Analisis pemasaran buah mangga arumanis (mangifera indica l.) di kabupaten Magetan

ANALISIS PEMASARAN BUAH MANGGA ARUMANIS (Mangifera indica L.) DI KABUPATEN MAGETAN

A. SKRIPSI

Oleh :

Erwanto

H 1306010

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan sub sektor tanaman holtikultura pada dasarnya merupakan bagian integral dan tidak terpisahkan dari pembangunan pertanian dalam upaya mewujudkan program pembangunan secara nasional. Hortikultura merupakan bidang pertanian yang cukup luas yang mencakup buah-buahan, sayur-sayuran dan bunga yang secara keseluruhan dapat ditemukan pada ketinggian 0 – 1000 m di atas permukaan air laut, maka dari itu areal yang ada di Indonesia hampir seluruhnya dapat digunakan dalam penguasaan tanaman hortikultura (Rahardi et. al., 2003).

Usahatani hortikultura khususnya buah-buahan di Indonesia selama ini hanya dipandang sebagai usaha sampingan yang sederhana serta ditanam di pekarangan atau areal sempit, penerapan teknik budidaya, dan penanganan pasca panen yang masih sederhana. Permintaan pasar terhadap buah baik dari pasar lokal maupun pasar ekspor yang menghendaki mutu tertentu, ukuran seragam dan pasokan buah yang berkesinambungan. Oleh karena itu dalam rangka mengembangkan buah-buahan di Indonesia dan untuk meningkatkan daya saingnya baik di pasar lokal maupun pasar ekspor, pemerintah menggalangkan pembangunan pertanian bidang hortikultura dan strategi pemasarannya (Arifin et. al., 1997).

Pemasaran komoditi pertanian Indonesia merupakan bagian yang paling lemah dalam mata rantai perekonomian. Hal ini berarti efisiensi dibidang pemasaran masih rendah sehingga kemungkinan untuk mempertinggi tingkat efisiensi masih besar (Mubyarto, 1995). Pemasaran merupakan faktor yang sangat penting dalam dunia usaha, tanpa adanya suatu pemasaran maka pendistribusian produksi hasil olahan maupun pertanian akan terhambat atau tidak sampai pada konsumen ataupun sasaran yang dituju. Untuk itulah pemasaran sangat penting untuk mewujudkan pembangunan pertanian Indonesia.

Aspek pemasaran memang penting bila mekanisme pemasaran berjalan baik, maka semua pihak yang terlibat akan diuntungkan. Oleh karena itu peranan lembaga pemasaran yang biasanya terdiri dari produsen, tengkulak, pedagang pengumpul, eksportir, importir atau lainnya menjadi amat penting. Lembaga pemasaran ini, khususnya bagi negara berkembang, yang dicirikan oleh lemahnya pemasaran hasil pertanian, akan menentukan mekanisme pasar (Soekartawi, 2001).

Mangga adalah buah yang berasal dari India, oleh karena itu bernama latin Mangifera indica. Tercatat ada 2000 jenis varietas di dunia. Mangga memiliki kandungan Vitamin A, C dan E yang sangat bagus untuk keremajaan kulit dan mencegah kanker. Mangga mengandung karotenoid yang disebut crytoxanthin , yaitu bahan penumpas kanker yang baik. Kandungan asam galat yang ada di mangga, sangat baik untuk pencernaan, selain itu kandungan riboflavin- nya baik untuk menjaga kesehatan mata, mulut dan tenggorokan (Pradnyamita, 2008).

Thailand adalah salah satu produsen utama buah-buahan tropis di dunia. Walaupun kebanyakan dari buah-buahan tropis dari Thailand dikonsumsi dalam negeri, namun banyak juga yang diekspor. Buah-Buahan yang diekspor adalah harus bermutu tinggi salah satunya adalah buah mangga. Pemerintah Thailand telah mengeluarkan kebijakan nasional untuk memusatkan pada peningkatan mutu, efisiensi ekonomi, pemasaran dan berdagang buah mangga. Mangga sudah ditanam di Indonesia dan Myanmar lebih dari 4,000 tahun. Mangga adalah salah satu buah-buahan Thailand populer seperti halnya dari banyak lain Negara-Negara Asia. Thailand mempertimbangkan berbagai cultivar mangga untuk di usahakan secara komersial, diproduksi dan dijual. Mangga di Thailand digunakan sebagai buah pencuci mulut dan dimakan dalam kondisi belum masak. Kelebihannya adalah mempunyai daging yang enak dan sangat manis biasanya dimakan dengan beras/nasi lengket Pada tahun 2005, penanaman mangga di Thailand menggunakan area seluas 316.032.16 ha dan produksinya sebesar 2.080.650 ton. Kebanyakan produksi Thailand adalah salah satu produsen utama buah-buahan tropis di dunia. Walaupun kebanyakan dari buah-buahan tropis dari Thailand dikonsumsi dalam negeri, namun banyak juga yang diekspor. Buah-Buahan yang diekspor adalah harus bermutu tinggi salah satunya adalah buah mangga. Pemerintah Thailand telah mengeluarkan kebijakan nasional untuk memusatkan pada peningkatan mutu, efisiensi ekonomi, pemasaran dan berdagang buah mangga. Mangga sudah ditanam di Indonesia dan Myanmar lebih dari 4,000 tahun. Mangga adalah salah satu buah-buahan Thailand populer seperti halnya dari banyak lain Negara-Negara Asia. Thailand mempertimbangkan berbagai cultivar mangga untuk di usahakan secara komersial, diproduksi dan dijual. Mangga di Thailand digunakan sebagai buah pencuci mulut dan dimakan dalam kondisi belum masak. Kelebihannya adalah mempunyai daging yang enak dan sangat manis biasanya dimakan dengan beras/nasi lengket Pada tahun 2005, penanaman mangga di Thailand menggunakan area seluas 316.032.16 ha dan produksinya sebesar 2.080.650 ton. Kebanyakan produksi

Buah-Buahan adalah suatu sub-sector penting di sektor pertanian di Pakistan. Komoditi buah unggulan di Pakistan adalah buah mangga. Tanaman mangga mangga menduduki posisi paling utama kedua setelah pohon jeruk. Luas area dan produksi buah jeruk sekitar 173 ribu hektar dan mangga sekitar

86 ribu hektar). Konsumen Mangga semakin banyak seiring dengan tingkat konsumsi buah. Kelezatan/ kehalusan, dan bahan gizi menjadikan buah mangga banyak digemari penduduk Pakistan. Produsen Mangga dituntut untuk meningkatkan produksinya sehingga mampu meningkatkan pendapatan dan penghasilan produsen mangga, dan diharapkan mampu melakukan ekspor mangga baik skala Timur Tengah Maupun Eropa. Produksi buah mangga Pakistan masih rendah, sekitar 8-9 ton/ha, hal ini disebabkan petani yang miskin, manajemen praktek yang kurang baik sehingga menyebabkan kerugian. Pemerintah Pakistan mengelurakan kebijakan penggunaan pupuk secara efektif, irigasi tepat waktu. Penanganan pasca panen yang baik, petik buah dewasa, dan pengangkutan yang baik. Selain itu menyediakan pasar buah dan menguraikan operasi serta struktur saluran pemasaran mangga dan untuk mengukur memasarkan garis tepi produsen dan para perantara pasar (Muhammed dan Laurence, 1996).

Komoditas pertanian Indonesia termasuk mangga sudah memasuki era perdagangan bebas, status pasarnya sudah mendunia, persaingan pemasaran tidak terbatas pada Negara ASEAN (AFTA) tetapi secara frontal sudah masuk ke pasar Internasional. Produk mangga Indonesia harus bersaing dengan mangga dari Negara lain seperti mangga Thailand, Philipina, India, Meksiko, Brazil dan Australia. Lebih jauh, arena persaingan tidak saja terjadi di pasar ekspor/luar negeri tetapi juga terjadi di pasar dalam negeri terutama pasar modern seperti supermarket, hypermarket, fruitshop, hotel berbintang, dan usaha katering, sejalan dengan terbukanya pintu impor mangga luar (Sumarno, 2003).

Pradnyamita (2008) mengungkapkan, mangga merupakan satu genus tumbuhan yang terdiri dari pada 35 spesies pokok buah tropika dalam Famili Anacardiaceae . Mangga merupakan tanaman tahunan dan salah satu komoditas buah-buahan yang ada di Indonesia. Mangga banyak mengandung sumber vitamin dan mineral, mangga juga memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi.

Mangga (Mangifera indica) termasuk komoditas buah unggulan Nasional yang mampu berperan sebagai sumber vitamin dan mineral, meningkatkan pendapatan petani, serta mendukung perkembangan industri dan ekspor. Pada tahun 2003, volume ekspor mangga Indonesia mencapai 559 ribu ton atau setara dengan 461 ribu US$ sedangkan volume impor mencapai 348 ribu ton atau setara dengan 329 ribu US$. Jadi volume ekspor mangga Indonesia masih lebih tinggi dibandingkan volume impor sebanyak 211 ribu ton atau setara dengan 132 US$ (Ditjen Hortikultura, 2004). Pengembangan mangga Nasional diarahkan ke wilayah-wilayah sentra produksi yang sudah dikenal, paling luas berturut-turut ke wilayah Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Bali, NTB, Sulawesi Selatan, dan NTT.

Dalam upaya meningkatkan daya saing pemasaran, baik di pasar dalam negeri maupun pasar internasional, tidak ada jalan lain bagi petani mangga Indonesia melainkan harus bekerja keras, menyediakan produk melimpah dengan mutu tinggi dan diproduksi dengan biaya efisien.

Kusumo et. al., (1989) menginformasikan bahwa selama ini upaya pemasaran mangga Indonesia menjumpai beberapa permasalahan yaitu produk tidak seragam ukurannya, penampilan kurang menarik, tingkat kematangan tidak menentu, kehilangan hasil sekitar 5-15 persen, dan belum ada karakterisisasi patologi untuk menentukan perlakuan pasca panen/pestisida. Di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan Buah Mangga merupakan salah satu komoditas buah unggulan diantara komoditas lainnya seperti durian, pisang, rambutan, sawo, dan salak. Kelebihan buah mangga jenis Arumanis adalah rasa buah ini amat manis dan baunya lebih harum menyengat bercampur Kusumo et. al., (1989) menginformasikan bahwa selama ini upaya pemasaran mangga Indonesia menjumpai beberapa permasalahan yaitu produk tidak seragam ukurannya, penampilan kurang menarik, tingkat kematangan tidak menentu, kehilangan hasil sekitar 5-15 persen, dan belum ada karakterisisasi patologi untuk menentukan perlakuan pasca panen/pestisida. Di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan Buah Mangga merupakan salah satu komoditas buah unggulan diantara komoditas lainnya seperti durian, pisang, rambutan, sawo, dan salak. Kelebihan buah mangga jenis Arumanis adalah rasa buah ini amat manis dan baunya lebih harum menyengat bercampur

Dalam kurun waktu 5 (lima) tahun (2004 – 2008), produksi buah mangga Arumanis berfluktuasi. Adapun data produksi buah di Kabupaten Magetan tersaji pada Tabel 1 berikut :

Tabel 1. Produksi Buah di Kabupaten Magetan Tahun 2004 – 2008 Total Produksi (Ton)

No. Komoditas

393 986 Sumber : Kabupaten Magetan Dalam Angka 2009

Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa produksi mangga Arumanis di Kabupaten Magetan tertinggi apabila dibandingkan dengan produksi buah- buahan yang lain. Produksi buah mangga tertinggi pada tahun 2008 yaitu sebesar 292.259 ton. Tahun 2004 ke tahun 2005 produksi buah mangga yang semula 246.259 ton menjadi 126.978 ton mengalami penurunan sebesar 119.281 ton. Tahun 2006 mengalami kenaikan produksi menjadi 275.001 ton. Tahun 2007 produksi buah mangga mengalami penurunan menjadi 74.026 ton. Pada tahun 2008, produksi buah mangga mengalami peningkatan yang cukup tinggi menjadi 292.259, peningkatannya sebesar 218.233 ton.

Produksi buah mangga yang berfluktuatif ini disebabkan oleh tingkat perawatan pohon mangga yang berbeda tiap tahunnya dan kondisi cuaca yang tidak menentu tiap tahunnya. Dalam hal pemasaran, buah mangga Arumanis masih terbatas Jawa Barat dan Surabaya. Alasannya ternyata sampai saat ini masih dijumpai beberapa kendala diantaranya mencakup pola saluran, biaya, margin, keuntungan dan efisiensi pemasaran. Hal ini sangat mempengaruhi pemasaran buah mangga Arumanis di Kabupaten Magetan. Melihat potensi yang ada dan permintaan pasar yang terus meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk serta produksi yang masih bisa ditingkatkan lagi maka Produksi buah mangga yang berfluktuatif ini disebabkan oleh tingkat perawatan pohon mangga yang berbeda tiap tahunnya dan kondisi cuaca yang tidak menentu tiap tahunnya. Dalam hal pemasaran, buah mangga Arumanis masih terbatas Jawa Barat dan Surabaya. Alasannya ternyata sampai saat ini masih dijumpai beberapa kendala diantaranya mencakup pola saluran, biaya, margin, keuntungan dan efisiensi pemasaran. Hal ini sangat mempengaruhi pemasaran buah mangga Arumanis di Kabupaten Magetan. Melihat potensi yang ada dan permintaan pasar yang terus meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk serta produksi yang masih bisa ditingkatkan lagi maka

Pemasaran buah mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan konsumen di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan saja, akan tetapi juga dipasarkan ke luar Kabupaten Magetan, antara lain Surabaya dan Jakarta. Untuk menjangkau pasar yang lebih luas tersebut produsen tidak mampu apabila hanya mengandalkan penjualan langsung kepada konsumen. Sehingga dalam pemasaran buah mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan melibatkan beberapa lembaga pemasaran agar dapat menyalurkan produk dengan cepat dan tepat.

Peran dari lembaga pemasaran sangat penting dalam rangka menyampaikan hasil produksi kepada konsumen. Mengingat buah mangga Arumanis di Kabupaten Magetan berpotensi untuk lebih dikembangkan agar dapat memenuhi kebutuhan akan buah di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan maupun di luar Kabupaten Magetan. Hal ini yang mendorong peneliti untuk mengetahui lebih lanjut mengenai pemasaran buah mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan.

B. Perumusan Masalah

Komoditi mangga di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan cukup terkenal terutama mangga Gadung atau mangga Arumanis, baik dikenal masyarakat Kabupaten Magetan maupun luar Kabupaten Magetan. Harga mangga yang relatif murah pada musin panen raya, selain itu buah mangga Arumanis memiliki kelebihan tekstur buah yang lembut sedikit serat, manis dan harum aroma buahnya, hal inilah yang menjadikan produk buah mangga Arumanis banyak diminati konsumen.

Pemasaran mangga Arumanis di Kabupaten Magetan agar dapat menjangkau pemasaran mangga yang luas yaitu lokal maupun luar Kabupaten Magetan, maka produsen mangga tidak akan mampu bila hanya

mengandalkan penjualan secara langsung kepada konsumen. Untuk itu diperlukan adanya saluran distribusi yang berupa lembaga penyalur yaitu penebas, pedagang pengumpul, pedagang besar, Agen dan pedagang pengecer agar produk dapat tersalurkan dengan cepat dan tepat. Hal ini disebabkan buah mangga Arumanis sebagai komoditi unggulan di Kabupaten Magetan mempunyai sifat mudah busuk dan tidak tahan lama, dengan alasan itu maka mangga harus segera sampai ke konsumen jika produsen mangga dan lembaga pemasaran tidak ingin mengalami kerugian yang lebih besar. Banyaknya lembaga atau pedagang buah mangga Arumanis tidak termanfaatkan dengan baik oleh petani untuk menjual hasil produksinya untuk mendapatkan tingkat harga yang lebih tinggi, petani cenderung tidak mau mencari informasi terkait harga buah mangga Arumanis atau pedagang yang mau membeli buah mangga Arumanisnya dengan harga yang lebih tinggi dimana kebiasaan petani menjual buah mangga Arumanisnya dengan sistem tebasan maupun ijon. Menurunnya mutu setiap musim panen buah mangga Arumanis menyebabkan harga jual buah mangga Arumanis rendah apalagi setelah musim hujan datang dimana kualitas buah mangga Arumanis menurun dan berdampak pada pendapatan petani.

Berdasar uraian diatas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana pola saluran pemasaran buah mangga Arumanis di Kabupaten Magetan ?

2. Bagaimana tugas dan fungsi lembaga-lembaga pemasaran buah mangga Arumanis di Kabupaten Magetan.

3. Berapa besar biaya, keuntungan dan marjin pemasaran buah mangga Arumanis di Kabupaten Magetan ?

4. Saluran pemasaran manakah dari pemasaran buah mangga Arumanis di Kabupaten Magetan yang paling efisien secara ekonomi ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pola saluran pemasaran buah mangga Arumanis di Kabupaten Magetan.

2. Untuk mengetahui tugas dan fungsi lembaga-lembaga pemasaran buah mangga Arumanis di Kabupaten Magetan.

3. Untuk menganalisis biaya, keuntungan dan marjin pemasaran buah mangga Arumanis di Kabupaten Magetan.

4. Untuk mengetahui saluran pemasaran buah mangga Arumanis di Kabupaten Magetan yang paling efisien secara ekonomi.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini meliputi :

1. Bagi Peneliti, diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan terutama yang berkaitan dengan topik penelitian serta merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Magetan, diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan, serta dapat memberikan sumbangan pemikiran, evaluasi terhadap penetapan kebijakan, terutama kaitannya dengan pemasaran buah mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan.

3. Bagi petani buah mangga Arumanis, hasil dari penelitian ini dapat memberikan informasi tentang pentingnya sebuah pemasaran sehingga diharapkan mampu meningkatkan pendapatan ditingkat petani mangga. Diharapkan petani mampu menjual buah mangga Arumanisnya ke pedagang yang membeli dengan harga tinggi.

4. Bagi lembaga pemasaran, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tentang strategi pemasaran dan saluran pemasaran yang paling efisien sehingga diharapkan mampu meningkatkan keuntungan bagi masing- masing lembaga pemasaran tersebut.

5. Bagi pembaca dan peminat permasalahan yang sama, diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan kajian guna menambah wawasan dan pengetahuan serta sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.

II. LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian dari Kumalawati, E (2004) dengan judul Analisis Pemasaran Komoditi White Melon di Kabupaten Sragen terdapat dua saluran yaitu :

1. Saluran I :

P eta n i

K o n su m en (E k sp o rtir)

2. Saluran II :

Petani

Pedagang Pengum pul

K onsum en (Eksportir)

Saluran yang paling banyak digunakan oleh petani white melon di Kabupaten Sragen adalah saluran I. Pada saluran pemasaran I biaya pemasaran untuk grade A sebesar Rp 605,44/kg dan untuk grade B sebesar Rp 498,62/kg dan pada saluran pemasaran II biaya pemasaran untuk grade

A sebesar Rp 479,19/kg sedangkan untuk grade B sebesar Rp 409,15/kg. Total biaya pemasaran terbesar dikeluarkan oleh saluran I pada grade A. Lembaga pemasaran dalam hal ini pedagang pengumpul mengeluarkan biaya pemasaran berupa biaya transportasi/pengangkutan, resiko, sewa gudang dan bongkar muat. Keseluruhan biaya pemasaran yang dikeluarkan pedagang pengumpul untuk grade A sebesar Rp 352,9/kg (35,29%) dan untuk grade B sebesar Rp 315,4 kg (42,05%).

Besarnya keuntungan pemasaran pada saluran pemasaran II adalah Rp 47,1/kg untuk grade A dan Rp 179,63/kg untuk grade B. Besarnya marjin pemasaran pada saluran pemasaran I adalah Rp 605,44/kg untuk grade A dan Rp 498,64/kg untuk grade B dan pada saluran pemasaran II adalah Rp 526,29/kg untuk grade A dan Rp 588,78/kg untuk grade B. Marjin pemasaran terbesar dimiliki oleh saluran pemasaran I untuk grade

A. Nilai farmer’s share pada saluran I untuk grade A adalah 39,46% dan untuk grade B sebesar 33,52% sedangkan pada saluran pemasaran II nilai farmer’s shahrenya untuk grade A 47,37% dan untuk grade B 21,5%.

Saluran pemasaran I untuk grade A merupakan saluran yang secara ekonomis lebih efisien dengan marjin pemasaran terendah (52,63%) dan bagian petani yang diterima petani tertinggi (47,37%).

Penelitian dari Susilo, H (2006) dengan judul Efisiensi Pemasaran Melon di Kabupaten Klaten menyatakan terdapat tiga (3) macam saluran pemasaran yaitu :

1. Saluran I

Petani

Pedagang Besar

Konsumen

2. Saluran II

Petani

Pedagang Pengumpul

Pedagang Pengecer Konsumen

3. Saluran III :

Petani

Pedagang Pengumpul

Pedagang Besar Konsumen

Saluran yang banyak digunakan untuk petani adalah pada saluran I sebanyak 29 responden atau sebesar 72,5%. Rata-rata biaya pada saluran I sebesar Rp 944,00/kg (25,51%) yang terdiri dari Rp 17,00/kg dikeluarkan oleh petani dan Rp 927,00/kg oleh pedagang besar. Pada saluran II biaya sebesar Rp 1133,00/kg (36,65%) terdiri dari petani mengeluarkan Rp 28,00/kg, pedagang pengumpul sebesar Rp 675,00/kg dan pedagang besar Rp 431,00/kg sedangkan pada saluran III sebesar Rp 1805,00/kg (40,11%) terdiri dari biaya petani Rp 18,00/kg, biaya pedagang pengumpul Rp 722,00/kg dan biaya pengecer Rp 1065,00/kg, biaya terbesar pada saluran III.

Besarnya keuntungan yang diambil lembaga pemasaran tertinggi pada saluran III sebesar Rp 1013,00/kg (22,50%) terdiri dari keuntungan pedagang pengumpul Rp 578,00/kg (12,84%) dan pengecer Rp 435,00/kg (9,66%). Saluran I mengambil keuntungan sebesar Rp 224,00/kg (6,06%) dan saluran II sebesar Rp 894,00/kg (23,96%).

Selisih harga dari produsen ke konsumen atau yang lebih dikenal dengan marjin pemasaran terbesar pada saluran III, sebesar Rp 2818,00/kg (62,62%) terdiri dari marjin dari petani.

Penelitian Ekawati, S (2008) dengan judul Analisis Pemasaran Mangga (Mangifera indica L.) Di Kecamatan Jatibarang Kabupaten Indramayu terdapat tiga macam saluran pemasaran yaitu :

1. Saluran I

2. Saluran II

3. Saluran III

Saluran pemasaran yang paling banyak digunakan petani adalah saluran pemasaran II yaitu sebesar 48,72%. Marjin pemasaran yang paling besar dari keempat jenis mangga adalah jenis mangga Gedong, yaitu sebesar Rp 2750,00/kg, paling kecil adalah jenis mangga Arumanis sebesar Rp 975,00/kg. Marjin pemasaran pada saluran I yang paling rendah yaitu pada mangga Arumanis sebesar Rp 975,00/kg dengan farmer’s share sebesar 51,25%, paling besar dan bagian yang diterima petani besar adalah mangga Gedong, yaitu sebesar Rp 2750,00/kg dengan farmer’s share 42,10%. Saluran pemasaran II yang paling rendah farmer’s sharenya adalah mangga Arumanis, yaitu sebesar 28,26%. Saluran pemasaran efisien karena memiliki marjin yang rendah yaitu sebesar Rp 500,00/kg dan farmer’s share yang tinggi, yaitu sebesar 66,67%.

Penelitian-penelitian diatas dijadikan sebagai acuan atau bahan referensi acuan peneliti untuk menganalisis pemasaran Buah Mangga Arumanis (Mangifera indica L.) di Kabupaten Magetan. Berdasarkan penelitian sebelumnya diketahui bahwa terdapat beberapa kesamaan, sehingga menjadi pertimbangan peneliti dalam menyusun rencana penelitian, adapun kesamaan-kesamaan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Adanya kesamaan dalam grading buah untuk pemasaran dalam penelitian Kumalawati, E (2004)

2. Adanya kesamaan topik dalam bidang kajian penelitian, yaitu mengenai pemasaran mangga dalam penelitian Ekawati, S (2008).

3. Berdasarkan penelitian sebelumnya diketahui lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran tanaman hortikultura serta pendeknya saluran pemasaran hortikultura merupakan salah satu faktor penentu efisiensi pemasaran yang dilakukan.

4. Berdasarkan penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa semakin pendek saluran pemasaran suatu produk dengan marjin pemasaran rendah serta farmer’s share yang tinggi, maka pemasaran akan semakin efisien serta memberikan keuntungan kepada produsen.

B. Tinjauan Pustaka

1. Komoditi Mangga (Mangifera indica L) Menurut AAK (1996), sistematika mangga (Mangifera indica L.) adalah sebagai berikut : Spesies (Jenis) : Mangifera indica L Genus

Ordo : Sapindales Kelas

: Dicotyledoneae (berkeping dua)

Sub devisi : Angiospermae (berbiji tertutup) Devisi : Spermatophyta (tumbuhan biji)

Tanaman mangga memiliki toleransi tumbuh yang tinggi, baik di dataran rendah maupun dataran tinggi dengan keadaan volume curah hujan sedikit atau banyak. Akan tetapi untuk memperoleh pertumbuhan dan hasil produksi yang optimum sebaiknya mangga ditanam pada suatu areal yang memiliki ketinggian maksimum 500 m diatas permukaan laut. Dengan

C. Tanaman mangga sangat cocok ditanam pada tanah ringan, lempung berpasir dengan perbandingan yang seimbang (Sandy Loams) dengan pH ideal 5,5 – 6,0 (AAK, 1996).

temperatur 24 – 27 0

Menurut Pracaya (2001), bahwa buah mangga terdiri dari kulit, kurang lebih 11% – 18%, pelok 14% – 22%, sedangkan daging buah menduduki bagian yang paling besar, yakni 60% – 75%. Adapun susunan nilai makanan dan komposisi kimia buah mangga, dapat diuraikan sebagai berikut :

Tabel 2. Komposisi Kimia dan Nilai Makanan Buah Mangga Unsur-unsur

Nilai Rata-rata Buah Manga yang terkandung

Sudah Masak Air

Masih Mentah

86,1% Protein

0,6% Lipid/lemak

1,1% Bahan Mineral

0,3% - Kapur

0,01% - Fosfor

0,02% - Besi

0,3 mg/gr Vitamin - Vitamin A

4,5 mg/gr

38 mg - Riboflamin (Vit. B2)

41 mg

0,05 mg/100 gr - Thiamin(Vit. B1)

0,03 mg/100 gr

0,04 mg/100 gr - Vitamin C

13 mg/100 gr - Asam nicotinat

3 mg/100 gr

0,3 mg/100 gr Nilai kalori setiap 100 g

50-60 gr Sumber : Pracaya, 2001

39 gr

Mangga ranum segar mengandung air sekitar 90 persen, sedangkan yang sudah masak sekitar 86 persen. Vitamin A sebesar 41 mg pada mangga ranum, dan 38 mg mangga yang sudah masak, selain itu juga Mangga ranum segar mengandung air sekitar 90 persen, sedangkan yang sudah masak sekitar 86 persen. Vitamin A sebesar 41 mg pada mangga ranum, dan 38 mg mangga yang sudah masak, selain itu juga

Mangga tergolong kelompok buah “batu” berdaging dengan bentuk, ukuran, warna, dan citarasa (aroma-rasa-tekstur) beraneka. Bentuk mangga ada yang bulat penuh, seperti mangga Gedong, dan bulat panjang, seperti mangga Arumanis dan mangga Manalagi, Mangga Kopek berbentuk bulat pipih, sedang mangga Golek lonjong (Pracaya, 2001).

Kandungan Vitamin C mangga cukup layak diperhitungkan. Setiap 100 gram bagian mangga masak yang dapat dimakan memasok Vitamin C sebanyak 41 mg, mangga muda bahkan hingga 65 mg. Berarti, dengan mengkonsumsi mangga ranum 150 gram atau mangga golek 200 gram (1/2 buah ukuran kecil), kecukupan Vitamin C yang dianjurkan untuk laki-laki dan perempuan dewasa per hari (masing-masing 60 mg) dapat terpenuhi (Deptan, 2009).

Mangga Arumanis (sebutan Probolinggo) AAK (1996), berasal dari kata harum dan manis, yang memiliki ciri khas dan perbedaan yang nyata apabila dibandingkan dengan mangga jenis lainnya. Adapun tanda- tandanya adalah :

a. Berat rata-rata 385 gram/buah, panjang 13 cm, lebar 8 cm dan tebal 7,5 cm.

b. Bentuk agak panjang, melengkung sedikit, bahunya tegak lebar, ujung agak bundar.

c. Kulit tipis, warna hijau tua sampai hijau biru-biruan, bertotol-totol coklat keputihan.

d. Buah yang sudah tua siap dipetik, diselimuti lapisan lilin halus, pada tampuk (pangkal buah) berwarna hijau kecoklat-coklatan.

e. Dagingnya kuning belerang, serat halus, berair dan berbau harum menyengat

Mangga Arumanis yang berasal dari daerah Probolinggo, Jawa Timur ini merupakan salah satu varietas unggul yang telah dilepas oleh Menteri Pertanian. Buahnya berbentuk jorong, berparuh sedikit, dan ujungnya meruncing. Pangkal buah berwarna merah keunguan, sedangkan bagian lainnya berwarna hijau kebiruan. Kulitnya tidak begitu tebal, berbintik-bintik kelenjar berwarna keputihan, dan ditutupi lapisan lilin. Daging buahnya tebal, berwarna kuning, lunak, tak berserat, dan tidak begitu banyak mengandung air. Rasanya manis segar, tetapi pada bagian ujungnya kadang-kadang terasa asam. Bijinya kecil, lonjong pipih, dan panjangnya antara 13-14 cm. Panjang buahnya dapat mencapai 15 cm dengan berat rata-rata per buah 450 g. Produktivitasnya cukup tinggi,

dapat mencapai 54 kg/pohon (Anonim b , 2005). Mangga Arumanis mempunyai keunggulan apabila dibandingkan

dengan mangga jenis lain. Bentuknya agak panjang dan lebar, berkulit tipis, warna hijau tua sampai hijau biru-biruan, bertotol-totol coklat keputihan dengan rasa manis yang unik menjadi keunggulannya. Nilai lebih mangga ini makin lengkap bila mencium aromanya yang khas yaitu harum bercampur manis, tidak cuma dari baunya, mangga Arumanis ini apabila masak berwarna kuning belerang, serat halus, dan berair.

Kelebihan mangga Arumanis terletak pada aroma dan rasanya. Mangga Arumanis setelah dipetik dari pohon, bisa awet sampai sepuluh hari dan tidak membusuk. Hal itulah yang membedakannya dengan mangga jenis lain yang tiga hari saja warnanya menguning dan cepat membusuk. Perbedaan lainnya juga ada pada aroma. Aroma mangga Arumanis lebih menusuk. Rasa manisnya juga lebih "legit" dan dagingnya "pulen" karena seratnya sedikit dan halus (Anonim, 2005).

2. Pasca Panen Buah Mangga Arumanis Mutu buah mangga dapat berkurang setelah dipanen apabila tidak diambil tindakan-tindakan yang memadai untuk mengawetkan buah.

(Anonim a , 2002). Dikatakan bahwa di Indonesia sekitar 50% dari hasil panen musnah karena penanganan pasca-panen yang tidak memadai.

Sehingga diperlukan penanganan yang baik, diantaranya :

a. Pemanenan Tingkat ketuaan buah saat dipanen berpengaruh terhadap mutu dan rasa buah setelah panen. Buah yang dipanen haruslah yang sudah cukup tua tapi belum matang, sehingga perkembangan buah sudah maksimal dan buah siap memasuki periode pematangan. Buah mangga dipanen dengan tangan. Memanen mangga sangat mudah karena dengan tarikan yang lemah buah yang sudah masak akan lepas. Pemanen biasanya memanjat pohon mangga dan langsung mengambil buahnya atau menggunakan keranjang yang diikatkan pada sebatang galah panjang. Kadang-kadang diikatkan pula gunting pada galah untuk memotong tangkai buah. Bila digunakan gunting, sebuah keranjang yang diikatkan pada sebatang galah ditempatkan di bawah buah yang akan dipotong, untuk mencegah jatuhnya buah ke tanah. Tidak baik merontokkan, melempar, atau menjatuhkan buah mangga langsung ke tanah karena akan membuat tekstur buah rusak. Buah mangga yang telah dipanen tidak boleh langsung terkena sinar matahari, angin, atau hujan, baik di lapangan mapun waktu diangkut.

b. Sortasi Buah hasil panen dikumpulkan di tempat yang teduh dan bersih untuk diseleksi (gudang). Seleksi dilakukan untuk memisahkan buah yang tidak dikehendaki, seperti buah busuk, buah muda, buah matang/lewat matang, buah cacat karena hama/penyakit, buah memar, luka atau pecah karena jatuh, dan buah berukuran/berbentuk tidak normal disingkirkan. Sortasi biasanya dilakukan dengan tangan yang dikerjakan oleh karyawan-karyawan penyortir. Pengukuran buah b. Sortasi Buah hasil panen dikumpulkan di tempat yang teduh dan bersih untuk diseleksi (gudang). Seleksi dilakukan untuk memisahkan buah yang tidak dikehendaki, seperti buah busuk, buah muda, buah matang/lewat matang, buah cacat karena hama/penyakit, buah memar, luka atau pecah karena jatuh, dan buah berukuran/berbentuk tidak normal disingkirkan. Sortasi biasanya dilakukan dengan tangan yang dikerjakan oleh karyawan-karyawan penyortir. Pengukuran buah

c. Grading Buah mangga yang telah melewati tahap sortasi kemudian ditata kedalam peti berdasarkan ukuran atau grading untuk kemudian dilakukan pengemasan dan pemeraman. Macam dan kriteria grade mangga ditentukan oleh pemilik/pedagang buah ataupun permintaan pasar. Disamping itu, tidak ada standar buah mangga, yang menggolongkan mutu buah mangga ke dalam Mutu-mutu yang diinginkan.

d. Pengepakan dan Pemeraman Buah yang lolos sortir kemudian dimasukkan ke dalam wadah berupa peti/kotak untuk dilakukan pemeraman sesuai dengan grade yang diinginkan oleh pedagang. Pada peti/kotak buah untuk pemeraman bagian dasar dan dinding keranjang harus dilapisi dengan kertas semen atau daun-daunan dan jerami agar tidak menyebabkan lecet pada kulit buah. Tidak dianjurkan menggunakan koran karena tintanya dapat mengotori kulit buah. Buah harus dilindungi dari sinar matahari selama dalam pengangkutan untuk menghindari kelayuan. Selain itu juga diperlukan gas etilen dari karbid, belerang, dan kunyit untuk mempercepat proses pemasakan buah dan menambah warna buah serta aroma buah. Kertas semen ternyata tidak dapat mencegah pembusukan buah akibat penyimpanan/pemeraman

3. Pemasaran Pemasaran merupakan kegiatan yang penting dalam menjalankan usaha pertanian, karena pemasaran merupakan tindakan ekonomis yang sangat berpengaruh terhadap tinggi rendahnya pendapatan petani. Produksi yang baik akan sia-sia dengan harga pasar yang rendah karena tingginya produksi tidak mutlak memberi keuntungan yang tinggi tanpa disertai dengan pemasaran yang baik dan efisien (Mubyarto, 1995).

Pemasaran adalah fungsi bisnis yang mengidentifikasikan keinginan dan kebutuhan yang belum terpenuhi sekarang dan mengatur seberapa besarnya, menentukan pasar-pasar target mana yang paling baik dilayani oleh organisasi, dan menentukan berbagai produk, jasa dan program yang tepat untuk melayani pasar tersebut. Jadi pemasaran berperan sebagai penghubung antara kebutuhan-kebutuhan masyarakat dengan pola jawaban industri (dalam hal ini termasuk industri di bidang pertanian) yang bersangkutan (Kotler, 1992).

Menurut Swastha dan Sukotjo (2000) mendefinisikan pemasaran itu adalah sistem keseluruhan dari usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan pembeli yang ada maupun pembeli potensial.

Ditinjau dari aspek ekonomi kegiatan pemasaran pertanian dikatakan sebagai kegiatan produktif sebab pemasaran pertanian dapat meningkatkan guna waktu (time utility), guna tempat (place utility), guna bentuk (form utility ) dan guna pemilikan (possesion utility). Komoditi pertanian yang sudah mengalami peningkatan guna waktu, guna tempat dan guna bentuk baru dapat memenuhi kebutuhan konsumen, apabila sudah terjadi pemindahan hak milik dari produsen atau lembaga pemasaran kepada konsumen (Sudiyono, 2002). Banyak definisi mengenai pemasaran, tetapi dalam pengertian ini pemasaran adalah suatu runtutan kegiatan atau jasa yang dilakukan untuk memindahkan suatu produk dari produsen ke titik konsumen (Anindita, 2004).

4. Saluran Pemasaran Saluran pemasaran merupakan jalur dari lembaga-lembaga penyalur yang mempunyai kegiatan meyalurkan barang dari produsen ke konsumen. Penyalur ini secara aktif akan mengusahakan perpindahan bukan hanya secara fisik tapi dalam arti agar barang-barang tersebut dapat dibeli konsumen (Stanton, 1993).

Kotler (1992), mendefinisikan saluran pemasaran merupakan saluran distribusi yang terdiri dari seperangkat lembaga yang melakukan semua kegiatan (fungsi) yang digunakan untuk menyalurkan produk dan status kepemilikannya dari produsen ke konsumen.

Saluran distribusi atau saluran pemasaran merupakan suatu alur yang dilalui oleh arus barang-barang dari produsen ke perantara dan akhirnya sampai pada pemakai. Saluran pemasaran merupakan suatu struktur unit organisasi dalam perusahaan dan luar perusahaan yang terdiri atas agen, dealer, pedagang besar, pengecer, melalui mana sebuah komoditi, produk atau jasa dipasarkan (Swastha dan Handoko, 1997).

Dalam rangka kegiatan memperlancar arus barang/jasa dari produsen ke konsumen, maka salah satu faktor penting yang tidak boleh diabaikan adalah memilih secara tepat saluran pemasaran yang akan digunakan dalam rangka usaha pemasaran barang-barang/jasa-jasa dari produsen ke konsumen. Yang disebut dengan saluran pemasaran adalah lembaga-lembaga pemasaran yang mempunyai kegiatan untuk meyalurkan/penyampaian barang-barang/jasa-jasa dari produsen ke konsumen. Distributor-distributor/penyalur ini bekerja secara aktif untuk mengusahakan perpindahan bukan hanya secara fisik tetapi dalam arti agar barang-barang tersebut dapat dibeli oleh konsumen (Semito, 1993).

5. Lembaga Pemasaran Dalam hal melancarkan penyampaian dan memindahtangankan barang-barang dari produsennya ke pasar (para konsumen) peranan lembaga-lembaga pemasaran (marketing institutions) adalah besar. Yang dimaksud dengan lembaga-lembaga pemasaran yaitu segala usaha yang berkait dalam jaringan lalu lintas barang-barang di masyarakat, seperti halnya jasa-jasa yang ditawarkan oleh agen-agen atau perusahaan dagang, perbankan, perusahaan pengepakan dan peti kemas, perusahaan angkutan, usaha pertanggungan (asuransi) dan lain sebagainya (Kartasapoetra, 1992).

Menurut Sudiyono (2002), lembaga pemasaran adalah orang atau badan usaha atau lembaga yang secara langsung terlibat didalam Menurut Sudiyono (2002), lembaga pemasaran adalah orang atau badan usaha atau lembaga yang secara langsung terlibat didalam

a. Tengkulak, yaitu lembaga pemasaran yang secara langsung berhubungan dengan petani, tengkulak melakukan transaksi dengan petani baik secara tunai, ijon maupun dengan kontrak pembelian.

b. Pedagang pengumpul, yaitu membeli komoditi pertanian dari tengkulak biasanya relatif kecil.

c. Pedagang besar, yaitu melakukan proses pengumpulan komoditi dari pedagang pengumpul, juga melakukan proses distribusi ke agen penjualan ataupun pengecer.

d. Pedagang pengecer merupakan lembaga pemasaran yang berhadapan langsung dengan konsumen.

6. Biaya Pemasaran Secara umum biaya merupakan pengorbanan yang dikeluarkan oleh produsen dalam mengelola usaha taninya untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Biaya merupakan pengorbanan yang diukur untuk suatu alat tukar berupa uang yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu dalam usahataninya. Biaya pemasaran merupakan biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan atau aktifitas usaha pemasaran komoditas pertanian. Biaya pemasaran komoditas pertanian meliputi biaya transportasi/biaya angkut, biaya pungutan retribusi, biaya penyusutan dan lain-lain. Besarnya biaya pemasaran berbeda satu sama lain. Hal ini disebabkan lokasi pemasaran, lembaga pemasaran (pengumpul, pedagang besar, pengecer, dan sebagainya) dan efektifitas pemasaran yang dilakukan serta macam komoditas (Rahim dan Hastuti, 2007).

Seringkali komoditi pertanian yang nilainya tinggi diikuti dengan biaya pemasaran yang tinggi pula. Peraturan pemasaran di suatu daerah juga kadang-kadang berbeda satu sama lain. Begitu pula macam lembaga pemasaran dan efektivitas pemasaran yang dilakukan. Makin efektif Seringkali komoditi pertanian yang nilainya tinggi diikuti dengan biaya pemasaran yang tinggi pula. Peraturan pemasaran di suatu daerah juga kadang-kadang berbeda satu sama lain. Begitu pula macam lembaga pemasaran dan efektivitas pemasaran yang dilakukan. Makin efektif

Istilah biaya pemasaran yang digunakan mencakup jumlah pengeluaran perusahaan untuk keperluan pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan penjualan hasil produksinya dan jumlah pengeluaran oleh lembaga pemasaran (badan perantara) dan laba (profit) yang diterima oleh badan bersangkutan (Hanafiah dan Saefuddin, 1983). Selanjutnya biaya pemasaran suatu macam produk biasanya diukur secara kasar dengan marjin atau spread. Marjin adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan perbedaan harga yang dibayar kepada penjual pertama dan harga yang dibayar oleh pembeli terakhir.

7. Keuntungan Pemasaran Keuntungan pemasaran merupakan selisih harga di tingkat produsen produsen dan harga yang di bayarkan oleh konsumen dikurangi dengan biaya pemasaran. Jarak yang mengantarkan produksi pertanian dari produsen ke konsumen menyebabkan terjadinya perbedaan besarnya keuntungan. Perbedaan harga di masing-masing lembaga pemasaran sangat bervariasi tergantung besar kecilnya keuntungan yang diambil oleh masing-masing lembaga pemasaran (Soekartawi, 1993).

Pertimbangan lain dalam menetapkan mata rantai saluran pemasaran adalah dengan jalan membandingkan biaya-biaya yang harus dikeluarkan. Secara umum maka menggunakan mata rantai saluran pemasaran yang selalu panjang akan menimbulkan biaya-biaya yang lebih besar sehingga mendorong harga jual yang lebih tinggi, sehingga kelancaran penjualan barang-barang tersebut dapat terganggu. Hal ini dapat dimaklumi sebab setiap mata rantai menginginkan keuntungan yang layak sebagai kegiatan imbalan mereka. Untuk dapat menekan harga penjualan agar tidak terlalu tinggi maka perusahaan harus merelakan agar komisi dari mata rantai tersebut menjadi lebih kecil (Semito, 1993). Selanjutnya karena persaingan yang semakin tajam dapat mendorong harga penjualan menjadi lebih rendah. Dalam keadaan yang demikian maka tingkat keuntungan dari Pertimbangan lain dalam menetapkan mata rantai saluran pemasaran adalah dengan jalan membandingkan biaya-biaya yang harus dikeluarkan. Secara umum maka menggunakan mata rantai saluran pemasaran yang selalu panjang akan menimbulkan biaya-biaya yang lebih besar sehingga mendorong harga jual yang lebih tinggi, sehingga kelancaran penjualan barang-barang tersebut dapat terganggu. Hal ini dapat dimaklumi sebab setiap mata rantai menginginkan keuntungan yang layak sebagai kegiatan imbalan mereka. Untuk dapat menekan harga penjualan agar tidak terlalu tinggi maka perusahaan harus merelakan agar komisi dari mata rantai tersebut menjadi lebih kecil (Semito, 1993). Selanjutnya karena persaingan yang semakin tajam dapat mendorong harga penjualan menjadi lebih rendah. Dalam keadaan yang demikian maka tingkat keuntungan dari

8. Marjin Pemasaran Marjin pemasaran adalah selisih harga dari dua tingkat rantai pemasaran atau selisih harga yang dibayarkan di tingkat pengecer dengan harga yang diterima oleh produsen (petani). Dengan kata lain, marjin pemasaran menunjukkan perbedaan harga di antara tingkat lembaga dalam sistem pemasaran. Hal tersebut juga dapat didefinisikan sebagai perbedaan antara apa yang dibayar oleh konsumen dan apa yang diterima oleh produsen untuk produk pertaniannya.

Saluran pemasaran ditinjau sebagai satu kelompok atau satu tim operasi, maka marjin dapat dinyatakan sebagai suatu pembayaran yang diberikan kepada mereka atas jasa-jasanya. Jadi, margin merupakan suatu imbalan, atau harga atas suatu hasil kerja. Apabila ditinjau sebagai pembayaran atas jasa-jasa, margin menjadi suatu elemen yang penting dalam strategi pemasaran. Konsep marjin sebagai suatu pembayaran pada penyalur mempunyai dasar logis dalam konsep tentang nilai tambah. Marjin didefinisikan sebagai perbedaan antara harga beli dengan harga jual (Swastha, 1992).

Menurut Sudiyono (2002) marjin pemasaran didefinisikan dengan dua cara yaitu :

a. Marjin pemasaran merupakan perbedaan harga, antara harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima petani, secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut : M = Pr – Pf Keterangan : M : Marjin

Pr : Harga di tingkat konsumen Pf : Harga di tingkat produsen

b. Marjin pemasaran terdiri dari komponen yang terdiri dari biaya-biaya yang diperlukan lembaga-lembaga pemasaran untuk melakukan fungsi-fungsi pemasaran dan keuntungan lembaga pemasaran. Secara sistematis marjin pemasaran dapat dirumuskan sebagai berikut : M = Bp + Kp Keterangan : M

: Marjin

Bp : Biaya pemasaran Kp

: Keuntungan pemasaran

9. Efisiensi Pemasaran Efisiensi pemasaran menurut Soekartawi (2002) adalah persentase antara biaya pemasaran dengan nilai produk yang dipasarkan. Pemasaran tidak akan efisien jika biaya pemasaran semakin besar dan nilai produk yang dipasarkan jumlahnya tidak terlalu besar.

Sistem pemasaran dianggap efisien apabila mampu menyampaikan hasil-hasil dari produsen kepada konsumen dengan biaya murah dan mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen terakhir kepada semua pihak yang ikut serta dalam kegiatan produksi dan pemasaran barang tersebut (Mubyarto, 1995). Pemasaran dianggap efisien bila memenuhi dua syarat yaitu : (1) mampu menyampaikan hasil produksi dari produsen kepada konsumen dengan biaya yang semurah-murahnya dan (2) mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayarkan konsumen akhir kepada semua pihak yang terkait dalam kegiatan pemasaran tersebut (Mubyarto, 1979).

Pengukuran efisiensi pemasaran pertanian yang menggunakan perbandingan output pemasaran dengan biaya pemasaran pada umumnya dapat digunakan untuk memperbaiki efisiensi pemasaran dengan mengubah keduanya. Upaya perbaikan efisiensi pemasaran dapat Pengukuran efisiensi pemasaran pertanian yang menggunakan perbandingan output pemasaran dengan biaya pemasaran pada umumnya dapat digunakan untuk memperbaiki efisiensi pemasaran dengan mengubah keduanya. Upaya perbaikan efisiensi pemasaran dapat

Menurut (Soekartawi, 1993) faktor-faktor yang dapat sebagai ukuran efisiensi pemasaran adalah sebagai berikut:

a. Keuntungan pemasaran

b. Harga yang diterima konsumen

c. Tersedianya fasilitas fisik pemasaran yang memadai untuk melancarkan transaksi jual beli barang, penyimpanan, transportasi

d. Kompetisi pasar, persaingan diantara pelaku pemasaran Salah satu indikator untuk mengukur efisiensi pemasaran adalah bagian yang diterima oleh petani. Komoditi yang diproduksi secara tidak efisien maka harus dijual dengan harga per unit yang tinggi sehingga komoditi yang diproduksikan secara tidak efisien menyebabkan bagian yang diterima petani menjadi kecil (Sudiyono, 2002).

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Proses pemasaran, petani membutuhkan bantuan pihak lain untuk memasarkan hasil produksinya. Untuk itulah diperlukan peranan lembaga pemasaran untuk menyalurkan hasil produksi kepada konsumen. Jejak penyaluran dari petani sampai dengan konsumen akhir disebut dengan saluran pemasaran. Bentuk saluran pemasaran dalam satu jenis komoditi bisa beranekaragam.

Dalam menyampaikan barang dari produsen (petani) ke konsumen akhir, akan dibutuhkan biaya pemasaran. Menurut Soekartawi (1993), biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan untuk keperluan pemasaran. Biaya pemasaran meliputi biaya angkut, biaya pengepakan atau pengemasan, biaya bongkar muat (tenaga), biaya penyusutan dan lain-lain. Besarnya biaya pemasaran ini berbeda satu sama lain disebabkan karena macam komoditi, lokasi pemasaran dan macam lembaga pemasaran dan efektivitas pemasaran yang dilakukan. Untuk menghitung besarnya biaya pemasaran dapat diperhitungkan dengan cara menjumlahkan semua biaya pemasaran dari tiap- Dalam menyampaikan barang dari produsen (petani) ke konsumen akhir, akan dibutuhkan biaya pemasaran. Menurut Soekartawi (1993), biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan untuk keperluan pemasaran. Biaya pemasaran meliputi biaya angkut, biaya pengepakan atau pengemasan, biaya bongkar muat (tenaga), biaya penyusutan dan lain-lain. Besarnya biaya pemasaran ini berbeda satu sama lain disebabkan karena macam komoditi, lokasi pemasaran dan macam lembaga pemasaran dan efektivitas pemasaran yang dilakukan. Untuk menghitung besarnya biaya pemasaran dapat diperhitungkan dengan cara menjumlahkan semua biaya pemasaran dari tiap-

Bp = Bp1 + Bp2 +......Bpn Keterangan : Bp

: Biaya pemasaran

Bp1,Bp2...Bpn : Biaya pemasaran tiap-tiap lembaga pemasaran Lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran mempunyai tujuan untuk memperoleh keuntungan. Besar kecilnya keuntungan pemasaran yang diambil biasanya sesuai dengan biaya pemasaran yang telah dikeluarkan oleh lembaga pemasaran. Besarnya keuntungan pemasaran diperoleh dari penjumlahan keuntungan pemasaran dari tiap-tiap lembaga pemasaran. Dengan demikian keuntungan pemasaran mangga Arumanis dapat diketahui dengan jalan menjumlahkan keuntungan dari tiap-tiap lembaga pemasaran menggunakan rumus :

Kp = Kp1 + Kp2 + .....+ Kpn Keterangan: Kp

: Keuntungan pemasaran