti semangka tetap ada yang dapat meningkatkan permintaan konsumen terhadap buah itu sendiri. Tapi pada kenyataan masih banyak masyarakat yang mengira mengonsumsi buah-buahn itu tidak terlalu penting.

Buah-buahan relatif tersedia sepanjang tahun meskipun beberapa buah ada yang bersifat musiman, namun tidak sedikit juga buah yang tidak tergantung musim. Dari ketersediaan buah-buahan tersebut, maka masyarakat harus terus didorong untuk mengonsumsi buah-buahan sebagai sumber vitamin yang baik bagi tubuh. Begitu juga dengan mengonsumsi buah semangka penting untuk memenuhi kebutuhan mineral yang perlukan oleh tubuh dan memberikan energi yang baik untuk kesehatan. Peningkatan konsumsi semangka diperkirakan dapat meningkat ketika masyarakat mendapatkan informasi tentang kandungan-kandungan gizi yang terdapat pada semangka dan manfaat dari buah semangka tersebut.

Pemahaman terhadap permintaan konsumen merupakan cara yang dilakukan untuk mengetahui adanya masalah yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan konsumen terhadap buah tersebut. Permintaan buah semangka dapat dipengaruhi oleh harga buah itu sendiri, harga barang lain , jumlah anggota keluarga, jumlah pendapatan dan pendidikan konsumen.

Buah-buahan yang dipilih dalam penelitian ini adalah buah semangka. Penetapan buah semangka sebagai komoditas yang diteliti karena buah semangka merupakan


(15)

salah satu buah semusim yang memiliki harga yang murah dan terjangkau dibandingkan dengan buah- buahan lain. Buah- buahan lain yang dianggap

sebagai barang lain pada penelitian ini adalah buah- buahan yang banyak tersedia di pasar seperti buah apel, buah jeruk, buah pepaya, buah melon, dan buah

mangga. Buah – buah tersebut juga merupakan buah yang sering dipilih untuk dihidangkan dalam keluarga karena rasanya yang enak dan tingkat ketersediaan yang tinggi di pasar, selain itu juga buah buahan tersebut juga banyak

mengandung vitamin dan dapat sebagai pencuci mulut.

Dalam membeli suatu barang, konsumen akan lebih banyak pembeli jika harga harga rendah dan akan mengurangi pembelian pada harga yang tinggi. Dalam memasarkan suatu produk , hal yang perlu diperhatikan selain harga adalah sikap seorang konsumen dalam menentukan jumlah dan komposisi dari barang yang akan dibeli dari pendapatan yang diperoleh dari penjelasan mengenai perilaku konsumen yang paling sederhana yang didapati dalam hukum permintaan (Sukirno, 1997).

Dilihat dari pendapatan, peningkatan pendapatan merupakan pendukung untuk masyarakat dapat mengonsumsi buah semangka dan buah-buahan lain yang tersedia di pasar yang dilihat dari harga buah-buahan tersebut. Dari beberapa jenis buah- buahan yang telah disebutkan buah apel dan buah jeruk merupakan buah-buahan yang memiliki harga tertinggi yang di tawarkan di pasar. Buah pepaya dan buah mangga buah yang ditawarkan dengan harga yang tidak terlalu tinggi. Buah melon sendiri merupakan buah yang semusim dengan buah


(16)

Harga buah melon sedikit lebih tinggi dibanding harga semangka, dengan kata lain buah semangka merupakan buah yang tersedia dengan harga yang tidak terlalu tinggi dibanding dengan buah -buahan lain.

Jika pendapatan konsumen semakin tinggi maka kesadaran konsumen untuk mengonsumsi buah -buahan semakin tinggi baik terhadap buah yang tidak tergantung musim dan tergantung musim seperti semangka dan jika pendapatan konsumen rendah maka konsumen akan lebih mengutamakan memenuhi kebutuhan pokok dibandingkan untuk mengonsumsi buah- buahan secara rutin termasuk buah semangka. Disisi lain, ketika konsumen memiliki pengetahuan terhadap manfaat dan kandungan gizi yang terdapat pada buah-buahan maka konsumen akan tetap mengonsumsi buahan walaupun tidak terlalu rutin karena pendapatannya tidak terlalu tinggi. Golongan konsumen yang memiliki

pengetahuan dan didukung oleh pendapatannya yang tinggi akan tetap

mengonsumsi buahan secara rutin karena pentingnya asupan gizi dari buah-buahan bagi tubuh. Oleh karena itu, penelitian ini akan mengkaji bagamanakah permintaan semangka merah tanpa biji di Pasar Tradisional Kota Bandar Lampung.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan semangka merah tanpa biji di pasar tradisional Kota Bandar Lampung.

2. Bagaimana elastisitas permintaan semangka merah tanpa biji di pasar tradisional Kota Bandar Lampung.


(17)

B. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan semangka merah tanpa biji di pasar tradisional Kota Bandar Lampung.

2. Mengetahui elastisitas permintaan semangka merah tanpa biji di pasar tradisional Kota Bandar Lampung.

Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai:

1. Bagi pihak lain, penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi sehingga dapat menjadi pertimbangan dalam mengkonsumsi buah yang akan dibeli. 2. Masukan bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian sejenis.


(18)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Perilaku Konsumen

Konsumen sering diartikan menjadi dua jenis konsumen yaitu konsumen individu dan konsumen organisasi. Konsumen individu membeli barang dan jasa untuk digunakan sendiri. Konsumen organisasi membeli produk peralatan dan jasa-jasa lainnya untuk menjalankan seluruh kegiatan organisasinya. Konsumen individu dan konsumen organisasi adalah sama pentingnya, karena memberikan sumbangan yang sangat penting bagi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi (Sumarwan, 2003).

Perilaku konsumen adalah perilaku yang diperlihatkan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka (Schiffman dan Kanuk (1994) dalam Sumarwan (2003)). Mowen dan Minor (2001), mengatakan bahwa perilaku konsumen merupakan studi tentang unit pembelian (buying units) dan proses pertukaran yang

melibatkan ide. Selanjutnya menurut Sumarwan (2000) mempelajari perilaku konsumen berarti mempelajari bagaimana seorang individu


(19)

membuat keputusan untuk mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya untuk memperoleh barang dan jasa yang diinginkan.

Menurut Engel, et al. (1994), perilaku konsumen akan mengamati jumlah yang dibelanjakan, kapan, oleh siapa, dengan siapa, dan bagaimana barang yang sudah dibeli dikonsumsi. Perilaku konsumen dipengaruhi dan

dibentuk oleh faktor lingkungan, perbedaan individu dan proses psikologis seperti disajikan pada Gambar 1. Proses keputusan pembelian dari setiap konsumen berbeda-beda karena dipengaruhi oleh faktor-faktor yang menentukan keputusan konsumen yang terdiri dari pengaruh lingkungan, perbedaan individu dan proses psikologis konsumen (Engel, et al., 1994).

Gambar 1. Model perilaku pengambilan keputusan konsumen dan faktor-faktor yang mempengaruhinya

Sumber : Engel, et al., 1994

Pengaruh Lingkunngan a. Budaya

b. Kelas sosial c. Pengaruh keluarga d. situasi

Perbedaan Individu a. Sumberdaya

Konsumen b. Motivasi dan

Keterlibatan c. Pengetahuan d. Sikap

e. Kepribadian dan gaya hidup Strategi Pemasaran a. Produk b. Harga c. Promosi d. Distribusi Proses Keputusan

a. Pengenalan kebutuhan b. Pencarian informasi c. Evaluasi alternatif d. Pembelian e. Hasil Proses Psikologis a. Pengolahan informasi b. Pembelajaran c. Perubahan sikap/


(20)

a. Proses Keputusan Pembelian

Keputusan konsumen tidak muncul begitu saja, melainkan melalui proses yang mempengaruhinya. Suatu keputusan melibatkan pilihan di antara dua atau lebih alternatif tindakan atau perilaku (Setiadi, 2003). Menurut Engel, et al, (1994), terdapat lima tahap proses keputusan pembelian, yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian dan hasil, seperti disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2 . Tahap-tahap proses keputusan pembelian Sumber : Kotler, 2000

Menurut Setiadi (2003), proses pengambilan keputusan pembelian dapat diuraikan menjadi:

(1)Pengenalan kebutuhan

Pengenalan kebutuhan didefinisikan sebagai persepsi atas perbedaan antara keadaan yang diinginkan dengan situasi aktual yang memadai untuk mengaktifkan proses keputusan. Menurut Sumarwan (2003), pengenalan kebutuhan muncul ketika konsumen menghadapi suatu masalah, yaitu suatu keadaan di mana terdapat perbedaan antara keadaan yang diinginkan dan keadaan yang sebenarnya terjadi. Menurut Engel, et al. (1995), pengenalan kebutuhan tidak secara otomatis mengaktifkan tindakan, akan tetapi dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu kebutuhan yang dikenali harus penting, dan konsumen harus Pengenalan

Kebutuhan

Keputusan Pembelian Pencarian

Informasi

Evaluasi Alternatif

Perilaku Purna Pembelian


(21)

percaya bahwa solusi bagi kebutuhan tersebut ada dalam batas kemampuannya.

(2)Pencarian informasi

Menurut Engel, et al. (1995), pencarian informasi adalah aktivitas termotivasi dari pengetahuan yang disimpan di dalam ingatan (pencarian internal) atau pemerolehan informasi dari lingkungan (pencarian eksternal) untuk mendapatkan suatu bentuk informasi terhadap apa yang dibutuhkan (pengenalan kebutuhan). Konsumen yang memiliki ketertarikan atau memiliki minat pada suatu produk akan terdorong untuk mencari informasi produk tersebut (Kotler, 1993).

Pencarian merupakan tahap kedua dari proses pengambilan keputusan, di mana pencarian dapat bersifat internal (pemerolehan kembali pengetahuan dari ingatan) dan pencarian eksternal (pengumpulan informasi dari pasar). Jika pencarian internal memberikan informasi yang dibutuhkan, maka pencarian eksternal tidak diperlukan lagi. Akan tetapi, ketika pencarian internal tidak mencukupi, maka konsumen mencari informasi tambahan melalui pencarian eksternal, yaitu informasi dari lingkungan. Perhatian utama pasar adalah sumber informasi yang akan dicari oleh konsumen. Oleh karena itu, menurut Kotler dan Gary (1997), konsumen dapat memperoleh informasi dari berbagai sumber, antara lain: (1) sumber pribadi: keluarga, teman, tetangga, dan kenalan, (2) sumber komersil: iklan, wiraniaga, penyalur, pengemasan, dan pajangan, (3) sumber publik: media massa, dan


(22)

organisasi, dan (4) sumber eksperensial: penanganan, pengujian, dan penggunaan produk.

(3)Evaluasi alternatif

Menurut Engel, et al. (1995), evaluasi alternatif menggambarkan tahap pengambilan keputusan di mana konsumen mengevaluasi alternatif-altenatif untuk membuat pilihan. Empat komponen dasar dalam proses evaluasi, yaitu (a) menentukan kriteria evaluasi yang akan digunakan, (b) memutuskan alternatif yang akan dipertimbangkan, (c) menilai kinerja alternatif yang dipilih, dan (d) menerapkan kaidah keputusan untuk membuat suatu pilihan akhir. Dalam melakukan evaluasi, konsumen menentukan kriteria. Kriteria evaluasi merupakan dimensi atau atribut yang digunakan dalam menilai alternatif pilihan. Kriteria alternatif yang sering digunakan konsumen antara lain adalah: harga dan/atau kepercayaan konsumen akan produk (Engel, et al., 1995).

Menurut Kotler dan Gary (1997), konsep-konsep dasar yang menjelaskan evaluasi konsumen antara lain adalah: (a) konsumen melihat produk sebagai sekumpulan ciri produk (product attribute), (b) konsumen memberikan derajat kepentingan yang berbeda untuk cirri-ciri yang berlainan, yaitu konsumen mengaitkan pentingnya setiap ciri mengacu pada kebutuhan dan keinginannya, (c) konsumen

cenderung mengembangkan seperangkat kepercayaan merek tentang ciri-ciri apa yang menonjol pada suatu produk atau merek, (d)


(23)

kegunaan menunjukkan bahwa konsumen mengharapkan kepuasan produk total untuk membedakannya dari produk yang berbeda, dan (e) konsumen memiliki sikap menilai produk atau merek melalui proses evaluasi.

(4)Keputusan membeli

Pada tahap evaluasi, konsumen membentuk preferensi terhadap merek-merek yang terdapat pada perangkat pilihan. Konsumen juga mungkin membentuk tujuan membeli. Menurut Kotler dan Gary (1997),

keputusan pembelian konsumen akan terwujud untuk membeli produk yang paling disukai. Pengambilan keputusan pada pilihan produk dan merek merupakan pengaruh pengetahuan dan kepercayaan yang diaktifkan dari ingatan, serta proses perhatian dan pemahaman yang terlibat dalam penerjemahan informasi baru.

(5)Perilaku sesudah pembelian

Konsumen mendasarkan harapan-harapan mereka pada pesan yang diterima dari produsen, teman, dan sumber informasi lainnya. Sesudah melakukan pembelian terhadap suatu produk, maka konsumen akan mengalami beberapa tingkat kepuasan dan ketidakpuasan. Menurut Kotler dan Gary (1997), konsumen yang merasa puas akan membeli kembali produk, menceritakan keistimewaan produk kepada orang lain, kurang memberi perhatian terhadap produk atau merek lain, dan membeli produk-produk lain yang diproduksi oleh perusahaan tersebut.


(24)

ulang dan menceritakan keunggulan-keunggulan produk tersebut. Akan tetapi, konsumen yang kurang puas atau kecewa, karena mendapatkan kekurangan-kekurangan pada produk atau merek yang dipilih, akan menceritakan keburukan atau kekurangan produk tersebut kepada orang lain.

b. Pengaruh Lingkungan

Pengaruh lingkungan merupakan pengaruh yang diterima oleh konsumen individu karena melakukan interaksi dengan individu lainnya di

lingkunganya. Faktor-faktor lingkungan antara lain adalah budaya dan status sosial, pengaruh pribadi, pengaruh keluarga dan situasi pembelian.

(1) Budaya

Budaya adalah kumpulan nilai, persepsi, preferensi, serta perilaku keluarga yang paling mendasar. Menurut Setiadi (2003) kebudayaan adalah faktor penentu keinginan dan perilaku seseorang yang paling mendasar dalam pengambilan keputusan dan perilaku pembelian. Beberapa sikap dan perilaku yang lebih penting yang dipengaruhi oleh budaya adalah rasa diri dan ruang, komunikasi dan bahasa, pakaian dan penampilan, makanan dan kebiasaan makan, waktu dan kesadaran akan waktu, hubungan (keluarga, organisasi pemerintah, dan sebagainya), nilai dan norma, kepercayaan dan sikap, proses mental dan


(25)

(2) Kelas Sosial

Menurut Kotler (1993), kelas sosial merupakan kelompok-kelompok yang relatif homogen dan bertahan lama dalam suatu masyarakat, yang tersusun secara hierarki dan keanggotaannya mempunyai nilai, minat, dan perilaku yang serupa. Kelas sosial menunjukkan preferensi produk dan merek yang berbeda dalam banyak hal, termasuk pakaian, perabot rumah tangga, dll. Kelas sosial mengacu pada pengelompokan orang yang sama dalam perilaku berdasarkan posisi ekonomi di pasar. Kelompok status mencerminkan suatu harapan komunitas akan gaya hidup di kalangan masing-masing kelas.

(3) Keluarga

Keluarga sangat penting dalam perilaku konsumen karena dua alasan. Pertama, keluarga adalah unit pemakai dan pembeli untuk banyak produk konsumen. Kedua, keluarga adalah pengaruh utama pada sikap dan perilaku individu. Anggota keluarga membentuk referensi yang paling berpengaruh dalam membentuk perilaku pembeli (Kotler, 1993). Keluarga merupakan organisasi pembelian konsumen yang paling penting di dalam masyarakat. Para pemasar tertarik pada peran dan pengaruh suami, istri, dan anak-anak dalam pembelian produk dan jasa. Keterlibatan suami-istri sangat bervariasi dengan kategori produk dan dengan tahap dalam proses pembelian (Kotler dan Gary, 1997).


(26)

(4) Situasi

Menurut Engel, et al. (1994), pengaruh situasi dapat dipandang sebagai pengaruh yang timbul dari faktor yang khusus untuk waktu dan tempat spesifik yang lepas dari karakteristik objek. Situasi konsumen dapat didefinisikan sepanjang garis lima karakteristik umum, yaitu : (a) lingkungan fisik, (b) lingkungan sosial, (c) waktu, (d) tugas, dan (e) keadaan atau suasana hati sementara. Selain itu, situasi yang

mempengaruhi konsumen juga dibagi menjadi tiga jenis utama, yaitu situasi konsumsi, situasi pembelian, dan situasi komunikasi. Situasi konsumsi adalah situasi di mana pemasar harus dapat menentukan dalam situasi seperti apa produk atau jasa itu dapat dikonsumsi, sehingga dapat memberikan kesenangan bagi konsumen. Situasi pembelian mengacu pada latar di mana konsumen memperoleh suatu produk atau jasa, seperti ketersediaan produk, perubahan harga, dan lain sebagainya. Situasi komunikasi didefinisikan sebagai latar di mana konsumen dihadapkan kepada komunikasi pribadi atau non pribadi, seperti media-media yang digunakan konsumen untuk menerima dan meyampaikan informasi pada saat berkomunikasi.

c. Perbedaan Individu

Perbedaan individu merupakan faktor internal yang menggerakkan dan mempengaruhi perilaku. Menurut Engel, et al. (1994), lima determinan penting yang dapat membedakan konsumen adalah: (1) sumber daya


(27)

konsumen, (2) motivasi dan keterlibatan, (3) pengetahuan, (4) sikap, (5) kepribadian dan gaya hidup.

.

(1)Sumber Daya Konsumen

Setiap orang membawa tiga sumber daya ke dalam setiap situasi pengambilan keputusan, yaitu (a) sumber daya ekonomi, meliputi pendidikan dan kekayaan, (b) sumber daya temporal, yaitu waktu, dan (c) sumber daya kognitif, yaitu kapasitas mental yang tersedia untuk menjalankan berbagai kegiatan pengolahan informasi. Alokasi keputusan kognitif dikenal sebagai perhatian (Engel, et al., 1994).

(2)Motivasi dan Keterlibatan

Motivasi adalah suatu dorongan dalam diri seseorang untuk memenuhi kebutuhan yang ditujukan pada perolehan kepuasan. Menurut Setiadi (2003), motivasi merupakan kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi ke arah tujuan-tujuan yang hendak dicapai, yang dikondisikan oleh kemampuan upaya untuk memenuhi suatu kebutuhan individual. Motivasi konsumen adalah keadaan di dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan guna mencapai suatu tujuan. Dengan adanya motivasi pada diri seseorang, maka yang bersangkutan akan

menunjukkan suatu perilaku yang diarahkan pada suatu tujuan untuk mencapai sasaran kepuasan.

Menurut Setiadi (2003), motivasi bertujuan untuk: (a) meningkatkan kepuasan, (b) mempertahankan loyalitas, (c) efisiensi, (d) efektivitas,


(28)

dan (e) menciptakan suatu hubungan yang harmonis antara produsen dengan konsumen. Motivasi konsumen yang dilakukan oleh produsen sangat erat hubungannya dengan kepuasan konsumen (consumer satisfaction). Oleh karena itu, perusahaan selalu berusaha untuk membangun kepuasan konsumen.

Keterlibatan didefinisikan sebagai tingkat kepentingan pribadi yang dirasakan dan atau minat yang dibangkitkan oleh stimulus di dalam situasi spesifik. Keterlibatan merupakan refleksi dari motivasi yang kuat dalam bentuk relevansi pribadi yang sangat dirasakan terhadap suatu produk atau jasa pada konteks tertentu. Keterlibatan mengacu pada persepsi konsumen tentang pentingnya suatu objek, kejadian, dan aktivitas. Konsumen yang melihat bahwa produk memiliki

konsekuensi relevan secara pribadi dikatakan terlibat dengan produk dan memiliki hubungan dengan produk tersebut. Jika keterlibatan suatu produk tinggi, maka seseorang akan mengalami tanggapan pengaruh yang lebih kuat, seperti emosi dan perasaan yang kuat (Setiadi, 2003).

(3)Pengetahuan

Pengetahuan dapat diartikan secara sederhana sebagai informasi yang disimpan dalam ingatan. Pengetahuan konsumen mencakup informasi tentang ketersediaan dan karakteristik produk, di mana dan kapan untuk membeli serta bagaimana menggunakan produk. Pengetahuan adalah faktor penentu utama perilaku konsumen. Apa yang dibeli, kapan


(29)

mereka membeli dan di mana mereka membeli, akan tergantung pada pengertahuan yang relevan dengan keputusan (Engel, et al., 1995).

Menurut Peter dan Jerry (1999), pengetahuan dibedakan dalam tiga bidang umum dalam bidang pemasaran tipologi, yaitu pengetahuan produk (product knowledge), pengetahuan pembelian (purchasing knowledge), dan pengetahuan pemakaian (usage knowledge). Pengetahuan dapat diukur secara objektif dan subjektif. Pengukuran pengetahuan secara objektif adalah pengukuran yang menyadap apa yang benar-benar disimpan konsumen dalam ingatan, sedangkan pengukuran pengetahuan subjektif menyadap persepsi konsumen mengenai banyaknya pengetahuan mereka sendiri.

(4)Sikap

Sikap didefinisikan sebagai suatu evaluasi menyeluruh yang

memungkinkan orang memberikan respon dengan cara menguntungkan atau tidak menguntungkan secara konsisten dengan objek atau alternatif yang diberikan (Peter dan Jerry, 1999). Sikap yang dipegang oleh konsumen terhadap berbagai atribut produk memainkan peranan penting dalam menentukan sikap terhadap produk. Menurut Engel, et al. (1993 dalam Sumarwan, 2003), sikap menunjukkan apa yang disukai dan yang tidak disukai konsumen. Selanjutnya Sumarwan (2003), menyatakan bahwa sikap merupakan ungkapan perasaan konsumen tentang suatu objek apakah disukai atau tidak, kepercayaan terhadap berbagai atribut dan manfaat dari objek tersebut. Sifat yang penting


(30)

dari sikap adalah kepercayaan dalam memegang sikap tersebut. Sikap merupakan keseluruhan evaluasi yang dilakukan konsumen.

(5)Kepribadian dan gaya hidup

Kepribadian, nilai, dan gaya hidup merupakan sistem yang paling penting untuk memperlihatkan perbedaan dalam konsumsi produk dan preferensi (Engel, et al., 1994). Kepribadian, nilai dan gaya hidup merupakan sikap yang penting untuk mengetahui mengapa orang memperlihatkan perbedaan dalam mengkonsumsi produk atau preferensi merek. Kepribadian didefinisikan sebagai respon yang konsisten terhadap stimulus lingkungan. Menurut Kotler (1993), setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda yang akan mempengaruhi pembeliannya. Selanjutnya Kotler (1993), menyatakan bahwa kepribadian sebagai respon yang konsisten terhadap stimulus

lingkungan. Produk juga mempunyai kepribadian dalam bentuk citra merek. Oleh karena itu, strategi pemasaran harus berfokus pada pencocokan kepribadian konsumen dengan kepribadian produk.

Keputusan membeli dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti umur dan daur hidup, pekerjaan, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep diri pembeli. Menurut Sumarwan (2003), kepribadian berkaitan dengan adanya perbedaan karakteristik yang paling dalam pada diri manusia. Dengan mengetahui perilaku konsumen yang bersifat lebih permanen, maka pemasar dapat menggunakan perilaku tersebut untuk menawarkan produk sesuai dengan kebutuhan konsumen.


(31)

Menurut Kotler (1993), gaya hidup menggambarkan seseorang secara keseluruhan yang berinteraksi dengan lingkungan. Gaya hidup didefinisikan sebagai pola begaimana seseorang hidup dan menghabiskan waktu serta uang (Sumarwan, 2003). Selanjutnya

Sumarwan (2003), juga menyatakan bahwa gaya hidup menggambarkan manifestasi eksternal dari karakteristik konsumen atau perilaku

konsumen. Gaya hidup suatu individu dan kelompok masyarakat akan bergerak dinamis. Perubahan gaya hidup akan membawa implikasi pada perubahan selera, kebiasaan, dan perilaku pembelian.

d. Proses Psikologi

Proses psikologi membentuk aspek motivasi dan perilaku konsumen. Menurut Engel, et al. (1994), proses sentral dalam pembentukan motivasi dan perilaku tersebut adalah pengolahan informasi, pembelajaran, dan perubahan sikap dan perilaku.

(1) Pengolahan informasi

Menurut Sumarwan (2003), pengolahan informasi pada diri konsumen terjadi ketika pancaindra konsumen menerima input dalam bentuk stimulus. Stimulus dapat berbentuk produk, nama merek, kemasan, iklan, dan nama produsen. Produsen harus memahami bagaimana konsumen mengolah informasi. Pengetahuan ini penting bagi produsen agar dapat merancang proses komunikasi yang efektif bagi konsumen.


(32)

Menurut William McGuire (1976 dalam Engel, et al., 1995),

pengolahan informasi dibagi menjadi lima tahap, yaitu (a) pemaparan (exposure) yang menyebabkan konsumen menyadari stimulus tersebut melalui pancainderanya, (b) perhatian (attention) terhadap kapasitas pengolahan yang dialokasikan konsumen terhadap stimulus yang masuk, (c) pemahaman (comprehension), yaitu intepretasi terhadap makna stimulus, (d) penerimaan (acceptance) dampak persuasif stimulus kepada konsumen, dan (e) retensi (retention) damapak persuasi ke ingatan jangka panjang (long-term memory). Setelah konsumen menyimpan informasi di dalam long-term memory, maka suatu saat konsumen tersebut akan mengingat kembali informasi tersebut untuk dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

(2)Pembelajaran

Menurut Kotler dan Gary (1997), pembelajaran merupakan perubahan-perubahan dalam perilaku individual yang muncul dari pengalaman. Pembelajaran merupakan sutu proses di mana pengalaman

menyebabkan perubahan dalam pengetahuan, sikap dan atau perilaku. Selanjutnya Engel, et al. (1995), menyatakan bahwa pembelajaran dapat dipandang sebagai proses di mana pengalaman menyebabkan

perubahan dalam pengetahuan, sikap, dan/atau perilaku. Menurut Assael (1992 dalam Setiadi, 2003), pembelajaran konsumen merupakan perubahan dalam perilaku yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman masa lalunya. Konsumen memperoleh berbagai pengalamannya dalam


(33)

pembelian produk dan merek produk apa yang disukainya. Konsumen akan menyesuaikan perilakunya dengan pengalaman di masa lalu.

Produsen perlu memahami bagaimana konsumen belajar, karena pemasar berkepentingan untuk mengajarkan konsumen agar dapat mengenali iklan produknya, mengingat, menyukai, dan membeli produk yang dipasarkannya. Pengalaman akan memberikan pelajaran kepada konsumen, yang akan mempengaruhi keputusan pembelian produk di masa yang akan datang. Kepuasan atau ketidakpuasan akan dijadikan pertimbangan dalam mengambil keputusan seorang konsumen

(Sumarwan, 2003).

(3)Perubahan Sikap dan Perilaku

Sikap dan perilaku konsumen dapat dipengaruhi secara persuasif melalui komunikasi. Menurut Sumarwan (2003), sikap konsumen yang berkembang dapat memprediksi perilaku konsumen. Pada teori

Reasoned Action dari Fishbein, perubahan sikap ditunjukkan dengan pembelian atau penggunaan merek/produk yang pada akhirnya akan menentukan tingkat kepuasan (Engel, et al., 1995).

2. Teori Tingkah Laku Konsumen

Teori tingkah laku konsumen merupakan teori yang mendasari permintaan akan barang-barang dan jasa-jasa yang dibutuhkan. Konsumen terdiri dari para individu yang terkumpul dalam suatu rumah tangga. Dengan


(34)

demikian pengertian konsumen mencakup baik individu maupun rumah tangga (Haryono, 2001 dalam Susila, 2005).

Menurut Suparmoko (1998), tingkah laku konsumen dapat dijelaskan melalui:

1. Pendekatan Guna Batas Klasik

Pendekatan ini konsumen dianggap mengkonsumsi kombinasi barang untuk mendapatkan kepuasan maksimal dan tambahan kepuasan yang diperoleh dari tambahan konsumsi suatu barang secara terus-menerus. Dengan kata lain terdapat hukum tambahan kepuasan atau tambahan guna yang semakin menurun dengan semakin banyaknya suatu barang yang dikonsumsi. Dengan kata lain nilai kegunaan total adalah jumlah seluruh kepuasan yang diperoleh konsumen dari mengkonsumsikan sejumlah barang tertentu. Kegunaan marginal adalah penambahan atau pengurangan kegunaaan akibat penambahan suatu unit barang yang dikonsumsi. Kepuasan dianggap dapat dihitung dalam satuan kepuasan (util).

Gambar 3. Kurva Kepuasan Total dan Kepuasan Marginal (MU menurun dengan semakin banyaknya barang yang dikonsumsi)


(35)

2. Pendekatan Kurva Indiferen dan Garis Anggaran

Pendekatan kurva indiferen adalah kurva yang merupakan tempat kedudukan titik-titik yang menunjukkan kombinasi barang-barang yang dikonsumsi seorang konsumen yang memberikan kepuasan yang sama. Premis-premis yang digunakan adalah konsumen diasumsikan selalu berusaha memaksimumkan kepuasan, cita rasa konsumen tercermin dalam peta indiferen yang terdiri dari kurva-kurva yang jumlahnya tidak terhingga dan tidak saling berpotongan satu sama lain, kurva indiferen yang letaknya jauh dari titik 0 menunjukkan kepuasan konsumen yang lebih tinggi.

Gambar 4. Kurva Indiferen

Konsumen selama ini diasumsikan selalu memaksimumkan

kepuasannya dalam mengkonsumsi berbagai kombinasi barang dan jasa, dengan kata lain konsumen ingin berada pada kurva indiferen yang paling jauh letaknya dari titik asal titik 0. Namun demikian konsumen tidak bebas dalam mengambil keputusan, karena dibatasi oleh ketersediaan uang atau anggaran yang dapat dibelanjakan untuk pembelian barang dan jasa yang diinginkan. Hal tersebut berarti,


(36)

keinginan konsumen dalam memaksimumkan kepuasan ditentukan oleh besarnya pendapatan konsumen serta harga barang yang dibeli atau dikonsumsi.

Beberapa hal yang dapat dinyatakan dari penjelasan diatas bahwa penghasilan konsumen dan harga-harga barang yang diketahui dan terlukis dalam garis anggaran, lereng garis anggaran ditentukan oleh perbandingan harga satuan masing-masing barang yang dihadapi oleh konsumen, tempat kedudukan garis anggaran ditentukan oleh tingginya tingkat pendapatan konsumen dan tingkat harga barang-barang yang dihadapi konsumen.

Gambar 5. Kurva Garis Anggaran

Konsumen akan memperoleh kepuasan maksimum apabila ia menggunakan seluruh penghasilannya untuk membeli dan

mengonsumsi kombinasi barang dan atau jasa dimana garis anggaran bersinggungan dengan kurva indiferen. Pada saat tersebut berarti bahwa semua uang atau pendapatan konsumen habis dibelanjakan dan kondisi keseimbangan konsumen terpenuhi. Keadaan ini dapat


(37)

digambarkan dengan menumpangkan kurva garis anggaran diatas peta indiferen.

Gambar 6. Kurva Keseimbangan Konsumen

3. Teori Permintaan

Menurut Suparmoko (1998), pasar merupakan pertemuan antara

permintaan dan penawaran yang menentukan tingkat harga barang dan jasa atau faktor produksi yang diperjualbelikan. Menurut Daniel (2004), permintaan (demand) adalah jumlah barang yang diminta oleh konsumen pada suatu pasar. Permintaan pasar untuk suatu produk adalah volume total yang akan dibeli oleh kelompok pelanggan tertentu dan dalam

lingkungan pemasaran tertentu dalam program pemasaran tertentu (Kotler, dkk, 2001 dalam Kurniati 2008).

Hukum permintaan pada hakikatnya adalah makin rendah harga dari suatu barang, makin banyak permintaan atas barang tersebut, sebaliknya makin tinggi harga suatu barang, makin sedikit permintaan atas barang tersebut dengan anggapan faktor-faktor lain tidak berubah (Daniel, 2004). Menurut


(38)

Suparmoko (1998), hukum permintaan adalah apabila harga suatu barang naik, maka jumlah barang yang diminta akan turun, ceteris paribus (hal-hal lain tetap). Hal-(hal-hal lain adalah variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi jumlah barang yang diminta selain harga barang yang bersangkutan. Hukum permintaan membentuk kurva permintaan, karena hanya menghubungkan variabel harga barang dan jumlah barang yang diminta.

Gambar 7. Kurva Permintaan (menunjukkan hubungan antara tingkat harga dan jumlah barang yang diminta)

Kurva permintaan hanya menunjukkan hubungan antara dua variabel saja yaitu jumlah barang yang diminta dan harga barang itu sendiri dengan menganggap variabel-variabel lainnya tetap tidak berubah. Fungsi

permintaan menunjukkan hubungan antara variabel tidak bebas dan semua macam variabel bebas yang dapat mempengaruhi besarnya variabel tidak bebas. Fungsi permintaan dapat ditulis sebagai berikut:


(39)

Dimana:

Q = jumlah barang yang diminta Px = harga barang itu sendiri Py = harga barang lain I = tingkat pendapatan T = selera

N = jumlah penduduk

Berdasarkan hubungan variabel bebas dan variabel tidak bebas dalam fungsi permintaan, maka menurut Daniel (2004) permintaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

a. Harga barang yang bersangkutan

Keadaan harga suatu barang mempengaruhi jumlah permintaan terhadap barang tersebut. Bila harga naik, maka permintaan terhadap barang tersebut akan turun. Sebaliknya, bila harga turun, maka permintaan terhadap barang tersebut akan naik. Hubungan harga dengan permintaan adalah hubungan yang negatif, artinya bila satu naik, maka yang lainnya akan turun dan begitu juga sebaliknya. Semua ini berlaku dengan catatan faktor lain yang mempengaruhi jumlah permintaan dianggap tetap.

b. Harga barang substitusi atau komplemennya

Terjadinya perubahan harga pada suatu barang akan berpengaruh pada permintaan barang lain. Keadaan ini bisa terjadi bila kedua barang tersebut mempunyai hubungan, apakah saling menggantikan, misalnya


(40)

substitusi, atau saling melengkapi (komplemen). Bila tidak

berhubungan (netral/independen), maka tidak akan ada saling pengaruh.

c. Selera

Selera merupakan variabel yang mempengaruhi besar kecilnya

permintaan. Selera dan pilihan konsumen terhadap suatu barang bukan saja dipengaruhi oleh struktur umur konsumen, tetapi juga karena faktor adat dan kebiasaan setempat, tingkat pendidikan, atau lainnya. Faktor selera dan pilihan menentukan perubahan permintaan, sehingga variabel ini dianggap cukup penting, hanya saja didalam praktek variabel ini sulit diukur.

d. Jumlah penduduk

Semakin banyak jumlah penduduk,maka semakin besar pula barang yang dikonsumsi dan makin naik permintaan. Penambahan jumlah penduduk mengartikan adanya perubahan struktur umur. Dengan demikian, bertambahnya jumlah penduduk adalah tidak proporsional dengan bertambahnya jumlah barang yang dikonsumsi. Hal ini disebabkan karena konsumsi orang dewasa berbeda dengan konsumsi anak belasan tahun atau anak dibawah umur 9 tahun. Logikanya, bila jumlah penduduk bertambah maka tentu saja permintaan akan suatu barang akan bertambah pula.

e. Tingkat pendapatan

Perubahan tingkat pendapatan akan mempengaruhi banyaknya barang yang dikonsumsi. Secara teoritis, peningkatan pendapatan akan


(41)

meningkatnkan kosumsi. Seringkali dijumpai dengan bertambahnya pendapatan, maka barang yang dikonsumsi tidak hanya bertambah kuantitasnya, tetapi kualitasnya juga meningkat (Daniel, 2004).

Bentuk persamaan linear untuk permintaan dapat dilakukan dengan Model Regresi Linear Berganda dan juga dapat dilakukan dengan Model Log-Linear (Ghozali, 2009).

a. Model Regresi Linear Berganda

Regresi linear berganda dilakukan untuk menguji pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap satu variabel. Umumnya bentuk persamaan yang digunakan adalah:

Yi = 0 + 1X1 + 2X2 + 3X3 + 4X4 + µ---(1)

Model estimasi yang digunakan untuk membentuk persamaan regresi diatas adalah metode Ordinary Least Square (OLS). Hal ini disesuaikan dengan tujuan analisis regresi yaitu tidak hanya mengestimasi 1 dan

2, tetapi juga menarik inferensi nilai yang benar dari 1 dan 2.

b. Model Log-Linear

Model log-linear merupakan salah satu model regresi yang memiliki variabel non-linear tetapi memiliki parameter linear. Model regresi eksponensial yang dapat dilihat dari persamaan sebagai berikut:


(42)

Persamaan tersebut dapat ditransformasikan dalam bentuk logaritma natural menjadi:

LnYi = 0 + 1 LnX1 + 2 LnX2 + 3 LnX3 + 4 LnX4 + 5 LnX5 + 6 LnX6 + ---(3)

Model regresi ini memiliki linear parameter α dan 2 dan linear variabel logaritma Y dan X sehingga dapat diestimasi dengan Ordinary Least Squares. Oleh karena linearitas maka model regresi ini disebut sebagai log-linear model. Salah satu yang menarik dari model ini adlah slope koefisien 2 mengukur elstisitas Y terhadap X, yaitu persentase perubahan dalam Y yang disebabkan oleh perubahan persentase X. Model ini mengasumikan bahwa koefisien elastisitas antara Y dan X tetap konstan.

4. Elastisitas Permintaan

Menurut Sugiarto, dkk, (2005), Elastisitas permintaan merupakan suatu ukuran kuantitatif yang menunjukkan besarnya mengaruh perubahan harga atau faktor-faktor lainnnya terhadap perubahan pemintaan suatu

komoditas. Selanjutnya, menurut Arsyad (1987), faktor-faktor yang mempengaruhi elastisitas permintaan suatu barang antara lain adalah: (a) Daya substitusi komoditas tersebut

Semakin banyak dan baik barang pengganti di pasar, maka semakin besar elastisitas harga untuk barang tersebut. Sebaliknya, semakin


(43)

sedikit dan tidak sempurna barang pengganti tersedia di pasar, maka cenderung akan semakin kecil elastisitas harga barang tersebut.

(b) Kegunaan komoditas tersebut

Semakin besar jumlah kemungkinan penggunaan suatu barang, maka akan semakin besar koefisien elastisitas permintaannya.

(c) Persentase pendapatan konsumen yang digunakan untuk membeli barang tersebut

Semakin besar bagian pendapatan yang dibelanjakan untuk membeli suatu barang, maka semakin elastis permintaan atas barang tersebut. Umumnya, barang mewah bersifat elastis, sedangkan barang-barang kebutuhan sehari-hari bersifat inelastis.

(d) Periode waktu di mana konsumen membutuhkan barang tersebut Semakin lama waktu untuk melakukan pertimbangan, maka semakin tinggi elastisitas suatu barang. Umumnya, kebutuhan yang sifatnya dapat ditunda bersifat elastis, sedangkan kebutuhan yang sifatnya tidak dapat ditunda bersifat inelastis.

Menurut Suparmoko (1998), secara umum elastisitas permintaan dapat dibedakan menjadi:

(a) Elastisitas Harga Permintaan

Elastisitas permintaan terhadap harga adalah persentase perubahan jumlah harga yang diminta dibagi dengan perubahan harga barang tersebut. Elastisitas permintaan terhadap harga dapat juga disebut


(44)

sebagai ukuran kepekaan perubahan jumlah komoditas yang diminta terhadap perubahan harga komoditas tersebut dengan asumsi ceteris paribus.

Secara matematis, elastisitas permintaan terhadap harga dapat dihitung dengan rumus:

---(4) Permintaan komoditas memiliki elastisitas yang beragam. Permintaan komoditas dikatakan elastis jika jumlah komoditas yang diminta peka terhadap perubahan harga, dan dikatakan inelastis jika jumah

komoditas yang diminta kurang peka terhadap perubahan harga. Menurut Sugiarto, dkk (2005), Klasifikasi elastisitas suatu komoditas mengikuti kaidah:

(1) Elastisitas Nol (tidak elastis sempurna)

Dalam hal ini perubahan harga suatu komoditas tidak akan merubah jumlah komoditas yang diminta (kurva permintaan komoditas sejajar dengan sumbu tegak). Jumlah komoditas yang diminta adalah sama (tidak terpengaruh) berapapun harganya. Contoh komoditas yang memenuhi karakteristik ini adalah garam.

(2) Elastisitas Sempurna

Pada suatu harga tertentu, pasar sanggup membeli semua komoditas yang ada di pasar. Berapapun banyaknya komoditas


(45)

yang dipasarkan oleh para penjual pada harga tersebut semuanya akan dapat terjual. Dalam hal ini kurva permintaan komoditas tersebut, sejajar dengan sumbu datar. Contoh komoditas yang memenuhi karakteristik ini adalah pulsa telepon genggam.

(3) Elastisitas Uniter

Perubahan harga komoditas tersebut dalam suatu persentase tertentu, akan diikuti dengan perubahan jumlah komoditas yang diminta tersebut dalam persentase yang sama (pada umumnya dalam arah yang berlawanan), sehingga nilai mutlak hasil bagi kedua nilai tersebut adalah satu.

(4) Tidak Elastis (Inelastis)

Untuk komoditas yang permintaannya tidak elastis, nilai mutlak elastisitas bernilai di antara 0 dan 1. Dalam hal ini, persentase perubahan harga adalah lebih besar daripada persentase perubahan jumlah yang diminta.

(5) Elastis

Jumlah komoditas yang diminta akan mengalami perubahan dengan persentase yang melebihi persentase perubahan harga.


(46)

Gambar 8. Kurva Permintaan dengan Berbagai Elastisitas

Menurut Sugiarto, dkk (2005), hasil penjualan adalah pendapatan yang diterima oleh para penjual dari pembayaran atas komoditas yang dibeli konsumen. Kenyataan menunjukkan bahwa kenaikan atau penurunan hasil penjualan bila terjadi perubahan harga komoditas, terkait erat dengan elastisitas permintaan terhadap harga komoditas tersebut. Dalam hal ini terdapat tiga hubungan yang berbeda antara hasil penjualan dengan perubahan harga sehubungan dengan elastisitas permintaan suatu komoditas terhadap harganya, yaitu:

(1) Bagi komoditas dengan elastisitas permintaan terhadap harga yang tidak elastis (inelastis), kenaikan harga komoditas akan

b. Elastisitas Nol harga

jumlah

a. Elastisitas Sempurna harga

jumlah

d. Elastisitas Uniter harga

jumlah

c. Inelastis harga

jumlah

e. Elastisitas harga


(47)

meningkatkan hasil penjualan dan penurunan harga komoditas akan mengurangi hasil penjualan.

(2) Bagi komoditas dengan elastisitas permintaan terhadap harga yang elastis, kenaikan harga komoditas akan menyebabkan penurunan hasil penjualan dan penurunan harga komoditas akan meningkatkan hasil penjualan.

(3) Bagi komoditas dengan elastisitas permintaan terhadap harga

uniter (Ƞp = 1) perubahan harga komoditas (bertambah tinggi atau berkurang) tidak akan merubah hasil penjualan..

(b) Elastisitas Permintaan Silang

Elestisitas permintaan silang menunjukkan tanggapan jumlah barang yang diminta terhadap perubahan harga barang lain yang mempunyai hubungan dengan barang tersebut. Barang-barang yang mempunyai hubungan ini dapat bersifat pengganti ataupun komplementer (pelengkap). Jadi, elastisitas silang adalah perbandingan antara persentase perubahan dalam jumlah barang yang diminta dan

persentase perubahan harga barang lain. Rumus perhitungan elastisitas permintaan silang komoditas X terhadap komoditas Y adalah:

---(5)

Apabila barang-barang saling mengganti sifatnya, maka koefisien elastisitas silang nilainya positif. Apabila barang-barang tersebut


(48)

saling melengkapi, maka koefisien elastisitas silangnya bernilai negatif (Suparmoko, 1998).

(c) Elastisitas Permintaan terhadap Pendapatan

Elastisitas pendapatan adalah persentase perubahan jumlah barang yang diminta dibagi dengan persentase perubahan pendapatan. Rumus elastisitas permintaan terhadap pendapatan adalah:

---(6)

Barang mewah ditemukan bahwa persentase perubahan jumlah barang yang diminta lebih besar daripada persentase perubahan tingkat

penghasilan konsumen, sehingga koefisiennya positif dan lebih besar dari satu. Barang pokok, koefisien elastisitas pendapatan adalah positif tetapi lebih kecil dari satu, artinya peningkatan jumlah barang yang diminta sebagai akibat meningkatnya pendapatan konsumen lebih kecil dari proporsionalnya. Barang inferior pergeseran kurva

permintaan berlainan arah dengan perubahan pendapatan, artinya bila pendapatan konsumen menigkat, konsumen akan mengurangi

pembelian terhadap barang tersebut (Suparmoko, 1998).

5. Efek Penggantian dan Efek Pendapatan

Pengaruh perubahan harga terhadap jumlah barang yang diminta dapat dibedakan menjadi dua hal, yaitu pengaruh substitusi (substitution effect) dan pengaruh pendapatan (income effect). Adanya perubahan harga-harga


(49)

secara relatif mendorong konsumen mengubah penggunaan barang yang satu dengan barang lain. Perubahan harga-harga secara relatif mendorong efek penggantian (substitution effect). Efek penggantian menyebabkan konsumen mengganti barang yang harganya relatif mahal dengan harga barang yang relatif murah (Sudarman, 1989 dalam Kuriaty, 2008).

Perubahan harga nominal suatu barang (pendapatan nominal tetap sama) mengakibatkan berubahnya pendapatan riil atau jumlah komoditi yang dibeli konsumen. Dengan kata lain, tingkat kepuasannya berubah. Perubahan pendapatan riil dapat berpengaruh, dapat juga tidak berpengaruh terhadap pola konsumsi konsumen tergantung pada peta preferensinya (Income Effect) (Arsyad, 1987).

6. Hasil Penelitian Terdahulu tentang Permintaan

Menurut penelitian Susila (2005), permintaan pisang kapok kuning oleh konsumen pedagang makanan jajanan di Bandar Lampung dipengaruhi oleh harga pisang kapok kuning, harga tempe, harga ubi, harga tepung terigu, dan besarnya modal usaha. Permintaan pisang kepok putih dipengaruhi oleh harga pisang kepok putih, harga pisang kepok kuning, harga tempe, harga tepung trigu, besarnya modal usaha dan pendidikan. Permintaan pisang lilin dipengaruhi oleh harga pisang lilin, harga pisang kepok kuning, harga tahu, harga tempe, harga minyak goring, besarnya modal usaha, jumlah pengunjung dan jenis makanan yang berbahan baku pisang lilin yang ditawarkan.


(50)

Menurut penelitian Juliana (2008), faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian kangkung adalah harga kangkung (HK), harga sawi (HS), harga pisang (HP), harga jeruk (HJ), harga bawang (HB). Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian bayam adalah harga bayam (HB), harga pisang (HP), harga cabai (HC), jumlah keluarga (JK), pendapatan (P), pekerjaan (D1). Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian sawi adalah harga kangkung (HK), harga bayam (HB), harga sawi (HS) dan harga cabai (HC).

Hasil penelitian Hastang, Lestari dan Prayudi (2011), mengatakan bahwa pendapatan berpengaruh signifikan terhadap jumlah permintaan telur ayam ras sedangkan jumlah keluarga dan harga telur ayam ras tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah permintaan telur ayam ras jika dilihat secara parsial tetapi secara bersama-sama harga, pendapatan dan jumlah anggota keluarga memberikan pengaruh yang signifikan terhadap jumlah

permintaan telur ayam ras oleh konsumen di Pasar Pa‟Baeng-Baeng, Makassar.

Menurut Sugiyanto (2007), hasil estimasi permintaan gula di Indonesia menunjukkan elastisitas permintaan gula terhadap pendapatan menurun, selain dorongan kenaikan pendapatan, permintaan gula terus meningkat seiring laju pertumbuhan penduduk. Proyeksi konsumsi gula

mengindikasikan tantangan impor gula yang semakin besar. Mengikuti trend permintaan secara langsung oleh rumah tangga, konsumsi mencapai 3,3 juta ton per tahun sedangkan mengikuti benchmark rata-rata dunia


(51)

maka konsumsi mencapai 5,1 juta ton per tahun pada 2020. Apabila trend produksi tidak berubah, estimasi tahun 2020 sebesar 2,8 juta ton, maka kebutuhan impornya menjadi semakin besar. Model permintaan gula harus dilengkapi dengan model permintaan dari sektor industri. Hal ini mengingat porsi konsumsi tidak langsung yang semakin besar,

mengindikasikan semakin pentingnya jenis permintaan ini. Selain itu model harus selalu di update dengan data baru maupun variabel baru, memasukkan perkembangan kebijakan dan pola konsumsi dunia yang baru. Perubahan teknologi yang mengubah pola konsumsi dan prosuksi dapat mengubah proyeksi di atas.

Menurut Antara dan Wirawan (2013), hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa fungsi permintaan buah pisang ambon oleh rumah tangga yang representatif adalah fungsi permintaan linear. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan buah pisang ambon oleh rumah tangga yaitu harga buah lainnya, pendapatan rumah tangga, jumlah anggota keluarga, dan tingkat pendidikan ibu rumah tangga. Elastisitas harga atas permintaan buah pisang ambon oleh rumah tangga adalah inelastis, elastisitas pendapatan menunjukkan bahwa buah pisang ambon termasuk kategori barang normal, buah lainnya (buah pepaya, semangka, jeruk, dan buah mangga) dapat dikategorikan sebagai barang substitusi dari buah pisang ambon berdasarkan hasil elastisitas harga silang.


(52)

B. Kerangka Pemikiran

Konsumen akan mengonsumsi sesuatu ketika merasa membutuhkannya dan memenuhi keinginannya terhadap suatu komoditi. Buah merupakan salah satu komoditas yang banyak digemari yang baik dikonsumsi oleh oleh rumah tangga karena buah merupakan salah satu sumber vitamin dan mineral yang mudah diperoleh. Buah juga relatif tersedia sepanjang tahun yaitu buah yang tidak tergantung pada musim meskipun ada beberapa buah yang bersifat musiman seperti semangka. Umumnya buah semangka memiliki nilai jual yang tinggi, dilihat dari penampilan buah yang menarik dan rasa yang menyegarkan karena memiliki kadar air yang cukup tinggi.

Saat ini, masyarakat banyak mengonsumsi buah seperti semangka untuk memenuhi kebutuhan mereka. Hal ini disebabkan oleh masyarakat ingin memenuhi kebutuhan gizi seperti vitamin bagi tubuh mereka. Di samping itu, semangka dapat diperoleh dengan harga terjangkau. Permintaan semangka akan semakin tinggi jika konsumen mengetahui manfaat dari mengonsumsi buah tersebut dari pengenalan kebutuhannya akan buah-buahan sampai pada akhirnya konsumen membeli, selain itu faktor lingkungan juga akan

berpengaruh terhadap pembelian semangka, perbedaan individu yang tercakup dalam pola permintaan masyarakat. Secara sederhana pola permintaan konsumen terhadap semangka akan dilihat mencakup kebiasaan anggota keluarga dalam mengkonsumsi buah-buahan, berapa banyak jumlah pembelian buah yang dilakukan konsumen, seberapa sering konsumen membeli buah, pilihan jenis buah yang dibeli konsumen, pilihan tempat


(53)

pembelian konsumen. Pembelian buah-buahan akan semakin rutin dilakukan ketika konsumen mengetahui manfaat yang didukung oleh peningkatan pendapatan maka konsumsi terhadap suatu komoditi akan semakin meningkat.

Menurut Lipsey dkk, (1995) dalam Kurniaty (2008), beberapa variabel yang mempengaruhi jumlah barang yang diminta adalah harga komoditi tersebut, harga komoditi lain, pendapatan, selera, distribusi pendapatan dan jumlah penduduk.

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pola permintaan konsumen terhadap semangka dan faktor-faktor apa yang mempengaruhi permintaan semangka. Hal tersebut dapat dilakukan dengan melihat hubungan antara variabel harga semangka, harga melon, harga jeruk, harga apel, harga pepaya, harga mangga, jumlah anggota keluarga, pendapatan dan pendidikan yang akan mempengaruhi permintaan semangka oleh konsumen rumah tangga di Pasar Tradisional Bandar Lampung yang dapat dijelaskan melalui paradigma penelitian pada Gambar 4.

C. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

Permintaan semangka oleh konsumen rumah tangga di Pasar Tradisional Bandar Lampung diduga dipengaruhi oleh harga semangka, harga melon, harga jeruk, harga apel, harga pepaya, harga mangga, jumlah anggota keluarga, pendapatan keluarga, dan pendidikan.


(54)

Gambar 9. Kerangka pemikiran analisis permintaan semangka merah tanpa biji oleh konsumen rumah tangga di Pasar Tradisional Kota Bandar Lampung

Kebutuhan masyarakat memenuhi kecukupan gizinya

Konsumen Rumah Tangga

Perilaku konsumen

Permintaan Semangka Faktor-faktor yang

mempengaruhi permintaan semangka:

-harga semangka -harga melon -harga jeruk -harga apel -harga pepaya

-jumlah anggota keluarga -pendapatan rumah tangga -pendidikan

Kecenderungan konsumen dalam


(55)

III. METODE PENELITIAN

A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional

Konsep dasar dan batasan operasional mencakup seluruh pengertian yang digunakan untuk keperluan analisis dan menjawab tujuan yang telah dibuat.

Semangka merah tanpa biji adalah salah satu buah tropik yang diproduksi dan dikonsumsi dalam keadaan segar, yang diukur dalam satuan kilogram.

Permintaan semangka merah adalah jumlah semangka merah yang dibeli oleh konsumen dalam waktu satu minggu yang diperoleh dengan cara membeli, yang diukur dalam satuan kilogram.

Responden semangka adalah ibu rumah tangga atau anggota keluarga lain yang mengkonsumsi atau melakukan pembelian buah di Kota Bandar Lampung.

Harga semangka adalah jumlah uang yang dikeluarkan untuk mendapatkan semangka diukur dalam satuan rupiah per kilogram.

Harga melon adalah jumlah uang yang dikeluarkan untuk mendapatkan melon diukur dalam satuan rupiah per kilogram.


(56)

Harga jeruk lokal adalah jumlah uang yang dikeluarkan untuk mendapatkan jeruk lokal diukur dalam satuan rupiah per kilogram.

Harga apel adalah jumlah uang yang dikeluarkan untuk mendapatkan apel diukur dalam satuan rupiah per kilogram.

Harga pepaya lokal adalah jumlah uang yang dikeluarkan untuk mendapatkan pepaya lokal diukur dalam satuan rupiah per kilogram.

Jumlah anggota keluarga adalah banyaknya orang atau individu yang menjadi tanggungan keluarga diukur berdasarkan anggota yang menjadi tanggungan keluarga atau tinggal dalam satu rumah dinyatakan dalam satuan jiwa.

Jumlah pendapatan rumah tangga adalah jumlah uang yang didapatkan oleh responden dan anggota keluarga lain yang bekerja dalam satuan rupiah per bulan (Rp/bln).

Usia adalah usia responden atau konsumen rumah tangga yang diukur dalam satuan tahun.

Pendidikan adalah jenjang pendidikan yang ditempuh oleh konsumen, diukur berdasarkan lamanya bersekolah dengan satuan tahun.

Elastisitas permintaan adalah ukuran kuantitatif yang menunjukkan sampai dimana besarnya pengaruh perubahan harga, pendapatan dan harga barang lain terhadap perubahan permintaan.


(57)

Elastisitas harga semangka adalah besarnya perubahan permintaan suatu barang jika harga barang tersebut berubah dalam satuan persen

Elastisitas pendapatan adalah besarnya perubahan permintaan atas suatu barang sebagai akibat dari perubahan pendapatan konsumen diukur dalam satuan persen.

Elastisitas silang adalah besarnya perubahan permintaan suatu barang sebagai akibat perubahan harga barang lain dalam satuan persen.

Barang substitusi adalah barang yang dapat saling menggantikan dengan barang lain, yang ditandai dengan elastisitas silang bernilai positif.

Barang komplementer adalah barang yang dapat dikonsumsi secara

bersamaan dengan barang lain atau barang yang saling melengkapi dengan barang lain, yang ditandai dengan nilai elastisitas silang bernilai negatif.

B. Lokasi, Responden dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Bandar Lampung. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kota Bandar Lampung merupakan ibukota provinsi sehingga menjadi pusat berbagai aktivitas termasuk aktivitas ekonomi dimana masyarakatnya memiliki banyak

perbedaan karakteristik seperti tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan dan lain sebagainya yang akan berdampak pada permintaan konsumen terhadap buah semangka oleh konsumen rumah tangga yang berbelanja buah di Pasar Tradisional Kota Bandar Lampung.


(58)

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode pengambilan sampel bertahap (multistage sampling), dimana metode yang dilakukan jika pengambilan sampelnya dilaksanakan dalam dua tahap, atau lebih sesuai dengan kebutuhan (Sugiarto, 2001). Dalam penelitian ini pertama-tama sampel pasar yang ditetapkan untuk penelitian ini adalah pasar yang memiliki jumlah pedagang buah-buahan terbesar yaitu Pasar Way Halim di Kecamatan Kedaton, Pasar Panjang di Kecamatan Panjang dan Pasar Cimeng di Kecamatan Teluk Betung Selatan.

Selanjutnya untuk memilih konsumen yang akan diambil sebagai responden rumah tangga sebagai sampel di pasar dilakukan dengan menggunakan metode aksidental, dimana sampel yang diambil dari siapa saja yang

kebetulan ada karena sampel yang diambil merupakan individu-individu yang sukar untuk ditemui karena alasan sibuk, tidak mau diganggu dan tidak bersedia diambil sebagai sampel (Bungin, 2005). Hal ini berdasarkan penilaian peneliti bahwa sampel yang dipilih benar-benar bersedia untuk diwawancara dan memberikan informasi yang bersifat mewakili terhadap pertanyaan yang disampaikan karena responden yang diwawancara adalah ibu rumah tangga yang sedang berbelanja dipasar yang telah ditentukan.

Jumlah sampel yang akan diambil dari daerah yang dipilih di Kecamatan Kedaton untuk Pasar Way Halim yang jumlah populasi diambil berdasarkan jumlah penduduk di daerah tersebut sebanyak 88.314 jiwa, Kecamatan Panjang untuk Pasar Panjang sebanyak 63.504 jiwa dan Kecamatan Teluk


(59)

Betung Selatan untuk Pasar Cimeng sebanyak 92.156 jiwa. Asumsi yang digunakan dalam penentuan jumlah sampel berdasarkan jumlah penduduk adalah bahwa dari seluruh kecamatan yang dipilih seperti Panjang, Way Halim dan Teluk Betung Selatan berbelanja di pasar yang berada di

kecamatan masing-masing dan seluruh jumlah penduduk dianggap sebagai alat untuk menentukan sampel didaerah tersebut walaupun ada sebagian penduduk yang berbelanja di tempat lain dan penduduk daerah lain berbelanja di pasar tersebut.

Sampel responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsumen yang berbelanja buah semangka di pasar yang telah ditentukan agar penyebaran kosumen yang telah dipilih merata dari kecamatan-kecamatan yang telah dipilih, maksudnya adalah walaupun pasar ada pada kecamatan yang dipilih, kecamatan tersebut juga terbagi menjadi berbagai kelurahan, jadi penyebaran sampelnya cukup mewakili konsumen yang berbelanja dan membeli buah di pasar tradisional pada kecamatan yang dipilih.

Pengambilan sampel ini mengacu pada teori Sugiarto (2001), yaitu:

--- (7)

Keterangan:

n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi S2 = Variasi sampel (5%)

Z = Tingkat kepercayaan (95%) d = Derajat penyimpangan (5%)


(60)

Dari rumus tersebut, jumlah sampel yang akan diambil adalah:

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, maka diperoleh jumlah konsumen yang akan dijadikan sampel yaitu sebanyak 77 konsumen. Perincian responden tiap wilayah dipergunakan alokasi proporsional (Supranto, 1992) dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

ni = Jumlah sampel wilayah i Ni = Jumlah penduduk wilayah i N = Jumlah penduduk tiap kecamatan n = Jumlah sampel

Dari rumus tersebut, maka perhitungan jumlah alokasi sampel adalah: Pasar Way Halim :

Pasar Panjang :

20

Pasar Cimeng :

29

Total keseluruhan = n1 + n2 + n3 = 28 + 20 + 29 = 77


(61)

C. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan dengan metode survei. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan cara wawancara langsung terhadap responden menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya (kuesioner). Data sekunder dapat diperoleh dari publikasi instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik, Dinas Pengelolaan Pasar, website, artikel, skripsi penelitian terdahulu, serta literatur-literatur yang terkait dengan penelitian ini.

D. Metode Analisis dan Pengujian Hipotesis

Tujuan pertama penelitian akan dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui pola permintaan semangka oleh pedagang buah-buahan di pasar tradisional Bandar Lampung. Pola permintaan akan dilihat dari jenis, jumlah dan frekuensi pembelian terhadap semangka dengan melihat bagaimana proses pengambilan keputusan pembelian yang dilakukan konsumen untuk membeli semangka.

Tujuan ke dua dan tujuan ke tiga penelitian akan dilakukan dengan metode analisis kuantitatif gunanya untuk menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi permintaan semangka di pasar tradisional Bandar Lampung dan mengetahui besarnya nilai elastisitas permintaan semangka oleh konsumen rumah tangga di pasar tradisional Bandar Lampung. Analisis kuantitatif data dan pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan metode ekonometrika. Salah satu model ekonometrika yang dapat digunakan


(62)

adalah analisis regresi linier berganda. Hasil yang diperoleh, diharapkan dapat menggambarkan hubungan antara permintaan semangka dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

a. Perhitungan Analisis Permintaan

Bentuk persamaan permintaan semangka oleh konsumen ibu rumah tangga ditransformasikan dalam model Log-Linier, model persamaannya adalah:

Yi = 1 ---(8)

Persamaan tersebut dapat ditulis dalam bentuk logaritma natural menjadi:

LnYi = 0 + 1 LnX1 + 2 LnX2 + 3 LnX3 + 4 LnX4 + 5 LnX5 + 6 LnX6 + 7 LnX7 + 8 LnX8 + 9 LnX9 + e---(9)

Keterangan:

Yi = Jumlah Permintaan 0 = Intersep

i = Koefisien regresi X1 = Harga semangka X2 = Harga melon X3 = Harga jeruk X4 = Harga apel X5 = Harga pepaya X6 = Harga mangga

X7 = Jumlah anggota keluarga X8 = Pendapatan

X9 = Pendidikan

e = error term

Pengujian model yang telah dibuat untuk menduga variabel bebas signifikan atau tidak dapat dilakukan dengan:


(63)

(a) Pengujian parameter regresi secara bersamaan (Uji-F)

Tujuan pengujian ini pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap veriabel terikat, dengan hipotesis sebagai berikut:

H0 = seluruh variabel bebas dalam model tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan.

H1 = seluruh variabel bebas dalam model berpengaruh nyata terhadap permintaan

Dalam pengujian hipotesis F hitung persamaan yang digunakan adalah

F hitung =

Keterangan :

JKR = Jumlah kuadrat regresi JKS = Jumlah kuadrat sisa n = Jumlah data pengamatan k = Jumlah peubah

Adapun kriteria dalam pengambilan keputusan, yaitu:

Apabila F hitung > F tabel, maka tolak H0, artinya peubah bebas yang ada dalam model, secara bersama-sama berpengaruh terhadap permintaan semangka.

Apabila F hitung < F tabel, maka terima H0, artinya peubah bebas dalam model, secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap permintaan semangka.


(64)

(b)Pengujian parameter regresi secara tunggal (Uji-t)

Tujuan pengujian secara tunggal adalah untuk men unjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel bebas terhadap variabel terikat dengan menganggap variabel bebas lainnya konstan. Pengujian secara tunggal dapat dilakukan dengan uji-t dengan hipotesis:

H0 : bi = 0

H0 = masing-masing variabel dalam model tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan

H1: bi ≠ 0

H1 = masing-masing variabel dalam model berpengaruh nyata terhadap permintaan

Dalam pengujian t hitung persamaan yang digunakan adalah:

t

hitung =

Keterangan :

bi = parameter regresi ke-i

Sbi = kesalaahan baku penduga parameter regresi ke-i Adapun kriteria dalam pengambilan keputusan, yaitu:

Apabila t hitung > t tabel, maka tolak H0 yang berarti variabel bebas (Xi) berpengaruh terhadap permintaan semangka (Y).

Apabila t hitung < t tabel, maka terima H0 yang berarti variabel bebas (X1) tidak berpengaruh terhadap permintaan semangka (Y).


(65)

b. Uji Asumsi Klasik

Model regresi linier dapat dikatakan sebagai model yang baik jika model tersebut memenuhi beberapa asumsi yang disebut dengan asumsi klasik. Apabila nilai asumsi klasik terpenuhi, maka metode estimasi penaksir linear kuadrat terkecil (Ordinary Least Square (OLS)) akan menghasilkan Unbiased Linear Estimator dan memiliki varian minimum yang sering disebut dengan BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) (Ghozali, 2009).

Beberapa jenis asumsi klasik dapat dijelaskan sebagai berikut : (1) Multikolinearitas

Multikolinearitas merupakan salah satu asumsi dari model regresi linear klasik. Multikolinearitas adalah keadaan dimana pada model regresi ditemukan adanya korelasi yang sempurna atau mendekati sempurna antar variabel independen. Pada model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi yang sempurna atau mendelati sempurna diantara variabel bebas (Priyatno, 2009).

Ada beberapa hal yang menyebabkan multikolinearitas seperti metode pengumpulan data yang digunakan, adanya constraint pada model atau populasi yang dijadikan sampel. Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya serta nilai variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel

independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi


(66)

nilai tolerance rendah sama dengan nilai VIF tinggi karena VIF = 1/tolerance. Nilai cutoff umum yang dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah tolerance < 0,10 atau sama dengan VIF > 10 (Ghozali, 2002).

(2) Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual pada satu pengamatan ke pengamatan lain (Priyatno, 2012). Masalah heteroskedastisitas umum terjadi pada data silang (cross section) daripada data runtut waktu (timeseries). Pada data silang waktu (cross section), biasanya berhubungan dengan anggota populasi pada satu waktu tertentu dan anggota populasi itu memiliki perbedaan dalam ukuran. Sementara itu, pada data runtut waktu variabel cenderung urutan besaran yang sama oleh karena data dikumpulkan pada entitas yang sama selama periode waktu tertentu. Heteroskedastisitas tidak merusak property dari estimasi ordinary least square (OLS) yaitu tetap tidak bias (unbiased) dan konsisten estimator, tapi estimator ini tidak lagi memiliki minimum variance dan efisien sehingga tidak lagi BLUE (Ghozali, 2002).

Heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan cara informal maupun informal. Cara informal yaitu cara yang dapat langsung dilihat dan cara yang paling cepat dilakukan adalah menggunakan cara informal yaitu mendeteksi pola residual dengan menggunakan sebuah grafik.


(67)

Jika residual mempunyai varian yang sama (homoskedastisitas) maka tidak ada pola yang pasti dari residual, sebaliknya jika residual memiliki sifat heteroskedastisitas maka residual ini akan

menunjukkan pola tertentu. Cara formal yang dapat dilakukan untuk medeteksi heteroskedastisitas adalah dengan metode park, metode glejser, metode korelasi spearman atau metode white (Widarjono, 2009).

(3) Autokorelasi

Autokorelasi adalah keadaan dimana pada model regresi ada korelasi antara residual pada periode t dengan residual pada periode

sebelumnya (t-1). Untuk pengujian autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan Uji Durbin Watson (DW test).

Pengambilan keputusan pada uji Durbin Watson adalah: (a) DU < DW < 4 – DU maka Ho diterima, artinya tidak ada

autokorelasi.

(b) DW < DL atau DW > 4 – DL maka Ho ditolak, artinya terjadi autokorelasi

(c) DL < DW < DU atau 4 – DU < DW < 4 – DL artinya tidak ada kepastian atau kesimpulan yang pasti.

Nilai DU (durbin watson upper) dan DL (durbin watson lower) dapat dilihat dari tabel statistik durbin watson yang akan dibandingkan dengan nilai durbin watson hitung (Priyatno, 2012).


(68)

c. Perhitungan Elastisitas (1) Elastisitas Harga

Perhitungan elastisitas harga bertujuan untuk mengetahui besar nilai elastisitas harga terhadap permintaan buah semangka. Perhitungan dapat dilakukan dengan menggunakan rumus:

---(10)

Keterangan:

ΔQ : Perubahan jumlah barang yang diminta

ΔPx : Perubahan harga barang Q : Jumlah barang yang diminta Px : Harga barang tersebut Kaidah pengujian adalah: Ed > [-1] : Permintaan elastis Ed < [-1] : Permintaan inelastis

(2) Elastisitas Silang

Perhitungan elastisitas silang bertujuan untuk mengetahui besar nilai elastisitas silang terhadap permintaan buah semangka. Perhitungan dapat dilakukan dengan menggunakan rumus:

--- (11)

Keterangan:

ΔQ : Perubahan jumlah barang yang diminta

ΔPy : Perubahan harga barang lain Q : Jumlah barang yang diminta Py : Harga barang lain


(69)

Kaidah pengujian adalah: Es > 0 : Barang substitusi Es = 0 : Barang netral

Es < 0 : Barang komplementer

(3) Elastisitas Pendapatan

Perhitungan elastisitas pendapatan bertujuan untuk mengetahui besarnya nilai elastisitas pendapatan terhadap permintaan buah semangka. Perhitungan dapat dilakukan dengan menggunakan rumus:

---(12)

Keterangan:

ΔQ : Perubahan jumlah barang yang diminta

ΔI : Perubahan pendapatan Q : Jumlah barang yang diminta I : Pendapatan

Kaidah pengujian adalah: Edi > 0 : Barang normal Edi = 0 : Barang netral Edi < 0 : Barang inferior Edi > 1 : Barang superior


(1)

(2)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitiandapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pembelian semangka yang dilakukan dipengaruhi tidak hanya dari anggota keluarga saja, tetapi lingkungan dan penjual juga mempengaruhi pembelian konsumen. Jenis buah-buahan yang tersedia di pasar selain buah semangka adalah melon, jeruk, apel, pepaya, dan mangga. Frekuensi pembelian buah-buahan, konsumen yang membeli buah dua kali seminggu sebanyak 25 konsumen, tidak menentu sebanyak 18 konsumen, satu kali seminggu sebanyak 16 konsumen, tiga kali seminggu sebanyak 14 konsumen, setiap hari sebanyak 3 konsumen, dan empat kali seminggu 1 konsumen, sedangkan untuk frekuensi pembelian semangka sendiri sebagian besar konsumen membeli dua kali sebulan.

2. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap permintaan semangka oleh konsumen rumah tangga di Kota Bandar Lampung adalah harga semangka, harga apel, jumlah anggota keluarga dan pendapatan rumah tangga.

3. Elastisitas harga semangka terhadap permintaan semangka bersifat barang elastis karena nilainya lebih besar dari satu yaitu sebesar |-2,008| . Elastisitas


(3)

semangka bersifat barang normal karena nilainya lebih besar dari nol dan bernilai positif 0,344.

B. SARAN

1. Apabila pemerintah ingin meningkatkan nilai konsumsi masyarakat terhadap buah-buahan diharapkan kepada pemerintah untuk dapat lebih memberi informasi lebih untuk mengingatkan masyarakat kembali tentang pentingnya mengkonsumsi buah-buahan dan manfaat yang diperoleh dari mengkonsumsi buah-buahan.

2. Untuk peneliti lain, disarankan untuk mengembangkan penelitian sejenis terhadap buah-buah lain untuk mengetahui tingkat kandungan gizi yang dikonsumsi oleh konsumen dari buah-buahan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Ikhtisar Kandungan Gizi Semangka. Eemooesprit.blogspot.com. Diakses 20 Agustus 2012

Antara, M dan I G. Y. Wirawan. 2013. Permintaan Buah Pisang Ambon Oleh Rumah Tangga di Kecamatan Denpasar Barat, Kota Denpasar, Provinsi Bali. Jurnal Ekonomi Kuantitatif Terapan Vol. 6 No. 1

Arsyad, L. 1987. Ekonomi Mikro Ikhtisar Teori dan Soal Jawab. BPFE. Yogyakarta. 340 Hal

Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. 2011a. Lampung Dalam Angka 2011. BPS. Bandar Lampung

. 2011b. Produksi Tanaman Sayuran dan Buah-buahan Provinsi Lampung Tahun 2010 . BPS. Bandar Lampung

. 2012a. Kota Bandar Lampung dalam Angka 2012. BPS Bandar Lampung

. 2012b. Kecamatan Kedaton dalam Angka 2012. BPS Bandar Lampung

. 2012c. Kecamatan Panjang dalam Angka 2012. BPS Bandar Lampung

. 2012d. Kecamatan Teluk Betung Selatan dalam Angka 2012. BPS Bandar Lampung

Bungin, H.M.B.. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya. Prenada Media. Jakarta. 298 Hal

Daniel, M. 2004. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta. 192 Hal Dinas Pengelolaan Pasar. 2012. Jenis Pangan Segar di Pasar Tradisional Kota


(5)

Ghozali, I. 2009. Ekonometrika :Teori, Konsep dan Aplikasi dengan SPSS 17. Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang

Hastang, Veronica S. L. dan Arie Prayudi. 2011. Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Telur Ayam Ras Oleh Konsumen di Pasar

Pa’Baeng-baeng, Makassar. Jurnal Agribisnis Vol. X (3)

Kotler, P. 1993. Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian. Edisi Ketujuh. LPFE UI. Jakarta

. 2000. Manajemen Pemasaran. Edisi Milenium. Jilid 1 & 2. PT Prenhalindo. Jakarta

Kotler, P dan Garry Amstrong.1997. Prinsip-PrinsipPemasaran. Edisi Ketiga. Penerbit Erlangga. Jakarta

Kurniaty, S. 2008. Analisis Permintaan Tepung Tapioka oleh Konsumen Rumah Tangga di Kota Bandar Lampung. Skripsi Jurusan Agribisnis. Fakultas pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Marito, Juliana T. 2008. Analisis Permintaan Sayuran oleh Konsumen Rumah Tangga di Kota Bandar Lampung. Skripsi Jurusan Agribisnis. Fakultas pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Mowen, J. dan Michael Minor. 2001. Perilaku Konsumen. Erlangga. Jakarta Peter, P. dan Olson, Jerry C. 2000. Costumer Behaviour: Perilaku Konsumen dan

Strategi Pemasaran. Edisi Keempat. Penerbit Erlangga 2004

Priyatno, D. 2012. Cara Kilat Belajar Analisis Data dengan SPSS 20. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Setiadi, Nugroho J. 2003. Perilaku Konsumen: Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran. Kencana. Bogor. 450 Hal

Sugianto, C. 2007. Permintaan Gula di Indonesia. Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 8, No.2, hal. 113 – 127

Sugiarto, dkk. 2005. Ekonomi Mikro. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Sugiarto, D. Siagian. L. T. Sunaryanto Dan D. S. Oetomo. 2001. Teknik Sampling. Gramedia. Jakarta


(6)

Sumarwan, U. 2003. Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Ghalia Indonesia. Jakarta. 368 Hal

Suparmoko, M. 1998. Pengantar Ekonomi Mikro. BPFE-Yogyakarta. Yogyakarta Supranto, J. 1992. Teknik Samplin: Untuk Survei dan Ekperimen. Rineka Cipta.

Jakarta

Susila, Sri W. 2005. Analisis Permintaan Pisang Kepok dan Pisang Lilin oleh Pedagang Makanan Jajanan di Bandar Lampung. Skripsi Jurusan Agribisnis. Fakultas pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Widarjono, A. 2009. Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya. Penerbit Ekonisia. Yogyakarta