Analisa Unsur Hara Fosfor (P) Pada Daun Kelapa Sawit Secara Spektrofotometri Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan

(1)

ANALISA UNSUR HARA FOSFOR (P) PADA DAUN KELAPA

SAWIT SECARA SPEKTROFOTOMETRI DI PUSAT

PENELITIAN KELAPA SAWIT (PPKS) MEDAN

KARYA ILMIAH

Oleh :

DEPARTEMEN KIMIA

PROGRAM STUDI KIMIA ANALIS

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2008

MAYA MASTURA SYAHFITRI 052401039


(2)

ANALISA UNSUR HARA FOSFOR (P) PADA DAUN KELAPA

SAWIT SECARA SPEKTROFOTOMETRI DI PUSAT

PENELITIAN KELAPA SAWIT (PPKS) MEDAN

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya

DEPARTEMEN KIMIA

PROGRAM STUDI KIMIA ANALIS

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2008

MAYA MASTURA SYAHFITRI 052401039


(3)

PERSETUJUAN

Judul : ANALISA UNSUR HARA FOSFOR (P) DALAM

DAUN KELAPA SAWIT SECARA SPEKTROFOTOMETRI DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT (PPKS) MEDAN

Kategori : TUGAS AKHIR

Nama : MAYA MASTURA SYAHFITRI

NIM : 052401039

Program Studi : DIPLOMA-III

Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di : Medan, Juni 2008

Diketahui/Disetujui Oleh : Departemen Kimia FMIPA USU

Ketua Dosen Pembimbing

DR.Rumondang Bulan MS. Drs. Firman Sebayang MS.

NIP. 131 459 466 NIP. 131 459 468


(4)

PERNYATAAN

Analisa Unsur Hara Fosfor (P) Pada Daun Kelapa Sawit Secara Spektrofotometri

Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan

KARYA ILMIAH

Saya megetahui bahwa Karya Ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri. Kecuali beberapa kutipan dari ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2008

MAYA MASTURA SYAHFITRI 052401039


(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang mencurahkan rahmat, berkah dan hidayahNya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan perkuliahan dan penulisan karya ilmiah ini yang merupakan salah satu syarat guna menyelesaikan Studi Program Diploma 3 pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Semoga niat dan amalan ini dapat dinilai sebagai ibadah. Shalawat dan salam penulis panjatkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW yang syafaatnya kita harapkan di kemudian hari.

Karya ilmiah ini ditulis berdaarkan pengamatan penulis selama melaksankan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, dengan judul “ ANALISA UNSUR HARA FOSFOR (P) PADA DAUN KELAPA

SAWIT SECARA SPEKTROFOTOMETRI.”

Selesainya Karya Ilmiah ini juga tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya :

1. Orang tua tercinta Ibunda MA. Nurmala dan Ayahanda Syahrul yang telah memberikan do’a restunya yang tiada terhingga, dan telah banyak memberikan pengorbanan moril maupun materil serta kesabaran yang tulus, serta adinda Putri Ayu Rizki, Fara Diba Izati, Nurfitriyani, dan Alfi Syahrin yang telah memberikan dukungan kepada penulis.

2. T. Fhazrisya Rizqi yang telah memberikan do’a yang tulus, dukungan moril, kesabaran, dan semangat pantang menyerah kepada penulis.

3. Ibu Rumondang Bulan MS, selaku Ketua Departemen Kimia FMIPA USU. 4. Bapak Drs. Firman Sebayang MS, selaku dosen pembimbing yang telah

banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan kepada penulis.

5. Bapak Drs. Eka Nuryanto,MSi, yang telah meluangkan waktu dan

membimbing penulis dalam penulisan laporan PKL dan karya ilmiah ini. 6. Bapak Baharuddin AR,B.Sc, selaku penanggung jawab laboratorium tanah

dan daun, serta serta seluruh karyawan PPKS Medan khususnya laboratorium tanah dan daun terima kasih atas dukungan dan bantuannya kepaa penulis. 7. Rekan-rekan mahasiswa/I Kimia Analis D-3 angkatan 2005 sekaligus

sahabat-sahabat yang lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan dalam materi dan penyajian. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak yang dapat menjadi bahan masukan bagi penulis. Semoga penulisan karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Medan, Mei 2008

Penulis iii


(6)

ANALISA UNSUR HARA FOSFOR (P) PADA DAUN KELAPA SAWIT SECARA SPEKTROFOTOMETRI DI PUSAT PENELITIAN KELAPA

SAWIT (PPKS) MEDAN ABSTRAK

Telah dilakukan analisa unsur hara fosfor (P) pada daun kelapa sawit di Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan. Penentuan kadar fosfor (P) dalam daun kelapa sawit dilakukan dengan metode Spektrofotometri UV-Visible. Hasil analisa menunjukkan bahwa kadar fosfor yang diperoleh adalah 0,139% - 0,150% dalam daun kelapa sawit. Dari hasil ini menunjukkan bahwa kadar fosfor dalam daun kelapa sawit masih

kurang, belum mencukupi standar yang telah ditentukan yaitu antara 0,16%-0,19%. iv


(7)

ANALYSIS ELEMENT OF HARA PHOSPHORUS (P) AT PALM LEAF BY SPEKTROFOTOMETRI IN INDONESIAN OIL PALM

RESEARCH INSTITUTE (PPKS) MEDAN ABSTRACT

Have been conducted by analysis element of hara phosphorus (P) at palm leaf in Indonesian Oil Palm Research Institute at Medan. Determination of phosphorus rate (P) in palm leaf conducted with method of Spektrofotometri UV-Visible. Result of analysis indicate that phosphorus rate the obtained is 0,139% - 0,150% in palm leaf. Of this result indicate that phosphorus rate in palm leaf still less, answer the demand of standard which have been determined by that is between 0,16%-0,19%.


(8)

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN i

PERNYATAAN ii

PENGHARGAAN iii

ABSTRAK iv

ABTRACT v

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL viii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Permasalahan 3

1.3. Tujuan 3

1.4. Manfaat 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4

2.1. Sejarah Kelapa Sawit 4

2.2. Tanaman Kelapa Sawit 5

2.3. Daun Kelapa Sawit 6

2.3.1. Penentuan Contoh Daun Kelapa Sawit 8

2.3.2. Susunan Letak Daun Kelapa Sawit 8

2.4. Pengambilan Contoh Anak Daun Kelapa Sawit 9

2.4.1. Syarat Dalam Pengambilan Contoh Daun Kelapa Sawit 9

2.4.2. Unsur Hara Pada Tanaman Kelapa sawit 10

2.4.3. Fosfor 10

2.5. Manfaat Fosfor Pada Tanaman 11

2.6. Gejala Kekurangan Unsur Hara Fosfor Pada Tanaman 12

2.7. Spektrofotometri 13

2.7.1. Teori Spektrofotometri 13

2.7.2. Prinsip Kerja Alat spektrofotometri 16

2.7.3. Permasalahan Spektrofotometri 17

BAB III METODOOGI PERCOBAAN 18

3.1. Alat 18

3.2. Bahan 19

3.3. Persiapan Contoh Daun Kering 20

3.3.1. Membersihkan Contoh Daun Kelapa Sawit 20

3.3.2. Mengeringkan Dan Menggiling Contoh Daun Kelapa Sawit 20

3.4. Prosedur Penetapan Fosfor Daun Kelapa Sawit 21

3.5. Prosedur Penetapan Fosfor (P) Daun Kelapa Sawit secara

Spektrofotometri UV-Visible 21


(9)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 23

4.1. Hasil 23

4.2. Perhitungan 24

4.2.1. Penentuan Persamaan Garis Regresi 24

4.2.2. Mencari Konsentrasi Sampel 25

4.2.3. Menghitung Kadar Fosfor Daun Kelapa Sawit 25

4.3. Pembahasan 26

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 28

5.1. Kesimpulan 28

5.2. Saran 28

DAFTAR PUSTAKA 29

LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Data Absorbansi Larutan P Standar 23

Tabel 2. Absorbansi P-Grafik Berat Contoh 23

Tabel 3. Penentuan Persamaan Garis Regresi 24


(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pemberian unsur hara pada tanaman kelapa sawit merupakan usaha kultur teknis yang penting untuk meningkatkan produksi per satuan luas dengan tujuan akhir keuntungan ekonomi yang maksimal.

Kebutuhan unsur hara untuk tanaman kelapa sawit biasanya di duga melalui analisis dari bahan panen dan daun batang sebagai pedoman yang mudah untuk dapat memberikan indikasi kebutuhan unsur hara buatan tanaman kelapa sawit adalah dari hasil analisis daun.

Hal ini disebabkan karena daun merupakan bagian yang paling aktif dari tanaman. Dari hasil analisis daun akan dapat diperoleh petunjuk secara kuantitatif unsur hara yang diserap oleh tanaman baik yang berasal dari tanah, air hujan, dan pupuk yang ditambahkan.

Interprestasi hasil analisis daun secara nyata dapat menunjukkan defisiensi yang terjadi dengan membandingkan angka taraf krisis untuk daun kelapa sawit. Dari angka hasil analisis daun yang diperoleh dari laboratorium kemudian dibandingkan dengan angka taraf krisis, maka akan dapat disimpulkan gejala kekurangan unsur hara tertentu.

Pada tanaman, fosfor diikat atau difiksasi dalam persenyawaan – persenyawaan yang berhubungan dengan Ca dan Mg, tersedia P didalam tanah sangat berhubungan erat dengan keadaan pH tanah. Gejala awal defesiensi P pada tanaman adalah terlihat pada daun paling bawah atau daun dua warna, daun hijau gelap, ukuran 1


(12)

daun mengecil dan pertumbuhan tanaman menjadi lambat. Gejala lanjutnya adalah jumlah bunga menurun dan ukuran buah kecil.

Unsur fosfor (P) ditemukan oleh Hannig Brand pada tahun 1966 di Hamburg, Jerman. Dia menemukan unsur ini dengan menyuling air urine melalui proses penguapan. Namanya berasal dari bahasa Latin yaitu Phosphoros yang berarti ‘pembawa terang’ karena keunikannya yaitu bercahaya dalam gelap (glow in the dark).

Secara umum fosfor (P) membentuk padatan putih yang lengket yang memiliki bau yang tidak enak, tetapi ketika murni menjadi tidak berwarna dan transparan. Non logam ini tidak larut dalam air, tetapi larut dalam karbon disulfida. Fosfor (P) murni terbakar secara spontan di udara membentuk P pentoksida.

Fosfor adalah unsur kimia yang memiliki lambang P dengan nomor atom 15. Fosfor berupa non logam, bervalensi banyak, termasuk golongan nitrogen, banyak ditemui dalam batuan fosfat anorganik dan dalam semua sel hidup tetapi tidak pernah ditemui dalam bentuk unsur bebasnya. Fosfor amatlah reaktif, memancarkan pendar cahaya yang lemah ketika bergabung dengan oksigen, ditemukan dalam berbagai bentuk, dan merupakan unsur penting dalam makhluk hidup.

http://id /wiki/Fosfor.wikipedia.org Adapun fungsi unsur fosfor pada tanaman kelapa sawit adalah :

• Penyusun Adenosit Di Phospat (ADP) / Adenosit Tri Phospat (ATP), memperkuat batang dan merangsang perkembangan akar serta memperbaiki mutu buah Kekurangan P sulit dikenali, menyebabkan tanaman tumbuh kerdil, pelepah memendek dan batang meruncing.


(13)

• Indikasi kekurangan P : Daun alang-alang berwarna ungu sulit tumbuh dengan bintil akar yang sedikit.

• Penyebab defisiensi P : P tanah rendah ( < 15 ppm ), Top Soil tererosi, kurangnya pupuk P dan kemasaman tanah tinggi.

Upaya : Aplikasi P dipinggir piringan/gawangan, kurangi erosi, tingkatkan status P tanah, dan perbaiki kemasaman tanah.

1.2. Permasalahan

Beberapa jumlah kadar unsur hara fosfor yang dibutuhkan oleh tanaman kelapa sawit untuk menghindari tanah kekurangan fosfor dapat ditentukan berapa banyak pupuk fosfor yang harus diberikan pada tanaman sehingga diperoleh pertumbuhan yang cepat dan hasil buah yang maksimal.

1.3. Tujuan

Adapun tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah :

Untuk mengetahui tingkat kesuburan tanaman kelapa sawit berdasarkan unsur hara pada daun kelapa sawit secara spektrofotometri.

1.4. Manfaat

Analisa ini digunakan untuk mengetahui apakah daun kelapa sawit kekurangan unsur hara dan mempersiapkan beberapa banyak unsur hara yang dibutuhkan daun kelapa sawit dengan pemberian pupuk pada tanaman kelapa sawit.


(14)

(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah Perkebunan Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Didatangkan ke Indonesia oleh pemerint Beberapa bijinya ditanam d tepi-tepi jalan sebagai tanaman hias di saat yang bersamaan meningkatlah permintaa pertengaha sawit berdasarkan tumbuhan seleksi dari Bogor dan Deli, maka dikenallah jenis sawit "Deli Dura".

Pada tahun 1911, kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial dengan perintisnya di Hindia Belanda adalah Adrien Hallet, seoran yang lalu diikuti oleh K. Schadt. Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli) da pemuliaan dan penangkaran kemudian didirikan di 1912. Di Malaya, perkebunan pertama dibuka pada tahun 1917 di Ladang Tenmaran, Kual sendiri penanaman kelapa sawit besar-besaran baru dimulai tahun 1911.

Hingga menjelang pendudukan Jepang, Hindia Belanda merupakan pemasok utama minyak sawit dunia. Semenjak pendudukan Jepang, produksi merosot hingga tinggal seperlima dari angka tahun 1940.


(16)

Usaha peningkatan pada masa Republik dilakukan dengan program Bumil (buruh-militer) yang tidak berhasil meningkatkan hasil, dan pemasok utama kemudian diambil alih Malaya

Baru semenjak er dipadukan dengan areal perkebunan kelapa sawit terus berlanjut akibat meningkatnya harga minyak bumi sehingga peran minyak nabati meningkat sebagai energi alternatif.

Beberapa pohon kelapa sawit yang ditanam di Kebun Botani Bogor hingga sekarang masih hidup, dengan ketinggian sekitar 12m, dan merupakan kelapa sawit

tertua di (Darmosarkoro,W.2003)

2.2. Tanaman Kelapa Sawit

Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1848. Ketika itu ada empat batang bibit kelapa sawit yang dibawa dari Mauritius dan Amsterdam dan di tanam di Kebun Raya Bogor. Tanaman kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial pada tahun 1911. Perintis usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Adrien Hallet, seorang Belgia yang telah belajar banyak tentang kelapa sawit di Afrika. Budi daya yang dilakukannya diikuti oleh K. Schadt yang menandai lahirnya perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Sejak saat itu perkebunan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang.

Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di pantai timur Sumatera (Deli) dan Aceh.luas areal perkebunannya mencapai 5.123 ha. Indonesia mulai mengekspor 5


(17)

minyak sawit pada tahun 1919 sebesar 576 ton ke negara-negara Eropa, kemudian tahun 1923 mulai mengekspor minyak inti sawit sebesar 850 ton.

Pada masa pendudukan Belanda, perkebunan kelapa sawit mengalami perkembangan yang cukup pesat. Indonesia menggeser dominasi ekspor negara Afrika pada waktu itu. Namun, kemajuan pesat yang dialami Indonesia tidak diikuti dengan peningkatan perekonomian nasional. Hasil perolehan ekspor minyak sawit hanya meningkatkan perkonomian Negara asing termasuk Belanda. (Tim Penulis PS.2007)

2.3. Daun Kelapa Sawit

Daun kelapa sawit mirip kelapa yaitu membentuk susunan daun majemuk, bersirip genap dan bertulang sejajar. Daun-daun membentuk satu pelepah yang panjangnya mencapai lebih dari 7,5 – 9 meter. Jumlah anak daun disetiap pelepah berkisar antara 250 – 400 helai. Daun muda yang masih kuncup berwarna kuning pucat. Pada tanah yang subur, daun cepat membuka sehingga makin efektif melakukan fungsinya sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis dan sebagai alat respirasi. Semakin lama proses fotosintesis berlangsung, semakin banyak bahan makanan yang dibentuk sehingga produksi akan meningkat tergantung iklim setempat. Di Sumatera Utara, misalnya produksi daun mencapai 20 – 24 helai/tahun. Umur daun mulai terbentuk sampai tua sekitar 6 – 7 tahun. Daun kelapa sawit yang sehat dan segar berwarna hijau tua.

Jumlah pelepah, panjang pelepah, dan jumlah anak daun tergantung pada umur tanaman. Tanaman yang berumur tua, jumlah pelepah dan anak daun lebih banyak. Begitu pula pelepahnya akan lebih panjang dibandingkan dengan tanaman yang masih muda. Berat kering satu pelepah dapat mencapai 4,5 kg. Pada tanaman dewasa


(18)

ditemuka n sekitar 40 – 50 pelepah. Saat tanaman berumur sekitar 10 – 13 tahun dapat ditemukan daun yang luas permukaannya mencapai 10 – 15 m2. Luas permukaan daun akan berinteraksi dengan tingkat produktifitas tanaman. Semakin luas permukaan atau semakin banyak jumlah daun maka produksi akan meningkat karena proses fotosintesis akan berjalan dengan baik. Proses fotosintesis akan optimal jika luas

permukaan daun mencapai 11 m2. (Tim Penulis PS. 2007)

Seperti tanaman palma lainnya, daunnya merupakan majemuk. Daun berwarna hijau tua dan pelepah berwarna sedikit lebih muda. Penampilannya sangat mirip dengan tanaman salak, hanya saja dengan duri yang tidak terlalu keras dan tajam. bentuk daunnya termasuk majemuk menyirip, tersusun rozet pada ujung batang.

Pelepah sawit meliputi helai daun, setiap satunya mengandungi lamina dan midrib, racis tengah, petiol dan kelopak pelepah. Helai daun berukuran 55 cm hingga 65 cm dan menguncup dengan lebar 2.5 cm hingga 4 cm.

Ada dua jenis bentuk kedudukan helai daun dalam Elaeis oleifera. Setiap pelepah mempunyai lebih kurang 100 pasang helai daun.

Bilangan pelepah yang dihasilkan meningkat sehingga 30 hingga 40 ketika berumur tiga hingga empat tahun dan kemudiannya menurun sehingga 18 hingga 25 pelepah.

Stomata atau rongga terbuka untuk menerima cahaya dalam proses fotosintesis wujud pada permukaan helai daun. Pelepah matang berukuran hingga 7.5 cm dengan petiol lebih kurang satu perempat daripada panjang pelepah serta mempunyai duri. Pelepah sawit tersusun dalam bentuk pusaran yang mana setiap satu pusaran bagi setiap lapan pelepah.


(19)

2.3.1. Penentuan Contoh Daun Kelapa Sawit

Daun yang diambil untuk contoh harus dapat menggambarkan keadaan hara tanaman, yang menurut hasil penelitian ternyata daun ke 17 adalah yang paling sesuai, jika keadaan tanaman menghasilkan daun ke 17 rusak maka dapat diganti dengan daun ke-9 untuk seluruh pohon contoh pada KCD (Kesatuan Contoh Daun) tersebut. Pada tanaman muda, daun ke 17 kadang-kadang tidak dalam keadaan baik, maka dapat diambil daun ke 9, dan kalau tanamannya masih sangat muda yang berumur 2-3 tahun, maka dapat diambil daun ke 3. Analisa daun pada TBM (Tandan Buah Masak) tidak dilakukan, kecuali untuk keperluan khusus seperti untuk percobaan atau adanya sebab-sebab tertentu.

2.3.2. Susunan Letak Daun Kelapa sawit

Daun ke 9 maupun 17 ditentukan dengan memperhatikan susunan letak daun dapat ditentukan dengan pedoman sebagai berikut :

• Daun ke 1 adalah daun termuda yang helai daunnya telah mekar seluruhnya dan jarak antara helai daun yang lain sudah jelas tampak pada pangkal pelepah.

• Daun ke 3 letaknya 274 derajat dari daun pertama. Derajat sudut ini dihitung dari daun pertama ke arah kiri pada tanaman yang mempunyai pusingan spiral ke kanan (righ handed palm) dan dihitung ke arah kanan pada tanaman yang mempunyai pusingan spiral ke kiri (left handed palm).

• Daun ke 9 letaknya dibawah daun ke 1 agak ke sebelah kiri pada pusingan kanan dan agak ke sebelah kanan pada pusingan spiral kiri.

• Daun ke 17 letaknya dibawah daun ke 9 agak kesebelah kiri pada pusingan spiral kanan dan agak ke sebelah kanan pada pusingan spiral kiri.


(20)

2.4. Pengambilan Contoh Anak Daun Kelapa Sawit

Anak daun diambil setelah daun contoh diturunkan dari pohon. Dari daun contoh tersebut diambil sebanyak 8 atau 12 helai anak daun (4 atau 6 helai dari sebelah kiri dan 4 atau 6 helai dari sebelah kanan). Anak daun diambil dari bagian tengah daun. Helai anak daun tersebut diambil dengan menggunakan sabit (agrek) yang tajam. Pengambilan contoh daun bertujuan terutama untuk memperoleh data tentang kandungan unsur hara dalam daun melalui analisis laboratorium.Dengan demikian kandungan hara daun digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun rekomendasi pemupukan tanaman kelapa sawit pada masa berikutnya

(Suhardjo,H. 1996)

2.4.1. Syarat Dalam Pengambilan Contoh Daun Kelapa Sawit

• Dilakukan minimal 2 bulan setelah pemupukan terakhir.

• Tidak dilakukan pada musim kemarau panjang.

• Tidak dilakukan pada bulan dengan curah hujan lebih dari 400 mm.

• Untuk dapat membandingkan hasil analisa daun hendaknya pengambilan contoh daun dilakukan pada bulan yang sama setiap tahunnya.

• Untuk TBM pengambilan contoh daun dilakukan hanya jika diperlukan dan pengambilan contoh daun mulai dapat dilakukan pada 6 – 12 bulan sesudah penanaman.

• Pengambilan contoh daun dapat dilakukan oleh tim yang terdapat di setiap afdeling atau divisi yang sebelumnya dilatih oleh embaga yang terkait.


(21)

• Satu tim untuk pengambilan contoh daun terdiri dari 2 orang, 1 orang untuk mengambil daun dengan egrek dan 1 orang lagi untuk mengumpulkan contoh daun yang sudah diambil dari atas pohon.

• Pembuatan peta KCD yang baik akan sangat membantu kelancaran

pengambilan contoh daun.

(Warta PPKS, 2007)

2.4.2. Unsur Hara Pada Tannaman Kelapa Sawit

Menurut penelitian, setiap tanaman memerlukan paling sedikit 16 unsur (ada yang menyebutnya zat) agar pertumbuhannya normal. Dari kr 16 unsur tersebut, tiga unsur yaitu Karbon, Hidrogen, dan Oksigen diperoleh dari udara, sedangkan dari 13 unsur lagi disediakan oleh tanah. Jadi tanah sebagai dapur bagi tanaman setidaknya harus tersedia 13 jenis menu agar pertumbuhannya normal. Ke-13 unsur tersebut adalah Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Sulfur atau Belerang (S), Klor (Cl), Ferum (fe), Mangan (Mn), Kuprum atau tembaga (Cu), Zinc atau Seng (Zn), Boron (B), dan Molibdenum (Mo). Akan tetapi terkadang tanah pun tidak mengandung unsur – unsur tersebut secara lengkap, hal ini biasa terjadi karena dari dulu memang sudah tidak lengkap, atau bisa pula terjadi karena sudah habis tersedot.

2.4.3. Fosfor

Fosfor dijumpai dalam tanah dan tanaman, dalam bentuk organik dan anorganik, yang berperan dalam proses pelepasan dan penyimpanan energi dalam metabolisme seluler. Dalam bahan organik tanah, hanya sedikit P dijumpai namun memegang peranan penting. (Alexander, 1084), jumlah P total dalam suatu tanah yang


(22)

dapat ditanami lebih kurang 0,1% dan hanya sebagian kecil tersedia untuk tanaman. (Wardana, 1999)

Fosfor (P) termasuk unsur hara makro esensial yang sangat penting untuk pertumbuhan tanaman, namun kandungannya didalam tanah lebih rendah disbanding nitrogen (N), kalium (K), dan kalsium (Ca).

Fosfor sebagian besar berasal dari pelapukan batuan mineral alami, sisanya berasal dari pelapukan bahan organik. Sebagian besar fosfor yang mudah larut diambil oleh mikroorganisme tanah untuk pertumbuhan. Fosfor ini akhirnya diubah menjadi

humus. (Novizan, 2005)

Sumber unsur Fosfor pada tanaman berasal dari DiAmmonium Phosphat (DAP) granule yang mempunyai kelarutan yang tinggi. Ada penambahan Rock Phosphat yang dibentuk menjadi granular dan biasa disebut Filler.

http://www.anak-soleh

2.5. Manfaat Fosfor Pada Tanaman

Fosfor merupakan unsur untuk pertumbuhan di dalam tanaman, berfungsi untuk pembentukkan protein, lemak, biji-bijian. Kadar hara P pada daun yang di analisis tidak menunjukkan adanya perbedaan antara tanaman yang mengalami patah daun. Namun tanaman yang tidak mengalami patah daun juga tidak menunjukkan adanya pola yang jelas. Kadar P berkisar dari 0,14 sampai 0,25%, adapun manfaatnya sebagai berikut :

• Memacu pertumbuhan akar dan pembentukan sistem perakaran yang baik

sehingga tanaman dapat mengambil unsur hara lebih banyak dan pertumbuhan 11


(23)

• Menggiatkan pertumbuhan jaringan tanaman yang membentuk titik tumbuh tanaman.

• Memacu pembentukan bunga dan masaknya buah/biji, sehingga mempercepat

masa panen.

• Memperbesar persentase terbentuknya bunga menjadi buah dan biji.

• Menambah daya tahan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit.

2.6. Gejala Kekurangan Unsur Hara Fosfor Pada Tanaman

Fosfor diikat atau difiksasi dalam persenyawaan-persenyawaan yang berhubungan dengan Ca, dan Mg, tersedia P di dalam tanah sangat berhubungan erat dengan keadaan pH tanah.

Gejala kekurangan unsur hara fosfor pada daun kelapa sawit adalah :

- Gejala awal : terlihat pada daun paling bawah atau daun dua wama,

daun hijau gelap. Ukuran daun mengecil dan pertumbuhan tanaman menjadi lambat.

- Gejala lanjut : jumlah bunga menurun, ukuran buah kecil.

• Tanaman akan tumbuh kerdil.

• Pada tanaman muda, daun akan berwarna hijau tua keunguan.

• Kadang-kadang tampak pula warna hijau kekuning-kuningan karena kekurangan Fosfor cenderung menghambat penyerapan unsur hara Nitrogen.

• Warna kekuningan ini akan lebih dulu dijumpai pada daun tua karena sifat fosfor yang mobil dalam tanah, sehingga dalam keadaan kekurangan, unsur hara fosfor dengan cepat ditranslokasikan ke bagian tanaman yang lebih muda.

• Pada tanaman buah-buahan pucuk daun akan berwarna browns atau ungu.


(24)

• Pembentukan bunga/buah/biji terhambat sehingga panen terlambat. Selain itu persentase bunga yang menjadi buah menurun karena penyerbukan yang tidak sempurna.

2.7. Spektrofotometri

Spektrofotometri adalah suatu metode analisa yang berdasarkan pada pengukuran besaran serapan sinar monokromatik tertentu pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan detektor fotosel. Spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau dimisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang.

2.7.1. Teori Spektrofotometri

Bila cahaya (monokromatik maupun campuran) jatuh pada suatu medium homogen, sebagian dari sinar masuk akan dipantulkan, sebagian akan diserap dalam medium itu, dan sisanya diteruskan. Kedua hukum yang terpisah yang mengatur absorpsi biasanya dikenal sebagai Hukum Lambert Beer.

1. Hukum Lambert menyatakan bahwa proporsi berkas cahaya datang yang diserap oleh suatu bahan/medium tidak bergantung pada intensitas berkas cahaya yang datang. Hukum Lambert ini tentunya hanya berlaku jika di dalam bahan/medium tersebut tidak ada reaksi kimia ataupun proses fisis yang dapat dipicu atau diimbas oleh berkas cahaya datang tersebut. Dalam hal demikian, intensitas cahaya yang keluar setelah melewati bahan/medium tersebut dapat dituliskan dalam bentuk sederhana sbb.:


(25)

Dimana :

I = intensitas berkas cahaya keluar

I0 = intensitas berkas cahaya masuk/datang, dan

T = transmitansi.

Jika transmisi dinyatakan dalam prosentase, maka %T = (I/Io) x 100 (dalam satuan%) 2. Hukum Beer menyatakan bahwa absorbansi cahaya berbanding lurus dengan

dengan konsentrasi dan ketebalan bahan/medium. Yakni :

A = c l

Dimana :

= molar absorbsitivitas untuk panjang gelombang tertentu, atau disebut juga sebagai koefisien ekstinsif (dalam l mol-1 cm-1)),

c = konsentrasi molar (mol l-1),

l = panjang/ketebalan dari bahan/medium yang dilintasi oleh cahaya (cm) Kombinasi dari kedua hukum tersebut (Hukum Beer-Lambert) dapat dituliskan sebagai berikut:

%T = (I/I0) x 100 = exp(− c l)

atau

A = log (I0/I) = c l.

Berdasarkan hukum Beer-Lambert, absorbansi sebanding dengan konsentrasi, dan diharapkan akan mendapatkan garis lurus. Hal ini berlaku pada larutan encer, dan kurang cocok pada larutan pekat, sehingga akan mendapatkan suatu kurva.


(26)

Untuk grafik yang paling baik, kurva kalibrasinya akan tampak seperti gambar berikut:

Jika hukum Beer-Lambert bekerja sempurna, garis tersebut akan melewati titik nol, tetapi tidak dapat menjamin hal ini untuk hasil yang sama dengan konsentrasi yang lain. http://www.chem-is-try.org/?sect=belajar&ext=analisis04-06

Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorpsi untuk larutan sampel atau blangko maupun pembanding

1. Sumber : Sumber yang biasa digunakan pada spektroskopi absorpsi adalah lampu wolfram yang arusnya tergantung pada tegangan lampu.

2. Monokromator : Digunakan untuk memperoleh sumber sinar yang

monokromatis, alatnya berupa prisma atau grating. Untuk mengarahkan sinar monokromatis yang diinginkan dari hasil penguraian dapat digunakan celah. Jika posisinya tetap, maka prisma atau gratingnya yang dirotasikan untuk mendapatkan panjang gelombang yang diinginkan.

Konsentrasi

A

bs

orba

ns

i


(27)

3. Sel absorpsi : Pada pengukuran di daerah tampak kuvet kaca atu kuvet corex dapat digunakan, tapi untuk pengukuran pada daerah UV menggunakan sel kuarsa karena gelas tidak tembus cahaya pada dearah ini.

4. Detektor : Peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap cahaya pada berbagai panjang gelombang.

Cara Kerja Spektrofotometer sangat singkat yaitu dengan menempatkan larutan pembanding, misalnya blangko dalam sel pertama sedangkan larutan yang akan dianalisis pada sel kedua. Kemudian dipilih fotosel yang cocok 200 nm – 650 nm (650 nm – 1100 nm) agar daerah panjang gelombang yang diperlukan dapat terliputi. Dengan ruang fotosel dalam keadaan tertutup “nol” galvanometer dengan menggunakan tombol dark-current. Pilih yang diinginkan buka fotosel dan lewatkan berkas cahaya pada blanko dan nol galvanometer didapat dengan memutar tombol sensitivitas. Dengan menggunakan tombol transmitansi, kemudisn atur besarnya pada 100%. Lewatkan berkas cahaya pada larutan sampel yang akan dianalisis. Skala absorbansi menunjukkan absorbansi larutan sampel. (Khopkar.SM.2003)

2.7.2. Prinsip Kerja Alat Spektrofotometri

Sinar polikromatis yang dipancarkan oleh sumber cahaya melewati prisma akan dipancarkannya menuju filter sehingga diteruskan sinar monokromatis tertentu sesuai dengan panjang gelombang yang telah diatur. Sinar tersebut diserap oleh sampel yang terdapat dalam kuvet dan besar serapannya ditangkap oleh detektor fotosel lalu diubah menjadi energi listrik dan diperkuat oleh amplifier sehingga dapat dibaca pada indikator.


(28)

2.7.3. Permasalahan Spektrofotometri

Pada metode spektrofotometri terdapat permasalahan ataupun gangguan seperti sidik jari, kotoran padat yang telah kering yang menempel pada dinding sel yang dapat mengganggu penembusan sinar, juga gelembung udara dan lemak. Sel kadang – kadang harus dibersihkan dengan asam yang pekat (teknis), misalnya HCl atau detergen (sabun), kemudian dibilas dengan air suling dan tempat pemegang sel

juga harus bersih. (Alaerts,G.1987)

Biasanya permasalahan analisis dengan metode Spektrofotometri adalah kesalahan pengukuran detektor yang disebabkan oleh, antara lain :

• Adanya radiasi sesatan (stray radiation) yang ditimbulkan oleh peralatan didalam spektrofotometer itu sendiri dan ditimbulkan oleh faktor – faktor dari lingkungan seperti debu dan sebagainya.

• Adanya pergeseran panjang gelombang pergukuran (panjang gelombang

maksimum) yang disebabkan oleh gerakan mekanis untuk mengatur panjang

gelombang. (M.Mulja, 1995)


(29)

BAB III

BAHAN DAN METODE

3.1. Alat

1. Spektrofotometer UV_Visible Perkin Elmer

2. Botol reaksi 30 ml 3. Rak tabung reaksi

4. Tabung reaksi 20 ml Pyrex

5. Labu ukur 1000 ml Pyrex

6. Labu ukur 500 ml Pyrex

7. Labu ukur 100 ml Pyrex

8. Labu ukur 50 ml Pyrex

9. Pipet volume 50 ml Pyrex

10.Pipet volume 20 ml Pyrex

11.Timbangan Mettler Toledo

12.Oven pengering Gallenhamp

13.Kuvet 10 ml 14.Eksikator

15.Kertas saring Whatman No.40 16.Botol aquadest

17.Botol plastik bertutup 18.Corong plastik

19.Penangas listrik khusus untuk tabung reaksi ukuran 20ml Techne

20.Mesin giling listrik daun dengan kehalusan 1mm. Bra Bender


(30)

3.2. Bahan

1. Larutan asam sulfat (H2SO4) 5 N

Dipipet 69,44 ml asam sulfat pekat, kemudian dimasukkan perlahan-lahan melalui dinding kedalam labu ukur 500 ml yang telah berisi air destilasi setengahnya. Dipenuhkan hingga tanda batas.

2. Larutan ammonium molibdat (NH4) 6Mo7 O24 4%

Ditimbang 40 gram ammonium molibdat, dilarutkan ke dalam labu ukur 1 liter dengan air destilasi dan dipenuhkan hingga tanda garis. Simpan dalam botol berwarna gelap.

3. Larutan asam askorbat (C6H8O6) 0,1 N

Ditimbang 0,889 gram C6H8O6 kemudian dilarutkan dengan air destilasi

hingga 50 ml didalam labu ukur.

4. Larutan kalium antimoniltartrat (KsbOC4H4O6) 0,007 N

Ditimbang 0,247 gram KsbOC4H4O6 kemudian dilarutkan dengan air destilasi

hingga 100 ml didalam labu ukur. 5. Larutan campuran

Dicampurkan 50 ml H2SO45N, 15 ml (NH4)6Mo7O24 4% 30 ml C6H8O6 0,1 N

dan 5 ml KsbOC4H4O6.

6. Larutan standard P 100 ppm

Ditimbang 0,2195 gram KH2PO4 yang telah dikeringkan didalam oven pada

suhu 1050 C kemudian dimasukan ke dalam labu ukur 500 ml dan dilarutkan dengan larutan H2SO4 0,36 N sampai tanda garis.


(31)

7. Larutan standart 0-1-2-4-6 ppm/ml

Dipipet 0-1-2-4-6 ml larutan standart 100 ppm, kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml dan penuhkan dengan H2SO4 0,36 N sampai tanda

garis.

8. Daun Kelapa Sawit 9. Air Destilasi

3.3. Persiapan Contoh Daun Kering 3.3.1. Membersihkan Daun Kering

Contoh yang diterima di laboratorium terlebih dahulu dicatat dan diberi nomor laboratorium secara beraturan. Contoh segera dibersihkan dengan kapas yang telah dibasahi dengan air destilasi. Bagian tulang daun kelapa sawit yang kasar dibuang dengan gunting. Pada ujung pangkal dan bagian pinggir daun terutama yang agak lebar digunting dan dibuang.

Kemudian, contoh daun dimasukkan kedalam kantongan-kantongan ukuran 15 x 30 cm disertai nomor-nomor contoh laboratorium.

3.3.2. Mengeringkan dan Menggiling

Contoh daun yang sudah bersih dalam kantongan kemudian dikeringkan di dalam oven pengering pada suhu 600 – 700 C terus menerus hingga contoh daun menjadi kering dengan indikasi terasa rapuh bila diremas dengan tangan.

Contoh daun kering digiling dengan mesin penggiling. Contoh daun yang telah halus dimasukkan dalam botol plastik bertutup disertai label nomor contoh, kemudian daun siap untuk ditimbang dan dianalisa.


(32)

3.4. Prosedur Destruksi Basah (H2SO4 + H2O2) Daun Kelapa Sawit

1. Ditimbang 0.1 gram contoh kering mutlak 1050 C, lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi 20 ml (apabila contoh yang ditimbang adalah contoh kering udara, maka dilakukan juga penimbangan untuk penetapan kadar air).

2. Ditambahkan 1 ml H2SO4 pekat dan 0,5 ml H2O2 30%, digoyang

perlahan-lahan. Larutan contoh didestruksi menggunakan penangas listrik khusus untuk tabung reaksi, suhu dinaikkan perlahan-lahan sampai dengan ± 1800 C. contoh akan menjadi hitam dan agak berbuih. Bila larutan contoh sudah tidak berbuih lagi, tabung diangkat dan didinginkan.

3. Setelah dingin kemudian ditambah 0,5 ml H2O2 30% dan didestruksi kembali.

Penambahan H2O2 30% diulangi sampai larutan contoh menjadi bening dan

destruksi disempurnakan pada suhu 2800 C selama ± 15 menit. Tabung reaksi diangkat dan didinginkan.

4. Larutan diencerkan dengan H2O ke dalam labu ukur 100 ml, kemudian

disaring dengan menggunakan kertas saring Whatman No. 40 kedalam botol plastik 100 ml.

5. Filtrat dipergunakan untuk penetapan N, P, K, Ca dan Mg. 6. Dilakukan juga destruksi blanko.

3.5. Prosedur Penetapan Fosfor (P) Daun Kelapa Sawit secara Spektrofotometri UV-Visible

1. Di pipet 1 ml filtrat (hasil destruksi dalam H2SO4 (p) dan H2O2 30% ), juga

untuk blanko dan larutan standart (0-1-2-4-6-ppm P) kedalam botol gelas. 21


(33)

3. Ditambahkan 1 ml larutan campuran (50 ml H2SO4 5N, 15 ml larutan

Ammonium Molibdat 4%, 30 ml larutan asam askorbat 0,1 N, 5 ml Kalium Antimoniltatrat) ini dibuat untuk 100 ml larutan campuran.

4. Dikocok homogen, tunggu 15 menit, kemudian akan timbul warna. Kemudian Absorbannya di ukur dengan menggunakan alat Spektrofotometer UV-Visible pada panjang gelombang 700 nm. Warna akan stabil selama 5 jam.


(34)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil dan Analisa Data

Hasil analisa Fosfor (P) Daun Kelapa Sawit terdapat pada tabel berikut : Tabel 1. Data Absorbansi Larutan P Standar

Lar. StandarKH2PO4

(ppm) Absorbansi (A) 0 1 2 4 6 0,000 0,086 0,172 0,345 0,518

Tabel 2. Absorbansi P-Grafik Berat Contoh No

Lab

Berat kering Contoh daun

1050C

Absorbansi Konsentrasi Sampel (ppm) P (%) 11007 11008 11009 11010 11011 0,106 0,106 0,102 0,105 0,102 0,128 0,137 0,122 0,119 0,124 1,49 1,59 1,42 1,38 1,44 0,140 0,150 0,139 0,132 0,141 23


(35)

Perhitungan

4.2.1. Penentuan Persamaan Garis Regresi Tabel 3. Penentuan Persamaan Garis Regresi

No Xi (C) Yi (A) (Xi-X ) (Xi-X )2 (Yi-Y ) (Yi-Y )2 (Xi-X )(Yi- Y )

1. 0,0000 0,0000 -2,6000 6,7600 -0,2242 0,0520 0,5829

2. 1,0000 0,0860 -1,6000 2,5600 -0,1382 0,0190 0,2211

3. 2,0000 0,1720 -0,6000 0,3600 -0,0522 0,0027 0,0313

4. 4,0000 0,3450 1,4000 1,5600 0,1208 0,0145 0,1691

5. 6,0000 0,5180 3,4000 1,5600 0,2938 0,0863 0,9989

13,0000 1,1210 0,0000 23,2000 0,0000 0,1727 2,0033

Dimana harga X rata-rata = 2,6000

5 0000 , 13 = = ∑ = n Xi X

Dimana harga Y rata-rata = 0,2242

5 1210 , 1 = = ∑ = n Yi Y

Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi dapat diturunkan dari persamaan garis :

Y = ax + b, dimana a = Slope

b = Intercept

Selanjutnya harga (a) = slope ditentukan dengan menggunakan metode Least Square sebagai berikut :

2 ) ( ) ( ) ( X Xi Y Yi X Xi a − ∑ − − ∑ =

Dengan mensubstitusikan harga-harga yang tercantum pada tabel sebelumnya kepada persamaan ini, akan diperoleh :


(36)

a = 2000 , 23 0033 , 2 = 0,0863

Maka harga b dapat diperoleh melalui :

X a Y b atau b X a

Y = + = −

b = 0,2242 −(0,0863) (2,6000) = -0,0001

Maka persamaan garis regres yang diperoleh adalah : Y = 0,0863X + (-0,0001)

4.2.2. Mencari konsentrasi sampel

untuk No. Lab 11007

ppm 49 , 1 0863 , 0 1281 , 0 0863 , 0 ) 0001 , 0 ( 128 , 0 ) 0001 , 0 ( 0863 , 0 128 , 0 = = − − = − + = + = x x x X b X a Y

Dilakukan dengan cara yang sama untuk no. Lab 11008, 11009, 11010, 11011.

4.2.3. Menghitung Kadar Fosfor (P) Daun Kelapa Sawit

P% =

1000 1000 1000 1 1 100

1050 Berat Contoh x

x x x i Konsentras C Contoh Berat n Pengencera x i Konsentras = = C 105 contoh Berat 0,01 x K 0 onsentrasi = 106 , 0 01 , 0 49 , 1 x 25


(37)

Dilakukan dengan cara yang sama untuk no. Lab 11005, 11009, 11010, 11011.

4.3. Pembahasan

Pemberian unsur hara pada tanaman kelapa sawit merupakan usaha kultur teknis yang penting untuk meningkatkan produksi persatuan luas dengan tujuan akhir keuntungan ekonomi yang maksimal. Kebutuhan unsur hara untuk tanaman kelapa sawit melalui hasil analisis dari bahan panen dan daun sebagai pedoman yang memudahkan untuk dapat memberikan indikasi kebutuhan unsur hara buatan tanaman kelapa sawit. Hal ini disebabkan karena daun merupakan bagian yang paling aktif dari tanaman.

Dari hasil analisa daun kelapa sawit secara spektrofotometri di laboratorium diperoleh hasil posfor untuk no. laboratorium 11007 - 11011 adalah antara 0,140% - 0,141% dibandingkan dengan nilai tarif krisis antara 0,16 – 0,19%, maka akan dapat disimpulkan unsur hara dalam daun kelapa sawit masih kurang. Hasil yang diperoleh untuk memudahkan para petani untuk mengetahui beberapa kebutuhan unsur hara buatan yaitu berupa pemupukan sesuai dosis yang dibutuhkan karena pemupukan merupakan menambah ketersediaan unsur hara didalam tanah.

Pada analisis unsur hara fosfor pada daun kelapa sawit ini diperoleh fosfor yang cukup. Unsur hara didalam tanah terbagi dalam unsur makro dan unsur mikro, mengenai peranan utama fosfor bagi tanaman adalah :

• Memacu pertumbuhan akar dan pembentukan sistem perakaran yang baik sehingga tanaman dapat mengambil unsur hara lebih banyak dan pertumbuhan tanaman menjadi sehat serta kuat.

• Menggiatkan pertumbuhan jaringan tanaman yang membentuk titik tumbuh tanaman.


(38)

• Memacu pembentukan bunga dan masaknya buah/biji, sehingga mempercepat masa panen.

• Memperbesar persentase terbentuknya bunga menjadi buah dan biji.

• Menambah daya tahan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit .


(39)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Dari hasil analisa daun diperoeh bahwa :

Tingkat kesuburan tanaman kelapa sawit berdasarkan unsur hara yang yang terdapat pada daun secara spektrofotometri cukup, hal ini disebabkan juga oleh faktor cuaca dengan panas dan curah hujan yang cukup.

4.2. Saran

1. Agar mahasiswa/i selanjutnya dapat menganalisis unsur hara Fosfor (P) dengan menggunakan metode yang lain.

2. Diharapkan dalam menganalisa kadar unsur hara Fosfor (P) pada daun kelapa sawit dilakukan secara teliti agar diperoleh hasil yang baik supaya tidak keliru dalam menentukan dosis pemupukan daun kelapa sawit.


(40)

DAFTAR PUSTAKA

Alaerts,G. 1987. Metoda Penelitian Air. Penerbit Usaha Nasional. Surabaya.

Darmosarkoro,W. 2003. Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Edisi I. Medan.

Fessenden & Fessenden.1982. Kimia Organik. Edisi Ketiga. Jilid 2. Erlangga. Jakarta. http://www.pusri.co.id/indexC0302.php

http://www.anak-soleh

http://toiusd.multiply.com/journal/item/79/Elaeis_guineensis_Kelapa_Sawit http://www.petrokimia-gresik.com/sp_36.asp

http://id /wiki/Fosfor.wikipedia.org

http://www.chem-is-try.org/?sect=belajar&ext=analisis04_06

Khopkar,SM. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press. Jakarta. Mulja,M. 1995. Analisis Instrumental. Bandung.

Novizan. 2005. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Jakarta : Agrro Media Pustaka. Suhardjo,H. 1996. Bidang Tanaman Vadecium Kelapa Sawit. PT. Perkebunana

Nusantara IV (persero). Pematang Siantar.

Tim Penulis.PS. 2007. Kelapa Sawit Usaha Budi Daya Pemanfaatan Hasil dan Aspek Pemasaran. Penebar Swadaya. Jakarta.

Wardana,N. 1999. Penetapan Metode Analisis dan Batas Kritis P- tersedia Tanah Pada Inseptisol Tongging, Skripsi Jurusan Ilmu Tanah. USU. Medan.


(41)

(42)

Tabel. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standart Unsur Fosfor (P) Konsentrasi

Larutan Standart KH2PO4 (ppm)

Absorbansi (A)

0 0,000

1 0,086

2 0,172

4 0,345

6 0,518

Kurva 1. Absorbansi – Vs – Konsentrasi Larutan Standar Fosfor (P)

Y = 0,0863X + (-0,0001)

a = 0,0863

b = -0,0001

0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6

0 1 2 3 4 5 6 7

1; 0,086 2; 0,172 0; 0 4; 0,345 6; 0,518 Konsentrasi (ppm)

Grafik Kurva Standart

Ab so rb a n si


(43)

KADAR HARA DAUN KELAPA SAWIT YANG MENUNJUKKAN DEFISIENSI, OPTIMUM DAN TINGGI

TANAMAN SAWIT MUDA ( < 6 TAHUN ) DAUN KE 17

Hara Defisiensi Optimum Tinggi

N (%) < 2,50 2,6 – 2,9 > 3,1

P (%) < 0,15 0,16 – 0,19 > 0,25

K (%) < 1,00 1,1 – 1,3 > 1,8

Mg (%) < 0,20 0,3 – 0,45 > 0,7

Ca (%) < 0,30 0,5 – 0,7 > 0,7

S (%) < 0,20 0,25 – 0,40 > 0,6

Cl (%) < 0,25 0,5 – 0,7 > 1,0

B ( µg g-1 ) < 8 15 – 25 > 40

Cu ( µg g-1 ) < 3 5 – 8 > 15

Zn ( µg g-1 ) < 10 12 - 18 > 80

TANAMAN SAWIT DEWASA ( > 6 TAHUN ) DAUN KE 17

Hara Defisiensi Optimum Tinggi

N (%) < 2,30 2,4 – 2,8 > 3,0

P (%) < 0,14 0,15 – 0,18 > 0,25

K (%) < 0,75 0,9 – 1,2 > 1,6

Mg (%) < 0,20 0,25 – 0,40 > 0,7

Ca (%) < 0,25 0,5 – 0,75 > 1,0

S (%) < 0,20 0,25 – 0,35 > 0,6

Cl (%) < 0,25 0,5 – 0,7 > 1,0

B ( µg g-1 ) < 8 15 – 25 > 40

Cu ( µg g-1 ) < 3 5 – 8 > 15


(44)

Sumber : Von Uexkull,H.R and Fairhurst,T.H.(1991) IPI Bulletin 12. The Oil Palm, Fertilizing for High yield and quality,IPI,Bern.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Dari hasil analisa daun diperoeh bahwa :

Tingkat kesuburan tanaman kelapa sawit berdasarkan unsur hara yang yang terdapat pada daun secara spektrofotometri cukup, hal ini disebabkan juga oleh faktor cuaca dengan panas dan curah hujan yang cukup.

4.2. Saran

1. Agar mahasiswa/i selanjutnya dapat menganalisis unsur hara Fosfor (P) dengan menggunakan metode yang lain.

2. Diharapkan dalam menganalisa kadar unsur hara Fosfor (P) pada daun kelapa sawit dilakukan secara teliti agar diperoleh hasil yang baik supaya tidak keliru dalam menentukan dosis pemupukan daun kelapa sawit.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Alaerts,G. 1987. Metoda Penelitian Air. Penerbit Usaha Nasional. Surabaya.

Darmosarkoro,W. 2003. Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Edisi I. Medan.

Fessenden & Fessenden.1982. Kimia Organik. Edisi Ketiga. Jilid 2. Erlangga. Jakarta. http://www.pusri.co.id/indexC0302.php

http://www.anak-soleh

http://toiusd.multiply.com/journal/item/79/Elaeis_guineensis_Kelapa_Sawit http://www.petrokimia-gresik.com/sp_36.asp

http://id /wiki/Fosfor.wikipedia.org

http://www.chem-is-try.org/?sect=belajar&ext=analisis04_06

Khopkar,SM. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press. Jakarta. Mulja,M. 1995. Analisis Instrumental. Bandung.

Novizan. 2005. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Jakarta : Agrro Media Pustaka. Suhardjo,H. 1996. Bidang Tanaman Vadecium Kelapa Sawit. PT. Perkebunana

Nusantara IV (persero). Pematang Siantar.

Tim Penulis.PS. 2007. Kelapa Sawit Usaha Budi Daya Pemanfaatan Hasil dan Aspek Pemasaran. Penebar Swadaya. Jakarta.

Wardana,N. 1999. Penetapan Metode Analisis dan Batas Kritis P- tersedia Tanah Pada Inseptisol Tongging, Skripsi Jurusan Ilmu Tanah. USU. Medan.


(3)

(4)

Tabel. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standart Unsur Fosfor (P)

Konsentrasi Larutan Standart KH2PO4 (ppm)

Absorbansi (A)

0 0,000

1 0,086

2 0,172

4 0,345

6 0,518

Kurva 1. Absorbansi – Vs – Konsentrasi Larutan Standar Fosfor (P)

Y = 0,0863X + (-0,0001)

a = 0,0863

b = -0,0001

0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6

0 1 2 3 4 5 6 7

1; 0,086 2; 0,172 0; 0 4; 0,345 6; 0,518 Konsentrasi (ppm)

Grafik Kurva Standart

Ab so rb a n si


(5)

KADAR HARA DAUN KELAPA SAWIT YANG MENUNJUKKAN DEFISIENSI, OPTIMUM DAN TINGGI

TANAMAN SAWIT MUDA ( < 6 TAHUN ) DAUN KE 17

Hara Defisiensi Optimum Tinggi

N (%) < 2,50 2,6 – 2,9 > 3,1

P (%) < 0,15 0,16 – 0,19 > 0,25

K (%) < 1,00 1,1 – 1,3 > 1,8

Mg (%) < 0,20 0,3 – 0,45 > 0,7

Ca (%) < 0,30 0,5 – 0,7 > 0,7

S (%) < 0,20 0,25 – 0,40 > 0,6

Cl (%) < 0,25 0,5 – 0,7 > 1,0

B ( µg g-1 ) < 8 15 – 25 > 40

Cu ( µg g-1 ) < 3 5 – 8 > 15

Zn ( µg g-1 ) < 10 12 - 18 > 80

TANAMAN SAWIT DEWASA ( > 6 TAHUN ) DAUN KE 17

Hara Defisiensi Optimum Tinggi

N (%) < 2,30 2,4 – 2,8 > 3,0

P (%) < 0,14 0,15 – 0,18 > 0,25

K (%) < 0,75 0,9 – 1,2 > 1,6

Mg (%) < 0,20 0,25 – 0,40 > 0,7

Ca (%) < 0,25 0,5 – 0,75 > 1,0

S (%) < 0,20 0,25 – 0,35 > 0,6

Cl (%) < 0,25 0,5 – 0,7 > 1,0

B ( µg g-1 ) < 8 15 – 25 > 40

Cu ( µg g-1 ) < 3 5 – 8 > 15


(6)

Sumber : Von Uexkull,H.R and Fairhurst,T.H.(1991) IPI Bulletin 12. The Oil Palm, Fertilizing for High yield and quality,IPI,Bern.