ANALISIS PERMINTAAN MANGGA INDRAMAYU (Mangifera indica L.) OLEH KONSUMEN DI PASAR TRADISIONAL PADA WILAYAH KOTA DI PROVINSI LAMPUNG

(1)

ABSTRACT

DEMAND OF THE INDRAMAYU MANGO (Mangifera indica L) BY CONSUMERS IN TRADITIONAL MARKETS

IN THE URBAN AREAS OF LAMPUNG By

Deti Destiani

This research aimed to determine the consumption pattern and the influencing factors on the demand of indramayu mango by consumers in the traditional markets in Lampung’s urban areas. This research was conducted by survey method. The research was taken place in Bandar Lampung and Metro city purposively, at 12 traditional markets in Lampung urban areas by proportional method. The research respondents consisted of 84 consumers, chosen by accidental sampling. The data was collected in January to March 2015. The methods of the data analysis in this research were descriptive and quantitative. The descriptive analysis was used to determine the consumption pattern of indramayu mango. Quantitative analysis was used to determine the influencing factors on demand of indramayu mango by consumer in the traditional markets in Lampung’s urban areas. The result showed that the average consumption of indramayu mango was 58.83 gram per capita per day. The frequency of consumption was once every 1-2 days during mango season. The purpose of consumption was to meet the preference and the mango was consumed in fresh form or direct consumption. The influencing factors on the demand of indramayu mango by consumers in traditional markets in Lampung urban areas were the price of indramayu mango, household income, and family size.


(2)

ABSTRAK

ANALISIS PERMINTAAN MANGGA INDRAMAYU (Mangifera indica L.) OLEH KONSUMEN DI PASAR TRADISIONAL PADA WILAYAH KOTA

DI PROVINSI LAMPUNG Oleh

Deti Destiani

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola konsumsi dan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan mangga indramayu oleh konsumen di pasar tradisional pada wilayah kota di Provinsi Lampung. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survai. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja, yaitu Kota Bandar Lampung dan Kota Metro. Penelitian ini dilakukan di 12 pasar yang berada di wilayah kota Bandar Lampung dan Metro dengan metode proporsional. Responden terdiri dari 84 konsumen. Responden dipilih secara accidental sampling. Pengambilan data dilakukan pada Januari- Maret 2015. Data penelitian ini diolah menggunanakan analisis kuantitatif dan deskriptif. Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui pola konsumsi buah mangga indramayu. Analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan regresi berganda, untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan mangga indramayu oleh konsumen pada wilayah kota di Provinsi Lampung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata konsumen pada wilayah kota di Provinsi Lampung mengonsumsi mangga indramayu sebanyak 58,83 gram/kapita/hari selama musim mangga, dengan frekuensi konsumsi 1-2 hari sekali. Tujuan mengonsumsi adalah memenuhi kesukaan dan cara mengonsumsi dalam bentuk segar atau buah dimakan secara langsung. Faktor- faktor yang berpengaruh terhadap permintaan mangga indramayu oleh konsumen di pasar tradisional pada wilayah kota di Provinsi Lampung adalah harga mangga indramayu, pendapatan keluarga dan jumlah anggota keluarga. Permintaan mangga indramayu bersifat inelastis dan mangga indramayu merupakan barang normal.


(3)

ANALISIS PERMINTAAN MANGGA INDRAMAYU (Mangifera indica L) OLEH KONSUMEN DI PASAR TRADISIONAL PADA WILAYAH KOTA

DI PROVINSI LAMPUNG

Oleh Deti Destiani

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Program Studi Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG


(4)

ANALISIS PERMINTAAN MANGGA INDRAMAYU (Mangifera indica L) OLEH KONSUMEN DI PASAR TRADISIONAL PADA WILAYAH KOTA

DI PROVINSI LAMPUNG

Skripsi

Oleh Deti Destiani

JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Penurunan kurva permintaan... 20

2. Pergeseran kurva permintaan ... 22

3. Pola komoditas normal,inferior dan giffen ... 23

4. Kurva Engel ... 24

5. Pergerakan sepanjang kurva permintaan ... 27

6. Kerangka berpikir analisis permintaan mangga indramayu oleh konsumen pada wilayah kota di Provinsi Lampung... 37

7. Grafik histogram ... 136

8. Grafik Normal Probability Plot ... 136


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vi

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Kegunaan Penelitian ... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS ... 11

A. Tinjauan Pustaka ... 11

1. Mangga ... 11

2. Wilayah Kota ... 14

3. Perilaku Pembelian ... 15

4. Pola Konsumsi ... 16

5. Teori Permintaan ... 18

6. Penelitian Terdahulu ... 34

B. Kerangka Pemikiran ... 35

C. Hipotesis ... 37

III. METODELOGI PENELITIAN ... 38

A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional ... 38

B. Lokasi Penelitian, Responden dan Waktu Penelitian... 42

C. Jenis dan Sumber Data ... 45

D. Metode Analisis Data ... 45


(7)

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... 54

A. Kota Madya Bandar Lampung ... 54

1. Letak Geografis, Topografi, dan Demografi Kota Madya Bandar Lampung ... 54

2. Keadaan Umum Pasar Tradisional di Kota Madya Bandar Lampung ... 57

B. Kota Metro ... 62

1. Letak Geografis, Topografi, dan Demografi Kota Metro ... 62

2. Keadaan Umum Pasar Tradisional di Kota Metro ... 66

C. Buah Mangga Indramayu ... 69

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 72

A. Karakteristik Responden ... 72

B. Perilaku Pembelian Konsumen terhadap Buah Mangga Indramayu ... 81

1. Jumlah Pembelian Mangga Indramayu ... 82

2. Frekuensi pembelian Buah Mangga Indramayu ... 83

C. Pola Konsumsi Konsumen terhadap Mangga Indramayu ... 84

1. Jumlah Konsumsi Buah Mangga Indramayu ... 85

2. Frekuensi Konsumsi Buah Mangga Indramayu ... 88

3. Tujuan Mengonsumsi Buah Mangga Indramayu ... 89

4. Cara Mengonsumsi Buah Mangga Indramayu ... 90

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Mangga Indramayu ... 92

1. Harga Mangga Indramayu ... 98

2. Harga Mangga Arum Manis ... 99

3. Pendapatan Keluarga ... 99

4. Jumlah Anggota Keluarga ... 101

5. Pengetahuan Gizi ... 101

E. Elastisitas Permintaan Mangga Indramayu ... 102

1. Elastisitas Harga... 102

2. Elastisitas Pendapatan ... 102


(8)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 104

A. Kesimpulan ... 104

B. Saran ... 105

DAFTAR PUSTAKA ... 106


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jumlah produksi buah mangga menurut provinsi

di Pulau Sumatera tahun 2009-2013 (ton) ... 2

2. Jumlah produksi mangga menurut kabupaten/kota di Provinsi Lampung tahun 2011-2013 (kuintal) ... 3

3. Jumlah penduduk berdasarkan kabupaten/kota di Provinsi Lampung ... 4

4. Jumlah konsumsi pangan penduduk menurut kelompok pangan di Provinsi Lampung tahun 2013... 5

5. Konsumsi buah penduduk Provinsi Lampung tahun 2013 ... 6

6. Kandungan gizi buah mangga indramayu per 100 gram buah .... 7

7. Ringkasan penelitian terdahulu ... 34

8. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin perkecamatan di Kota Madya Bandar Lampung, 2013 ... 56

9. Deskripsi singkat pasar tradisional di Kota Madya Bandar Lampung ... 58

10.Luas wilayah kecamatan di Kota Metro ... 63

11.Jumlah penduduk menurut jenis kelamin perkecamatan di Kota Metro, 2013 ... 65

12.Deskripsi singkat pasar tradisional di Kota Metro ... 66

13.Sebaran responden berdasarkan kelompok usia ... 72

14.Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin ... 73


(10)

16.Sebaran responden menurut jumlah anggota keluarga ... 75

17.Sebaran responden menurut pekerjaan ... 76

18.Sebaran responden menurut skor pengetahuan gizi ... 78

19.Sebaran responden menurut suku ... 79

20.Sebaran responden menurut pendapatan ... 80

21.Sebaran responden menurut jumlah pembelian buah mangga indramayu pada berbagai tingkat harga selama satu musim ... 82

22.Sebaran responden menurut frekuensi pembelian buah mangga indramayu pada berbagai tingkat harga selama satu musim ... 83

23.Jumlah konsumsi buah mangga indramayu selama satu musim . 85 24.Pengeluaran responden dalam mengonsumsi buah mangga indramayu selama satu musim ... 87

25.Frekuensi konsumsi buah mangga indramayu selama satu musim ... 88

26.Tujuan mengonsumsi buah mangga indramayu selama satu musim ... 89

27.Cara mengonsumsi buah mangga indramayu selama satu musim ... 91

28.Hasil analisis regresi berganda faktor-faktor yang berpengaruh terhadap permintaan mangga indramayu pada wilayah kota di Provinsi Lampung ... 96

29.Identitas responden ... 112

30.Pola Konsumsi buah mangga indramayu ... 115

31.Rata-rata tertimbang harga buah mangga indramayu pada wilayah kota di Propinsi Lampung ... 119

32.Rata-rata harga buah mangga arum manis pada wilayah kota di Provinsi Lampung ... 123

33.Pengetahuan gizi konsumen buah mangga indramayu pada wilayah kota di Propinsi Lampung ... 125

34.Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan buah mangga indramayu oleh konsumen wilayah kota di Provinsi Lampung .. 127

35.Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan buah mangga indramayu oleh konsumen pada wilayah kota di Provinsi Lampung(dalam Ln)... 131


(11)

1. Ttm Penguji

':.

: Dr.

Ir.

R

tranung

Is,mono,

iI.P.

.

Sd$ehrb

,:

,Ir.'sabtatul

rl*nrtnn,

[I.SL

NrP 19610826 1:98702 1 001

Penguji

Bukan'Pembifnbing

:

Dr.

Ir.

F.,,D.

ffasmaffid,

![-P..

&il;;iE

l.uan

Abbas

Tarf,aflrar,,rl.s.


(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 24 Desember 1992 di Pringsewu. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan suami istri Bapak Samad dan Ibu Badriyah. Penulis

menyelesaikan studi tingkat Sekolah Dasar di SD N 1 Pajaresuk pada tahun 2005, tingkat Sekolah Menengah pertama di SMP N 1 Pringsewu pada tahun 2008, tingkat Sekolah menengah Atas di SMA N 1 Pringsewu pada tahun 2011. Penulis diterima di Universitas Lampung Fakultas Pertanian, Jurusan Agribisnis pada tahun 2011 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Undangan.

Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata di Desa Purwosari, Kecamatan Batanghari Nuban, Kabupaten Lampung Timur pada tahun ajaran 2013/2014 dan Praktik Umum (PU) di Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung pada Tahun ajaran 2014/2015. Penulis mengikuti organisasi kemahasiswaan kampus yaitu sebagai anggota bidang 1 Himaseperta. Selama menjadi mahasiswa penulis pernah menjadi Surveyor Bank Indonesia (BI) pada bulan Mei-Agustus 2015. Penulis juga

merupakan asisten dosen mata kuliah Ekonomi Makro pada semster ganjil pada tahun ajaran 2013/2014 dan Pengantar Ilmu Ekonomi pada tahun ajaran 2014/1015.


(13)

SANWACANA

Alhamdulillahhirobbil’alamin, puji syukur hanya kepada Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. Sholawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan teladan dalam setiap kehidupan. Banyak pihak yang telah memberikan sumbangsih, bantuan, nasihat, serta saran-saran yang membangun dalam penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir.R Hanung Ismono, M.P., selaku dosen pembimbing pertama atas saran, kritik, bimbingan, motivasi, dan waktu yang telah diluangkan. Terimakasih atas kesabarannya dalam membimbing penulis selama proses penyelesaian skripsi ini.

2. Ir. Rabiatul Adawiyah, M.Si., selaku dosen pembimbing ke dua atas bimbingan, arahan, motivasi, dan nasihat yang telah diberikan.

3. Dr. Ir.Fembriarti Erry Prasmatiwi, M.P. selaku dosen pembahas sekaligus Ketua Jurusan Agribisnis yang telah bersedia memberikan saran, kritik, dan arahan.

4. Orangtuaku tersayang bapak Samad dan ibu Badriyah atas semua limpahan kasih sayang, doa, nasihat, dan dukungan yang begitu luar biasa. Terimakasih telah memberikan perhatian, kasih sayang, dukungan dan senantiasa mendoakanku.


(14)

5. Kakakku Alendra dan Adikku Randika Julara, Saudara Ipar ku Wiwin Purwanti atas doa, dukungan, dan semangat yang telah diberikan.

6. Keponakan pertama ku, Fajar Rifandho yang selalu memberikan keceriaan di keluarga besar kami.

7. Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. selaku Dosen Pembimbing Akademik (DPA) dan Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung yang telah memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis.

8. Dr. Ir. Wuryaningsih Dwi Sayekti, M.S. dan Dr. Ir. Dyah Aring H.L, M.Si yang telah memberikan motivasi yang luar biasa.

9. Seluruh Dosen dan Staff Karyawan di Jurusan Agribisnis

10. Saudara dan sahabat, Eva, Ni Wayan Putriasih, Ayu, Meri, Ari, Nita, Gita, Dona, Dewi, Dina, Andita, Julio, M Arief, Fitri, Tunjung, Maryana, Sonya, Selyndha, Anna, Maya, Juwita, Sartika, Eni, Alghoziah, Namira, Silvia, Niken dan teman teman agribisnis 2011 yang telah memberikan dukungan dan semangat selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

11. Kakak tingkat 2010, 2009, dan 2008 atas motivasi dalam menyelesaikan skripsi.

12. Almamater tercinta dan semua pihak yang telah membantu demi terselesaikannya skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Bandar Lampung, 11 November 2015 Penulis,


(15)

;, i.::r

, ,: : l , ::: l ".


(16)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Produk hortikultura memiliki peranan penting bagi pembangunan pertanian yang meliputi buah-buahan dan sayuran. Buah-buahan berfungsi penting dalam proses metabolisme tubuh karena mengandung vitamin, mineral, protein dan karbohidrat. Volume impor hortikultura selalu mengalami kenaikan dari tahun 2007 sampai tahun 2011, namun pada tahun 2012 mengalami penurunan. Penurunan volume impor pada tahun 2012 disebabkan adanya pemberlakuan Permentan No.60 tahun 2012 tentang Rekomendasi Impor Produk Hortikultura. Peraturan tersebut

bertujuan untuk memberikan jaminan keamanan pangan pada produk hortikultura yang diimpor serta membatasi pintu masuk produk hortikultura yang masih mengandung residu pestisida (Dinas Perindustrian dan Perdagangan, 2013).

Di Indonesia, jenis buah–buahan yang memiliki prospek cerah untuk

dikembangkan terbagi menjadi 3 kelompok yaitu: kelompok mangga, jeruk, rambutan dan pisang; kelompok durian, manggis, salak, nangka dan nenas; serta kelompok apel, anggur, pepaya, duku dan melon (Poerwanto, 2004). Buah mangga adalah buah musiman yang berbentuk pohon. Rasa daging buah mangga yang manis dan bertekstur lembut serta menyegarkan ketika dimakan


(17)

Provinsi Lampung merupakan 5 besar sentra produksi 22 jenis buah di Indonesia. Tahun 2014, produksi buah di Provinsi Lampung mencapai 1,4 juta ton. Jumlah tersebut memberikan kontribusi terhadap produksi nasional sebesar 7,3% dan terhadap produksi Pulau Sumatera sebesar 26,9 % (Antara News, 2014). Produksi buah-buahan di Provinsi Lampung meliputi: buah pisang, pepaya, nanas, mangga, alpukat, jeruk, durian, manggis, jambu biji, duku, dan semangka.

Provinsi Lampung adalah 3 besar sentra produksi mangga di Pulau Sumatera. Pada tahun 2013, produksi mangga terbanyak adalah Provinsi Sumatera Utara, pada urutan kedua Provinsi Aceh dan Provinsi Lampung pada peringkat ketiga. Jumlah produksi buah mangga menurut provinsi di Pulau Sumatera tahun 2009-2013 disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah produksi buah mangga menurut provinsi di Pulau Sumatera tahun 2009-2013 (ton)

No Provinsi Produksi (ton)

2009 2010 2011 2012 2013 1 Aceh 22.422 21.281 27.053 39.465 23.108 2 Sumatera Utara 21.971 28.132 31.743 35.471 34.549 3 Sumatera Barat 9.649 7.309 9.308 8.665 7.808

4 Riau 7.029 5.341 6.005 7.337 4.582

5 Kepulauan Riau 1.843 2.170 4.047 3.887 1.830

6 Jambi 2.798 2.207 3.459 3.898 2.217

7 Sumatera Selatan 13.589 8.310 9.284 14.294 9.683 8 Kp. Bangka Belitung 3.440 2.810 4.143 3.634 1.830 9 Bengkulu 3.966 3.314 5.169 6.309 5.564 10 Lampung 15.513 12.480 24.752 21.725 13.797

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2013

Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa Provinsi Lampung merupakan 3 besar sentra produksi buah mangga dari tahun 2009 hingga tahun 2013. Produksi buah mangga di Provinsi Lampung dari tahun 2009-2013 mengalami fluktuasi. Pada


(18)

3

tahun 2009-2011 selalu mengalami kenaikan hingga mencapai jumlah produksi sebesar 24.752 ton. Namun demikian pada tahun 2011 hingga tahun 2013, produksi mangga di Provinsi Lampung mengalami penurunan yaitu sebesar 24.752 ton pada tahun 2011 dan pada tahun 2013 hanya mencapai 13.797 ton.

Produksi mangga di Provinsi Lampung tersebar di seluruh kabupaten/kota. Perkembangan jumlah produksi mangga menurut kabupaten/kota di Provinsi Lampung dari tahun 2011 hingga tahun 2013 disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah produksi mangga menurut kabupaten/kota di Provinsi Lampung tahun 2011- 2013 (kuintal)

No

Kabupaten/Kota Produksi (kuintal)

2011 2012 2013

1 Bandar Lampung 3.104 8.514 4.503

2 Lampung Barat 10.043 5.671 466

3 Lampung Selatan 44.229 44.169 38.308

4 Lampung Tengah 21.263 12.055 17.097

5 Lampung Timur 19.662 23.226 22.333

6 Lampung Utara 28.008 35.263 17.097

7 Mesuji 2.561 3.692 926

8 Metro 444 1.645 2.451

9 Pesawaran 28.334 39.110 24.390

10 Pringsewu 1.233 1.076 2.119

11 Tanggamus 7.039 10.924 4.699

12 Tulang Bawang 10.631 15.358 12.041

13 Tulang Bawang Barat 9.946 9.672 5.883

14 Way Kanan 60.929 6.872 5.155

Jumlah/ total 247.516 217.247 165.869

Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung, 2014

Berdasarkan Tabel 2, diketahui bahwa Kabupaten Lampung Selatan menghasilkan produksi mangga terbesar pada tahun 2011 dan 2012, akan tetapi mengalami penurunan pada tahun 2013 hingga mencapai produksi sebesar 38.308 kuintal. Namun demikian, Kabupaten Lampung Selatan juga merupakan penghasil


(19)

produksi mangga tertinggi pada tahun 2013. Peringkat kedua Kabupaten Lampung Timur dengan produksi sebesar 24.390 kuintal, sedangkan produksi mangga terendah berada di Kabupaten Mesuji dengan jumlah produksi hanya sebesar 926 kuintal.

Secara umum peningkatan jumlah penduduk akan meningkatkan jumlah konsumsi berbagai produk pangan termasuk buah-buahan. Laju pertumbuhan penduduk Provinsi Lampung semakin meningkat dari tahun ke tahun, hal ini disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah penduduk berdasarkan kabupaten/kota di Provinsi Lampung.

No. Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk (Jiwa)

2008 2009 2010 2011 2012

1 Bandar Lampung 822.880 833.517 881.801 1.364.759 1.446.160 2 Lampung Barat 393.818 401.095 419.037 439.826 472.443 3 Lampung Selatan 929.702 943.885 912.490 1.079.791 1.104.763 4 Lampung Tengah 1.177.967 1.195.623 1.170.717 1.444.733 1.454.969 5 Lampung Timur 947.193 957.479 951.639 1.109.015 1.117.023 6 Lampung Utara 567.164 571.883 584.277 780.108 781.787

7 Mesuji - 185.951 187.407 256.574 320.333

8 Metro 134.162 136.273 145.471 166.452 160.962 9 Pesawaran 420.014 429.697 398.848 516.014 570.094 10 Pringsewu - 368.429 365.369 384.252 472.022 11 Tanggamus 845.777 486.284 536.613 630.992 708.967 12 Tulang Bawang 787.673 418.802 397.906 417.651 503.002 13 Tulang Bawang Barat - 196.518 250.707 268.435 268.645 14 Way Kanan 364.778 366.707 406.123 468.843 473.368 Provinsi Lampung 7.391.128 7.492.143 7.608.405 9.327.445 9.854.538

Keterangan: - data masih bergabung dengan kabupaten induknya Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2013

Berdasarkan Tabel 3, jumlah penduduk terbanyak pada tahun 2012 adalah di Kabupaten Lampung Tengah sebesar 1.454.969 jiwa, yang diikuti oleh Kota Madya Bandar Lampung sebesar 1.446.160 jiwa. Kabupaten Lampung Timur merupakan kabupaten dengan jumlah penduduk terbanyak ketiga, dan pada


(20)

5

peringkat keempat adalah Kabupaten Lampung Selatan dengan jumlah penduduk sebesar 1.104.763 jiwa. Kota Metro merupakan salah satu kota di Provinsi Lampung yang memiliki jumlah penduduk paling sedikit dari tahun 2008 hingga tahun 2012.

Penduduk membutuhkan bahan pangan yang bergizi untuk memenuhi asupan gizinya, meliputi; padi-padian, umbi-umbian, pangan hewani, lemak, kacang-kacangan, gula, sayuran, buah dan lain lain (Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung, 2014). Konsumsi pangan penduduk Provinsi Lampung menurut wilayah kota dan desa tahun 2013 disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah konsumsi pangan penduduk menurut kelompok pangan di Provinsi Lampung tahun 2013

Kelompok/ Jenis Pangan

Wilayah Kota Wilayah Desa Total Wilayah Berat Pangan Berat Pangan Berat Pangan gram/hari kg/tahun gram/hari kg/tahun gram/hari kg/tahun Padi-padian 303,5 110,8 342,7 125,1 332,6 121,4

Umbi-umbian 33,3 12,2 50 18,3 45,7 16,7

Pangan Hewani 87,1 31,8 80,0 29,2 81,8 29,9

Minyak dan lemak 29,2 10,6 32,4 11,8 31,6 11,5

Biji Berminyak 6,6 2,4 13,1 4,8 11,4 4,2

Kacang-kacangan 28,6 10,4 28,5 10,4 28,5 10,4

Gula 24,3 8,9 31,6 11,5 29,7 10,8

Sayuran 164,8 60,2 199,8 72,9 190,8 69,6

Buah 86,6 31,6 91,9 33,5 90,5 33,0

Lain-Lain 47,8 17,4 42,3 15,5 43,7 16,0

Sumber: Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung, 2014

Berdasarkan Tabel 4, konsumsi buah masyarakat Provinsi Lampung pada wilayah kota adalah sebesar 86.6 gram/hari atau 31,6 kg/tahun, sedangkan pada

masyarakat wilayah desa adalah sebesar 91,9 gram/hari atau 33,5 kg/tahun. Secara total wilayah, konsumsi buah pada masyarakat Provinsi Lampung sebesar 33 kg/tahun atau 90,41 gram/hari. Berdasarkan Pusat Kajian Buah Tropika


(21)

Institut Pertanian Bogor, 2013 bahwa konsumsi buah pada masyarakat Indonesia perkapita adalah sebesar 35,8 kg/tahun atau 98 gram/hari. Kondisi tersebut tergolong masih rendah jika dibandingkan dengan standar konsumsi buah/kapita FAO (Food and Agriculture Organization) adalah sebesar 75 kg/tahun atau 205,47 gram/hari.

Konsumsi buah penduduk Provinsi Lampung pada tahun 2013, berada di bawah rata- rata konsumsi buah masyarakat Indonesia. Konsumsi buah masyarakat Provinsi Lampung juga masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan standar konsumsi buah/kapita FAO. Pada Tabel 5 disajikan konsumsi buah penduduk Provinsi Lampung tahun 2013 menurut jenis buah-buahan.

Tabel 5. Konsumsi buah penduduk Provinsi Lampung tahun 2013

Jenis Buah Rata-rata Konsumsi Perkapita /Minggu Rata-rata Konsumsi Perkapita /Hari Kota (gram) Desa (gram) Total (gram) Kota (gram) Desa (gram) Total (gram)

Jeruk 52,8 30,2 41,5 7,5 4,3 5,9

Mangga 4,8 1,6 3,2 0,7 0,2 0,45

Apel 14,8 10,6 12,7 2,1 1,5 1,8

Alpukat 5,3 2,4 3,85 0,8 0,3 0,55

Rambutan 126,4 206 166,2 18,1 29,4 23,75

Duku 67,9 37,1 52,5 9,7 5,3 7,5

Durian 3,4 9,3 6,35 0,5 1,3 0,9

Salak 11,7 11,9 11,8 1,7 1,7 1,7

Nanas 4,3 2,5 4,4 0,6 0,4 0,5

Pisang Ambon 18,1 12 15,05 2,6 1,7 2,15

Pepaya 22,8 13,6 18,2 3,3 1,9 2,6

Jambu 5,4 9,8 7,6 0,8 1,4 1,1

Sumber: Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung, 2014

Berdasarkan Tabel 5, diketahui bahwa rata- rata konsumsi jenis buah

perkapita/minggu dan rata- rata konsumsi jenis buah perkapita/ hari penduduk Provinsi Lampung berbeda –beda berdasarkan wilayah kota dan wilayah desa.


(22)

7

Jenis buah yang rata- rata konsumsi perkapita/minggu berdasarkan wilayah total paling rendah adalah buah mangga yaitu sebesar 3,2 gram/minggu atau 0,45 gram/hari. Rata- rata konsumsi buah mangga berdasarkan wilayah kota lebih tinggi dibandingkan dengan rata- rata konsumsi buah mangga pada wilayah desa. Rata- rata konsumsi buah mangga berdasarkan wilayah kota adalah sebesar 4,8 gram/minggu atau 0,7 gram/hari, sedangkan rata- rata konsumsi buah mangga pada wilayah desa adalah sebesar 1,6 gram/minggu atau 0,2 gram/hari.

Mangga (Mangifera indica) adalah salah satu buah musiman yang tumbuh baik di daerah tropis. Jenis buah mangga meliputi mangga indramayu, mangga arum manis, mangga apel, mangga gadung, mangga kueni, dan mangga golek. Buah mangga mengandung zat gizi yang diperlukan untuk tubuh seperti energi, protein, karbohidrat , vitamin C, vitamin A dan lain sebagainya. Kandungan gizi buah mangga indramayu per 100 gram disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Kandungan gizi buah mangga indramayu per 100 gram buah.

Kandungan gizi Jumlah

Energi 72,00 Kkal

Karbohidrat 18,70 g

Protein 0,80 g

Total Lemak 0,20 g

Kalsium 13,00 mg

Fosfor 10,00 mg

Fe 1,90 mg

Vitamin A 765,00 IU

Vitamin B1 0,06 ug

Vitamin C 16,00 mg

Air 80,20 g

Bdd 65,00 %


(23)

Berdasarkan Tabel 6, diketahui bahwa nilai bdd atau persentase bagian buah yang dapat dikonsumsi adalah 65,00 %. Kandungan energi buah mangga indramayu adalah sebesar 72,00 Kkal, kandungan karbohidrat 18,70 gram dan kandungan protein adalah 0,80 gram. Buah mangga indramayu merupakan sumber vitamin dan mineral. Kandungan Vitamin A adalah sebesar 765,00 IU, Vitamin B1

sebesar 0,06 ug dan kandungan Vitamin C adalah sebesar 16,00 mg.

B.Perumusan Masalah

Peningkatan jumlah penduduk Provinsi Lampung tentunya akan meningkatkan jumlah konsumsi akan bahan pangan. Buah-buahan merupakan salah satu pangan yang memiliki peranan penting bagi pembangunan pertanian. Buah-buahan juga berfungsi penting dalam proses metabolisme tubuh karena mengandung vitamin, protein dan mineral. Konsumsi buah pada masyarakat Provinsi Lampung tahun 2013 adalah sebesar 33 kg/tahun, sedangkan standar konsumsi buah/kapita yang dianjurkan oleh FAO adalah sebesar 75 kg/tahun. Pada tahun 2013, konsumsi buah mangga masyarakat Lampung paling rendah dibandingkan dengan buah-buahan lainnya. Konsumsi buah mangga masyarakat Provinsi Lampung pada wilayah kota adalah sebesar 4,8 gram/minggu sedangkan pada masyarakat wilayah desa adalah sebesar 0,7 gram/minggu.

Provinsi Lampung sebagai sentra produksi mangga ketiga di Pulau Sumatera, namun tingkat konsumsi buah mangga di Provinsi Lampung tergolong masih rendah. Tingkat konsumsi buah mangga masyarakat wilayah kota lebih tinggi dibandingkan tingkat konsumsi masyarakat wilayah desa. Permintaan


(24)

9

distribusi penduduk, dan selera (Lipsey dkk, 1995). Permintaan buah mangga indramayu dapat dipengaruhi oleh harga buah mangga indramayu, harga mangga jenis lain, jumlah anggota keluarga, tingkat pendapatan,dan tingkat pengetahuan gizi konsumen

Buah mangga indramayu dapat diperoleh dengan mudah di berbagai pasar tradisional di Provinsi Lampung. Permintaan buah mangga indramayu selama satu musim menggambarkan permintaan buah mangga indramayu selama satu tahun. Hal tersebut terjadi karena selama satu tahun terdapat satu kali musim buah mangga indramayu.

Berdasarkan prasurvei yang dilakukan di berbagai pasar tradisional Kota Madya Bandar Lampung diperoleh bahwa konsumen banyak yang membeli buah mangga indramayu dibandingkan dengan buah mangga yang lain. Berdasarkan prasurvei terdapat 13 responden yaitu sebesar 15,47% dari 84 responden yang diteliti atau merupakan 43 % dari 30 responden minimal yang dijadikan sampel dalam suatu penelitian. Dari 13 responden tersebut, terdapat 9 responden membeli buah indramayu, 3 responden membeli mangga arum manis, dan 1 responden membeli mangga manalagi. Persentase buah mangga indramayu yang dibeli oleh

konsumen adalah sebesar 69,23%, mangga arum manis adalah sebesar 23,07% dan mangga manalagi adalah sebesar 7,69%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa buah mangga yang paling banyak dibeli oleh konsumen di pasar tradisional adalah buah mangga indramayu. Oleh karena itu, penelitian ini mengkaji bagaimanakah permintaan buah mangga indramayu di pasar tradisional pada wilayah kota di Provinsi Lampung.


(25)

Berdasarkan uraian sebelumnya, maka dapat disimpulkan permasalahan penelitian yaitu:

1. Bagaimana pola konsumsi (jumlah, frekuensi, tujuan dan cara mengonsumsi) buah mangga indramayu oleh konsumen di wilayah kota, Provinsi Lampung? 2. Faktor- faktor apa sajakah yang mempengaruhi permintaan buah mangga

indramayu oleh konsumen di wilayah kota, Provinsi Lampung?

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari permasalahan yang ada, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui pola konsumsi (jumlah, frekuensi, tujuan, dan cara mengonsumsi)

buah mangga indramayu oleh konsumen di wilayah kota, Provinsi Lampung. 2. Menganalisis faktor- faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan buah

mangga indramayu oleh konsumen di wilayah kota, Provinsi Lampung.

D.Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:

1. Pihak lain, penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi sehingga dapat dijadikan pertimbangan dalam mengkonsumsi buah yang akan dibeli.

2. Peneliti lain, sebagai referensi bagi peneliti lainnya yang melakukan penelitian sejenis.


(26)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Produk hortikultura memiliki peranan penting bagi pembangunan pertanian yang meliputi buah-buahan dan sayuran. Buah-buahan berfungsi penting dalam proses metabolisme tubuh karena mengandung vitamin, mineral, protein dan karbohidrat. Volume impor hortikultura selalu mengalami kenaikan dari tahun 2007 sampai tahun 2011, namun pada tahun 2012 mengalami penurunan. Penurunan volume impor pada tahun 2012 disebabkan adanya pemberlakuan Permentan No.60 tahun 2012 tentang Rekomendasi Impor Produk Hortikultura. Peraturan tersebut

bertujuan untuk memberikan jaminan keamanan pangan pada produk hortikultura yang diimpor serta membatasi pintu masuk produk hortikultura yang masih mengandung residu pestisida (Dinas Perindustrian dan Perdagangan, 2013).

Di Indonesia, jenis buah–buahan yang memiliki prospek cerah untuk

dikembangkan terbagi menjadi 3 kelompok yaitu: kelompok mangga, jeruk, rambutan dan pisang; kelompok durian, manggis, salak, nangka dan nenas; serta kelompok apel, anggur, pepaya, duku dan melon (Poerwanto, 2004). Buah mangga adalah buah musiman yang berbentuk pohon. Rasa daging buah mangga yang manis dan bertekstur lembut serta menyegarkan ketika dimakan


(27)

Provinsi Lampung merupakan 5 besar sentra produksi 22 jenis buah di Indonesia. Tahun 2014, produksi buah di Provinsi Lampung mencapai 1,4 juta ton. Jumlah tersebut memberikan kontribusi terhadap produksi nasional sebesar 7,3% dan terhadap produksi Pulau Sumatera sebesar 26,9 % (Antara News, 2014). Produksi buah-buahan di Provinsi Lampung meliputi: buah pisang, pepaya, nanas, mangga, alpukat, jeruk, durian, manggis, jambu biji, duku, dan semangka.

Provinsi Lampung adalah 3 besar sentra produksi mangga di Pulau Sumatera. Pada tahun 2013, produksi mangga terbanyak adalah Provinsi Sumatera Utara, pada urutan kedua Provinsi Aceh dan Provinsi Lampung pada peringkat ketiga. Jumlah produksi buah mangga menurut provinsi di Pulau Sumatera tahun 2009-2013 disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah produksi buah mangga menurut provinsi di Pulau Sumatera tahun 2009-2013 (ton)

No Provinsi Produksi (ton)

2009 2010 2011 2012 2013 1 Aceh 22.422 21.281 27.053 39.465 23.108 2 Sumatera Utara 21.971 28.132 31.743 35.471 34.549 3 Sumatera Barat 9.649 7.309 9.308 8.665 7.808

4 Riau 7.029 5.341 6.005 7.337 4.582

5 Kepulauan Riau 1.843 2.170 4.047 3.887 1.830

6 Jambi 2.798 2.207 3.459 3.898 2.217

7 Sumatera Selatan 13.589 8.310 9.284 14.294 9.683 8 Kp. Bangka Belitung 3.440 2.810 4.143 3.634 1.830 9 Bengkulu 3.966 3.314 5.169 6.309 5.564 10 Lampung 15.513 12.480 24.752 21.725 13.797

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2013

Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa Provinsi Lampung merupakan 3 besar sentra produksi buah mangga dari tahun 2009 hingga tahun 2013. Produksi buah mangga di Provinsi Lampung dari tahun 2009-2013 mengalami fluktuasi. Pada


(28)

3

tahun 2009-2011 selalu mengalami kenaikan hingga mencapai jumlah produksi sebesar 24.752 ton. Namun demikian pada tahun 2011 hingga tahun 2013, produksi mangga di Provinsi Lampung mengalami penurunan yaitu sebesar 24.752 ton pada tahun 2011 dan pada tahun 2013 hanya mencapai 13.797 ton.

Produksi mangga di Provinsi Lampung tersebar di seluruh kabupaten/kota. Perkembangan jumlah produksi mangga menurut kabupaten/kota di Provinsi Lampung dari tahun 2011 hingga tahun 2013 disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah produksi mangga menurut kabupaten/kota di Provinsi Lampung tahun 2011- 2013 (kuintal)

No

Kabupaten/Kota Produksi (kuintal)

2011 2012 2013

1 Bandar Lampung 3.104 8.514 4.503

2 Lampung Barat 10.043 5.671 466

3 Lampung Selatan 44.229 44.169 38.308

4 Lampung Tengah 21.263 12.055 17.097

5 Lampung Timur 19.662 23.226 22.333

6 Lampung Utara 28.008 35.263 17.097

7 Mesuji 2.561 3.692 926

8 Metro 444 1.645 2.451

9 Pesawaran 28.334 39.110 24.390

10 Pringsewu 1.233 1.076 2.119

11 Tanggamus 7.039 10.924 4.699

12 Tulang Bawang 10.631 15.358 12.041

13 Tulang Bawang Barat 9.946 9.672 5.883

14 Way Kanan 60.929 6.872 5.155

Jumlah/ total 247.516 217.247 165.869

Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung, 2014

Berdasarkan Tabel 2, diketahui bahwa Kabupaten Lampung Selatan menghasilkan produksi mangga terbesar pada tahun 2011 dan 2012, akan tetapi mengalami penurunan pada tahun 2013 hingga mencapai produksi sebesar 38.308 kuintal. Namun demikian, Kabupaten Lampung Selatan juga merupakan penghasil


(29)

produksi mangga tertinggi pada tahun 2013. Peringkat kedua Kabupaten Lampung Timur dengan produksi sebesar 24.390 kuintal, sedangkan produksi mangga terendah berada di Kabupaten Mesuji dengan jumlah produksi hanya sebesar 926 kuintal.

Secara umum peningkatan jumlah penduduk akan meningkatkan jumlah konsumsi berbagai produk pangan termasuk buah-buahan. Laju pertumbuhan penduduk Provinsi Lampung semakin meningkat dari tahun ke tahun, hal ini disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah penduduk berdasarkan kabupaten/kota di Provinsi Lampung.

No. Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk (Jiwa)

2008 2009 2010 2011 2012

1 Bandar Lampung 822.880 833.517 881.801 1.364.759 1.446.160 2 Lampung Barat 393.818 401.095 419.037 439.826 472.443 3 Lampung Selatan 929.702 943.885 912.490 1.079.791 1.104.763 4 Lampung Tengah 1.177.967 1.195.623 1.170.717 1.444.733 1.454.969 5 Lampung Timur 947.193 957.479 951.639 1.109.015 1.117.023 6 Lampung Utara 567.164 571.883 584.277 780.108 781.787

7 Mesuji - 185.951 187.407 256.574 320.333

8 Metro 134.162 136.273 145.471 166.452 160.962 9 Pesawaran 420.014 429.697 398.848 516.014 570.094 10 Pringsewu - 368.429 365.369 384.252 472.022 11 Tanggamus 845.777 486.284 536.613 630.992 708.967 12 Tulang Bawang 787.673 418.802 397.906 417.651 503.002 13 Tulang Bawang Barat - 196.518 250.707 268.435 268.645 14 Way Kanan 364.778 366.707 406.123 468.843 473.368 Provinsi Lampung 7.391.128 7.492.143 7.608.405 9.327.445 9.854.538

Keterangan: - data masih bergabung dengan kabupaten induknya Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2013

Berdasarkan Tabel 3, jumlah penduduk terbanyak pada tahun 2012 adalah di Kabupaten Lampung Tengah sebesar 1.454.969 jiwa, yang diikuti oleh Kota Madya Bandar Lampung sebesar 1.446.160 jiwa. Kabupaten Lampung Timur merupakan kabupaten dengan jumlah penduduk terbanyak ketiga, dan pada


(30)

5

peringkat keempat adalah Kabupaten Lampung Selatan dengan jumlah penduduk sebesar 1.104.763 jiwa. Kota Metro merupakan salah satu kota di Provinsi Lampung yang memiliki jumlah penduduk paling sedikit dari tahun 2008 hingga tahun 2012.

Penduduk membutuhkan bahan pangan yang bergizi untuk memenuhi asupan gizinya, meliputi; padi-padian, umbi-umbian, pangan hewani, lemak, kacang-kacangan, gula, sayuran, buah dan lain lain (Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung, 2014). Konsumsi pangan penduduk Provinsi Lampung menurut wilayah kota dan desa tahun 2013 disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah konsumsi pangan penduduk menurut kelompok pangan di Provinsi Lampung tahun 2013

Kelompok/ Jenis Pangan

Wilayah Kota Wilayah Desa Total Wilayah Berat Pangan Berat Pangan Berat Pangan gram/hari kg/tahun gram/hari kg/tahun gram/hari kg/tahun Padi-padian 303,5 110,8 342,7 125,1 332,6 121,4

Umbi-umbian 33,3 12,2 50 18,3 45,7 16,7

Pangan Hewani 87,1 31,8 80,0 29,2 81,8 29,9

Minyak dan lemak 29,2 10,6 32,4 11,8 31,6 11,5

Biji Berminyak 6,6 2,4 13,1 4,8 11,4 4,2

Kacang-kacangan 28,6 10,4 28,5 10,4 28,5 10,4

Gula 24,3 8,9 31,6 11,5 29,7 10,8

Sayuran 164,8 60,2 199,8 72,9 190,8 69,6

Buah 86,6 31,6 91,9 33,5 90,5 33,0

Lain-Lain 47,8 17,4 42,3 15,5 43,7 16,0

Sumber: Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung, 2014

Berdasarkan Tabel 4, konsumsi buah masyarakat Provinsi Lampung pada wilayah kota adalah sebesar 86.6 gram/hari atau 31,6 kg/tahun, sedangkan pada

masyarakat wilayah desa adalah sebesar 91,9 gram/hari atau 33,5 kg/tahun. Secara total wilayah, konsumsi buah pada masyarakat Provinsi Lampung sebesar 33 kg/tahun atau 90,41 gram/hari. Berdasarkan Pusat Kajian Buah Tropika


(31)

Institut Pertanian Bogor, 2013 bahwa konsumsi buah pada masyarakat Indonesia perkapita adalah sebesar 35,8 kg/tahun atau 98 gram/hari. Kondisi tersebut tergolong masih rendah jika dibandingkan dengan standar konsumsi buah/kapita FAO (Food and Agriculture Organization) adalah sebesar 75 kg/tahun atau 205,47 gram/hari.

Konsumsi buah penduduk Provinsi Lampung pada tahun 2013, berada di bawah rata- rata konsumsi buah masyarakat Indonesia. Konsumsi buah masyarakat Provinsi Lampung juga masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan standar konsumsi buah/kapita FAO. Pada Tabel 5 disajikan konsumsi buah penduduk Provinsi Lampung tahun 2013 menurut jenis buah-buahan.

Tabel 5. Konsumsi buah penduduk Provinsi Lampung tahun 2013

Jenis Buah Rata-rata Konsumsi Perkapita /Minggu Rata-rata Konsumsi Perkapita /Hari Kota (gram) Desa (gram) Total (gram) Kota (gram) Desa (gram) Total (gram)

Jeruk 52,8 30,2 41,5 7,5 4,3 5,9

Mangga 4,8 1,6 3,2 0,7 0,2 0,45

Apel 14,8 10,6 12,7 2,1 1,5 1,8

Alpukat 5,3 2,4 3,85 0,8 0,3 0,55

Rambutan 126,4 206 166,2 18,1 29,4 23,75

Duku 67,9 37,1 52,5 9,7 5,3 7,5

Durian 3,4 9,3 6,35 0,5 1,3 0,9

Salak 11,7 11,9 11,8 1,7 1,7 1,7

Nanas 4,3 2,5 4,4 0,6 0,4 0,5

Pisang Ambon 18,1 12 15,05 2,6 1,7 2,15

Pepaya 22,8 13,6 18,2 3,3 1,9 2,6

Jambu 5,4 9,8 7,6 0,8 1,4 1,1

Sumber: Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung, 2014

Berdasarkan Tabel 5, diketahui bahwa rata- rata konsumsi jenis buah

perkapita/minggu dan rata- rata konsumsi jenis buah perkapita/ hari penduduk Provinsi Lampung berbeda –beda berdasarkan wilayah kota dan wilayah desa.


(32)

7

Jenis buah yang rata- rata konsumsi perkapita/minggu berdasarkan wilayah total paling rendah adalah buah mangga yaitu sebesar 3,2 gram/minggu atau 0,45 gram/hari. Rata- rata konsumsi buah mangga berdasarkan wilayah kota lebih tinggi dibandingkan dengan rata- rata konsumsi buah mangga pada wilayah desa. Rata- rata konsumsi buah mangga berdasarkan wilayah kota adalah sebesar 4,8 gram/minggu atau 0,7 gram/hari, sedangkan rata- rata konsumsi buah mangga pada wilayah desa adalah sebesar 1,6 gram/minggu atau 0,2 gram/hari.

Mangga (Mangifera indica) adalah salah satu buah musiman yang tumbuh baik di daerah tropis. Jenis buah mangga meliputi mangga indramayu, mangga arum manis, mangga apel, mangga gadung, mangga kueni, dan mangga golek. Buah mangga mengandung zat gizi yang diperlukan untuk tubuh seperti energi, protein, karbohidrat , vitamin C, vitamin A dan lain sebagainya. Kandungan gizi buah mangga indramayu per 100 gram disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Kandungan gizi buah mangga indramayu per 100 gram buah.

Kandungan gizi Jumlah

Energi 72,00 Kkal

Karbohidrat 18,70 g

Protein 0,80 g

Total Lemak 0,20 g

Kalsium 13,00 mg

Fosfor 10,00 mg

Fe 1,90 mg

Vitamin A 765,00 IU

Vitamin B1 0,06 ug

Vitamin C 16,00 mg

Air 80,20 g

Bdd 65,00 %


(33)

Berdasarkan Tabel 6, diketahui bahwa nilai bdd atau persentase bagian buah yang dapat dikonsumsi adalah 65,00 %. Kandungan energi buah mangga indramayu adalah sebesar 72,00 Kkal, kandungan karbohidrat 18,70 gram dan kandungan protein adalah 0,80 gram. Buah mangga indramayu merupakan sumber vitamin dan mineral. Kandungan Vitamin A adalah sebesar 765,00 IU, Vitamin B1

sebesar 0,06 ug dan kandungan Vitamin C adalah sebesar 16,00 mg.

B.Perumusan Masalah

Peningkatan jumlah penduduk Provinsi Lampung tentunya akan meningkatkan jumlah konsumsi akan bahan pangan. Buah-buahan merupakan salah satu pangan yang memiliki peranan penting bagi pembangunan pertanian. Buah-buahan juga berfungsi penting dalam proses metabolisme tubuh karena mengandung vitamin, protein dan mineral. Konsumsi buah pada masyarakat Provinsi Lampung tahun 2013 adalah sebesar 33 kg/tahun, sedangkan standar konsumsi buah/kapita yang dianjurkan oleh FAO adalah sebesar 75 kg/tahun. Pada tahun 2013, konsumsi buah mangga masyarakat Lampung paling rendah dibandingkan dengan buah-buahan lainnya. Konsumsi buah mangga masyarakat Provinsi Lampung pada wilayah kota adalah sebesar 4,8 gram/minggu sedangkan pada masyarakat wilayah desa adalah sebesar 0,7 gram/minggu.

Provinsi Lampung sebagai sentra produksi mangga ketiga di Pulau Sumatera, namun tingkat konsumsi buah mangga di Provinsi Lampung tergolong masih rendah. Tingkat konsumsi buah mangga masyarakat wilayah kota lebih tinggi dibandingkan tingkat konsumsi masyarakat wilayah desa. Permintaan


(34)

9

distribusi penduduk, dan selera (Lipsey dkk, 1995). Permintaan buah mangga indramayu dapat dipengaruhi oleh harga buah mangga indramayu, harga mangga jenis lain, jumlah anggota keluarga, tingkat pendapatan,dan tingkat pengetahuan gizi konsumen

Buah mangga indramayu dapat diperoleh dengan mudah di berbagai pasar tradisional di Provinsi Lampung. Permintaan buah mangga indramayu selama satu musim menggambarkan permintaan buah mangga indramayu selama satu tahun. Hal tersebut terjadi karena selama satu tahun terdapat satu kali musim buah mangga indramayu.

Berdasarkan prasurvei yang dilakukan di berbagai pasar tradisional Kota Madya Bandar Lampung diperoleh bahwa konsumen banyak yang membeli buah mangga indramayu dibandingkan dengan buah mangga yang lain. Berdasarkan prasurvei terdapat 13 responden yaitu sebesar 15,47% dari 84 responden yang diteliti atau merupakan 43 % dari 30 responden minimal yang dijadikan sampel dalam suatu penelitian. Dari 13 responden tersebut, terdapat 9 responden membeli buah indramayu, 3 responden membeli mangga arum manis, dan 1 responden membeli mangga manalagi. Persentase buah mangga indramayu yang dibeli oleh

konsumen adalah sebesar 69,23%, mangga arum manis adalah sebesar 23,07% dan mangga manalagi adalah sebesar 7,69%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa buah mangga yang paling banyak dibeli oleh konsumen di pasar tradisional adalah buah mangga indramayu. Oleh karena itu, penelitian ini mengkaji bagaimanakah permintaan buah mangga indramayu di pasar tradisional pada wilayah kota di Provinsi Lampung.


(35)

Berdasarkan uraian sebelumnya, maka dapat disimpulkan permasalahan penelitian yaitu:

1. Bagaimana pola konsumsi (jumlah, frekuensi, tujuan dan cara mengonsumsi) buah mangga indramayu oleh konsumen di wilayah kota, Provinsi Lampung? 2. Faktor- faktor apa sajakah yang mempengaruhi permintaan buah mangga

indramayu oleh konsumen di wilayah kota, Provinsi Lampung?

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari permasalahan yang ada, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui pola konsumsi (jumlah, frekuensi, tujuan, dan cara mengonsumsi)

buah mangga indramayu oleh konsumen di wilayah kota, Provinsi Lampung. 2. Menganalisis faktor- faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan buah

mangga indramayu oleh konsumen di wilayah kota, Provinsi Lampung.

D.Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:

1. Pihak lain, penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi sehingga dapat dijadikan pertimbangan dalam mengkonsumsi buah yang akan dibeli.

2. Peneliti lain, sebagai referensi bagi peneliti lainnya yang melakukan penelitian sejenis.


(36)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

A.Tinjauan Pustaka

1. Mangga

Tanaman mangga (Mangifera indica ) berasal dari India, Srilanka, dan Pakistan. Mangga yang berasal dari pulau Kalimantan negara Indonesia adalah

kebemben/kweni (Mangifera foetida). Tanaman ini merupakan buah tropis yang biasa tumbuh baik di daerah beriklim kering (Balai Penelitian Tanah

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2008). Mangga merupakan salah satu buah tropis yang populer. Pembudidayaaan buah mangga telah meluas ke berbagai belahan dunia. Jenis yang banyak ditanam di Indonesia adalah

Mangifera indica L. dan Mangifera foetida. Mangifera indica L yaitu meliputi mangga arumanis, mangga golek, mangga gedong, mangga manalagi dan mangga cengkir (mangga indramayu). Mangifera foetida yaitu meliputi mangga kemang dan mangga kweni (Pracaya, 2005).

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman akan dipengaruhi lingkungan tempat tumbuhnya. Produktivitas dan kualitas buah mangga tergantung langsung pada faktor lingkungan. Sebaran buah mangga berdasarkan ketinggian tempat dan iklim berada pada dataran rendah yang kering. Dataran rendah ini banyak tersebar luas di Indonesia mulai dari Sumatra Utara sampai ke Maluku. Setiap sentra


(37)

produksi memiliki iklim, kesuburan tanah, faktor alam yang berbeda, sehingga varietas mangga yang berkembang di suatu daerah akan berbeda dengan daerah lainnya. Varietas mangga yang diusahakan secara luas adalah varietas golek, kweni, cengkir, kidang, arumanis, gedong, manalagi dan madu (Sunarjono, 2006).

Mangga merupakan tanaman hutan yang tingginya dapat mencapai 40 meter dan umurnya dapat mencapai 100 tahun. Semua bagian tanaman mangga bergetah agak kental. Morfologi pohon mangga terdiri dari akar, batang, daun dan bunga (Pracaya, 2005). Buah mangga relatif besar, bentuknya bulat panjang, bijinya besar dan pipih diliputi oleh daging yang tebal dan lunak serta enak dimakan. Buah yang matang bewarna merah, kuning atau hijau kebiruan, dan beraroma harum. Rasanya masam hingga manis tergantung varietasnya. Daging buah lembek, berair, dan berserat halus hingga berserat kasar.

Wilayah sentra produksi buah mangga di indonesia tersebar luas, hal itu

memungkinkan terjadinya waktu panen yang berbeda-beda. Mangga merupakan tanaman musiman yang memiliki musim panen yang cukup panjang, yaitu dari bulan Februari hingga bulan Desember. Buah mangga dipanen setelah tua sekali. Ciri buah mangga yang telah tua yaitu: bagian pangkal buah telah membengkak rata, warnanya mulai merah menguning. Umur buah dipanen kira-kira 4 -5 bulan sejak bunga mekar. Pemetikan harus hati-hati, tidak boleh jatuh dan getahnya tidak boleh mengenai buah mangga tersebut (Rukmana, 2007).

Mangga Indramayu merupakan jenis mangga yang berasal dari Indramayu Jawa Barat. Mangga Indramayu biasanya juga disebut mangga cengkir (palem


(38)

13

khas, selain itu, daging buah mangga indramayu tebal dengan rasa yang manis dan empuk (Pracaya, 2005).

Berdasarkan kegunaan barang, terdapat dua macam jenis barang yaitu barang yang bersifat substitusi /pengganti dan bersifat komplemen /pelengkap (Sugiarto dkk, 2005). Barang substitusi adalah barang yang kegunaannya dapat

menggantikan barang lain, sedangkan barang komplementer adalah barang yang kegunaannya dapat melengkapi barang lain. Buah mangga indramayu biasanya dikonsumsi langsung, dibuat jus dan sebagai bahan es buah (sop buah). Buah mangga indramayu yang telah tua dapat dikonsumsi langsung setelah dibersihkan dari kulitnya. Rasa manis, daging buah yang tebal menjadikan buah mangga indramayu dapat dengan mudah dikonsumsi. Selain itu, serat buah mangga indramayu yang khas menjadikan buah mangga indramayu dapat dibuat jus buah dengan menambahkan sedikit gula putih dan susu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa gula putih dan susu merupakan barang pelengkap dari buah mangga indramayu.

Jenis buah mangga lain yang memiliki cita rasa manis meliputi mangga arum manis, dan mangga manalagi. Buah mangga jenis tersebut dapat digunakan sebagai barang substitusi (barang pengganti) dari buah mangga indramayu. Selain itu buah mangga apel dan buah mangga kueni biasanya digunakan sebagai bahan petisan ataupun sambal. Namun mangga kueni maupun mangga apel terkadang di jus dengan dicampur lebih banyak gula putih dan susu karena rasa buah mangga tersebut yang sedikit masam. Sehingga barang substitusi dari mangga indramayu yaitu meliputi mangga arum manis, mangga manalagi.


(39)

2. Wilayah Kota

Kota adalah suatu permukiman yang relatif besar, padat dan permanen, terdiri dari kelompok individu-individu yang heterogen dari segi sosial. Wilayah kota

digambarkan sebagai objek yang mempunyai elemen-elemen (aspek sosial) yang mempengaruhi kegiatan yang ada. Kota sebagai tempat terpusatnya kegiatan masyarakat terus berkembang dengan semakin kompleksnya kegiatan-kegiatan di kota. Kota tidak lagi mempunyai fungsi tunggal (single use) namun memiliki kecenderungan multi fungsi (mixed use). Kota sebagai multi fungsi yaitu fungsi kota yang berorientasi pada kepentingan pasar (wilayah) dan kepentingan publik (Rapoport, 1999).

Kota dapat diartikan sebagai suatu lokasi dengan konsentrasi penduduk atau permukiman, kegiatan sosial ekonomi yang heterogen dan intensif (bukan ekstraktif atau pertanian), pemusatan, koleksi dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan sosial ekonomi yang ditetapkan secara administratif. Jika kota adalah suatu wilayah yang ditetapkan secara administratif, perkotaan tidak

terbatas pada penetapan administratif, namun berdasarkan ciri-ciri perkotaan yang dimiliki oleh suatu wilayah (Rapoport, 1999).

Berdasarkan UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah Kawasan Perkotaan dapat berbentuk :

a. kota sebagai daerah otonom adalah kota yang dikelola oleh pemerintah kota; b. kota yang menjadi bagian daerah kabupaten yang memiliki ciri perkotaan;

adalah kota yang dikelola oleh daerah atau lembaga pengelola yang dibentuk dan bertanggungjawab kepada Pemerintah Kabupaten.


(40)

15

c. kota yang menjadi bagian dari dua atau lebih daerah yang berbatasan langsung dan memiliki ciri perkotaan; dalam hal penataan ruang dan penyediaan fasilitas pelayanan umum tertentu dikelola bersama oleh daerah terkait.

Berdasarkan Undang-Undang Penataan Ruang No.26 tahun 2007, kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan,

pemusatan dan distribusi pelayanan pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi. Kriteria kawasan perkotaan meliputi :

a. memiliki karakteristik kegiatan utama budidaya bukan pertanian atau mata pencaharian penduduknya terutama di bidang industri, perdagangan dan jasa; b. memiliki karakteristik sebagai pemusatan dan distribusi pelayanan barang dan

jasa didukung prasarana dan sarana termasuk pergantian modal transportasi dengan pelayanan skala kabupaten atau beberapa kecamatan.

3. Perilaku Pembelian

Pengambilan keputusan konsumen pada dasarnya adalah proses pengintegrasian yang mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif dan memilih salah satu diantaranya. Hasil dari pengintegrasian ini adalah pilihan yang disajikan secara kognitif sebagai keinginan berperilaku. Keinginan berperilaku adalah suatu rencana untuk terlibat dalam beberapa perilaku. Konsekuensi dasar, kebutuhan, atau nilai yang ingin dicapai atau dipuaskan konsumen sebagai tujuan akhir. Tujuan memberikan fokus pada keseluruhan pemecahan masalah (Peter dan Olson, 2010).


(41)

Pembelian meliputi keputusan konsumen mengenai apa yang dibeli, apakah membeli atau tidak, kapan membeli, dimana membeli, dan bagaimana cara membayarnya (Sumarwan, 2004). Ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam proses pembelian yaitu kapan membeli, dimana membeli, dan bagaimana membeli (Engel dkk, 1994). Pelaksanaan niat pembelian yaitu konsumen dapat membuat sub-keputusan pembelian: keputusan merek, keputusan pemasok, keputusan kuantitas, keputusan waktu, dan keputusan metode pembayaran (Kotler, 2002).

Pembelian bersumber dari kuatnya kebutuhan seseorang, keterlibatan ego seseorang, dan kerasnya konsekuensi sosial. Hal tersebut menyebabkan konsumen cenderung mencari informasi tambahan tentang produk. Konsumen dalam pencarian dan penggunaan informasi memiliki nilai atau manfaat yang diperoleh dari informasi tersebut. Informasi yang bernilai membantu konsumen untuk membuat keputusan pembelian yang lebih memuaskan dan menghindarkan dari konsekuensi negatif sehubungan dengan pengambilan keputusan yang buruk (Boyd, Walker, Larreche, 2000).

4. Pola Konsumsi

Istilah konsumsi memiliki arti yang luas, dan terkait dengan jenis kategori produk dan jasa yang dibeli atau dipakai. Definisi konsumsi untuk jenis produk makanan adalah dimakan, sedangkan definisi konsumsi untuk jenis produk minuman adalah diminum. Konsumsi produk atau penggunaan produk (product use) dapat

diketahui melalui tiga hal, yaitu: (1) frekuensi konsumsi, (2) jumlah konsumsi, (3) dan tujuan konsumsi. Frekuensi konsumsi menggambarkan seberapa sering suatu produk dipakai atau dikonsumsi. Jumlah konsumsi menggambarkan kuantitas


(42)

17

produk yang digunakan oleh konsumen. Jumlah konsumsi akan menjadi indikator besarnya permintaan pasar bagi produknya. Tujuan konsumsi menggambarkan situasi pemakaian oleh konsumen. Konsumen mengkonsumsi suatu produk dengan beragam tujuan (Sumarwan, 2004).

Pangan dikenal sebagai pangan pokok yang dimakan secara teratur oleh suatu kelompok penduduk dalam jumlah cukup besar untuk menyediakan bagian terbesar dari konsumsi energi total yang dihasilkan oleh makanan. Jenis-jenis pangan yang dikonsumsi penduduk pada suatu daerah biasanya tidak jauh dari jenis-jenis pangan yang dapat diproduksi atau ditanaman di daerah tersebut (Indriani, 2007). Pola konsumsi pangan adalah susunan makanan yang mencakup jenis dan jumlah bahan makanan rata-rata per orang per hari yang umum

dikonsumsi pada jangka waktu tertentu (Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, 2014).

Perilaku konsumsi suatu produk merupakan bagian dari perilaku konsumen dalam proses pengambilan keputusan yang dilakukannya. Studi perilaku konsumen terpusat pada cara individu mengambil keputusan untuk memanfaatkan sumberdaya yang tersedia (waktu, usaha, uang) guna membeli barang-barang yang terkait dengan konsumsi. Konsumen dihadapkan pada memilih dan menggunakan pangan untuk memenuhi kebutuhan gizi dalam kehidupan sehari-hari (Sumarwan, 2004).


(43)

5. Teori Permintaan

Permintaan (demand) adalah jumlah barang-barang yang dibeli oleh pembeli pada tingkat harga yang berlaku pada suatu pasar tertentu dan dalam waktu tertentu pula (Rosyidi, 1996). Permintaan atau dalam bahasa inggris disebut ”Demand” biasanya dilambangkan dengan huruf D. Jumlah permintaan menerangkan sejumlah barang yang dapat atau mampu dibeli oleh konsumen di pasar. Permintaan terhadap suatu barang biasanya tergantung kepada beberapa faktor, terutama faktor harga. Permintaan terbagi kepada permintaan individu dan permintaan pasar. Permintaan individu adalah sejumlah barang yang dibeli oleh seorang konsumen di pasar. Permintaan pasar adalah total seluruh permintaan individu yang ada di pasar.

Hukum permintaan pada hakikatnya adalah makin rendah harga suatu barang, makin banyak permintaan atas barang tersebut, sebaliknya makin tinggi harga suatu barang, makin sedikit permintaan atas barang tersebut (Daniel, 2004). Jumlah barang yang diminta akan naik apabila harga barang yang diminta turun dengan catatan bahwa hal-hal lain adalah tetap. Hal-hal lain yang dimaksud adalah variabel-variabel selain harga barang yang bersangkutan yang dapat mempengaruhi jumlah barang yang diminta.

Kurva permintaan merupakan kurva yang menggambarkan hubungan fungsional antara jumlah barang yang diminta pada berbagai tingkat harga tertentu. Kurva permintaan menunjukkan hubungan negatif antara harga dan jumlah permintaan. Hal tersebut berarti bahwa apabila terjadi kenaikan harga maka jumlah permintaan akan turun ataupun sebaliknya apabila terjadi penurunan harga maka jumlah


(44)

19

permintaan akan meningkat. Perubahan faktor-faktor lain tercermin pada pergeseran kurva permintaan. Jumlah yang diminta akan berubah apabila harga berubah, cateris paribus (faktor lain yang mempengaruhi dianggap tetap).

Perubahan jumlah yang diminta tercermin pada pergerakan di dalam suatu kurva permintaan. Kurva permintaan ialah tempat titik-titik yang masing-masing menggambarkan tingkat maksimum pembelian pada harga tertentu oleh

seseorang, cateris paribus. Kurva permintaan berbentuk miring ke bawah karena harga barang yang lebih tinggi mendorong konsumen beralih ke barang lain atau mengonsumsi dengan jumlah lebih sedikit (Mankiw, 2003). Terdapat pendekatan untuk menerangkan mengapa konsumen berperilaku seperti yang dinyatakan oleh Hukum Permintaan.

Kurva permintaan diturunkan dari kurva indifference. Kurva indifference adalah kurva yang menunjukkan tingkat konsumsi atau pembelian barang-barang yang menghasilkan tingkat kepuasan yang sama. Perilaku konsumen dapat diterangkan dengan pendekatan kurva indifference dengan anggapan bahwa (a) konsumen mempunyai pola preferensi akan barang-barang konsumsi (misalnya X1 dan X2 )

yang bisa dinyatakan dalam bentuk indifference map, (b) konsumen mempunyai sejumlah uang tertentu, dan (c) konsumen selalu berusaha mencapai kepuasan maksimum (Boediono, 1982). Penurunan kurva permintaan dari kurva indifference dapat dilihat pada Gambar 1.


(45)

GA1 GA2

Gambar 1. Penurunan kurva permintaan.

Berdasarkan Gambar 1 dapat dilihat bahwa dengan sejumlah uang tertentu (M) konsumen bisa membeli barang X sebanyak M/Px dan barang Y sebanyak M/Py atau konsumen bisa membelanjakan jumlah uang M tersebut untuk berbagai kemungkinan kombinasi X dan Y seperti garis yang ditunjukan oleh garis lurus yang menghubungkan M/Px dan M/Py. Garis tersebut disebut garis anggaran atau budget line. Garis anggaran adalah garis yang menunjukkan jumlah barang yang dapat dibeli dengan sejumlah pendapatan atau anggaran tertentu.

X1

0 P1

P2

X1 X2

Px

0 Y1

M/Py

I1

M/Px

I2

M/Px’

X1

Y1

X1

B

X2


(46)

21

Tingkat kepuasan maksimum yang dicapai bila konsumen membelanjakan uang sejumlah M untuk membeli barang OY1 barang Y dan OX1 barang X, yaitu pada

posisi persinggungan antara budget line dengan kurva indifference yang terletak pada titik A. Posisi ini menunjukkan posisi kepuasan yang maksimum atau posisi equilibrium konsumen karena I1 adalah kurva indifference tertinggi yang bisa

dicapai oleh budget line tersebut. Jika harga X turun dari Px menjadi Px’ dan harga Y tetap, maka budget line akan bergeser ke kanan menjadi garis M/Py dan

M/Px’ sehingga posisi equilibrium yang baru adalah pada titik B. Jadi, dengan adanya penurunan harga barang X, maka jumlah barang X yang diminta naik dari OX1 menjadi OX2.

Pergeseran kurva permintaan ke arah kiri menunjukkan adanya penurunan permintaan, sedangkan pergeseran kurva kearah kanan menunjukkan adanya kenaikan permintaan berarti banyak barang yang diminta pada setiap tingkat harga (Sugiarto dkk, 2005). Pergeseran kurva permintaan dapat dilihat pada Gambar. 2


(47)

Gambar 2. Pergeseran kurva permintaan (Sumber : Sugiarto dkk, 2005)

Berdasarkan Gambar 2, diketahui bahwa naiknya tingkat pendapatan akan

menggeser GA secara paralel dari GA1 ke GA2 ke GA3. Keseimbangan konsumen

bergeser dari titik D ke titik E lalu ke titik F. Bila titik-titik D,E, F dapat dihubungkan menjadi 1 garis, hasil yang diperoleh dikenal sebagai Income Consumption Curve (ICC) yang menunjukkan keseimbangan konsumen karena perubahan tingkat pendapatan selama tingkat harga tetap. Pada gambar bagian bawah ditunjukkan bahwa titik D, E, F berlaku pada tingkat harga komoditas X,

Y

I3

D

E F

ICC

I2

i2

0

0

D2 D3 D1

P

X GA3

GA2


(48)

23

sehingga dapat dilihat terjadinya perubahan (shift) kurva permintaan (Sugiarto dkk, 2005).

Kurva Engel adalah kurva yang menggambarkan hubungan antara pendapatan dengan jumlah komoditas yang diminta, dari kurva ICC ini dapat dibentuk Kurva Engel. Kurva Engel merupakan suatu fungsi yang menghubungkan keseimbangan jumlah komoditas yang dibeli konsumen pada berbagai tingkat penghasilan

(Sudarman, 2004). Kurva Engel atau elastisitas permintaan-pendapatan menunjukkan karakteristik suatu komoditas terhadap perubahan pendapatan masyarakat, yang dapat diklasifikasikan sebagai komoditas normal, inferior, dan giffen. Pola komoditas tersebut dapat diperhatikan dalam Gambar 3.

Gambar 3. Pola komoditas normal, inferior dan giffen

Kebutuhan pokok manusia terdiri dari bahan pangan, sandang, dan perumahan, sehubungan dengan kebutuhan pokok tersebut, pada tahun 1857 Engel membuat pernyataan yang kemudian dikenal sebagai Hukum Engel‖ sebagai berikut : a. Sebagian terbesar dari anggaran belanja rumah tangga ditujukan untuk bahan

pangan

Komoditas giffen

Komoditas inferior

Komoditas normal

Q Q

Q

M M

M

Kurva Engel


(49)

X

M1 M2 x2

x1

(b)

M X

M1 x2 x1

(a)

M

M2

b. Apabila tingkat hidup rumah tangga meningkat, bagian pengeluaran untuk bahan pangan menurun; dan

c. Apabila tingkat hidup rumah tangga naik, bagian untuk pendapatan untuk sandang dan perumahan meningkat.

Berdasarkan pernyataan Engel tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa diantara ketiga kebutuhan bahan pokok itu, pangan merupakan kebutuhan yang terpenting (Kuntjoro, 1984). Kurva Engel merupakan suatu konsep yang sangat penting dalam mempelajari kesejahteraan ekonomi (economic welfare) dan analisis dari pola pengeluaran rumah tangga. Gambar 4 melukiskan dua bentuk kurva Engel.

Gambar 4. Kurva Engel

Pada gambar (a), kurva Engel mempunyai kemiringan dari kiri bawah ke kanan atas sedikit datar, ini mengandung arti bahwa perubahan penghasilan konsumen tidak mempunyai akibat terhadap perubahan konsumsi secara mencolok. Kurva Engel yang berbentuk seperti ini menunjukkan bahwa barang tetap dibeli meskipun penghasilan konsumen rendah, tetapi jumlah tersebut tidak akan bertambah secara cepat dengan adanya kenaikan penghasilan. Bentuk kurva seperti ini dalam bentuk keperluan pokok (necessities goods). Pada Gambar (b)


(50)

25

bentuk ini dari kiri bawah ke kanan atas tapi relatif lebih tegak. Hal ini

menunjukkan bahwa adanya barang yang dibeli secara mencolok. Bentuk kurva seperti ini untuk jenis barang luks (luxuries goods). Nilai kemiringan kurva Engel ini kadang-kadang digunakan sebagai petunjuk tentang elastisitas pendapatan terhadap permintaan suatu barang (income elasticity of demand) (Sudarman, 2004). Angka yang mengukur besarnya pengaruh perubahan harga atas

perubahan jumlah barang yang diminta disebut koefisien elastisitas permintaan dan dilambangkan dengan Ed. Menurut Arsyad (1987) faktor-faktor yang

mempengaruhi elastisitas permintaan suatu komoditas adalah:

a. Daya subtitusi komoditas tersebut

Semakin banyak dan baik barang pengganti di pasar, maka semakin besar elastisitas harga untuk barang tersebut, sebaliknya semakin sedikit dan tidak sempurna barang pengganti yang tersedia di pasar, maka elastisitas harga barang tersebut cenderung semakin kecil.

b. Kegunaan komoditas tersebut

Semakin besar jumlah kemungkinan penggunaan suatu barang, maka akan semakin besar koefisien elastitas permintaan barang tersebut.

c. Persentase pendapatan konsumen untuk pembelian barang tersebut

Permintaan atas suatu barang akan semakin elastis apabila bagian pendapatan yang dibelanjakan oleh konsumen terhadap barang tersebut semakin besar. Pada umumnya, barang-barang yang bersifat elastis adalah barang-barang mewah, sedangkan barang yang bersifat inelastis adalah barang-barang untuk kebutuhan sehari-hari.


(51)

d. Periode waktu kebutuhan konsumen atas barang tersebut

Elastisitas permintaan barang akan semakin tinggi apabila lama waktu untuk melakukan pertimbangan semakin lama. Umumnya, kebutuhan yang sifatnya dapat ditunda bersifat elastis, sedangkan kebutuhan yang sifatnya tidak dapat ditunda bersifat inelastis.

Hubungan antara jumlah barang yang diminta dengan harganya adalah berbanding terbalik (negatif). Jika harga barang baik maka jumlah barang yang diminta akan turun dan sebaliknya jika harga turun maka jumlah barang yang diminta akan naik dengan faktor lain tetap. Hubungan ini disebut hukum permintaan. Hubungan terbalik antara harga dan kuantitas yang diminta dapat dijelaskan oleh dua keadaan, yaitu (1) jika harga suatu barang naik, konsumen akan mencari barang pengganti (substitusi); barang-barang pengganti akan dibeli jika mereka

menginginkan tingkat kepuasan yang lebih tinggi dari setiap rupiah yang dibelanjakan daripada membeli barang pertama, dan (2) jika harga naik,

pendapatan merupakan kendala (pembatas) bagi pembelian yang lebih banyak.

Perubahan permintaan berarti bahwa kurva permintaan bergeser secara

keseluruhan karena perubahan salah satu atau lebih variabel lain yang dianggap konstan. Perubahan jumlah yang diminta akan mengakibatkan suatu pergerakan sepanjang kurva permintaan karena perubahan harga (Arsyad, 1987). Hal ini dapat dilihat pada Gambar 5.


(52)

27

Gambar 5. Pergerakan sepanjang kurva permintaan

Menurut Suhartati dan Fathororrozi (2003), hukum permintaan tidak berlaku dalam beberapa kasus yaitu :

a. Kasus barang Giffen

Barang giffen memiliki pengertian semakin tinggi tingkat harga menyebabkan permintaan terhadap barang ini menunjukkan angka yang semakin meningkat. b. Kasus pengaruh harapan dinamis (Dynamic Expectation Effect)

Perubahan jumlah yang diminta dipengaruhi oleh perubahan harga yang terkait dengan harapan konsumen, artinya bahwa kenaikan harga suatu barang akan diikuti kenaikan permintaan terhadap barang tersebut, karena terselip adanya harapan bahwa harga barang tersebut akan terus mengalami kenaikan. (c) Kasus barang prestise

Pada kasus ini memasukkan kepuasan konsumen dalam membeli suatu barang. Semakin tinggi harga suatu barang maka semakin tinggi kepuasan konsumen sehingga meningkatkan unsur prestise.

D Q

R

S P

Q

X3 X2 X3

P3

P2


(53)

Menurut Suhartati dan Fathororrozi (2003), perubahan permintaan terhadap suatu barang disebabkan oleh perubahan pendapatan konsumen dapat digunakan untuk mengidentifikasi jenis barang, jenis barang tersebut adalah :

a. Barang inferior

Barang inferior yaitu jenis barang yang memiliki kualitas lebih rendah daripada barang normal, barang ini memiliki ciri khas yaitu, semakin tinggi tingkat pendapatan konsumen, maka semakin sedikit permintaan terhadap barang ini, karena konsumen beralih pada barang yang lebih baik.

b. Barang normal

Barang normal ialah barang yang mempunyai ciri khas mengalami kenaikan permintaan sebagai akibat adanya kenaikan pendapatan konsumen.

c. Barang esensial

Barang esensial adalah barang kebutuhan pokok atau barang yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Peningkatan pendapatan tidak berpengaruh terhadap peningkatan jumlah permintaannya selama dalam asumsi untuk kebutuhan sehari-hari.

Pada dasarnya kebutuhan manusia mempunyai sifat yang tidak terbatas, sedangkan alat pemuas kebutuhan itu sifatnya terbatas sehingga tidak semua kebutuhan akan terpenuhi. Kebutuhan seseorang akan dapat terpenuhi apabila ia dapat mengkonsumsi barang/jasa yang ia butuhkan dan mencapai kepuasan maksimum. Perolehan kepuasan merupakan nilai daya guna yang diberikan oleh suatu barang atau jasa yang dikonsumsi. Namun demikian, konsumen dibatasi


(54)

29

oleh pendapatan yang digunakan dalam membelanjakan uangnya dan memenuhi kebutuhan konsumen. Permintaan adalah jumlah barang yang diminta konsumen pada suatu waktu yang didukung oleh daya beli. Daya beli mencerminkan kemampuan konsumen dalam membeli sejumlah barang yang diinginkan, yang biasanya dinyatakan dalam bentuk uang.

Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah barang yang diminta oleh konsumen adalah harga komoditi/barang itu sendiri, harga komoditi lain, pendapatan, rata-rata penghasilan rumah tangga (distribusi pendapatan), selera, dan besarnya populasi atau jumlah penduduk (Lipsey dkk, 1995). Secara matematis faktor-faktor tersebut dapat dibentuk dalam fungsi sebagai berikut.

Qdx = f (Px, Py, I, T, N) Keterangan :

Qdx = jumlah barang x yang diminta Px = harga barang x

Py = harga barang y I = pendapatan T = selera N = populasi

Teori permintaan menerangkan bahwa konsumen cenderung mengharapkan harga barang turun sehingga jumlah barang yang mampu dibeli oleh konsumen akan semakin banyak. Hal tersebut dinamakan expected demand atau permintaan yang diharapkan oleh konsumen sehingga konsumen akan mendapatkan keuntungan (consumer surplus). Namun dalam kenyataannya, yang terjadi adalah harga barang akan terus menaik. Permintaan seseorang atau suatu masyarakat terhadap suatu produk di pasaran ditentukan oleh banyak faktor. Menurut Sugiarto dkk


(55)

(2005) permintaan seseorang terhadap suatu komoditas barang tertentu ditentukan oleh beberapa faktor:

a. Harga barang itu sendiri.

Harga (price) memiliki arti sejumlah uang yang dibayar oleh seseorang untuk memperoleh suatu barang/jasa, dengan asumsi bahwa faktor-faktor lain tidak mengalami perubahan atau cateris paribus. Berdasarkan hukum permintaan apabila harga suatu barang/jasa semakin tinggi, maka permintaannya akan

semakin rendah, sebaliknya apabila harga suatu barang/jasa semakin rendah, maka permintaan suatu barang akan semakin tinggi.

b. Harga barang lain.

Perubahan harga pada suatu barang akan berpengaruh terhadap permintaan barang lain. Keadaan ini bisa terjadi apabila kedua barang tersebut memiliki hubungan saling menggantikan atau saling melengkapi. Harga barang lain yang saling melengkapi dengan barang yang akan dibeli oleh konsumen berpengaruh negatif terhadap barang yang akan dibelinya. Sedangkan harga barang lain yang saling menggantikan dengan barang yang akan dibeli oleh konsumen berpengaruh positif terhadap barang yang akan dibelinya. Apabila harga barang subtitusi (y) dari suatu barang (x) semakin rendah, maka permintaan seseorang terhadap barang x akan semakin rendah.

c. Pendapatan konsumen.

Pendapatan adalah sejumlah uang yang diterima oleh seseorang sebagai gaji/upah dari pekerjaan yang dilakukannya. Apabila pendapatan seseorang semakin tinggi, maka daya belinya akan suatu barang juga akan semakin tinggi dan apabila


(56)

31

pendapatan seseorang semakin rendah maka daya belinya akan suatu barang juga akan semakin sedikit.

d. Jumlah tanggungan keluarga (number of family dependants).

Jumlah tanggungan keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang biaya hidupnya masih ditanggung oleh pencari nafkah yang masih aktif didalam suatu keluarga. Apabila jumlah tanggungan keluarga dari seorang konsumen semakin banyak, maka permintaannya akan suatu barang akan semakin tinggi tergantung dengan jenis barang yang akan dibelinya. Apabila jumlah tanggungannya semakin rendah maka jumlah barang yang akan dibelinya semakin sedikit, namun tetap tergantung pada jenis barang yang dibelinya juga.

e. Selera masyarakat/taste (T).

Selera masyarakat atau cita rasa masyarakat biasanya akan mengikuti tren yang sedang terjadi di masyarakat. Apabila selera masyarakat akan suatu barang semakin tinggi maka permintaan akan barang tersebut juga akan semakin tinggi namun apabila selera masyarakat akan suatu barang semakin rendah maka permintaannya pun akan semakin rendah.

f. Ramalan mengenai keadaan di waktu yang akan datang.

Isu atau ramalan mengenai keadaan di masa yang akan datang dapat mempengaruhi jumlah permintaan. Apabila isu yang berkembang adalah kenaikan harga di masa yang akan datang maka akan mendorong masyarakat untuk membeli yang lebih banyak di masa yang sekarang. Hal ini tentunya akan meningkatkan permintaan di masa yang sekarang.


(57)

Konsep elastisitas digunakan untuk mengukur seberapa besar perubahan jumlah barang yang diminta akibat adanya perubahan harga. Elastisitas permintaan pasar adalah derajat kepekaan jumlah permintaan terhadap perubahan salah satu faktor yang mempengaruhinya (Boediono, 1982). Elastisitas permintaan merupakan tingkat perubahan harga yang diminta akibat adanya perubahan harga suatu barang. Ukuran kuantitatif yang menunjukkan besarnya pengaruh perubahan harga atau faktor-faktor lainnya terhadap permintaan suatu komoditas disebut elastisitas permintaan (Sugiarto dkk, 2005).

Menurut Suparmoko (1998) Elastisitas permintaan dapat dibedakan menjadi: a. Elastisitas harga permintaan

Elastisitas permintaan terhadap harga adalah persentase perubahan jumlah barang yang diminta dibagi dengan perubahan harga barang tersebut. Elastisitas

permintaan terhadap harga juga diartikan sebagai ukuran kepekaan perubahan jumlah komoditas yang diminta terhadap perubahan harga komoditas tersebut dengan asumsi cateris paribus. Nilai perbandingan antara persentase perubahan jumlah diminta dengan persentase perubahan harga disebut koefisien elastisitas permintaan. Secara matematis, elastisitas permintaan terhadap harga dapat dihitung dengan rumus:

Ed = ∆ /

∆ / =

∆ .

∆ =

∆ ∆

.

...(1)

b. Elastisitas silang

Elastisitas silang adalah perbandingan antara persentase perubahan jumlah barang yang diminta dengan persentase perubahan harga barang lain. Apabila perubahan harga barang Y menyebabkan permintaan barang X berubah, maka sifat hubungan


(58)

33

diantara kedua barang tersebut digambarkan oleh elastisitas silang. Barang-barang yang mempunyai hubungan ini dapat bersifat Barang-barang pengganti ataupun barang pelengkap. Apabila koefisien elastisitas silang bernilai positif, maka barang tersebut sifatnya sebagai barang pengganti. Sebaliknya, jika koefisien elastisitas silangnya bernilai negatif, maka barang tersebut sifatnya saling melengkapi. Secara matematis, elastisitas permintaan silang dapat dihitung dengan rumus:

Es = ∆ /

∆ / =

∆ .

∆ =

∆ ∆

.

...(2)

c. Elastisitas pendapatan

Elastisitas pendapatan adalah perbandingan antara persentase perubahan jumlah barang yang diminta dengan persentase perubahan pendapatan. Secara matematis, elastisitas pendapatan dapat dihitung dengan rumus:

Edi = ∆ / ∆�/� =

∆ . �

∆�= ∆

∆�

. �

...(3) Elastisitas permintaan terhadap pendapatan dapat dibedakan menjadi barang inferior, barang normal, barang netral, dan barang superior. Apabila koefisien elastisitas pendapatan bernilai positif tetapi lebih kecil dari satu, artinya

peningkatan jumlah barang yang diminta sebagai akibat meningkatnya pendapatan konsumen lebih kecil dari proporsionalnya, maka barang tersebut merupakan barang pokok. Apabila barang tersebut merupakan barang inferior, pergeseran kurva permintaan berlainan arah dengan perubahan pendapatan, artinya apabila pendapatan konsumen meningkat, maka konsumen akan mengurangi pembelian terhadap barang tersebut (Suparmoko, 1998).


(1)

105

B. Saran

Berdasarkan uraian hasil dan pembahasan sebelumnya, maka saran yang dapat diberikan adalah:

1. Bagi konsumen dalam mengonsumsi buah mangga indramayu selain dengan tujuan kesukaan, sebaiknya memperhatikan tujuan kesehatan karena buah mangga indramayu mempunyai kandungan gizi yang cukup tinggi. 2. Bagi peneliti lain, disarankan untuk melakukan penelitian sejenis dengan

menambahkan variabel-variabel lain yang belum diteliti dalam penelitian guna mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan mangga indramayu serta melengkapi jumlah pembelian buah mangga arum manis guna menghitung rata-rata tertimbang dari variabel harga mangga arum manis.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Antara News. 2014. LampungProduksi 22 Jenis Buah-Buahan 14 Juta Ton per

Tahun.

http://www.antaranews.com/berita/457679/lampung-produksi-22-jenisbuahbuahan-14juta-ton-pertahun. Diakses pada tanggal 9 Oktober 2014.

Arifianto, N., Wahyuningsih, S., dan Sasongko, L.A. 2008. Preferensi Konsumen Terhadap Buah Semangka Di Semarang. Jurnal Ekonomi Pertanian. Vol.4. No.2. Tahun 2008. htp://www.download.portalgaruda.org/article. php/. Diakses pada tanggal 8 Februari 2015.

Arsyad, L. 1987. Ekonomi Mikro :Ikhtisar Teori dan Soal Jawab. BPFE. Yogyakarta.

Balai Penelitian Tanah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2008.

Budidaya Tanaman Mangga (Mangifera indica). Balai Penelitian

Tanah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.

BPS [Badan Pusat Statistik]. 2013a. Lampung dalam Angka Tahun 2013. Bandar Lampung.

BPS [Badan Pusat Statistik]. 2013b. Metro Dalam Angka. Lampung.

BPS [Badan Pusat Statistik]. 2013c. Survei Sosial Ekonomi (SUSENAS). Jakarta. BPS [Badan Pusat Statistik].2013d. Produksi Buahan-buahan Menurut Provinsi

di Indonesia. Jakarta.

BPS [Badan Pusat Statistik]. 2014. Lampung Dalam Angka. Lampung. Boediono, D. R. 1982. Ekomoni Mikro Edisi Kedua. BPFE. Yogyakarta. Boyd, W.H., Walker, C.O., dan Larreche, J. 2000. Manajemen Pemasaran. Ed

ke-2. Nurmawan, Penerjemah. Erlangga. Terjemahan dari: Marketing

Manajement. Jakarta.

BKPD [Badan Ketahanan Pangan Daerah] Provinsi Lampung. 2014a. Konsumsi


(3)

BKPD [Badan Ketahanan Pangan Daerah] Provinsi Lampung. 2014b. Konsumsi

Buah Penduduk Provinsi Lampung Tahun 2013. Lampung.

Daniel. 2004. Analisis Service Quality, Price, and Corporate Image pada Industri Jasa Penerbangan Menggunakan Pendekatan Stuctural Equation

Modeling (SEM). Central Library Institue Technology Bandung. Bandung

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Daftar Komposisi Bahan

Makanan. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional RI. 2014. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan

Istilah. Pustaka Setia Bandung. Bandung.

Dinas Pengelolaan Pasar Kota Madya Bandar Lampung. 2013. Pasar

Tradisional. Bandar Lampung.

Dinas Pengelolaan Pasar Kota Metro. 2013. Pasar Tradisional. Metro. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura. 2012. Produksi Tanaman

Sayuran dan Buah-buahan Provinsi Lampung Tahun 2011. Bandar

Lampung.

Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura. 2013. Produksi Tanaman

Sayuran dan Buah-buahan Provinsi Lampung Tahun 2012. Bandar

Lampung.

Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura. 2014. Produksi Tanaman

Sayuran dan Buah-buahan Provinsi Lampung Tahun 2013. Bandar

Lampung.

Dinas Perindustrian dan Perdagangan. 2013. Volume Impor Hortikultura. Jakarta.

Eliza. 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumen dalam Pengambilan Keputusan Pembelian Buah di Pasar Arengka (Pasar Tradisional) dan Giant Hipermarket di Kecamatan Tampan, Kota

Pekanbaru. Indonesian Journal of Agriculture (IJAE). Volume 2, No.1.Juli 2011. http://ejournal.unri.ac.id/index.php/IJAE/article/view/1501. Diakses pada tanggal 9 April 2015.

Engel, J.F., Blackwell, R.D., dan Miniard, P.W. 1994. Perilaku Konsumen Jilid 1. Binarupa Aksara. Jakarta.

Ghozali, I. 2009. Ekonometrika: Teori, Konsep dan Aplikasi dengan SPSS 17. Universitas Diponegoro. Semarang.


(4)

Gustiara, I. 2013. Konsumsi Sayur dan Buah pada Siswa SMA Negeri 1 Pekanbaru. Jurnal Precure.Tahun 1.Volume 1. April 2013.

http://jurnal.usu.ac.id/index.php//precure/article/view/4544/2043. Diakses pada tanggal 9 April 2015.

Hasan, M.I. 2002. Metodelogi Penelitian dan Aplikasinya. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Indriani, Y. 2007. Gizi dan Pangan (Buku Ajar). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Kant, I. Gambaran Kebiasaan Makan Masyarakat di Perumahan Allandrew Permai Kelurahan Malalayan I Lingkungan XI Kota Manado. Jurnal

Kedokteran Komunitas dan Tropik. Volume 1.No.3. Agustus 2013.

http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/JKKT/article/view/3323. Diakses pada tanggal 9 April 2015.

Kementerian Pertanian. 2012. Undang-Undang No.60 tentang Rekomendasi

Impor Produk Hortikultura. Jakarta.

Kotler, P. 2002. Manajemen Pemasaran Jilid ke-1. (Molan B, penerjemah). Prenhalindo. Jakarta.

Kuntjoro, S.U. 1984. Permintaan Bahan Pangan Penting di Indonesia. Disertasi. Fakultas Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.

Lipsey, Richard, G., Courant, P.N., Purvis, D.D., dan Steiner, P.O. 1995.

Pengantar Mikroekonomi, Edisi Kesepuluh Jilid satu. Binarupa Aksara.

Jakarta.

Mankiw, N.G. 2003. Teori Makro Ekonomi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Mantra, IB.2003. Demografi Umum. Edisi Kedua. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Maryam, N. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Preferensi

Konsumen Buah di Pasar Cibinong, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Volume 1. No.1. Oktober 2012.Http://faperta.ugm.ac.id. Diakses pada tanggal 8 November 2014. Nasution, A dan Khomsan, A. 1995. Aspek Gizi dalam Perkembangan Pertanian.

Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Olgawati, A.C. 2012. Analisis Citra Beberapa Buah Apel Lokal di Kalangan Konsumen pada Berbagai Pasar di Kota Surakarta. Jurnal Sosial Ekonomi

Pertanian. Vol.2 No.3. 2012. Http://www.agribisnis.fp.uns.ac.id/


(5)

Peter, P.J., Olson, J.C. 2010. Consumer Behaviour dan Marketing Strategy Ninth

Edition. McGraw-Hill Companies, Inc.North American.

Poerwanto, R. 2004. Strategi Pengembangan Buah-buahan dan Peningkatan

Kualitas Buah di Indonesia. Makalah.Direktorat Tanaman Buah. Jakarta.

Pracaya. 2005. Bertanam Mangga. Penebar Swadaya. Jakarta.

Priyatno, D. 2009. Cara Kilat Belajar Analisis Data dengan SPSS 20. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Rapoport, A. 1999. Human Aspect of Urban Form: Toward A Man Enviromental

Approach to Urban Form and Design. Pergamon Press. New York.

Riska, I.Y. 2013. Analisis Preferensi Konsumen terhadap Buah Jeruk Lokal dan Buah Jeruk Impor di Kabupaten Kudus. Jurnal Agribisnis. Volume 1. Nomor 2.Tahun 2013. http://agribisnis.fp.uns.ac.id/analisis-preferensi- konsumen. Diakses pada tanggal 9 Februari 2015.

Rosyidi, S. 1996. Pengantar Teori Ekonomi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Rukmana, R. 2007. Mangga Gedong Gincu : Budi daya, Pengendalian

Mutu, dan Pascapanen. Aneka Ilmu. Semarang.

Sudarman, A. 2004. Teori Ekonomi Mikro : Edisi Empat Buku 1.BPFE-Yogyakarta. 1.BPFE-Yogyakarta.

Suhartati, T., dan Fathororrozi, M. 2003. Teori Ekonomi Mikro. Salemba Empat. Jakarta.

Sudiyarto. 2007. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Buah Impor.

Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian. Vol.1. No.2. November 2007.

http://jurnal.enej.ac.id/index.php/JSEP. Diakses pada tanggal 10 Februari 2015.

Sugiarto, D., Siagian, L.T., Sunaryanto dan Oetomo, D.S. 2001. Teknik Sampling. Gramedia. Jakarta.

Sugiarto, H.T., Brastoro, dan Said, K . 2005. Ekonomi Mikro. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Sugiyono. 2004. Metode Penelitian bisnis.CV. Alfabeta. Bandung Sumarwan, U. 2004. Perilaku Konsumen Teori dan Penerapannya dalam


(6)

Sumawidari, I. 2013. Faktor- Faktor yang Menentukan Permintaan Buah Lokal pada Hotel Berbintang di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung. Jurnal

Manajemen Agribisnis. Vol.1. No.1. Mei 2013. http://ojs.unud.ac.id/

index.php/. Diakses pada tanggal 10 Februari 2015. Sumodiningrat, D.2002. Ekonometrika Pengantar.BPFE. Jakarta.

Sunarjono, H. 2006. Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah. Penebar Swadaya. Depok.

Suparman. 1990. Statistik Sosial. Rajawali Pers. Jakarta.

Suparmoko, M. 1998. Metode Penelitian Praktis. BPPE. Yogyakarta. Susanti. 1995. Indikator –indikator Makroekonomi. LPFE UI. Jakarta. Usman, H. 2006. Pengantar Statistika. Bumi Aksara. Jakarta.

Widarjono, A. 2009. Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya. Penerbit Ekonisia. Yogyakarta.

Widodo, A. 1996. Analisa Situasi Pangan dalam Program Diverifikasi Pangan dan Gizi. Makalah disampaikan pada Latihan Sistem Kewaspadaan Produksi dan Ketersediaan Pangan 25 Juli 1996.

Wijaya, A. 2006. Analisis Pertumbuhan Permintaan dan Penawaran Buah Mangga di Jawa Timur. Jurnal Ekonomi Pertanian. Vol.2. No.3. Maret 2006. http://eprints.umm.ac.id/. Diakses pada tanggal 9 Februari 2015. Wirawan, I.G. 2013. Permintaan Buah Pisang Ambon oleh Konsumen Rumah

Tangga di Kecamatan Denpasar Barat, Kota Denpasar, Provinsi Bali.

Jurnal Ekonomi Kuantitatif Terapan.Vo 6.No.1.Februari 2013.

http://www.download.portalgaruda.org/article.php?. Diakses pada tanggal 7 November 2014.