Analisa Fosfor Tanah Dan Fosfor Daun Untuk Rekomendasi Pemupukan Fosfat Pada Tanaman Kelapa Sawit

(1)

ANALISA FOSFOR TANAH DAN FOSFOR DAUN UNTUK

REKOMENDASI PEMUPUKAN FOSFAT PADA TANAMAN

KELAPA SAWIT

KARYA ILMIAH

JEFRIALDI

072401034

PROGRAM STUDI DIPLOMA-3 KIMIA ANALIS

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UN IVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

ANALISA FOSFOR TANAH DAN FOSFOR DAUN UNTUK

REKOMENDASI PEMUPUKAN FOSFAT PADA TANAMAN

KELAPA SAWIT

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat untuk

memperoleh gelar Ahli Madya

JEFRIALDI

072401034

PROGRAM STUDI DIPLOMA-3 KIMIA ANALIS

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UN IVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(3)

PERSETUJUAN

Judul : ANALISA FOSFOR TANAH DAN FOSFOR

DAUN UNTUK REKOMENDASI PEMUPUKAN FOSFAT PADA TANAMAN KELAPA SAWIT

Kategori : KARYA ILMIAH

Nama : JEFRIALDI

Nomor Induk Mahasiswa : 072401034

Program Studi : DIPLOMA 3 KIMIA ANALIS

Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di Medan, Juni 2010

Diketahui

Departemen Kimia FMIPA USU Dosen Pembimbing Ketua ,

Dr. Rumondang Bulan, MS Drs. Usman Rasyid


(4)

PERNYATAAN

ANALISA FOSFOR TANAH DAN FOSFOR DAUN UNTUK REKOMENDASI PEMUPUKAN FOSFAT PADA TANAMAN KELAPA SAWIT

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan. Beberapa kutipan dan ringkasan tersebut masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2010

072401034 JEFRIALDI


(5)

PENGHARGAAN

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat ALLAH SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah dengan baik.

Penulisan karya ilmiah ini merupakan hasil pelaksanaan dari Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PPKS Medan dan merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Diploma III di Universitas Sumatera Utara. Adapun judul yang diambil penulis dalam penulisan karya ilmiah ini adalah :

“ANALISA FOSFOR TANAH DAN FOSFOR DAUN UNTUK REKOMENDASI PEMUPUKAN FOSFAT PADA TANAMAN KELAPA SAWIT”

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan karya ilmiah ini tidak akan pernah selesai tanpa bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih yang setulus-tulusnya kepada: Ayah dan ibu tercinta yang telah bersusah payah dan tanpa pamrih berbuat yang terbaik, mendukung dan memberi dorongan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan semua masalah yang penulis hadapi. Bapak Drs. Usman Rasyid, selaku pembimbing dalam hal penulisan Karya Ilmiah, Ibu Dr. Rumondang Bulan, MS selaku Ketua Departemen Kimia, Ibu Dr. Marpongahtun, M. Sc selaku Ketua Program Studi D3 Kimia Analis, Bapak Drs. Eka Nuryanto, M. Si selaku pembimbing lapangan, Bapak Baharuddin AR, B. Sc selaku penanggung jawab laboratorium tanah dan daun PPKS, serta karyawan/i laboratorium tanah dan daun yang telah memberikan banyak pengarahan serta bimbingan pada penulis.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca guna untuk menyempurnakan pembuatan laporan ini.

Medan, Juni 2010


(6)

ABSTRAK

Pemupukan merupakan salah satu tindakan perawatan tanaman yang sangat penting artinya, khususnya bagi tanaman kelapa sawit. Karena biaya dalam pemupukan dapat mencapai 50% dari total biaya pemeliharaan tanaman kelapa sawit tersebut. Takaran pupuk yang tepat dipengaruhi oleh hubungan sifat tanah dan produksi tanaman. Dengan melakukan analisis tanah dan daun, akan dapat memperoleh takaran berapa dosis pupuk yang akan digunakan untuk tanaman kelapa sawit tersebut tanpa harus memboroskan penggunaan pupuk. Dengan demikian dosis pupuk yang diperoleh dari hasil analisis tanah dan daun tersebut dapat digunakan pada tanaman kelapa sawit dengan optimal tanpa harus menggunakan pupuk yang banyak.


(7)

PHOSPHORIC ANALYSIS OF SOIL AND LEAVES FOR PHOSPHORIC PHOSPHATE FERTILIZATION RECOMMENDATIONS IN OIL PALM

PLANTATION

ABSTRACT

Fertilization is one of the treatment action of plants is very important, especially for oil palm plantations. Because the cost of the fertilizer can reach 50% of the total cost of maintenance of the oil palm plantations. The right dose of fertilizer is affected by soil characteristics and the relationship of crop production. By analyzing the soil and leaves, will find its measure how much fertilizer to be used for oil palm plants without having to waste the use of fertilizers. As such fertilizers is obtained from the soil and leaf analysis results can be used in plants with optimal palm without having to use a lot of fertilizer.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN ii

PERNYATAAN iii

PENGHARGAAN iv

ABSTRAK v

ABSTRACT vi

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN x

BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Permasalahan 2

1.3. Tujuan 3

1.4 . Manfaat 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4

2.1. Kelapa Sawit 4

2.2 . Daun (Folium) 6

2.3 . Pengertian Tanah 7

2.4 . Unsur Hara Dalam Tanah 11

2.5 . Pemupukan 13

BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN 16

3.1. Analisa Kandungan P dalam Tanah 16

3.2. Analisa Kandungan P dalam Daun 18

BAB 4 HASIL DAN REKOMENDASI 22

4.1. Data Hasil Analisa P dalam Tanah 22

4.2. Data Hasil Analisa P dalam Daun 24

4.3. Rekomendasi Jumlah Penggunaan Pupuk 26

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 31

5.1 Kesimpulan 31

5.2 Saran 31


(9)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel I Data Hasil Kalibrasi Dengan Larutan Standar P dalam Tanah 22 Tabel II Data Hasil Percobaan Konsentrasi Fosfor Dalam Sampel Tanah 23 Tabel III Data Hasil Kalibrasi Dengan Larutan Standar P dalam Daun 24 Tabel IV Data Hasil Percobaan Konsentrasi Fosfor Dalam Sampel Daun 25


(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar I Kurva Kalibrasi Larutan Standar Fosfor Untuk Analisa Tanah 22 Gambar II Kurva Kalibrasi Larutan Standar Fosfor Untuk Analisa Daun 24


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran I Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah 33 Lampiran II Kadar Hara Daun Kelapa Sawit Yang Menunjukkan Defisiensi 34 Optimum dan Tinggi


(12)

ABSTRAK

Pemupukan merupakan salah satu tindakan perawatan tanaman yang sangat penting artinya, khususnya bagi tanaman kelapa sawit. Karena biaya dalam pemupukan dapat mencapai 50% dari total biaya pemeliharaan tanaman kelapa sawit tersebut. Takaran pupuk yang tepat dipengaruhi oleh hubungan sifat tanah dan produksi tanaman. Dengan melakukan analisis tanah dan daun, akan dapat memperoleh takaran berapa dosis pupuk yang akan digunakan untuk tanaman kelapa sawit tersebut tanpa harus memboroskan penggunaan pupuk. Dengan demikian dosis pupuk yang diperoleh dari hasil analisis tanah dan daun tersebut dapat digunakan pada tanaman kelapa sawit dengan optimal tanpa harus menggunakan pupuk yang banyak.


(13)

PHOSPHORIC ANALYSIS OF SOIL AND LEAVES FOR PHOSPHORIC PHOSPHATE FERTILIZATION RECOMMENDATIONS IN OIL PALM

PLANTATION

ABSTRACT

Fertilization is one of the treatment action of plants is very important, especially for oil palm plantations. Because the cost of the fertilizer can reach 50% of the total cost of maintenance of the oil palm plantations. The right dose of fertilizer is affected by soil characteristics and the relationship of crop production. By analyzing the soil and leaves, will find its measure how much fertilizer to be used for oil palm plants without having to waste the use of fertilizers. As such fertilizers is obtained from the soil and leaf analysis results can be used in plants with optimal palm without having to use a lot of fertilizer.


(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menurut Adlin (2008), Kelapa sawit sangat penting artinya bagi Indonesia dalam kurun waktu 35 tahun terakhir ini sebagai komoditi andalan untuk ekspor maupun komoditi yang diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan harkat petani perkebunan serta transmigran Indonesia. Sehubungan dengan hal tersebut, maka sejak tahun 1986 Pemerintah telah menetapkan bahwa pembangunan perkebunan kelapa sawit harus dikaitkan dengan program dibidang transmigrasi dan koperasi. Komoditi ini bukan lagi monopoli Perkebunan Besar Negara atau Perkebunan Besar Swasta. Jika dilihat dari sumbangan devisa yang dihasilkan terhadap devisa non migas, memang masih kecil, misalnya pada tahun 1988 hanya 1,99% saja dari nilai ekspor non migas. Komoditi ini telah berhasil mengatasi kekurangan minyak goreng yang berasal dari minyak kelapa yang terjadi sejak tahun 1972. Jika semula bagian terbesar dari produksi dipakai untuk ekspor maka sejak tahun 1972 keperluan dalam negeri menjadi berbanding sama atau kadang-kadang lebih tinggi. Komoditi ini ternyata berhasil menembus daerah yang selama ini belum memiliki seperti Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya dan provinsi lainnya di luar Aceh, Sumut dan Lampung. Komoditi ini ternyata cocok dikembangkan baik berbentuk pola usaha Perkebunan Besar maupun skala kecil untuk petani. Pertumbuhannya kelihatan cukup bersahabat ketimbang tanaman lain dan lebih ampuh menghadapi berbagai kendala dan masalah. Menurut Hadi (2004), dengan semakin pentingnya peranan kelapa sawit dalam peningkatan perekonomian rakyat, penyerapan tenaga kerja, dan sumber devisa


(15)

negara, pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan yang berkaitan dengan pengusahaan perkebunan kelapa sawit. Kebijakan-kebijakan tersebut antara lain adalah pola Perkebunan Inti Rakyat (PIR) sejak tahun 1978, pola kemitraan, pemberian kredit investasi oleh Bank Indonesia, dan pembatasan ekspor melalui penerapan pajak ekspor CPO untuk menjaga stabilitas harga minyak goreng di dalam negeri, oleh karena itu perlu dilakukan pengelolaan lahan untuk pemuliaan tanaman kelapa sawit.

Menurut Novizan (2005) tanah idealnya dapat menyediakan sejumlah unsur hara penting yang dibutuhkan oleh tanaman. Penyerapan unsur hara oleh tanaman semestinya dapat diperbaharui sehingga kandungan unsur hara didalam tanah tetap dalam jumlah yang cukup dan seimbang. Pengambilan unsur hara oleh tumbuhan diimbangi dengan pelapukan bahan organik yang menyuplai hara bagi tanah yang menyebabkan tanah menjadi subur. Varietas unggul yang digunakan banyak petani pada umumnya memiliki sifat yang rakus terhadap unsur hara. Jika varietas unggul ini digunakan secara terus-menerus, tanah akan semakin miskin akan unsur hara. Kondisi ini dapat diperbaiki dengan penambahan unsur hara secara tepat, yakni lewat pemupukan.

1.2 Permasalahan

Apakah kandungan P dalam tanah suatu areal perkebunan kelapa sawit masih berada dalam jumlah yang cukup untuk mendukung produktifitas optimal tanaman. Untuk menjelaskan ini perlu dilakukan analisa tanah dan analisa daun.


(16)

1.3Tujuan

- Dengan mengetahui kadar Fosfor yang terdapat dalam tanah dan daun, dapat dibuat rekomendasi banyaknya pupuk Fosfat yang harus ditambahkan untuk memenuhi kebutuhan tanaman.

1.4 Manfaat

- Sebagai bahan informasi untuk memperoleh dosis anjuran yang tepat bagi pihak perkebunan kelapa sawit

- Dapat menggunakan pupuk dengan efisien untuk memperoleh produksi yang optimum


(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit (Palm oil) termasuk tanaman monokotil yang secara taksonomi dapat diklasifikasikan sebagai berikut, yaitu :

Ordo : Palmales

Famili : Palmae

Subfamili : Cocoidae

Genus : Elaeis

Spesies : Elaeis guineensis

Tanaman kelapa sawit dapat juga digolongkan berdasarkan ketebalan tempurung atau cangkang dan warna buah.

Berdasarkan ketebalan cangkang, tebal tipisnya cangkang tanaman kelapa sawit dapat dibagai menjadi tiga jenis atau varietas, yaitu sebagai berikut:

- Dura

Ciri-cirinya: tebal cangkangnya 2-8 mm, tidak terdapat lingkaran serabut pada bagian luar cangkang, daging buah relatif tipis, daging biji besar dengan kandungan minyak rendah, banyak digunakan sebagai induk betina dalam program pemuliaan.


(18)

- Pisifera

Ciri-cirinya: tebal cangkangnya sangat tipis (bahkan hampir tidak ada), daging buah lebih tebal dari pada daging buah jenis Dura, daging biji sangat tipis, tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis lain, dengan persilangan diperoleh jenis Tenera. Pisifera tidak dapat digunakan sebagai bahan untuk tanaman komersial, tetapi digunakan sebagai induk jantan.

- Tenera

Ciri-cirinya: tebal cangkangnya tipis 0,5-4 mm, terdapat lingkaran serabut disekeliling tempurung, daging buah sangat tebal, tandan buah lebih banyak (tetapi ukurannya lebih kecil), merupakan hasil persilangan Dura dengan Pisifera. Jenis ini merupakan yang paling banyak ditanam dalam perkebunan dengan skala besar. Umumnya menghasilkan lebih banyak tandan buah.

Berdasarkan warna buah, warna buah kelapa sawit dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu sebagai berikut:

- Nigrescens

Ciri-cirinya: buah muda berwarna ungu kehitam-hitaman, sedangkan buah yang masak berwarna jingga kehitam-hitaman

- Virescens

Ciri-cirinya: buah muda berwarna hijau, sedangkan buah yang masak berwarna jingga kemerah-merahan (tetapi ujung buah tetap hijau)


(19)

- Albescens

Ciri-cirinya: buah muda berwarna keputih-putihan, sedangkan buah yang masak berwarna kekuning-kuningan dan ujungnya ungu kehitaman.

( Tim Bina Karya Tani, 2009 )

2.2 Daun (Folium)

Daun (folium) pertama yang keluar pada bibit adalah berbentuk lanceolate, kemudian muncul bifurcate, dan menyusul bentuk pinnate. Pada bibit yang berumur 5 bulan misalnya akan dijumpai 5 lanceolate, 4 bifurcate dan 3 pinnate. Pada 12 bulan akan ada 5 lanceolate, 4 bifurcate dan 10 pinnate. Pangkal pelepah daun atau petiole adalah bagian daun yang mendukung atau tempat duduknya helaian daun dan terdiri atas rachis (basisfolii), tangkai daun atau petiole (petiolus) dan duri (spine), helaian anak daun (lamina), ujung daun (apexfolii) dan daging daun (tervenium).

Daun kelapa sawit memiliki rumus daun 1/8. Lingkaran atau spiralnya ada yang berputar kiri dan kanan tetapi kebanyakkan putar kanan. Pengenalan ini penting diketahui agar kita dapat mengetahui letak daun ke-9 dan ke-17 dan lain-lain yang dipakai sebagai standar pengukuran pertumbuhan maupun pengambilan contoh daun dan pengamatan lainnya. Produksi pelepah daun tergatung pada umur tanaman. Produksi pelepah daun pada tanaman selama setahun dapat mencapai 20-30 kemudian akan berkurang sesuai umur, menjadi 18-25 atau kurang. Panjang cabang daun diukur dari pangkalnya dapat mencapai 9 m pada tanaman dewasa sedangkan pada tanaman muda kurang dari angka tersebut. Panjang pelepah ini dapat bevariasi tergantung pada tipe varietasnya dan pengaruh kesuburan tanah. Untuk tercapainya produksi yang baik, maka luas permukaaan daun yang optimal adalah 11 m2. (Adlin U. Lubis, 2008)


(20)

2.3 Pengertian Tanah

Tanah bertalian erat dengan lingkungan yang dapat diserap dari kuatnya keterlibatan tanah dalam pengaliran energi dan pendauran bahan yang berlangsung di permukaan daratan bumi. Tanah dapat terlibat secara sendirian selaku ekosistem atau sistem energi dan dapat terlibat secara bekerja sama dengan subsistem lahan lain yang berasosiasi dengan tanah, terutama biosfer.

Tanah adalah hasil pengalihragaman bahan mineral dan organik yang berlangsung di daratan bumi dibawah pengaruh faktor-faktor lingkungan yang bekerja dalam waktu yang sangat panjang, dan berwujud sebagai suatu tubuh dengan kesatuan organisasi dan morfologi yang membentuknya (disadur dari Schroeder,1984). Pada dasarnya tanah merupakan tubuh alam. Namun demikian banyak tanah yang memperlihatkan tanda-tanda pengaruh antropogen. (Notohadiprawiro, 1998)

Tanah sebagai tubuh alami memperlihatkan ciri dan watak khas yang dapat digunakan sebagai pembeda dari tubuh alami lainnya. Ciri dan watak tubuh tanah ini dapat diselidiki dari penampilan penampang lintang tubuh tanah (profil).

Tubuh tanah merupakan medium tempat bertumpunya perakaran tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh tegak dan kokoh, sebagai wadah dan sumber dari hara dan air, dan sebagai pengendali keadaan-keadaan lain yang diperlukan untuk menunjang pertumbuhan tanaman.

Kemampuan tanah sebagai medium untuk menunjang pertumbuhan tanaman digunakan dalam berbagai batasan. Dua batasan yang sering digunakan secara rancu adalah produktivitas tanah dan kesuburan tanah. Produktivitas tanah diberi batasan sebagai kemampuan suatu tanah untuk menghasilkan suatu tanaman (atau sekuen tanaman) yang diusahakan dengan sistem pengolahan tertentu. Produktivitas tanah


(21)

merupakan perwujudan dari seluruh faktor (tanah dan bukan tanah) yang mempengaruhi hasil tanaman. (Mas'ud,1992)

Tanah yang dikehendaki tanaman adalah yang berstruktur gembur, di dalamnya terdapat ruang pori-pori yang dapat diisi oleh air tanah dan udara. Air tanah dan udara sangat penting bagi pertumbuhan akar tanaman.

Struktur tanah memang ada bermacam-macam. Akan tetapi, yang kita kehendaki ialah struktur tanah yang gembur. Keuntungan struktur tanah demikian ialah udara dan air tanah berjalan lancar, temperaturnya stabil. Keadaan tersebut sangat memacu pertumbuhan jasad renik tanah yang memegang peranan penting dalam proses pelapukan bahan organik didalam tanah. Oleh karena itu, untuk memperbaiki struktur tanah ini dianjurkan untuk diberi pupuk organik (pupuk kandang, kompos, atau pupuk hijau). (Lingga P. dan Marsono, 2005)

Tanah-tanah di kawasan basah telah berkembang dalam kondisi curah hujan melebihi evapotranspirasi hampir sepanjang tahun. Dalam kondisi ini telah terjadi pengurasan secara bertahap basa-basa tanah dan pengembangan keasaman tanah. Lempung tanah sering mengandung selaput Fe dan Al hidroksi. Bahan-bahan tersebut secara nyata mempengaruhi retensi dan ketersediaan kation dan anion pupuk pada tanah-tanah masam. (Goenadi D.H, 1997)

Guna tekstur tanah secara fisik berperan pada struktur, aerasi dan suhu tanah, dan secara kimia berperan dalam pertukaran ion-ion, sifat penyangga kejenuhan basa dan sebagainya. Fraksi liat tergolong pada bagian tanah yang aktif, sedangkan fraksi pasir dan debu non aktif. Penetapan di lapangan dengan cara perasa. Ambil contoh tanah dan basahi dengan air sedikit demi sedikit sambil dirasakan. (Kuswandi, 1993)

Tanah idealnya dapat menyediakan sejumlah unsur hara penting yang dibutuhkan oleh tanaman. Penyerapan unsur hara oleh tanaman mestinya dapat segera


(22)

diperbaharui sehingga kandungan unsur hara didalam tanah tetap seimbang. Pengambilan unsur hara oleh ribuan jenis tumbuhan diimbangi dengan pelapukan bahan organik yang menyuplai hara bagi tanah.

Sifat kimia tanah berhubungan erat dengan kegiatan pemupukan. Berbicara tentang sifat kimia tanah, tidak terlepas dari persoalan unsur-unsur kimia dan reaksi kimia yang pembahasannya agak rumit. Namun, pembahasan akan lebih ditekankan pada aspek praktisnya sehingga akan sangat membantu dalam mencapai efektivitas pemupukan. Dengan mengetahui sifat kimia tanah akan didapat gambaran jenis dan jumlah pupuk yang dibutuhkan. Pengetahuan tentang sifat kimia tanah juga dapat membantu memberikan gambaran reaksi pupuk setelah ditebarkan ke tanah.

a. Unsur Hara Esensial

Tumbuhan tingkat tinggi memperoleh unsur Karbon (C) dan Oksigen (O2) dari udara melalui stomata yang terdapat di permukaan daun. Kedua unsur tersebut selanjutnya diproses melalui mekanisme fotosintesis. Unsur Hidrogen (H) didapatkan dalam bentuk Air (H2O). Unsur mineral lainnya diperoleh tanaman dari dalam tanah, yakni Nitrogen (N), Kalium (K), Fosfor (P), Magnesium (Mg), Sulfur (S), Kalsium (Ca), Besi (Fe), Seng (Zn), Mangan (Mn), Tembaga (Cu), Boron (B), Molibdenum (Mo), dan Klor (Cl).

b. Larutan Tanah

Larutan tanah adalah air yang terdapat diantara pori-pori tanah. Larutan ini mengandung ion-ion terlarut yang dapat diserap oleh akar tanaman. Diantaranya terdapat juga ion-ion yang tidak berguna atau bersifat racun bagi tanaman, seperti


(23)

alumunium. Larutan tanah identik dengan larutan garam yang mudah berubah konsentrasi (kepekatan) dan susunan kimianya.

Di daerah kering, kadar garam larutan tanah lebih tinggi daripada di daerah basah. Sering kali kadar garam larutan tanah menghambat pertumbuhan tanaman. Kadar garam sebesar 0,5% saja sudah berbahaya bagi tanaman.

c. pH Tanah

Keasaman atau pH (- log H+) adalah nilai (pada skala 0-14) yang menyatakan jumlah ion H+. Larutan tanah disebut bereaksi asam jika nilai pH berada pada kisaran 0-6. Artinya, larutan tanah mengandung ion H+ lebih besar daripada ion OH -,sebaliknya jika jumlah ion H+ dalam larutan tanah lebih kecil daripada ion OH-, larutan tanah disebut bereaksi basa (alkali) atau memiliki nilai pH 8-14. Jika jumlah ion H+ di dalam larutan tanah sama dengan jumlah ion OH-, larutan tanah disebut bereaksi netral dengan pH 7. Semakin banyak kandungan ion H+ di dalam larutan tanah, reaksi tanah tersebut akan semakin asam.

d. Kapasitas Tukar Kation

Koloid tanah adalah bagian tanah yang sangat berperan dalam penyediaan unsur hara bagi tanaman. Koloid tanah bermuatan negatif, sehingga dapat menarik dan memegang ion-ion bermuatan positif (kation), seperti Ca2+, H+, Mg2+, K+, Na+, Al3+, dan NH4+. Daya tarik-menarik ini dapat dianalogikan seperti kutub negatif magnet menarik dan memegang kutub positif magnet lainnya. Kation yang telah melekat pada koloid tanah tidak mudah tercuci oleh aliran air. Namun, kation atau anion yang berada pada larutan tanah sangat mudah hanyut terbawa air. (Novizan,2005)


(24)

2.4 Unsur Hara Dalam Tanah

Berdasarkan jumlah yang diperlukan tanaman, unsur hara dibedakan menjadi unsur hara makro dan mikro. Unsur hara makro adalah unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang banyak, apabila kurang, pertumbuhan tanaman dan produksi akan berkurang. Mineral yang termasuk unsur hara makro adalah N, P, K, Ca, dan Mg. Unsur hara mikro adalah unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah sedikit, apabila kurang sedikit saja pertumbuhan tanaman akan terganggu, dan apabila kelebihan sedikit saja tanaman akan beracun. Unsur hara mikro antara lain adalah B, Cu, dan Zn.(Pahan. I, 2008)

Unsur hara didalam tanah terbagi dalam unsur makro dan unsur mikro. Adapun kegunaan unsur-unsur hara tersebut bagi tanaman, adalah sebagai berikut:

a. Nitrogen

Peranan utama Nitrogen (N) bagi tanaman adalah untuk merangsang pertumbuhan secara keseluruhan, khususnya batang, cabang, dan daun. Selain itu, Nitrogen pun berperan penting dalam pembentukkan hijau daun yang sangat berguna dalam proses fotosintesis. Fungsi lainnya ialah membentuk protein, lemak, dan berbagai persenyawaan organik lainnya.

b. Fosfor

Unsur fosfor (P) bagi tanaman untuk merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar benih dan tanaman muda. Selain itu, fosfor berfungsi sebagai bahan mentah untuk pembentukkan sejumlah protein tertentu, membantu proses asimilasi dan pernapasan, serta mempercepat pembuangan, pemasakan biji, dan buah.


(25)

c. Kalium

Fungsi utama Kalium (K) ialah membantu pembentukkan protein dan karbohidrat. Kalium pun berperan dalam memperkuat tubuh tanaman agar daun, bunga, dan buah tidak mudah gugur. Yang tidak biasa dilupakan ialah Kalium pun merupakan sumber kekuatan bagi tanaman dalam menghadapi kekeringan dan penyakit.

d. Magnesium

Agar tercipta hijau daun yang sempurna dan terbentuk karbohidrat, lemak, dan minyak-minyak, magnesiumlah biangnya. Magnesium (Mg) pun memegang peranan penting dalam transportasi Fosfat dalam tanaman. Dengan demikian, kandungan Fosfat dalam tanaman dapat dinaikkan dengan jalan menambah unsur Magnesium.

e. Kalsium

Bagi tanaman, Kalsium (Ca) bertugas untuk merangsang pembentukan bulu-bulu akar, mengeraskan batang tanaman, dan merangsang pembentukkan biji. Kalsium yang terdapat pada batang dan daun ini berkhasiat untuk menetralisasikan senyawa atau suasana yang tidak menguntungkan pada tanah.

f. Belerang

Belerang (S) berperan dalam pembentukan bintil-bintil akar. Unsur ini merupakan unsur yang penting dalam beberapa jenis protein seperti asam amino. Unsur ini pun membantu pertumbuhan anak tanaman. Selain itu, sulfur merupakan bagian penting pada tanaman-tanaman penghasil minyak, sayuran seperti cabai, kubis dan lain-lain.


(26)

g. Klor

Memperbaiki dan meningkatkan hasil kering tanaman seperti tembakau, kapas, kentang, dan tanaman sayuran umumnya adalah peran dari Klor (Cl). Unsur ini pun banyak ditemukan dalam air sel semua bagian tanaman. (Hanafiah,K.A, 2005)

2.5 Pemupukan

Pemupukan akan efektif jika sifat pupuk yang diberikan dapat menambah atau melengkapi unsur hara yang telah tersedia dalam tanah. Karena hanya bersifat menambah atau melengkapi unsur hara, sebelum digunakan harus diketahui gambaran tentang keadaan tanahnya terlebih dahulu, khususnya kemampuan awal untuk mendukung kehidupan tanaman. Dalam mendukung kehidupan tanaman, tanah memiliki empat fungsi utama :

- Memberi unsur hara dan sebagai media panakaran

- Menyediakan air dan sebagai tempat penampungan (reservoir) air - Menyediakan udara untuk respirasi (pernafasan) akar

- Sebagai tempat bertumpunya tanaman

Tanah tersusun dari empat komponen dasar, yakni bahan mineral yang berasal dari pelapukan batu-batuan, bahan organik yang berasal dari pembusukan sisa makhluk hidup, air dan udara. Berdasarkan unsur peyusunnya, tanah dibedakan menjadi dua golongan , yakni tanah mineral dan tanah organik.

Tanah mineral terbentuk dari pelapukan dan hancuran batu-batuan. Kandungan bahan organiknya sangat kecil (1-6 %). Tanah organik terbentuk dari pembusukan sisa-sisa tumbuhan dengan kandugan bahan organik mencapai 80 %. Luas sebaran


(27)

tanah organic sangat terbatas, misalnya tanah gambut di daerah rawa. Tanah yang biasa digunakan untuk kegiatan pertanian termasuk jenis tanah mineral.

Sifat kimia tanah berhubungan erat degan kegiatan pemupukan. Dengan mengetahui sifat kimia tanah akan didapat gambaran jenis dan jumlah pupuk yang dibutuhkan. Pengetahuan tentang sifat kimia tanah juga dapat membantu memberikan gambaran reaksi pupuk setelah disebarkan ke tanah.

Pemupukan Fosfor dapat merangsang pertumbuhan awal bibit tanaman. Fosfor merangsang pembentukan bunga, buah, dan biji. Bahkan mampu mempercepat pemasakan buah dan membuat biji menjadi lebih bernas. Pemupukan Fosfor sangat diperlukan oleh tanaman yang tumbuh didareh dingin, tanaman dengan perkembangan akar yang lambat atau terhambat, dan tanaman yang seluruh bagiannya dipanen. Misalnya : kacang-kacangan.( Novizan, 2005)

Pemupukan pada Tanaman Menghasilkan (TM) merupakan hal terpenting ditinjau dari kegunaan atau biaya yang dipakai. Dosis, jenis pupuk dan lain-lain tergantung dari beberapa hal sebagai berikut:

- Umur tanaman

- Tingkat produksi yang dicapai - Realisasi pemupukan sebelumnya - Jenis pupuk yang dipakai

- Analisa kadar hara pada daun - Dll

Tanaman yang mengalami kekurangan hara biasanya memperlihatkan gejalanya. Usaha yang dilakukan untuk menghetahui gejala ini dapat dilakukan dengan


(28)

melakukan analisa tanah dan daun. Analisa tanah dipakai untuk mengetahui ketersediaan hara didalam tanah sedangkan analisa daun dipakai untuk melihat status terakhir yang ada pada tanaman.

Ketersediaan Fosfor yang diambil tanaman dipengaruhi oleh pH yang dominan, mikroorganisme dan bahan organik. Pada tanah alkalis (pH tinggi) Fosfor akan lebih kuat terikat oleh Ca sehingga efisiensi dari pupuk akan berkurang. Sebaliknya pada pH yang lebih rendah daya larutnya lebih besar sehingga untuk tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan dilahan gambut yang umumnya memiliki pH < 4 (asam), maka pupuk P yang lebih cocok digunakan adalah RP (Rock Phosphate). Fosfor merupakan hara yang diperlukan oleh tanaman untuk pertumbuhan dan produksi. Biasanya untuk pemupukan P ini dilakukan sebanyak 2 kali dalam setahun dan pupuk yang dipakai adalah RP(Rock Phosphate) ataupun TSP(Triple Super Phosphate).

TSP(Triple Super Phosphate) adalah pupuk P yang :

- Mudah larut

- Berwarna abu-abu berbentuk butiran(prill) - Tidak higroskopis

- Mengandung P yang tinggi yaitu 45 %


(29)

BAB 3

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Analisa Kandungan P Dalam Tanah

Prinsip

Ion-ion ortofosfat dengan molibdat dalam lingkungan asam akan membentuk fosfomolibdat berwarna kuning. Reduksi dengan asam askorbat menghasilkan senyawa berwarna biru yang disebut molibdenum biru.

Bahan-bahan

- HCl 5 N, dipipet 415 mL HCl p.a. (37 %), dimasukkan kedalam labu ukur 1 L yang telah berisi air destilasi setengahnya, kocok dan dibiarkan sampai dingin, ditambahkan lagi air destilasi sampai volumenya 1 L, lalu homogenkan. - Larutan NH4F 2 N, ditimbang 37 g NH4F, dilarutkan dalam labu ukur 500 mL

dengan air destilasi sampai volumenya 500 mL, lalu dihomogenkan.

- Larutan Bray II, dipipet 17 mL HCl p.a. (37 %) dan 30 mL NH4F 2 N, kedalam labu ukur 2 L, lalu diencerkan dengan air destilasi menjadi 2 L, lalu dihomogenkan.

- Pereaksi P- pekat, 12 g (NH4)6Mo7O24.4H2O dan 0,277 g K(SbO)C4H4O6. 0,5 H2O dilarutkan dalam air destilasi, setelah dihomogenkan dipindahkan


(30)

kedalam labu ukur 1 L, ditambahkan 140 mL H2SO4 p.a. (98 %) secara perlahan, encerkan dengan air destilasi sampai 1 L dan dihomogenkan.

- Larutan Asam Askorbat (C6H8O6) 0,1 N , ditimbang 0,889 g (C6H8O6), dipindahkan kedalam labu ukur 100 mL dilarutkan dengan air destilasi sampai 100 mL dan dihomogenkan.

- Pereaksi Pewarna Fosfor (P), dicampurkan 100 mL larutan pereaksi P-pekat dengan 60 mL larutan Asam askorbat 0,1 N , encerkan dengan air destilasi sampai 1 L lalu dihomogenkan. Larutan pewarna ini harus selalu dibuat baru.

- Larutan standar induk P, 1.000 ppm, 2,195 g KH2PO4 (yang telah dikeringkan selama 2 jam dalam oven 105oC) dilarutkan sampai 500 mL dalam labu takar dengan larutan P-Bray II dan dihomogenkan.

- Larutan standar P, 100 ppm, dipipet 10 mL larutan standar induk 1.000 ppm P kedalam labu ukur 100 mL kemudian diencerkan sampai 100 mL dengan larutan P-Bray II dan dihomogenkan.

- Seri larutan standar P, dipipet berturut-turut 0,25; 0,5; 0,75; dan 1,0 mL larutan standar 100 ppm P kedalam masing-masing labu ukur 100 mL, diencerkan dengan larutan P-Bray II sampai 100 mL dan dihomogenkan.

Alat-alat

- Pengocok Elektrik

- Spektrofotometer (Perkin Elmer λ 3B dan λ25)

- Botol plastik 30 mL


(31)

- Botol kaca 30 mL

Cara Kerja

Ditimbang 2,00 g contoh tanah kasar kering udara, dipindahkan kedalam botol plastik 30 mL. Kedalamnya ditambahkan 20 mL larutan P-Bray II. Setelah dikocok 5 menit disaring dengan kertas saring whatman no. 2. Dipipet 2 mL ekstrak kedalam botol kaca 30 mL, ditambahkan 10 mL larutan pewarna, diaduk dan dibiarkan 30 menit, akhirnya diukur absorbansinya pada λ 660 nm dengan spektrofotometer.

3.2. Analisa Kandungan P Dalam Daun

Prinsip

Bahan organik didestruksi dengan H2SO4 p.a (98 %) sampai suhu 280 oC, dengan H2O2 30 % sebagai katalisator.

Bahan-bahan

- H2SO4 p.a - H2O2 30 %

- Larutan H2S04 5 N, dipipet 70 mL asam sulfat pekat, kemudian dimasukkan perlahan – lahan melalui dinding kedalam labu ukur 500 mL yang telah berisi air destilasi setengahnya , kemudian dipenuhkan sampai 500 mL dengan air destilasi dan dihomogenkan.

- Larutan (NH4)6Mo7024 4 %, ditimbang 40 gram ammonium molibdat dilarutkan kedalam labu ukur 1 L dengan air destilasi dan dipenuhkan sampai 1 L dan dihomogenkan. Simpan dalam botol berwarna gelap.


(32)

- Larutan Asam Askorbat (C6H8O6 ) 0,1 N, ditimbang 0,889 gram C6H806 dipindahkan kedalam labu ukur 100 mL dilarutkan dengan air destilasi sampai 100 mL dan dihomogenkan.

- Larutan Kalium Antimonil Tatrat (KSbOC4H4O6), ditimbang 0,247 gram KSbOC4H4O6 kemudian dilarutkan dengan air destilasi sampai 100 mL didalam labu ukur dan dihomogenkan.

- Larutan campuran, dicampurkan 50 mL H2SO4 5 N, 15 mL (NH4)6Mo7O24 4 %, 30 mL C6H8O6 0,1 N, dan 5 mL KSbOC4H4O6 lalu diaduk sampai semua larutan tercampur semua ( Larutan yang dibuat untuk 100 botol contoh ).

- Larutan standar induk P, 100 ppm, ditimbang 0,2195 gram KH2PO4 yang telah dikeringkan dalam oven pada suhu 1050C selama 2 jam, kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 500 mL dan dilarutkan dengan larutan H2SO4 0,36 N sampai 500 mL dan dihomogenkan.

- Seri larutan standar P, dipipet berturut-turut 0,5; 1,0; 1,5; dan 2,0 mL larutan standar induk P 100 ppm kedalam masing-masing labu ukur 100 mL, diencerkan dengan larutan H2SO4 0,36 N sampai 100 mL dan dihomogenkan. - Larutan H2SO4 0,36 N, dipipet 10 mL H2SO4 p.a. (98 %) dimasukkan

kedalam labu ukur 1 L, diencerkan dengan air destilasi sampai 1 L dan dihomogenkan.


(33)

Alat-alat

- Tabung reaksi 20 mL - Timbangan analitik

- Penangas listrik khusus untuk tabung reaksi ukuran 20 mL - Kertas saring whatman No. 40

- Botol kaca 30 mL

- Spektrofotometer ( Perkin Elmer λ 3 B dan λ 25 )

Cara kerja

Sampel dikeringkan dalam oven pengering pada temperatur 105 oC selama 2 jam. Lalu dimasukkan kedalam tabung reaksi 20 mL, ditambahkam 1 mL H2SO4 pekat dan 0,5 mL H2O2 30 %, setelah dingin digoyang perlahan-lahan, dipanaskan diatas penangas listrik dalam block aluminium. Temperatur dinaikkan perlahan-lahan sampai mencapai ± 160 oC. Contoh akan menjadi agak lebih hitam dan agak berbuih, bila larutan contoh sudah tidak berbuih lagi, tabung diangkat dan didinginkan. Setelah dingin ditambahkan 0,5 mL H2O2 30 % dan destruksi dilanjutkan kembali. Penambahan H2O2 30 % diulangi sampai larutan contoh menjadi bening dan destruksi disempurnakan pada suhu 280 oC selama ± 15 menit, kemudian tabung reaksi diangkat dari pemanas dan didinginkan. Larutan disaring kedalam labu ukur 100 mL menggunakan kertas saring whatman No. 40, kertas saring dibilas dengan air destilasi, air bilasan dicampurkan kedalam labu ukur, tambahkan air destilasi kedalam labu ukur sampai 100 mL. Larutan ini dipakai untuk analisa P. Dilakukan juga cara destruksi yang sama untuk blanko.


(34)

Dipipet 1 mL filtrat hasil destruksi contoh daun, disertai blanko dimasukkan kedalam botol kaca 30 mL , setelah ditambahkan 5 mL air destilasi dan 1 mL larutan campuran, dikocok agar homogen dan diamkan selama 15 menit. Diukur absorbansinya pada λ 700 nm, warna larutan stabil sampai ± 5 jam.


(35)

BAB 4

HASIL DAN REKOMENDASI

4.1. Data Hasil Analisa P Dalam Tanah

Tabel I : Data Hasil Kalibrasi Dengan Larutan Standar P Konsentrasi

(ppm) Absorbansi

0.250 0.015

0.500 0.035

0.750 0.055

1.000 0.074


(36)

Tabel II : Data Hasil Percobaan Konsentrasi Fosfor Dalam Sampel Tanah Absorbansi blanko = 0.0006

No.

Lab As As - Ab

Berat

Contoh (gr) Intersep Slope

Konsentrasi Larutan (ppm) Konsentrasi Fosfor Dalam Tanah (ppm) 1 0.016 0.0154 1.9642 0.0045 0.0788 0.1459 1.4860 2 0.023 0.0224 1.9749 0.0045 0.0788 0.2348 2.3776 3 0.016 0.0154 1.9596 0.0045 0.0788 0.1459 1.4895

Keterangan :

As : Absorbansi sampel Ab : Absorbansi blanko

Perhitungan konsentrasi larutan:

1. Konsentrasi (ppm) =

Slope Intersep As− = 0788 , 0 0045 , 0 016 , 0 −

= 0,1459

2. Konsentrasi (ppm) =

Slope Intersep As− = 0788 , 0 0045 , 0 023 , 0 −

= 0,2348

3. Konsentrasi (ppm) =

Slope Intersep As− = 0788 , 0 0045 , 0 016 , 0 −

= 0,1459

Perhitungan konsentrasi Fosfor tanah dalam contoh:

4. Fosfor (ppm) =

C ing contoh Berat x i Konsentras o 105 ker 20 = 9642 , 1 20 1459 , 0 x

= 1,4860 ppm

5. Fosfor (ppm) =

C ing contoh Berat x i Konsentras o 105 ker 20 = 9749 , 1 20 2348 , 0 x

= 2,3776 ppm

6. Fosfor (ppm) =

C ing contoh Berat x i Konsentras o 105 ker 20 = 9596 , 1 20 1459 , 0 x


(37)

4.2. Data hasil Analisa P Dalam Daun

Tabel III : Data Hasil Kalibrasi Dengan Larutan Standar P

Konsentrasi

(ppm) Absorbansi

0.500 0.038

1.000 0.074

1.500 0.112

2.000 0.148


(38)

Tabel IV : Data Hasil Percobaan Konsentrasi Fosfor Dalam Sampel Daun

Absorbansi Blanko = 0.0004

No

Lab As As - Ab

Berat Contoh

(gr)

Intersep Slope

Konsentrasi Larutan (ppm) P (%) Dalam Daun

1 0.098 0.0976 0.1 0.001 0.0736 1.3179 0.1318

2 0.096 0.0956 0.1 0.001 0.0736 1.2908 0.1291

3 0.094 0.0936 0.1 0.001 0.0736 1.2636 0.1264

Keterangan :

As : Absorbansi sampel Ab : Absorbansi blanko

Perhitungan Konsentrasi larutan :

1. Konsentrasi (%) =

Slope Intersep As− = 0736 , 0 001 , 0 098 , 0 − = 1,3179

2. Konsentrasi (%) =

Slope Intersep As− = 0736 , 0 001 , 0 096 , 0 −

= 1,2908

3. Konsentrasi (%) =

Slope Intersep As− = 0736 , 0 001 , 0 094 , 0 −

= 1,2636

Perhitungan Konsetrasi Fosfor daun dalam contoh :

1. Fosfor (%) =

C ing contoh Berat x i Konsentras o 105 ker 01 , 0 = 1 , 0 01 , 0 3179 , 1 x

= 0,1318 %

2. Fosfor (%) =

C ing contoh Berat x i Konsentras o 105 ker 01 , 0 = 1 , 0 01 , 0 2908 , 1 x

= 0,1291 %

3. Fosfor (%) =

C ing contoh Berat x i Konsentras o 105 ker 01 , 0 = 1 , 0 01 , 0 2636 , 1 x


(39)

4.3. Rekomendasi Jumlah Penggunaan Pupuk

Adapun Rumus perhitungan untuk pemupukan Fosfat yang akan dilakukan dari data diatas adalah sebagai berikut :

Untuk Jumlah pupuk pada tanah

Untuk jumlah pupuk pada daun

Pk = Kn/K x Ps

Jumlah pupuk yang diberikan dari hasil analisis tanah dan daun adalah selisih dari jumlah pupuk tanah dengan jumlah pupuk daun

Keterangan :

P: Jumlah pupuk yang diberikan ke dalam tanah (kg)

S: Kadar unsur hara tanah standar yang akan dicapai (%)

T: Kadar unsur hara tanah aktual (%)

L: Luas daerah perakaran atau luas piringan perakaran (m2)

D: Kedalaman daerah perakaran tanaman (m)

BV: Berat volume tanah (ton/m3)

Hp: Kadar unsur hara di dalam pupuk (%)


(40)

Kn: Kadar unsur hara standar yang akan dicapai (%)

K: Kadar unsur hara daun aktual (%)

Ps: Jumlah pupuk pada tahun sebelumnya

Perhitungan pemberian pupuk (Fosfat, TSP 45 % P2O5) pada tanaman kelapa sawit :

Konversi untuk pemberian pupuk TSP ( P2O5 x 0,44 = P ) → Ulysses S. Jones (1982)

Jadi untuk nilai Hp diperoleh : Hp = (45 % x 0,44 = 19,8 % )

Diketahui : lebar kanopi piringan = 20 cm ( karena berbentuk lingkaran)

maka Luas daerah penakaran tanaman adalah = luas dari kanopi piringan tersebut.

L = πr2

= 3,14 x (20)2 = 1256 cm2 = 0,1256 m2

D = kedalaman daerah penakaran tanaman yang dianjurkan menurut Riwandi (2002) adalah 10 cm = 0,1 m

BV = dalam ton/m3 dikonversikan menjadi g/cm3 untuk menyatakan 1 ton/m3 = 1 g/cm3

1 ton = 1.000.000 g

1 m= 100 cm

1m2= 10.000 cm2


(41)

Jadi untuk 1 ton/m3 = 1.000.000g/1.000.000 cm3 = 1 g/cm3

Berdasarkan hasil analisis tanah, tanah yang dianalisis adalah jenis tanah lempung dan mempunyai BV tanah 1,3 g/cm3(diambil nilai tengah dari 1,1 – 1,4 g/cm3)

Untuk sampel diperoleh perhitungan sebagai berikut :

- Sampel 1

Jumlah TSP dalam tanah P

=

= 0,00576 ton = 5,76 kg

Jumlah TSP dalam daun

Pk= (Kn/K) x P

= (0,165/0,1318) x P ( Kadar pupuk Fosfat pada tahun sebelumnya yang ditanya pada analis PPKS Medan adalah 1,20 kg/pokok/tahun)

= 1,2518 x 1,20 = 1,5022 kg

Jadi dari hasil analisis tanah dan daun dapat diperoleh berat pupuk TSP yang akan diberikan pada tanaman kelapa sawit yaitu :

Berat TSP yang diberikan = jumlah TSP tanah – Jumlah TSP daun = 5,76 – 1,5022


(42)

- Sampel 2

Jumlah TSP dalam tanah P

=

= 0,00575 ton = 5,75 kg Jumlah TSP dalam daun

Pk= (Kn/K) x P

= (0,165/0,1291) x P = 1,2780 x 1,20 = 1,5336 kg

Jadi dari hasil analisis tanah dan daun dapat diperoleh berat pupuk TSP yang akan diberikan pada tanaman kelapa sawit yaitu :

Berat TSP yang diberikan = jumlah TSP tanah – Jumlah TSP daun = 5,74 – 1,5336

= 4,2064 kg

- Sampel 3

Jumlah TSP dalam tanah P

=


(43)

Jumlah TSP dalam daun Pk= (Kn/K) x P

= (0,165/0,1264) x 1,20 = 1,5665 kg.

Jadi dari hasil analisis tanah dan daun dapat diperoleh berat pupuk TSP yang akan diberikan pada tanaman kelapa sawit yaitu :

Berat TSP yang diberikan = jumlah TSP tanah – Jumlah TSP daun = 5,76 – 1,5665


(44)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Hasil Analisa Kandungan P dalam Tanah dan Daun serta Rekomendasi Penggunaan TSP.

Sampel

Konsentrasi P Rekomendasi

kg/pohon Daun ( % ) Tanah ( ppm )

1 0,1318 1,4860 4,2578

2 0,1291 2,3376 4,2064

3 0,1264 1,4895 4,1935

5.2 Saran

- Sebaiknya dilakukan pengamatan areal untuk tindakan teknik budidaya yang akan diterapkan guna penyempurnaan rekomendasi

- Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan jumlah pupuk yang digunakan setahun sebelumnya


(45)

DAFTAR PUSTAKA

Adlin, U; 2008. Kelapa Sawit (Elaesis Guinense) Di Indonesia. Edisi 2. PPKS: Medan Goenadi, D.H; 1997. Teknologi Dan Penggunaan Pupuk. Edisi Ketiga. UGM-Press:

Yogyakarta

Hadi. M; 2004. Teknik Berkebun Kelapa Sawit. Adicita Karya Nusa : Yogyakarta Hanafiah, K.A; 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta Kuswandi; 1993. Pengapuran Tanah Pertanian. Kanisius : Yogyakarta

Lingga, P.M; 2005. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Edisi Revisi. Penebar Swadaya : Yogyakarta

Mas,ud, P; 1992. Telaah Kesuburan Tanah. Angkasa : Bandung Mukhlis.; 2007. Analisis Tanah Tanaman. USU Press : Medan

Notohadiprawiro, T; 1998. Tanah Dan Lingkungan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan : Jakarta

Novizan; 2001. Petunjuk Pemupukan Yang Efektif. Agromedia Pustaka : Jakarta

Pahan. I; 2008. Panduan Teknis Budidaya Kelapa Sawit. PT. Indopalma Wahana Hutama : Jakarta


(46)

Lampiran 1 Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah

Sifat Tanah Rendah Sangat Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Karbon (%) < 1,00 1,00-2,00 2,01-3,00 3,01-5,00 >5,00 Nitrogen(%) < 0,10 0,10-0,20 0,21-0,50 0,51-0,75 >0,75 C/N <5,0 5,0-7,9 8,0-12,0 12,1-17,0 >17 P2O5 eks- HCl (%) <0,021 0,021-0,039

0,040-0,060

0,061-0,100

>0,100

P-avl Bray-II (ppm) <8,0 8,0-15 16-25 26-35 >35 P-avl Olsen (ppm) <10 10-25 26-45 46-60 >60 K2O eks-HCl (mg/100 ) <0,03 0,03-0,06 0,07-0,11 0,12-0,20 >0,20

KTK/CEC (me/100 ) <5 10-16 17-24 25-40 >40 Susunan Kation

K-tukar ( me/ 100 ) <0,1 0,1-0,2 0,3-0,5 0,6-1,0 >1,0 Na-tukar (me/ 100) <0,1 0,1-0,3 0,4-0,7 0,8-1,0 >1,0 Mg-tukar (me/ 100) <0,4 0,4-1,0 1,1-2,0 2,1-8,0 >8,0 Ca-tukar (me/ 100) <2,0 2-5 6-10 11-20 >20 Kejenuhan Basa (%) <20 20-35 36-50 51-70 >70 Kejenuhan Al (%) <10 10-20 21-30 31-60 >60

Sangat

Masam Masam

Agak

Masam Netral

Agak

Alkalis Alkalis pH (H2O) <4,5 4,5-5,5 5,6-6,5 6,6-7,5 7,6-8,5 >8,5 pH (KCl) <2,5 2,5-4,0 --- 4,1-6,0 6,1-6,5 >6,5


(47)

Lampiran 2 Kadar Hara Daun Kelapa Sawit Yang Menunjukkan Defisiensi, Optimum dan Tinggi

Tanaman Sawit Muda ( < 6 Tahun ) Daun ke 17

Hara Defisiensi Optimum Tinggi

N (%) < 2,50 2,6 – 2,9 >3,1

P (%) <0,15 0,16 – 0,19 >0,25

K (%) <1,00 1,1 – 1,3 >1,8

Mg (%) <0,20 0,3 – 0,45 >0,7

Ca (%) <0,30 0,5 -0,7 >0,7

S (%) <0,20 0,25 – 0,40 >0,6

Cl (%) <0,25 0,5 – 0,7 >1,0

B( ppm) <8 15 – 25 >40

Cu( ppm) <3 5 - 8 >15

Zn( ppm) <10 12 – 18 >80

Tanaman Sawit Dewasa ( > 6 Tahun ) Daun ke 17

Hara Defisiensi Optimum Tinggi

N (%) < 2,30 2,4 – 2,8 >3,0

P (%) <0,14 0,15 – 0,18 >0,25

K (%) <0,75 0,9 – 1,2 >1,6

Mg (%) <0,20 0,25 – 0,40 >0,7

Ca (%) <0,25 0,5 -0,75 >1,0

S (%) <0,20 0,25 – 0,35 >0,6

Cl (%) <0,25 0,5 – 0,7 >1,0

B (ppm) <8 15 – 25 >40

Cu (ppm) <3 5 - 8 >15

Zn (ppm) <10 12 - 18 >80

Sumber : Von Uexkull,H.R amd Fairhurst,T.H.(1991) IPI Bulletin 12. The Oil Palm,


(1)

- Sampel 2

Jumlah TSP dalam tanah P

=

= 0,00575 ton = 5,75 kg Jumlah TSP dalam daun

Pk= (Kn/K) x P

= (0,165/0,1291) x P = 1,2780 x 1,20 = 1,5336 kg

Jadi dari hasil analisis tanah dan daun dapat diperoleh berat pupuk TSP yang akan diberikan pada tanaman kelapa sawit yaitu :

Berat TSP yang diberikan = jumlah TSP tanah – Jumlah TSP daun = 5,74 – 1,5336

= 4,2064 kg

- Sampel 3

Jumlah TSP dalam tanah P

=


(2)

Jumlah TSP dalam daun Pk= (Kn/K) x P

= (0,165/0,1264) x 1,20 = 1,5665 kg.

Jadi dari hasil analisis tanah dan daun dapat diperoleh berat pupuk TSP yang akan diberikan pada tanaman kelapa sawit yaitu :

Berat TSP yang diberikan = jumlah TSP tanah – Jumlah TSP daun = 5,76 – 1,5665


(3)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Hasil Analisa Kandungan P dalam Tanah dan Daun serta Rekomendasi Penggunaan TSP.

Sampel

Konsentrasi P Rekomendasi

kg/pohon Daun ( % ) Tanah ( ppm )

1 0,1318 1,4860 4,2578

2 0,1291 2,3376 4,2064

3 0,1264 1,4895 4,1935

5.2 Saran

- Sebaiknya dilakukan pengamatan areal untuk tindakan teknik budidaya yang akan diterapkan guna penyempurnaan rekomendasi

- Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan jumlah pupuk yang digunakan setahun sebelumnya


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Adlin, U; 2008. Kelapa Sawit (Elaesis Guinense) Di Indonesia. Edisi 2. PPKS: Medan Goenadi, D.H; 1997. Teknologi Dan Penggunaan Pupuk. Edisi Ketiga. UGM-Press:

Yogyakarta

Hadi. M; 2004. Teknik Berkebun Kelapa Sawit. Adicita Karya Nusa : Yogyakarta Hanafiah, K.A; 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta Kuswandi; 1993. Pengapuran Tanah Pertanian. Kanisius : Yogyakarta

Lingga, P.M; 2005. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Edisi Revisi. Penebar Swadaya : Yogyakarta

Mas,ud, P; 1992. Telaah Kesuburan Tanah. Angkasa : Bandung

Mukhlis.; 2007. Analisis Tanah Tanaman. USU Press : Medan

Notohadiprawiro, T; 1998. Tanah Dan Lingkungan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan : Jakarta

Novizan; 2001. Petunjuk Pemupukan Yang Efektif. Agromedia Pustaka : Jakarta

Pahan. I; 2008. Panduan Teknis Budidaya Kelapa Sawit. PT. Indopalma Wahana Hutama : Jakarta


(5)

Lampiran 1 Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah

Sifat Tanah Rendah Sangat Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

Karbon (%) < 1,00 1,00-2,00 2,01-3,00 3,01-5,00 >5,00 Nitrogen(%) < 0,10 0,10-0,20 0,21-0,50 0,51-0,75 >0,75 C/N <5,0 5,0-7,9 8,0-12,0 12,1-17,0 >17 P2O5 eks- HCl (%) <0,021 0,021-0,039

0,040-0,060

0,061-0,100

>0,100

P-avl Bray-II (ppm) <8,0 8,0-15 16-25 26-35 >35 P-avl Olsen (ppm) <10 10-25 26-45 46-60 >60 K2O eks-HCl (mg/100 ) <0,03 0,03-0,06 0,07-0,11 0,12-0,20 >0,20

KTK/CEC (me/100 ) <5 10-16 17-24 25-40 >40 Susunan Kation

K-tukar ( me/ 100 ) <0,1 0,1-0,2 0,3-0,5 0,6-1,0 >1,0 Na-tukar (me/ 100) <0,1 0,1-0,3 0,4-0,7 0,8-1,0 >1,0 Mg-tukar (me/ 100) <0,4 0,4-1,0 1,1-2,0 2,1-8,0 >8,0 Ca-tukar (me/ 100) <2,0 2-5 6-10 11-20 >20 Kejenuhan Basa (%) <20 20-35 36-50 51-70 >70 Kejenuhan Al (%) <10 10-20 21-30 31-60 >60

Sangat

Masam Masam

Agak

Masam Netral

Agak

Alkalis Alkalis pH (H2O) <4,5 4,5-5,5 5,6-6,5 6,6-7,5 7,6-8,5 >8,5

pH (KCl) <2,5 2,5-4,0 --- 4,1-6,0 6,1-6,5 >6,5


(6)

Lampiran 2 Kadar Hara Daun Kelapa Sawit Yang Menunjukkan Defisiensi, Optimum dan Tinggi

Tanaman Sawit Muda ( < 6 Tahun ) Daun ke 17

Hara Defisiensi Optimum Tinggi

N (%) < 2,50 2,6 – 2,9 >3,1

P (%) <0,15 0,16 – 0,19 >0,25

K (%) <1,00 1,1 – 1,3 >1,8

Mg (%) <0,20 0,3 – 0,45 >0,7

Ca (%) <0,30 0,5 -0,7 >0,7

S (%) <0,20 0,25 – 0,40 >0,6

Cl (%) <0,25 0,5 – 0,7 >1,0

B( ppm) <8 15 – 25 >40

Cu( ppm) <3 5 - 8 >15

Zn( ppm) <10 12 – 18 >80

Tanaman Sawit Dewasa ( > 6 Tahun ) Daun ke 17

Hara Defisiensi Optimum Tinggi

N (%) < 2,30 2,4 – 2,8 >3,0

P (%) <0,14 0,15 – 0,18 >0,25

K (%) <0,75 0,9 – 1,2 >1,6

Mg (%) <0,20 0,25 – 0,40 >0,7

Ca (%) <0,25 0,5 -0,75 >1,0

S (%) <0,20 0,25 – 0,35 >0,6

Cl (%) <0,25 0,5 – 0,7 >1,0

B (ppm) <8 15 – 25 >40

Cu (ppm) <3 5 - 8 >15

Zn (ppm) <10 12 - 18 >80

Sumber : Von Uexkull,H.R amd Fairhurst,T.H.(1991) IPI Bulletin 12. The Oil Palm,