Metode Analisis METODE PENELITIAN

3.5.1.5 Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas berarti antara variabel independen yang satu dengan variabel independen yang lain dalam model regresi memiliki hubungan yang kuat. Hubungan tersebut dikatakan hubungan linear yang sempurna atau hampir sempurna. Uji multikolinieritas bertujuan untuk mengetahui adanya korelasi keterkaitan antar variabel independen bebas dan hubunganya secara linier. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independen Ghozali, 2009. Karena hal ini dapat mengakibatkan kesulitan dalam melihat pengaruh variabel independen terhadap veriabel dependennya. Karena hal ini dapat mengakibatkan kesulitan dalam melihat pengaruh variabel independen terhadap veriabel dependennya. Untuk menguji adanya multikolinearitas dapat dilakukan dengan menganalisis korelasi antar variabel dan perhitungan nilai tolerance serta variance inflation factor VIF. Nilai VIF yang diperkenankan adalah 10. Multikolinearitas terjadi jika nilai tolerance lebih kecil dari 0,10 yang berarti terjadi hubungan yang cukup besar antara variabel bebas dan tidak ada korelasi antar variabel independen yang nilainya lebih dari 95 kofisien lemah tidak lebih besar dari 5 . Jika VIF lebih besar dari 10, apabila VIF kurang dari 10 dapat dikatakan bahwa variabel independen yang digunakan dalam model adalah dapat dipercaya dan objektif.

3.5.1.6. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual atau pengamatan ke pengamatan yang lain untuk variabel independen yang berbeda. Jika variance ragam dari residual satu ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji Park Ghozali, 2009.

3.5.1.7. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara variabel pengganggu pada periode tertentu dengan variabel pengganggu periode sebelumnya. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual tidak bebas dari suatu observasi ke observasi lainnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Uji autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan uji Durbin-Watson, dimana hasil pengujian ditentukan berdasarkan nilai Durbin-Watson Gujarati, 2010. Cara menentukan atau kriteria pengujian autokorelasi adalah sebagai berikut: Deteksi Autokorelasi Positif: Jika d dL maka terdapat autokorelasi positif, Jika d dU maka tidak terdapat autokorelasi positif, Jika dL d dU maka pengujian tidak meyakinkan atau tidak dapat disimpulkan. Deteksi Autokorelasi Negatif: Jika 4 - d dL maka terdapat autokorelasi negatif, Jika 4 - d dU maka tidak terdapat autokorelasi negatif, Jika dL 4 - d dU maka pengujian tidak meyakinkan atau tidak dapat disimpulkan.

3.5.1.8. Pengujian Hipotesis - Uji Statistik F

Uji F digunakan untuk menguji apakah model regresi yang digunakan sudah layak. Ketentuan yang digunakan dalam uji F adalah sebagai berikut: 1. Jika F hitung lebih besar dari F tabel atau probabilitas lebih kecil dari tingkat signifikansi Sig. 0,05, maka model penelitian dapat digunakan atau model tersebut sudah layak. 2. Jika F hitung lebih kecil dari F tabel atau probabilitas lebih besar dari tingkat signifikansi Sig. 0,05, maka model penelitian tidak dapat digunakan atau model tersebut tidak layak. 3. Membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F menurut tabel. Jika nilai F hitung lebih besar daripada nilai F tabel, maka model penelitian sudah layak. - Uji Statistik t Uji Statistik t untuk menguji secara parsial antara variabel bebas terhadap variabel terikat dengan asumsi bahwa variabel lain dianggap konstan dengan tingkat keyakinan 95 α =0,05. Uji ini dilakukan sekaligus untuk melihat koefisien regresi secara individual variabel penelitian Ghozali, 2009. Pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan perbandingan nilai t-hitung dengan t-tabel penarikan simpulan pada uji ini didasarkan pada : - Jika t hitung t table, Ha ditolak - Jika t hitung t table, Ha diterima

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat diambil kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan bahwa belanja modal berpengaruh positif terhadap rasio kemandirian keuangan daerah. Belanja modal pada tahun sebelumnya dapat berpengaruh terhadap rasio kemandirian keuangan daerah sesudah satu tahun berikutnya. Peningkatan belanja modal bertujuan untuk menambah sarana dan prasarana pelayanan terhadap masyarakat dalam satu daerah. Kebutuhan akan sarana dan prasarana dapat terpenuhi dalam jangka panjang yang gunannya untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah daerah kabupaten kota. Belanja modal merupakan pengeluaran pemerintah bukan merupakan peningkatan dalam sisi pendapatan sehingga dikatakan bahwa adanya sumber dana yang berasal dari PAD dan bantuan pemerintah dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat dalam bentuk pembangunan. Pembangunan membutuhkan dana yang berasal dari keuangan daerah maka dikatakan adanya pengaruh terhadap tingkat kemandirian keuangan. Variabel independen lain untuk investasi daerah berpengaruh terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah. Meningkatnya investasi disuatu daerah dapat menambah sisi pendapatan daerah yang merupakan masukan bagi daerah sehingga daerah dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Suatu daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi maka daerah tersebut dalam sisi keuangan dikatakan baik. Pertumbuhan ekonomi ini akan menuju pada kemandirian daerah yang meningkat,dikatakan mandiri dengan tingkat persentase 75-100 sudah dikatakan baik, hasil penilitian bahwa tingkat kemandirian keuangan masih rendah. Pengaruh belanja modal dan investasi terhadap kemandirian keuangan daerah dapat pula dipengaruhi variabel lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini misal dari pertumbuhan ekonomi, pendapatan asli daerah, sumber daya manusia yang ada serta faktor keadaan sumber daya alam yang ada di daerah dan luas wilayah suatu daerah. 5.2 Implikasi Implikasi yang dapat dikaji dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: Belanja modal tidak berpengaruh terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah, hal ini menjadi pekerjaan rumah untuk pemerintahan kabupatenkota se-Sumatra dalam rangka meningkatkan kapasitas fiskal daerah, sehingga pemerintah daerah diharapkan mampu untuk menggali pendapatan asli daerahnya dan tidak terlalu tergantung pada dana perimbangan yang diberikan oleh pemerintah pusat. Belanja modal dalam hal ini perlu ditekan untuk menggurangi dana pemerintah yang membengkak sehingga penggeluaran pemerintah bisa lebih diatur untuk yang penting-penting saja. Dalam upaya peningkatan tingkat kemandirian keuangan daerah pemerintah daerah dituntut untuk mengoptimalkan potensi pendapatan yang dimiliki dan salah satunya dengan memberikan porsi belanja daerah yang lebih besar untuk sektor- sektor produktif. Pergeseran komposisi belanja ini ditujukan untuk peningkatan investasi modal. Semakin tinggi tingkat investasi modal diharapkan mampu meningkatkan kualitas layanan publik dan pada gilirannya mampu meningkatkan tingkat partisipasi kontribusi publik terhadap pembangunan yang tercermin dari adanya peningkatan PAD.

5.3 Keterbatasan dan Saran

5.3.1 Keterbatasan

Sampel penelitian yang dilakukan hanya se-Sumatera karena keterbatasan peneliti, sebaiknya menggunakan sampel untuk seluruh kabupaten kota se-Indonesia agar hasilnya dapat lebih digeneralisir. Penelitian ini hanya dilakukan dua periode yaitu tahun 2010 dan 2011 sehingga jangka waktu pengamatannya sangat pendek dan sampel yang mewakili untuk kabupaten kota Se-Sumatera saja yang bisa mewakili sampel.

5.3.2 Saran

Sampel penelitian ini dibatasi pada KabupatenKota se-Sumatra. Hal ini menyebabkan hasil penelitian hanya berlaku untuk kabupatenkota yang menjadi sampel penelitian, sehingga belum dapat digeneralisasi untuk kabupatenkota di seluruh Indonesia. Penelitian selanjutnya perlu mempertimbangkan sampel yang lebih luas dan menggunakan laporan Realisasi APBD yang paling mutakhir untuk dapat menggambarkan kondisi yang paling terbaru. Penelitian ini mengukur tingkat kemandirian keuangan daerah selama pelaksanaan otonomi daerah, diharapkan penelitian selanjutnya dapat membandingkan dua indikator kinerja keuangan daerah tersebut sebelum dan sesudah otonomi daerah. DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Sukriy dan Abdul Halim. 2009. Pengaruh Dana Alokasi Umum DAU dan Pendapatan Asli Daerah PAD terhadap Belanja Pemerintah Daerah Studi Kasus KabupatenKota di Jawa dan Bali. Yogyakarta,Hal 1140- 1159. Adi, Priyo Hari. 2007. Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi Daerah, Belanja Pembangunan dan Pendapatan Asli Daerah. Proceeding SNA IX. Padang Ariani, Kurnia Rina. 2010. Pengaruh BelanjaModal dan Dana Alokasi Umum terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah dan Tax Effort Studi Kasus pada Pemerintah KabupatenKota Wilayah Eks Surakarta Jurnal akuntansi Vol 1 No 2 Universitas Sebelas Maret Surakarta Annisa, Raisa. 2010. Analisis Pengaruh Alokasi Belanja Modal Terhadap Kemandirian Keuangan Pemerintah Daerah. Penelitian Akuntansi Universitas Indonesia Jakarta Alexiou , Constantinos, 2009. Government Spending and Economic Growth: Econometric Evidence from the South Eastern Europe SEE , Journal of Economic and Social Research, 111, 1-16 Alegre, Juan G. 2006. Decentralization and Composition of Public Expenditure in Spain . European University Institute. Spain. Bebchuk, Lucian A. 2008. A Plan For Addressing The Financial Crisis. Jurnal The Voice ekonom, Vol. 5, Issue 5 September 2008. Harvard Law School Cambridge, MA 02138 Bland, Robert Land Nunn, Samuel. 1992. The Impact of Capital Spending on Municipal Operating Budgets. Public Budgeting and Finance, Summer 1992 Donaldson et all. 1991. Stewardship Theory or Agency Theory CLO Governance and Shareholder Return Australian Journal Of Management 16, p:49-63 Durbin Watson. 2008. Didalam Wardani,2008 www.google.co.id , 4 April 2014 Ellwood. 1993. Di dalam Mahsun, M. 2006. www.google.co.id, 14 Juni 2014 Florida, Asha. 2007. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Dan Kota di Propinsi Sumatera Utara. Tesis, Medan Francis M. 2001. Growth Performance Explain Africa : Kenya Case Study. Jurnal Departemen Ekonomi Universitas Nairobi Ghozali., Imam. 2009, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Semarang, Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gujarati, 2010. Dasar – Dasar Ekonometrika buku 1 Edisi 5 Salemba Empat Halim, Abdul. 2005. Kajian Tentang Keuangan Daerah Pemerintah Kota Malang. Tesis. Malang. Halim, Abdul. 2008. Akuntansi Keuangan Daerah, Jakarta. Salemba Empat Halim, Abdul. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta. Salemba Empat. Handayani, Atiah. 2009. .Analisis Pengaruh Transfer Pemerintah Pusat Terhadap Pengeluaran Daerah dan Upaya Pajak Tax Effort Daerah Studi Kasus: KabupatenKota di Jawa Tengah .. Skripsi Tidak Dipublikasikan, Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Universitas Diponegoro Semarang. Holtz-Eakin Whitney Neway and Rosen. 1985 Implementing Causality Test With panel data with an example from local public finance. NBER Technical. Hariyadi, Jasaagung. 2001. Estimasi penerimaan dan Belanja Daerah serta Derajat Desentralisasi Fiskal Kabupaten Belitung Studi Kasus Tahun Anggaran 2001 jurnal Universitas Diponegoro. Malang Hopt et all. 2004. Board Models In Europe Recent Developments of Internal Corporate Governance Structures in Germany, the United Kingdom, France and Italy. Jurnal Institut Max Planck untuk Swasta Asing dan Swasta Hukum Internasional, Hamburg ECGI Jaya, Amir. 2005. Analisis Pengaruh Anggaran Pendapatan Belanja Daerah APBD Dan Investasi Swasta Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah PAD Di Kabupaten Tana Toraja. Jurnal Adiwidia Vol 1 UKI Paulus Medan. Ismi Rizky dan Suryo. 2009. Pengaruh PAD dan Belanja Pembangunan terhadap rasio kemandirian dan pertumbuhan ekonomi. Konferensi Penelitian Keuangan Sektor Publik II. Keneeth Davey, 1986. Pembiayaan Pemerintah Daerah Praktek-Praktek Internasional dan Relevansinya Bagi Dunia Ketiga Terjemahan, Amanullah Dkk Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah Terhadap Belanja Modal Pemerintah Daerah pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Sumatra Utara

8 65 63

Pengaruh Belanja Modal dan Dana Alokasi Umum Terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah

0 4 6

Pengaruh Dana Perimbangan, Wealth, Belanja Modal dan Leverage Terhadap Kemandirian Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

0 3 109

Pengaruh Dana Perimbangan, Belanja Modal, dan Belanja Pegawai Terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara (2010-2013)

1 12 77

Pengaruh Kemandirian Keuangan Daerah dan Dana Perimbangan Terhadap Belanja Modal (Studi pada Kabupaten/Kota se-Bali).

0 1 32

Pengaruh Dana Perimbangan, Belanja Modal, dan Belanja Pegawai Terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah Pada Pemerintah Kabupaten Kota di Provinsi Sumatera Utara (2010-2013)

0 1 10

Pengaruh Dana Perimbangan, Belanja Modal, dan Belanja Pegawai Terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah Pada Pemerintah Kabupaten Kota di Provinsi Sumatera Utara (2010-2013)

0 0 6

Pengaruh Dana Perimbangan, Belanja Modal, dan Belanja Pegawai Terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah Pada Pemerintah Kabupaten Kota di Provinsi Sumatera Utara (2010-2013)

0 1 14

Pengaruh Dana Perimbangan, Belanja Modal, dan Belanja Pegawai Terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah Pada Pemerintah Kabupaten Kota di Provinsi Sumatera Utara (2010-2013)

1 12 3

PENGARUH BELANJA MODAL DAN BELANJA PEGAWAI TERHADAP TINGKAT KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH PADA KABUPATEN DI PROVINSI SUMATERA SELATAN

0 0 17